Persepsi manajer perusahaan waralaba terhadap faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik (studi Empiris Restaurant McDonald's di Jakarta dan Singapura)

PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN
PUBLIK
(Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)

Oleh :
RISELVINO MINANDA
NIM : 203082001942

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama

: Riselvino Minanda


2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 19 Mei 1984
3. Alamat

: Jl Reni Jaya Blok G 13/9

4. Telepon

: 085715304562/(021)95990257

II. PENDIDIKAN
1. SDN Pondok Petir 01

1990 – 1996

2. SLTPN 01 Ciputat

1996 – 1999

3. SMUN 1 Serpong


1999 – 2002

III. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah

: Riswarman M Yasin

Ibu

: Elvina BA

Alamat

: Jl Reni Jaya Blok G 13 No 9, Sawangan Depok
16517

PERCEPTION MANAGER of COMPANY WARALABA of TO FACTOR
INFLUENCING PUBLIC ACCOUNTANT INDEPENDENCY
( Empirical Study of Restaurant McDonald's in Jakarta and Singapura)

By
Riselvino Minanda
ABSTRACTION
This research is aim to analyse the influence between the financial interest
in client’s company and business relationship with their clients, competition
among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided by auditors,
time duration of audit, the size of a Public Accountant Office [KAP], and the
amount of audit fee with the public accountant independency.
This research is used primary data through kuesioner filled by group of
manager in McDonald’s. Judgement sampling is used as research sampling
methode. Research responder is a group of thirty five manager in McDonald’s
restaurant that based on Jakarta and Singapore region. For data analyse and
hyphotesis test we used Double Regretion methode, supported by SPSS for
Windows program.
Result of this research, using simultaniously regretion test, revealed the
financial interest in client’s company and business relationship with their client,
competition among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided
by auditors, time duration of audit, the size of a Public Accountant Office
[KAP], and the amount of audit fee, do have a significant influence on the public
accountant independency.

Keyword : Accountant Public, Independecy Audit

PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN
PUBLIK
(Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)

Oleh
Riselvino Minanda

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh secara parsial dan
simultan variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien,
persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa
audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP),
besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik,.
Penelitian ini menggunakan data primer melalui pengisian kuisioner oleh
kalangan manajer McDonald’s. Penelitian sampel digunakan dengan
menggunakan metode judgement sampling. Responden penelitian adalah para

manajer yang bekerja di McDonald’s di wilayah Jakarta dan Singapura sebanyak
tiga puluh lima responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis
penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung program SPSS For
Windows.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan
publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit,
ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP), besarnya audit fee berpengaruh
terhadap independensi. Namun secara parsial hanya variabel ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien dan besarnya audit fee berpengaruh
secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.

Kata Kunci: Akuntan Publik, Independensi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia,
sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur
cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih
tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah

Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang
telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah
terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syaratsyarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,
dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian,
kasih sayang, dan yang selalu mengiringi saya melalui doa dan restu. Tanpa
kalian, saya tidak berarti apa – apa. Semangat papa dan mama selalu memacu
saya untuk terus berjuang dalam menjalani hidup yang keras ini. Ur d BEST
PARENT i ever HAD
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial.
3. Bapak Dr. Yahya Hamja MM., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Rini SE., Ak., MM., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

waktu, bimbingan dan pengarahan sehingga penulis skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Kakak saya Uda Yoga, Uda Dede, Uni Yona, Uni Eka dan Adek- adek saya
Putri, Eci, Zaza yang sudah berikan support ke saya. I Love U aLL..
6. Seluruh dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, staf keamanan dan staf
kebersihan Fakultas Ekonomi atas semua ilmu, bantuan, kemudahan,
perhatian dan pelayanan yang telah diberikan
7. Semua teman-teman seperjuangan akuntansi dan manajemen angkatan 2003
yang tidak bisa disebutkan namanya satu-satu, terimakasih telah memberikan
masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.

8. Uni yang selalu memberikan motivasi selama ini. Dalam menjalani semua
ini,kamu selalu ada disamping saya, di kondisi susah maupun senang, kamu
selalu memberikan spirit yang tidak pernah saya dapatkan selain keluarga. I
Love U sO muCH
9. Teman-teman Kebab Turki, Ayam Bakar Mas Mono, Jajaran Managemen
Babarafi Group dan seluruh staff McDonald’s , yang telah memberikan
support.
10. Pihak Manager McDonald’s yang bersedia untuk mengisi kuisioner demi
terkumpulnya dan selesainya penelitian ini. Maaf sudah merepotkan

11. Untuk semua orang yang telah membantu saya tapi tidak tercantum namanya,
saya mengucapkan terima kasih banyak
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.

