Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Yang Terdapat di Jakarta

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)

Oleh : Kurrotul Aini NIM: 205082000225

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Kurrotul Aini NIM: 205082000225

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Abdul Hamid, Prof, Dr., MS Hepi Prayudiawan, SE., AK., MM

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

“Analyze The Factors that Influence of Audit Quality (Empirical Study at Public Accountant Firm in Jakarta)”

By:

Kurrotul Aini

ABSTRACT

The research purposed to analyze the factors that are influencing of audit quality. This research use the primary data or research data which is obtained directly from publik accountant in jakarta by presenting direct question (questionnaires) to public accountans.

Result of the t test show signification of variable that are influencing of audit quality other things is independency, auditor interest, and also the auditor experience. While variable which do not have an effect on signification is duration process audit, sum up client, size measure of properties and health of client finance, and also make an audit fee.


(4)

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”

Oleh: Kurrotul Aini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini menggunakan data primer atau data penelitian yang di peroleh secara langsung dari akuntan publik di jakarta dengan cara menyajikan daftar pertanyaan langsung (kuesioner) kepada akuntan publik.

Hasil uji t menunjukkan signifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas auditor diantaranya adalah independensi, kompetensi auditor, serta pengalaman auditor. Sedangkan variabel-variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Kurrotul Aini

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 30 Juli 1988

4. Kewarganegaraan : Indonesia

5. Status : Belum menikah

6. Tinggi, berat badan : 165 cm, 46 Kg

7. Kesehatan : Sangat Baik

8. Agama : Islam

9. Alamat lengkap : Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung

Pondok Aren , Bintaro Jaya

10. Telepon : 08161377441

: 021 7341086 II. PENDIDIKAN

Formal

1993 - 2000 : SD Arraisyiah, Jakarta

2000 - 2003 : SLTP Pamulang, Jakarta

2003 - 2005 : MA Ashri, Jember

2005 - 2009 : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Non Formal

2008 - 2008 : Pelatihan Bisnis Tanpa Suap (CPA), Jakarta


(6)

III. PENGALAMAN KERJA Praktek Kerja Lapangan:

o Praktek Kerja di PT. KARVAK NUSA GEOMATIKA, Jakarta

Periode: Juli 2008 - Agustus 2008 Tujuan : Persyaratan tugas perkuliahan Posisi : Staff Accounting

o Praktek Kerja di PT. CITRA SOFIE MANDIRI, Jakarta

Periode: Oktober 2008 - Desember 2008 Tujuan : Menambah pengalaman Posisi : Staff Accounting IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Syaiful Imam

2. Pekerjaan : Wiraswasta

3. Ibu : Titin

4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

5. Alamat : Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung

Pondok Aren , Bintaro Jaya.


(7)

Segala puji bagi Allah yang karena nikmat-Nyalah telah sempurna segala kebaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin para nabi, sholihin, amilin, abiding dan para mujahid yang berjihat fisabilillah, baginda kita nabi Muhammad Rosullullah SAW. Tiada yang pantas terucap selain syukur Ahamdullillahi Robbil’alamin akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi

Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri. Melainkan berkat bantuan, sokongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Penyejuk mata, jiwa dan hatiku : ibuku yang tiada pernah berhenti untuk memberikan apa yang beliau miliki hanya untukku dan bapak jangan pernah lelah karena aku akan menyenangkan kalian dengan kasih sayangku.

2. Motivasi hidupku yang membuatku semangat untuk terus berusaha untuk menjadi contoh bagi adikku tercinta Ahmad Thoyib Siddiq. Semoga kita selalu menjadi anak-anak dan saudara yang membahagiakan dan membanggakan orang tua kita dengan akhlaq kita.

