Menurut Tjokrodimuljo 1992, beton ringan dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan agregatnya yaitu sebagai berikut ini.
a. Beton agregat ringan : beton ringan yang memiliki agregat kasar dan
agregat halus ringan b.
Beton busa : beton ringan yang dicampur dengan bahan pengembang dengan menambahkan udara pada adukan beton
c. Beton tanpa agregat halus non pasir : beton ringan yang tidak
mengandung agregat halus Berdasarkan SK SNI T-03-3449-2002, kuat desak minimum dan jenis agregat
ringan terdapat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Kuat desak Minimum dan Jenis Agregat
Kontruksi Bangunan Beton Ringan
Jenis Agregat Ringan
Kuat desak Mpa
Berat Isi kgm
3
Struktural Minimum
17,24 1400
Agregat yang dibuat melalui proses
pemanasan batu Maksimum
41,36 1850
Serpih, batu lempung, batu sabak,
terak besi atau terak abu terbang
Struktural Ringan
Minimum 6,89
800 Agregat ringan alam
scoria atau batu apung
Maksimum 17,24
1400 Struktural
sangat ringan sebagai
isolasi Minimum
- -
Perlit atau vermikulit Maksimum
- 8000
Sumber: SK SNI T-03-3449-2002
3.3 Kuat Desak Beton
Kuat desak beton merupakan kekuatan beton untuk menerima beban tiap satuan luas. Kuat desak beton merupakan nilai yang paling utama sehinga menjadi
mutu beton tersebut, semakin tinggi mutu maka kuat desak beton semakin besar.Mulyono, 2004
Kuat desak beton dinilai akan berada pada tegangan tertinggi setelah mencapai umur 28 hari. Dipohusodo, 1996.
Pengujian nilai kuat desak beton dilakukan di laboratorium dengan menggunakan benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Rumus untuk mendapatkan nilai kuat desak beton berdasarkan percobaan di laboratorium sebagai berikut :
A P
f
c
3 - 1 Keterangan :
c
f
= Kuat desak beton MPa
P
= Beban tekan N
A
= Luas penampang benda uji mm
2
Benda uji standar di lapangan yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15cm dan tinggi 30cm, seiring modernnya zaman dimensi benda uji dapat
diperkecil dengan menggunakan cetakan silinder diameter 10cm x 20cm yang membutuhkan bahan lebih sedikit namun dengan penggunaan agregat tidak
melebihi 13 dari diameter silinder tersebut. Berdasarkan teori yang ada perbedaan ukuran cetakan benda uji akan mempengaruhi kuat desak beton sehingga
diperlukan suatu faktor kali seperti gambar 3.1.
sumber: Ozyldirim dan Carino, 2006
Gambar 3.1 Pengaruh Diameter Silinder Terhadap Kuat Desak Beton
3.4 Kuat Tarik-Belah Beton
Kuat tarik-belah beton merupakan kuat tarik tidak langsung dari silinder beton. Pengujiannya dilakukan dengan meletakkan silinder beton sejajar dengan
penampang mesin desak, lalu didesak dengan mesin desak dan dibaca hasilnya. Nilai kuat tarik-belah beton berkisar 9 - 15 dari kuat desaknya. Pada
konstruksi, umummnya penggunaan beton diperkuat dengan tulangan besi baja sebagai bahan yang dapat menahan kuat tarik Dipohusodo, 1994.
Pengujian nilai kuat tarik-belah beton dilakukan di laboratorium dengan menggunakan benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Berdasarkan metode pengujian kuat tarik-belah beton SK SNI M-60-1990-03, rumus untuk mendapatkan nilai kuat tarik-belah beton berdasarkan percobaan di
laboratorium sebagai berikut :
LD P
fct
2
3 - 2 Keterangan:
fct
= Kuat tarik-belah beton MPa
P
= Beban tekan N
L
= Panjang benda uji silinder mm
D
= Diameter benda uji silinder mm
3.5 Modulus Elastisitas