Jakarta, 18 Maret 2011

Riselvino Minanda

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
B. Perumusan Masalah ........................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................
1. Tujuan Penelitian .......................................................................
2. Manfaat Penelitian .....................................................................

1
6
6
6
6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ................................................................................ 8
1. Persepsi.................................................................................. .... 8
2. Manajemen Perusahaan Waralaba .............................................. 9
3. Akuntan Publik.................. ......................................................... 14
4. Independensi Akuntan Publik ..................................................... 16
a. Definisi Independensi .............................................................. 16
b. Pentingnya Independensi ........................................................ 18
c. Aspek Independensi Akuntan Publik ...................................... 19
d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik ......................... 21
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi Indenpendensi Penampilan
Akuntan Publik ........................................................................... 22
a. Ikatan Keuangan dan Hubungan dengan klien ........................ 22
b. Persaingan antar Kantor Akuntan Publik (KAP) .................... 23
c. Pemberian jasa lain selain jasa audit ....................................... 25
d. Lamanya penugasan audit ....................................................... 26
e. Ukuran suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).......................... 27
f. Besarnya Audit fee ................................................................... 28
B. Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 30

C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 32

D. Hipotesis........................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 34
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 34
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 35
D. Metode Analisis ............................................................................... 37
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 38
2. Analisis Regresi Berganda .......................................................... 41
3. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 42
E. Uji Statistik dan Hipotesis................................................................ 44
F. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 48
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 53
1. Sejarah Perusahaan Waralaba McDonald’s ............................... 53
2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 54
3. Karakteristik Data Kuesioner ..................................................... 56
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................. 57
1. Uji Validitas ............................................................................... 57
2. Uji Reabilitas.............................................................................. 66
C. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap
Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik............. 67
1. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap ikatan
kepentingan keuangan dan usaha dengan klien .......................... 67
2. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Persaingan antar Kantor Kauntan Publik (KAP) ........................ 75
3. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Pemberian Jasa Lain selain Jasa Audit........................................ 81
4. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Lamanya
Penugasan Audit ......................................................................... 88
5. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) .................................................... 94
6. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Besarnya
audit fee......................................................................................101
7. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Independensi Akuntan Publik dalam Hal Kejujuran Akuntan
Publik.........................................................................................107

8. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Independensi Akuntan Publik dalam Hal Keahlian Akuntan
Publik
D. Uji Asumsi Klasik..........................................................................121
1. Uji Normalitas Data..................................................................121
2. Uji Multikolinieritas..................................................................123
3. Uji Heterokedasitas...................................................................125
E. Hasil Pengujian Hipotesis...............................................................126
1. Uji T Partial.............................................................................126
2. Uji F.........................................................................................129
3. Uji Koefisien Determinasi.......................................................130
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................132
B. Implikasi.........................................................................................133
C. Saran...............................................................................................133
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................134
LAMPIRAN - LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2

Keterangan
Kerangka Pemikiran
Hasil Uji Normalitas Data
Hasil Uji Heterokedatisitas

Halaman
31
122
125

DAFTAR TABEL

Nomor
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13

Keterangan
Skala Linkert
Kategori Tinggi Rendahnya Realibilitas Instrumen
Operasional Variabel Penelitian
Data Distribusi Sampel Penelitian
Data Sampel Penelitian
Deskriptif Responden
Ikatan Kepentingan Keuangan Dan
Hubungan Usaha Dengan Klien
Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP)
Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit
Lamanya Penugasan Audit
Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP)
Besarnya Audit Fee
Independensi Kejujuran
Keahlian
Uji Reliability Statistics
Hasil Kuesioner tentang Hubungan Usaha dan

Halaman
38
41
48
55
56
56
59
60
61
62
63
64
65
66
67

Hutang Piutang Akuntan Publik atau Kantor Akuntan
Publik (KAP) pada Perusahaan Klien
Tabel 4.14

Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik memiliki
Saham Lebih dari 5% di Perusahaan Klien

Tabel 4.15

72

Hasil Kuesioner tentang Istri Auditor menjadi
Salah Satu Pemegang Saham dari Perusahaan Klien

Tabel 4.19

71

Hasil Kuesioner tentang Auditor menyewa Gedung
milik Klien

Tabel 4.18

70

Hasil Kuesioner tentang Mayoritas Pendapatan KAP
berasal dari Klien

Tabel 4.17

69

Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Meminjam
Sejumlah Uang Kepada Direktur Perusahaan Waralaba