3. Bapak Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I sekaligus dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang senantiasa ikhlas untuk meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini. Semoga Allah selalu mencintai beliau karena kebaikan hatinya.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku dosen pembimbing II yang dengan kesabaran hatinya memberikan penulis bimbingan dan semangat bahwa semua itu akan menjadi mudah jika kita terus senantiasa berjuang dan berdoa. Semoga Allah selalu memberikan kebahagian dan keberkahan di setiap langkahnya.

5. Bapak Prof., Dr, Ahmad Rodoni selaku dosen penguji ahli dalam ujian komprehensif dan sidang skripsi.


(8)

6. Bapak Afif sulfa, SE.,Ak.,Msi, Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM, dan Ibu Rahmawati., SE., MM. selaku dosen penguji dalam ujian komprehensif dan ujian sidang skripsi.

7. Seluruh dosen dan karyawan dan semua orang yang selalu memfasilitasi penulis dalam mengembangkan pengetahuan saya.

8. Teman-teman seperjuangan ku di akuntansi A angkatan 2005, Maya, Beda, Devi, Fuah, Ita, Teguh, Ajid, Ocul, Rendy, Mas iwan, Arya, Padank, Bedul, Ferdi, Ega, Ardy, dan teman-teman yang lain yang belum disebut namanya.

9. Special thanks to orang yang paling special di hatiku “yayank”, makasih yaa kamu selalu ada buat aq kapanpun dan dimanapun.

10. Teman-teman di FEIS angkatan 2005 semoga kita terus bisa menjaga silaturrahmi diantara kita.

11. Pimpinan dan segenap pegawai KAP yang dengan penuh

kebaikan memberikan penulis kesempatan untuk melakukan riset dikantor bapak dan ibu.

12. semua pihak yang telah membantu penulis dan belum disebutkan namanya, terima kasih atas semua bantuannya.

Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembeca agar bisa memberi masukan untuk perbaikan kedepan. Akhir kata, terima kasih atas semua kerja samanya dan mohon maaf atas semua salah dan khilaf.

Jakarta, 06 Agustus 2009


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Audit ... 9

1. Definisi Audit ... 9

2. Jenis-jenis Audit ... 12

3. Jenis- jenis Auditor ... 17

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit ... 18

1. Independensi Auditor ... 20

2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal ... 30

3. Pengalaman auditor ... 32

4. Lamanya Waktu/Proses Audit ... 33

5. Jumlah klien ... 33

6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien ... 33

7. Audit Fee ... 34

C. Penelitian Terdahulu... 39

D. Kerangka Pemikiran ... 41

E. Perumusan Hipotesis ... 42


(10)

(11)

B. Metode Penelitian Sampel ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 43

D. Metode Analisis Data ... 45

1. Uji Validitas Data ... 45

2. Uji Realibilitas ... 46

3. Uji Asumsi Klasik ... 47

a. Uji Normalitas Data... 47

b. Uji Multikolinearitas ... 47

c. Uji Heterokedastisitas... 48

d. Uji Autokorelasi ... 48

4. Uji Hipotesis ... 49

a. Koefisien Determinasi ... 50

b. Uji t ... 51

c. Uji f... 51

E. Operasional Variabel Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Gambaran Umum Responden ... 57

B. Karekteristik Responden ... 58

C. Hasil Uji Kualitas Data... 60

1. Uji Validitas ... 60

2. Uji Realibilitas... 66

D. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 70

1. Uji Normalitas ... 70

2. Uji Multikolinearitas ... 71

3. Uji Heterokedastisitas... 72

4. Uji Autokorelasi ... 73

E. Pengujian Hipotesis ... 74

1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R2) ... 74

2. Koefisien Regresi ... 75

3. Hasil Uji t ... 77


(12)