Tabel 4.16

68

Hasil Kuesioner tentang Presiden Direktur Perusahaan
Klien menunjuk Seorang Auditor sebagai Pelaksana

73

dan Sekaligus Auditor dari Salah Satu Perusahaannya
Tabel 4.20

Hasil Kuesioner tentang Pengaruh Tajamnya
Persaingan Antar KAP

Tabel 4.21

76

Hasil Kuesioner tentang Munculnya Penggabungan KAP
yang satu dengan yang lain

Tabel 4.23

75

Hasil Kuesioner tentang Persaingan Antar KAP yang
relatif tidak Tajam

Tabel 4.22

74

77

Hasil Kuesioner tentang Timbulnya KAP Berskala
Nasional dan Internasional

78

Tabel 4.24

Hasil Kuesioner tentang Berdirinya KAP Berskala Kecil

79

Tabel 4.

Hasil Kuesioner tentang Adanya Persaingan Fee antar
KAP

Tabel 4.26

Hasil Kuesioner tentang Kekhawatiran Auditor terhadap
Kliennya yang mencari Kantor Akuntan Lainnya

Tabel 4.27

81

Hasil Kuesioner tentang Jasa Konsultasi Manajemen
Pada Klien

Tabel 4.28

80

82

Hasil Kuesioner tentang Jasa Akuntansi Yang
diberikan oleh Akuntan Publik

83

Tabel 4.29

Hasil Kuesioner tentang Jasa Pembukuan

84

Tabel 4.30

Hasil Kuesioner tentang Akuntan Sengaja
Mendatangi Perusahaan Klien Untuk Menawarkan
Jasanya

85

Tabel 4.31

Hasil Kuesioner tentang Jasa Perpajakan

86

Tabel 4.32

Hasil Kuesioner tentang Akuntan Cenderung
Memihak dalam Memberikan Jasa Lain Selain
Jasa Audit

87

Tabel 4.33

Hasil Kuesioner tentang Audit Lebih dari 5 Tahun

88

Tabel 4.34

Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit kurang
dari 5 Tahun

89

Tabel 4.35

Hasil Kuesioner tentang Penugasan yang Bersifat
Kekeluargaan

Tabel 4.36

90

Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Cepat
Merasa Puas, Kurang Inovasi, Dan Kurang Ketat
dalam Melaksanakan Prosedur Audit

Tabel 4.37

91

Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit 5 Tahun
atau Kurang Menyebabkan Informasi yang disajikan
dalam Laporan Pemeriksaan kurang Bermanfaat

Tabel 4.38

92

Hasil Kuesioner tentang KAP atau Auditor dapat
Memberikan Jasa Audit Kembali untuk Klien yang
sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut Tidak
Mengaudit Klien

Tabel 4.39

Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik harus dirotasi
setelah mengaudit selama 5 tahun

Tabel 4.40

94

Hasil Kuesioner tentang Audit pada Perusahaan Go Publik
dilakukan oleh KAP Besar

Tabel 4.41

93

95

Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan
KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi
yang bermanfaat

Tabel 4.42

Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan oleh
KAP Kecil Lebih Menjamin Independensinya

Tabel 4.43

96

97

Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan
KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi
yang bermanfaat

Tabel 4.44

Hasil Kuesioner tentang KAP Besar Lebih Independen
daripada KAP Kecil

Tabel 4.45

99

Hasil Kuesioner tentang KAP Kecil Lebih Independen
daripada KAP Besar

Tabel 4.46

98

Hasil Kuesioner tentang Audit Fee yang diberikan Klien

100

dilakukan Secara Objektif
Tabel 4.47

Hasil Kuesioner tentang Jasa Audit Fee dari Klien
yang Berjumlah Besar

Tabel 4.48

104

Hasil Kuesioner tentang Ketergantungan Pada Klien
karena Audit yang Besar

Tabel 4.51

103

Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian kecil
dari total pendapatan suatu kantor akuntan

Tabel 4.50

102

Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian besar
dari total pendapatan suatu kantor akuntan

Tabel 4.49

101

105

Hasil Kuesioner tentang Waktu dan Biaya Audit
yang Terbatas dikarenakan Audit yang Kecil

106

Tabel 4.52

Hasil Kuesioner tentang Auditor Bersikap tidak memihak 107

Tabel 4.53

Hasil Kuesioner tentang Auditor dengan Kejujuran
yang Tinggi akan Lebih Independen dalam
Mendeteksi kekeliruan audit

Tabel 4.54

Hasil Kuesioner tentang Auditor harus senantiasa
mempertahankan Kebebasan dalam Sikap Mental

Tabel 4.55

109

Hasil Kuesioner tentang Auditor Bebas dari prasangka
yang meragukan independensinya

Tabel 4.56

108

110

Hasil Kuesioner tentang Bukti Pemeriksaan yang
Telah dilakukan oleh Auditor dipublikasikan Secara
Menyeluruh

Tabel 4.57

Hasil Kuesioner tentang Pengkajian dan penilaian yang
layak (Objektif dan tidak Bias)

Tabel 4.58

113

Hasil Kuesioner tentang Auditor tidak dibenarkan
Memihak Kepada Kepentingan Siapapun

Tabel 4.60

112

Hasil Kuesioner tentang Auditor Tidak Mudah
dipengaruhi atau dikendalikan oleh Klien yang diperiksa

Tabel 4.59

111

Hasil Kuesioner tentang Auditor Perlu Menjalankan

114

Pelatihan Teknis Untuk Memenuhi Persyaratan
sebagai Seorang Profesional
Tabel 4.61

Hasil Kuesioner tentang Hasil Audit Harus Berdasarkan
atas kenyatan yang ditemukan

Tabel 4.62

115

116

Hasil Kuesioner tentang Penggunaan tenaga ahli
dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien
haruslah tepat, kritis dan independensi

Tabel 4.63

117

Hasil Kuesioner tentang Auditor dalam
memberikan opini mengenai laporan keuangan
suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran
data-data akutansi yang diperiksanya

Tabel 4.64

118

Hasil Kuesioner tentang Pengalaman Auditor
yang mampu melakukan pemeriksaan fisik, pengamatan,
perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian

Tabel 4.65

119

Hasil Kuesioner tentang Bukti audit kompeten yang
cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai
untuk penyajian laporan audit

Tabel 4.66

120

Hasil Kuesioner tentang Pekerjaan audit harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya

121

Tabel 4.68

Hasil Kuesioner tentang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji Multikolinieritas

123
124

Tabel 4.69

Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji T Parsial

126

Tabel 4.70

Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji F Simultan ANOVA(b) 129

Tabel 4.71

Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.67

130

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

Keterangan
Kuesioner Penelitian
Normal P-plot or Regresion
One Sample Kolmogorov- smirnov test
Uji Multikolinieritas
Uji Heterokedastisitas
Uji T Parsial
Uji F simultan
Daftar Jawaban Responden Manajer McDonald’s

Halaman
137
141
142
143
144
145
146
147

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu media penting dalam
mengkomunikasikan fakta mengenai perusahaan go public atau perusahaan
waralaba dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
keuangan suatu perusahaan. Informasi keuangan merupakan salah satu
informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomis. Pada
perusahaan besar, khususnya perusahaan go public dan waralaba , terdapat
pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Mengingat banyaknya pihak
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, terlihat adanya kepentingan
berbeda antara manajemen dengan pihak pemakai laporan keuangan.
Manajemen berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan
yang dipercayakan kepadanya. Manajemen perusahaan berusaha menghindari
opini wajar dengan pengecualian, karena bisa mempengaruhi harga pasar
saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice
1982:327).
Pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik berkepentingan untuk
melihat hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan, maka
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan wajar, dapat dipercaya, dan
tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan pihak yang
berkepentingan dapat dipenuhi. Untuk menjamin kewajaran informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan, perlu pemeriksaan yang dilakukan oleh
akuntan publik (auditor) independen. Untuk memastikan kesesuaian laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen dengan standar akuntansi yang ada,
maka laporan keuangan perlu diaudit. Agar informasi dapat dipercaya bagi
manajemen dan pemiliknya karena semakin kompleks transaksi yang terjadi di
perusahaan, maka aturan standar akuntansi yang harus diikuti untuk membuat
laporan keuangan juga semakin kompleks.. Dalam perusahaan publik dan
waralaba, pemilik (public) tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi
terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan, untuk itu diperlukan
auditor melakukan verifikasi terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh
manajemen.
Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang
bergerak di bidang jasa. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur
oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan
Indonesia. Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Akuntan Indonesia menyatakan bahwa setiap
anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan
bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari
kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak
adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan
pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh
dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Di
samping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana

seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah
ditetapkan oleh profesinya. (Sri Trisnaningsih 2007:2) Akuntan publik

merupakan suatu profesi kompleks. Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan
dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para
akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh
setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter (Purnamasari
2006:2)