BAB V PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan... 92

B. Implikasi ... 93

C. Saran ... 94


(13)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

3.1 Skala Likert ... 45

3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 52

4.1 Demografi Responden ... 58

4.2 Uji Validitas Variabel Independensi ... 60

4.3 Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor ... 62

4.4 Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor ... 62

4.5 Uji Validitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit ... 63

4.6 Uji Validitas Variabel Jumlah Klien ... 63

4.7 Uji Validitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien ... 64

4.8 Uji Validitas Variabel Audit Fee... 64

4.9 Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ... 65

4.10 Uji Reabilitas Variabel Independensi ... 66

4.11 Uji Reabilitas Variabel Keahlian Auditor ... 66

4.12 Uji Reabilitas Variabel Pengalaman Auditor ... 67

4.13 Uji Reabilitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit ... 67

4.14 Uji Reabilitas Variabel Jumlah Klien... 68

4.15 Uji Reabilitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien ... 68

4.16 Uji Reabilitas Variabel Audit Fee ... 69

4.17 Uji Reabilitas Variabel Kualitas Audit... 69

4.18 Uji Multikolinearitas ... 71

4.19 Uji Autokorelasi ... 73

4.20 Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 74

4.21 Uji Koefisien Regresi dan Uji t ... 75


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 41 4.1 Output Pengujian Normalitas Data... 70 4.2 Output Pengujian Heteroskedasitas ... 72


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Keterangan Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 102

Lampiran 2 Hasil try out uji validitas dan reabilitas ... 103

Lampiran 3 Hasil uji validitas dan reabilitas ... 104


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Melalui profesi akuntan publik inilah para investor dan para pemakai laporan keuangan lainnya mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh seorang yang independen untuk memastikan kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen perusahaan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dan kenyataan yang ada.

Seseorang yang independen tersebut dalam hal ini menyangkut profesi akuntan publik. Peran akuntan publik diharapkan dapat bertindak sebagai komunikator perkembangan usaha, dimana melalui siklus akuntansi yang tertata baik, masyarakat berharap dapat menerima dan memahami informasi perkembangan kegiatan usaha secara objektif dan lengkap. Selain dari itu profesi akuntan publik juga bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat


(17)

memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit.

Laporan keuangan harus diperiksa oleh auditor yang independen untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, dan pada era transparan dan terbuka saat ini, menuntut auditor untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, dengan mendasarkan pada kode etik dan standar profesi. Kontribusi audit adalah untuk menyajikan akuntabilitas, selama dia memberikan pendapat yang independen, apakah laporan keuangan suatu entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi yang wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kriteria atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa jenis auditor salah satunya adalah auditor eksternal atau independen yang bekerja untuk kantor akuntan publik dan statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor eksternal menghasilkan laporan atas financial audit atau audit laporan keuangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan


(18)

keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.

Seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (1) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan

pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi

berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini audit tidak biasa maka pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas (independent) dari kepentingan manapun. Independensi adalah syarat utama agar laporan audit objektif. Kompetensi saja tidak cukup, karena auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit serta dalam melaporkan temuan-temuannya. (Boynton, 2003:61).

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik juga harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten yunior untuk


(19)

mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. (Heri, 2008).

Beberapa studi yang pernah dilakukan dalam rangka mengevaluasi kualitas audit adalah diantaranya dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003) yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality Control Review (QCR)

yang diperoleh melalui pengukuran langsung secara relatif atas kualitas audit. Deis & Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut dia melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya dengan kualitas audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003) menyatakan bahwa: 1) Ceteris paribus, auditor independen yang efisien akan merencanakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan independen auditor yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit


(20)

fees yang lebih kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan

mengurangi overtime dalam pemeriksaan. Kantor auditor yang besar

menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997).

Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan.

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan dari penelitian- penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992), Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003), dan Lilik (2008). Variabel dalam penelitian ini meliputi independensi, kompetensi, pengalaman auditor, lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee yang beberapa diantaranya diadopsi dari penelitian mereka.

Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis menambahkan variabel pengalaman auditor sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, kemudian dalam penelitian ini juga penulis mencoba menggunakan variabel lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee yang dilakukan oleh Nasrullah (2003), dimana dalam penelitian Nasrullah (2003) hanya mengambil intsari dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992),


(21)

Ramy Elitzur & Haim Falk (1996). Maka dari itu penulis mencoba menggunakan variabel-varibel tersebut dalam penelitian ini.