Berdasarkan uraian di atas, akuntan publik akhirnya memiliki posisi
yang strategis baik dimata manajemen perusahaan waralaba maupun dimata
pemakai laporan keuangan. Manajemen atau klien akan puas jika audit yang
dilakukan oleh akuntan publik memiliki kualitas yang baik dan memiliki
pengalaman melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan dengan tepat
dan sebagainya. Menurut (Liliek Purwanti, 2007) dalam (Widagdo et al,
2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas audit oleh kantor
akuntan public (KAP) yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien.
Terdapat 12 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) pengalaman
melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan
klien, (4) Pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, (5) independensi,
(6) sikap hati-hati, (7) komitmen kuat terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan
pimpinan audit terhadap pemeriksaan, (9) melakukan pekerjaan lapangan
dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi,
dan (12) tidak mudah percaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7
atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara lain :
(1) Pengalaman melakukan audit, (2) Memahami industri klien, (3) Responsif

terhadap kebutuhan klien, (4) Pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit,
(5) Komitmen kuat terhadap kualitas audit, (6) Keterlibatan pimpinan audit
terhadap pemeriksaan dan (7) Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat.
Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, standar etika
yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan
klien. Di sisi lain pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar
terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan
maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah
mereka dapatkan dari klien dan pihak ketiga (stakeholders). Sikap akuntan
yang demikian ini sering disebut sebagai sikap independensi.
Beberapa peneliti telah melakukan analisis mengenai independensi
penampilan akuntan publik, (Oni Zamroni, 2006) melakukan penelitian
terhadap penerapan sikap independensi akuntan publik dari sudut pandang
mahasiswa akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan
Tinggi Swasta (PTS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) dengan mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) terhadap faktor yang mempengaruhi independensi
penampilan akuntan publik.
(Supriyono, 1988) dalam (Wati dan Subroto, 2003) telah melakukan
penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian ini mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu (1) ikatan keputusan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar kantor akuntan
publik (KAP); (3) pemberian jasa lain selain jasa audit; (4) lama penugasan audit;

(5) besar kantor akuntan; dan (6) besarnya audit fee. Responden yang dipilih
meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner kantor
akuntan publik (KAP), pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non bank, dan
Bapepam.
(Liliek, 2007) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi
dan independensi yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Responden
yang dipilih hanya dilakukan pada kantor akuntan publik (KAP) yang ada di Jawa
Timur sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan mengenai kondisi auditor di
Jawa Timur. Dan peneliti tidak membedakan auditor sebagai responden
berdasarkan posisi mereka di kantor akuntan publik (KAP) (yunior, senior dan
supervisor)

sehingga

tidak

diketahui

secara

pasti

tingkat

kompetensi,

independensi dan etika yang dimiliki.
(Susiana, .2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi,
mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan
keuangan. Responden yang dipilih adalah perusahaan publik yang terdaftar
selama periode 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2003. Dan hasil yang
diperoleh bahwa independensi yang diukur dengan audit fee tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Secara tersirat dapat disimpulkan bahwa memang ada suatu keraguan
yang dialamatkan kepada profesi akuntan publik. Dan jika kita berbicara
mengenai keraguan, tak pelak lagi masalah independensi akan terkait disitu.
Adalah menjadi kewajiban profesi untuk mempertahankan dan juga
menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan
independensinya. Oleh karena itu, berdasarkan evaluasi tersebut dan

berdasarkan pula pada penelitian sebelumnya, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba
terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik
(Studi Kasus pada Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)“.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah
bagaimanakah persepsi manajemen perusahaan waralaba terhadap faktor yang
mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.

Untuk menganalisis persepsi manajemen perusahaan waralaba
terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan
publik.

2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis:
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan bagi penulis serta
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi independensi
penampilan

akuntan

public

pada

perusahaan

waralaba,

mengimplementasikan ilmu yang diperoleh pada perkuliahan.
b. Bagi akuntan dan profesi:

serta

Informasi yang diberikan oleh penulis dapat digunakan sebagai
motivasi bagi para akuntan untuk dapat lebih independen dalam
menjalankan profesinya, serta membangkitkan naluri profesionalnya
dalam memberikan jasa-jasa audit bagi masyarakat luas.
c. Bagi mahasiswa dan pembaca
Mendapatkan

pengetahuan

mengenai

faktor-faktor

yang

mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik, serta
menambah pemahaman terhadap permasalahan independensi.
d. Bagi akademis:
Secara teoritis bagi akademis berguna untuk perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang auditing dan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya di bidang auditing.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang alami bagi
setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik
melalui penglihatan, pendengaran, penerimaan, dan penghayatan perasaan
(Kartono, 1990) dalam (Zamroni, 2006:11). Menurut (Zarkasi, 1986)
dalam (Zamroni, 2006:11), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah
pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Kata persepsi berasal dari “perception” yang berarti
penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu (Echol
dan Sadily 2004:424) dalam (Zamroni, 2006:11). Dalam kamus bahasa
Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung
dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui
panca inderanya (Depdiknas, 2003:863).
Menurut Bimo Walgito (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu:
a. Stimulus yang cukup kuat.
b. Fisiologis dan psikologis.

Jika sistem fisiologis terganggu maka akan berpengaruh dalam
persepsi seseorang, sedangkan segi psikologis mencakup pengalaman,
perasaan, kemampuan berpikir, dan sebagainya.
c. Lingkungan
Situasi yang melatarbelakangi stimulus juga mempengaruhi
persepsi.
Bila pada akhirnya menjadi masalah penting yang mungkin
diharapkan dapat “dibentuk” oleh obyek yang dipersepsikan. Bila dalam
kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif dan positif terhadap obyek
yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut negatif dapat diambil
kesimpulan bahwa obyek yang dipersepsikan memberi stimulus kondisi
yang menyimpang dari yang seharusnya dipenuhi oleh obyek persepsi
tersebut. Begitu pula sebaliknya dengan persepsi positif (Abdullah dan
Selamat, 2002) dalam (Zamroni, 2006:13).

2. Manajemen Perusahaan Waralaba
Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis untuk kejujuran
atau kebebasan) adalah hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
layanan. Waralaba (franchise) sebenarnya merupakan suatu sistem bisnis
yang telah lama dikenal di dunia, pertama kalinya diperkenalkan oleh
perusahaan mesin jahit Singer di Amerika Serikat, pada tahun l851, ketika
ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun
usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan
format bisnis waralaba di AS, kemudian, caranya ini diikuti oleh

pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola.
Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer adalah industri
otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS
ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai
perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta
persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan dealer. Di Kerajaan
Inggris (UK) berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons melalui
usahanya Wimpy and Golden Egg, pada dekade 60-an.

McDonald’s, salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar
di dunia. Menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan
waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual
(HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak
lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.,
seiring masuknya waralaba asing disektor usaha rumah makan siap saji
(fast food chain restaurant) antara lain, KFC, Pioneer Take Out, Texas

Church, dan lain-lainnya. Jaringan bisnis ini berkembang sangat pesat
dalam waktu yang singkat, bahkan menurut data di Deperindag RI hingga
tahun l997 (sebelum terjadinya Krisis Moneter) telah terdaftar lebih dari
250 perusahaan sebagai penerima waralaba (franchisee) dari suatu
waralaba asing, dan tersebar di beberapa bidang usaha, antara lain:
a. rumah makan/restoran
b. jasa pemasaran
c. hotel
d. toko buku dan toko cindera mata
e. minimarket
f. persewaan kendaraan
g. pusat kebugaran dan perawatan tubuh
h. penata rambut, salon kecantikan, dll.
Di sisi lain, perusahaan lokal yang telah mengembangkan usahanya
dengan mempergunakan format bisnis waralaba jumlahnya tidaklah
sebanyak waralaba asing banyak atau hanya sekitar 10 persen dari jumlah
waralaba asing yang ada di Indonesia. Perusahaan lokal tersebut antara
lain; McDonald’s, Es Teller 77, CFC, ILP, LIA, Lutuye Salon, Rudy
Hadisuwarno, Indomaret dan lain-lainnya.
Menurut Campbell Black, yang dimuat dalam Black's Law Dict:
“Franchise is a license from owner of a trademark or tradename
permitting another to sell a product or service under the name or the
mark.“

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud
dengan Waralaba ialah:
“Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan
akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada
individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama,
sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.”
Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang
dimaksud dengan franchisor dan franchisee.

a. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau
perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
b. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau
perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri
khas yang dimiliki pemberi waralaba.

Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan
siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root
Beer membuka restauran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering
Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha
restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka
untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo
dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu

pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami
berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian
dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau
sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan
sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS,
menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai
bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di
AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons
melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis
waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor)
dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan
bersama, tidak berdasarkan SARA. Waralaba dapat dibagi menjadi dua:

a. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih
jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih
bergengsi.
b. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk
orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki
pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang
disediakan oleh pemilik waralaba. Biaya waralaba meliputi:

1) Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya
ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba

untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor
dan ongkos penggunaan HAKI.
2) Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari
laba operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen
dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10
persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.