Pentingnya penelitian mengenai kualitas audit ini dilakukan adalah karena pada saat ini sudah banyak sekali kasus-kasus di indonesia yang membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan seperti kasus Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (Securities and Exchange Commision) dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP tersebut. Hal itu bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor masih diragukan SEC, dimana kompetensi dan independensi merupakan karakteristik penting yang harus dimiliki oleh auditor. Maka dari itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit, agar dapat membantu para auditor dalam membangun audit yang lebih berkualitas dan terhindar dari kasus-kasus tersebut.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka judul yang diambil oleh

penulis adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”


(22)

B. Perumusan Masalah

a. Apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, audit fee secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit?

b. Dari beberapa variabel tersebut, variabel manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas audit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Untuk mengetahui apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien,

ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee berpengaruh

terhadap kualitas audit.

b. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas audit.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi penulis

Manfaat bagi penulis adalah agar penulis dapat membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah serta menambah wawasan tentang ilmu audit.

b. Bagi Auditor

Sebagai bahan masukan, tentang bagaimana pengaruh keahlian, independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, audit fee serta Ukuran dan kekayaan dan kesehatan keuangan klien


(23)

terhadap kualitas audit dan untuk meningkatkan pemahaman auditor tentang audit agar auditor dapat meningkatkan kualitas kerjanya.

c. Bagi Akademisi

Untuk membantu siapa saja yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang audit dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya.

d. Bagi masyarakat umum

Manfaat bagi masyarakat umum atau pihak yang tidak terkait langsung adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Audit

1. Definisi Audit

Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan klien. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan diketemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Agoes, 2004:3).

Arens (2008:4), mendefinisikan auditing sebagai suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah

ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan

independen.

Menurut Susan Irawati (2008), audit adalah suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang mencerminkan dari informasi keuangan suatu perusahaan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan mengenai adanya tingkat perbedaan antara informasi kuantitatif dengan


(25)

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh orang-orang independen dan kompeten.

Pemeriksaan akuntansi bertujuan memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena tujuan akhir auditing adalah memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan suatu perusahaan. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi adalah merupakan suatu komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya. Disamping itu auditing juga merupakan salah satu bentuk jasa assurance (Agoes, 2004:1).

Dari definisi diatas, terdapat beberapa karakteristik dalam pengertian auditing yaitu:

a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang telah ditetapkan

Dalam proses pemeriksaan, harus ditetapkan kriteria-kriteria informasi

yang diperlukan dan informasi tersebut Audit Finansial, Audit

Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern dapat diverifikasi kebenarannya untuk dijadikan bukti audit yang kompeten.

b. Entitas Ekonomi (Economy Entity)

Proses pemeriksaan harus jelas dalam hal penetapan kesatuan ekonomi dan periode waktu yang diaudit. Kesatuan ekonomi ini sesuai dengan

entity theory dalam Ilmu Akuntansi yang menguraikan posisi keuangan suatu perusahaan terpisah secara tegas dengan posisi keuangan pemilik perusahaan tersebut.


(26)

c. Aktivitas Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bahan Bukti

Proses pemeriksaan selalu mencakup aktivitas mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang dianggap kompeten dan relevan dengan proses pemeriksaan yang sedang dilakukan. Diawali dari penentuan jumlah bukti yang diperlukan sampai pada proses evaluasi atau penilaian kelayakan informasi dalam pencapaian sasaran kegiatan audit.

d. Independensi dan Kompetisi Auditor Pelaksana

Auditor pelaksana harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini publik tidak biasa maka pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas (independent) dari kepentingan manapun. Independensi adalah syarat utama agar laporan audit objektif.

e. Pelaporan Audit

Hasil aktivitas pemeriksaan adalah pelaporan pemeriksaan itu. Laporan audit berupa komunikasi dan ekspresi auditor terhadap objek yang diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tadi dapat dimengerti maka laporan itu harus mampu dipahami oleh penggunanya. Artinya laporan ini mampu menyampaikan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperoleh dan diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.