3. Akuntan Publik
Profesi akuntan publik di Indonesia perkembangannya mengacu
pada teori dan praktek profesi akuntan publik yang ada di Amerika
Serikat, karena pada saat itu profesi akuntan publik sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat di Amerika (Zamroni, 2006:15).
Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan norma dan etika
profesi akuntan adalah adanya kebutuhan profesi mengenai kepercayaan
masyarakat terhadap mutu jasa yang akan diserahkan oleh profesi, terlepas
dari anggota profesi yang menyerahkan jasa. Independensi merupakan
faktor utama yang harus dijaga oleh seorang akuntan publik. Respon
profesi akuntan terhadap tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua
keputusan penting yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada
pertengahan tahun 1994, yang berisi:
a. Perubahan nama komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik (Dewan SPAP),

b. Perubahan nama Standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan
Akuntan menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Nama komite yang mencerminkan kesan ad hoc diubah menjadi
dewan yang lebih mencerminkan sifat permanen. Perubahan dimaksudkan
agar profesi akuntan publik secara berkelanjutan mampu memantau
perubahan kebutuhan masyarakat pemakai jasa dan meresponnya dengan
capat melalui organisasi permanen. Perubahan nama dari Norma
Pemeriksaan

Akuntan

ke

Standar

Profesional

Akuntan

Publik

dimaksudkan untuk menunjukkan peningkatan signifikan mutu jasa audit
dan perluasan spektrum jasa di luar audit atas laporan keuangan historis
yang dapat disediakan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat.
Perumusan SPAP yang dilakukan oleh Dewan SPAP merupakan
adopsi dari AICPA Professional Standards as of June 1993 yang
diterbitkan oleh AICPA, serta International Standards on Auditing yang
dikeluarkan oleh The International Federation of Accountants (IFAC).
Ada empat macam standar yang diterbitkan oleh Dewan SPAP sebagai
aturan mutu pekerjaan akuntan publik, antara lain standar auditing, standar
atestasi, dan standar jasa akuntansi dan review (IAI, 2004).
Penyempurnaan terhadap standar profesional akuntan publik terus
berlangsung guna memenuhi kebutuhan masyarakat bisnis. Pada tahun
2001 Ikatan Akuntan Indonesia melalui Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik kembali menerbitkan SPAP per 1 Januari 2001 sebagai up
dating dari SPAP per 1 Agustus 1994. Dalam SPAP per 1 Januari 2001

diatur mengenai standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi
dan

review,

sistem

pengendalian

manajemen,

dan

aturan

etika

kompartemen akuntan publik. Standar tersebut berlaku sampai saat ini.
Saat ini Departemen Keuangan Republik Indonesia (DepKeu RI)
telah merumuskan Rancangan Undang-undang mengenai akuntan publik
(RUU Akuntan Publik) melalui panitia antar Departemen Penyusunan
RUU Akuntan Publik (AP). Pengaturan melalui RUU AP lebih untuk
memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi perlindungan
kepentingan masyarakat serta memberikan landasan hukum bagi profesi
akuntan publik dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Selain itu,
akuntan publik merupakan salah satu profesi kunci yang berperan dalam
mendorong penerapan good corporate governance (IAI Online, 2006)
4. Independensi Akuntan Publik
a. Definisi Independensi
Tulang punggung profesi akuntan publik adalah independensi.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi menurut kode etik akuntan tahun 1994 adalah sikap yang
diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Integritas berarti jujur dan
dapat

dipercaya,

sedangkan

obyektivitas

berhubungan

dengan

kemampuan akuntan publik untuk mempunyai sikap adil dalam segala
hal yang berkaitan dengan tugas profesionalnya (Kell et al, 1989).
(Mulyadi, 1992) mengatakan bahwa independensi berarti bebas
dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada pihak lain. Akuntan publik yang independen adalah akuntan yang
tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang
berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang
dijumpainya dalam pemeriksaan.
(Arens Loebbeck, 1999) dalam (Supriono, 1998) memberikan
pengertian mengenai independensi sebagai berikut, independensi
sebagai suatu pemeriksaan yang tidak biasa dalam melakukan tes-tes
pemeriksaan,

penilaian

hasil-hasil

dan

mengeluarkan

laporan

pemeriksaan. Menurut (Eric, 1975) dalam (Nadirsyah, 1993),
independensi adalah suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang
mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang
diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan
dan

dikumpulkan

sesuai

dengan

aturan

dan

prinsip-prinsip

profesionalnya.
Menurut (Kosasih, 1984:80) dalam (Zamroni, 2006:23),
independensi harus diartikan sebagai bebas dari bujukan, pengaruh,
atau pengendalian dari pihak klien. Dengan perkataan lain bila auditor
mengikuti kemauan manajemen, maka opininya akan tidak mempunyai
nilai. (Holmes, 1877) dalam (Supriyono, 1988:23), berpendapat bahwa

independensi harus diartikan sebagai babas dari bujukan, pengaruh,
atau pengendalian dari klien yang diperiksa. Dengan kata lain, jika
akuntan publik mengikuti kehendak klien maka pendapat yang dia
berikan tidak mempunyai arti. Saat ini konsep independensi semakin
sangat penting dan semakin diperketat. Independensi dalam tindakan
dan sikap mental harus dipelihara oleh akuntan publik sepanjang masa.
Akhirnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001:220) melalui Standar
Profesional