(27)

2. Jenis-jenis Audit

Agoes (2004) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum dilaksanakan. Ketiga jenis tersebut yaitu :

a. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional/ Manajemen)

Operasional/management audit merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit

operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi

manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.

Amin Widjaja (2008:13), mendefinisikan audit operasional adalah suatu proses yang sistematis sperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional harus mencakup langkah-langkah atau prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.

b. Compliance Audit ( Audit Ketaatan )

Compliance Audit merupakan pemeriksaan untuk

mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut.


(28)

telah menetapkan prosedur/peraturan dalam perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen.

c. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan )

Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.

1) Audit Laporan Keuangan dan Tanggung Jawab Auditor

Audit laporan keuangan memainkan peran yang sangat diperlukan dalam ekonomi pasar bebas. Audit laporan keuangan yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industri klien serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen, sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan tersebut telah menyajikan posisi keuangan entitas, hasil operasi, serta arus kas secara wajar sesuai dengan GAAP. Auditor bertanggungjawab


(29)

untuk mematuhi standar auditing yang berlaku umum (GAAS) dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, serta dalam menerbitkan laporan yang memuat kesimpulan auditoryang dinyatakan dalam bentuk pendapat atau opini atas laporan keuangan.

Perlunya dilakukan audit independen atas laporan keuangan dapat dilihat lebih lanjut pada empat kondisi berikut ini: a) Pertentangan kepentingan (conflict of interest).

Banyak pengguna laporan keuangan yang memberikan perhatian tentang adanya pertentangan kepentingan aktual ataupun potensial antara mereka sendiri dan manajemen entitas. Kekhawatiran ini berkembang menjadi ketakutan bahwa laporan keuangan dengan data yang menyertainya telah disusun sedemikian rupa oleh manajemen sehingga menjadi bias untuk kepentingan manajemen. Pertentangan kepentingan juga dapat terjadi diantara berbagai kelompok pengguna laporan keuangan seperti para kreditor dan para pemegang saham. Oleh karena itu para pengguna mencari keyakinan dari auditor independen luar bahwa informasi tersebut telah (1) bebas dari bias untuk kepentingan manajemen dan, (2) netral untuk kepentingan berbagai kelompok pengguna (dengan perkataan lain, informasi tidak disajikan sedemikian rupa sehingga menguntungkan salah satu kelompok pengguna diatas kelompok lainnya).


(30)

b) Konsekuensi (consequence)

Laporan keuangan yang diterbitkan menyajikan informasi penting, dan dalam beberapa kasus, merupakan satu-satunya sumber informasi yang digunakan untuk membuat keputusan investasi yang signifikan, peminjaman, serta keputusan lainnya. Oleh karena itu para pengguna menginginkan laporan keuangan tersebut memuat sebanyak mungkin data yang relevan. Karena keputusan yang dibuat akan membawa konsekuensi ekonomi, social, dan konsekuensi lain yang signifikan, maka para pengguna laporan akan melirik pada auditor independen untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan GAAP, termasuk semua pengungkapan yang memadai.

c) Kompleksitas (complexity)

Masalah akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan telah menjadi demikian kompleks. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas, maka risiko salah interprestasi dan risiko timbulnya kesalahan yang tidak disengaja juga ikut meningkat. Karena para pengguna merasa semakin sulit, atau bahkan mustahil untuk mengevaluasi sendiri mutu laporan keuangan, maka mereka mengandalkan auditor independen untuk menilai mutu informasi yang dimuat dalam laporan keuangan.