Akuntan

Publik

SA

Seksi

220

mendefinisikan

independensi sebagai berikut:
“… Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,… tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapapun,… mengakui kewajiban untuk jujur
tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada
kreditur dan pihak lain yang meletakan kepercayaan (paling tidak sebagian)
atas laporan auditor independen,…”
b. Pentingnya Independensi
Zamroni (2006), Terjadinya kasus kegagalan audit berskala
besar di Amerika Serikat belakangan ini, seperti kasus Enron, telah
menimbulkan

kembali

skeptisisme

masyarakat

mengenai

ketidakmampuan profesi akuntansi dalam menjaga independensi.
Sorotan tajam diarahkan pada prilaku auditor dalam berhadapan
dengan klien yang dipresepsikan gagal menjalankan perannya sebhagai
auditor independen.
Schuetze (1994) dalam Zamroni (2006), menyatakan bahwa
auditor sejak dua dekade belakangan ini dipandang justru bertindak
melayani atau menjadi bersikap secara advokasi bagi klien. Wilcox

(1952) dalam Zamroni (2006:20), menyatakan bahwa independensi
adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting, sebab
pendapat akuntan independen diberikan untuk menambah kredibilitas
laporan keuangan

yang pada dasarnya merupakan

gambaran

manajemen. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen
kliennya, pendapat yang diberikan tidak mempunyai arti.
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian
dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang dimiliki oleh
setiap auditor. Auditor independen dari setiap kewajiban atau
independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang
diauditnya (Zamroni, 2006:21). Masyarakat menilai independensi
akuntan publik biasanya tidak hanya secara perseorangan tetapi dari
segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat
menilai seorang akuntan publik atau suatu kantor akuntan telah gagal
mempertahankan

independensinya

maka,

kemungkinan

besar

masyarakat manaruh kecurigaan terhadap independensi keseluruhan
akuntan publik. Kecurigaan tersebut dapat berakibat hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, khususnya
dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntan (Supriyono, 1988:20)
dalam (Zamroni, 2006:21-22).
c. Aspek Independensi Akuntan Publik
(Boynton et. al, 2003:66) Independensi sangat penting bagi
akuntan sehubungan dengan tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga.

Independensi berarti sikap mental independen auditor dalam
menjalankan tugasnya. Independensi merupakan dasar dari profesi
auditing. Hal ini berarti bahwa auditor akan bersikap netral terhadap
entitas dan akan bersikap obyektif. Publik dapat mempercayai fungsi
audit karena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya
kewajiban untuk bersikap adil. Meskipun entitas adalah klien bagi
akuntan publik, namun akuntan publik tetap memiliki tanggung jawab
yang lebih besar kepada para pengguna laporan auditor yang jelas telah
diketahui.

Akuntan

pertimbangannya

di

tidak
bawah

boleh

memposisikan

kelompok

apapun

dan

diri

atau

siapapun.

Independensi, integritas, dan objektivitas auditor mendorong pihak
ketiga untuk menggunakan laporan keuangan yang tercakup dalam
laporan auditor dengan rasa yakin dan percaya sepenuhnya. Menurut
(Ratna, 2006) dalam (Abdul Halim, 2001 : 21) Independensi akuntan
publik mempunyai tiga aspek:
1) Independensi dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam diri
akuntan dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang dijumpai
dalam pemeriksaannya. Aspek independensi ini disebut dengan
istilah independensi dalam kenyataan atau independence in fact.
2) Independensi dipandang dari sudut pandangan pihak lain yang
mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri akuntan.
Aspek independensi ini disebut dengan istilah independen dalam
penampilan atau independence in appearance

3) Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat
mempertimbangkan fakta dengan baik apabila ia mempunyai
keahlian mengenai pemeriksaan fakta tersebut.
d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik
Selain dapat digolongkan ke dalam dua aspek independensi,
yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, independensi akuntan publik
dapat digolongkan dengan cara lain. Independensi akuntan publik
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Independensi Praktisi (Practitioner Independence)
Independensi praktisi adalah independensi nyata dari
praktisi secara individual di dalam melaksanakan pekerjaannya,
dengan

kemampuan

praktisi

secara

ind