(31)

d) Keterpencilan ( remoteness)

Para pengguna laporan keuangan, bahkan pengguna yang paling pandai sekalipun menganggap tidak praktis lagi untuk mencari akses langsung pada catatan akuntansi utama guna melaksanakan sendiri verifikasi atas asersi laporan keuangan karena adanya faktor jarak, waktu, dan biaya. Dari pada mempercayai mutu data keuangan begitu saja, sekali lagi para pengguna lebih mengandalkan laporan auditor independen untuk memenuhi kebutuhannya. (Boynton, 2003:53).

2) Keterbatasan Audit Laporan Keuangan

Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan GAAS memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat. Diantaranya adalah:

a) Biaya yang memadai

Pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya pengujian, atau penarikan sample dari catatan akuntansi atau dqata pendukung yang dilakukan secara selektif .

b) Jumlah waktu yang memadai

Biasanya laporan auditor akan terbit dalam waktu tiga sampai lima minggu setelah tanggal neraca. Hambatan waktu ini dapat mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca yang berdampak pada laporan keuangan.


(32)

3. Jenis- jenis Auditor

Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, audit dibagi 4 jenis yaitu:

a. Auditor Eksternal

Auditor eksternal bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit.

b. Auditor Internal

Menurut Mulyadi (2008:29), auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi.

Auditor internal bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal auditor

biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance


(33)

c. Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undangundang perpajakan yang berlaku.

d. Auditor Pemerintah

Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit

Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas menemukan adanya penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal dari auditor tersebut yang dapat dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan, profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas melaporkan penyelewengan tersebut dalam laporan audit tergantung pada independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya. (Nasrullah, 2003).


(34)

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

Kualitas audit dinilai melalui sejumlah unit standardisasi dari bukti audit yang diperoleh oleh auditor eksternal, dan kegagalan audit dinyatakan juga sebagai kegagalan auditor independen untuk mendeteksi suatu kesalahan material. Untuk meningkatkan kualitas audit maka kita harus memperhatikan beberapa hal seperti:


(35)

1. Perubahan accounting requirements terhadap Legislation dan Statements of Standard Accounting Practice.

2. Perubahan lingkungan bisnis

3. Meningkatkannya kompleksitas dari sistem akuntansi yang menggunakan komputer.

Oleh karena itu para praktisi audit harus mengerti dengan baik apa yang membuat suatu audit itu berkualitas. Dan berdasarkan hasil survey dari 93 audit pemerintah yang dilakukan oleh American Institute of CPA Federal assistance audit quality mengidentifikasikan sejumlah atribut umum yang berhubungan dengan kualitas audit. Dari atribut tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas audit.

1. Independensi Auditor

Menurut Arens (2000), independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.

Secara umum independensi terdiri dari dua yaitu Independensi dalam kenyataan dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan merupakan sikap mental yang benar-benar ada dalam kenyataan ketika auditor dapat mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit.

Independensi ini terutama ditujukan ke pribadi auditor dalam melaksanakan auditnya. Sehingga independensi dalam kenyataan ini sulit untuk dinilai oleh orang atau pihak lain selain auditor sendiri.


(36)

Independensi dalam penampilan adalah hasil interprestasi atau presepsi orang atau pihak lain mengenai independensi auditor. Walaupun auditor dapat mempertahankan independensi dalam kenyataan, namun apabila pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil yang telah dibuat oleh auditor tidak akan credible lagi.

Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor apabila akuntan publik tersebut tidak independen. Dalam memberikan jasa-jasa tersebut para anggota harus bersikap independen dalam segala hal, artinya para anggota harus bertindak dengan integritas dan objektivitas. (Boynton, 2003:103). a. Aspek Independensi

Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi, yaitu:

1). Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.

2). Independensi penampilan (image projected to the

public/appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik.


(37)

Menurut Supriyono (1988:34) yang dikutip dalam penelitian Mayangsari (2003), ada enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan independensinya.

b. Faktor-Faktor Yang Menggangu Independensi Auditor Eksternal Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat pribadi, gangguan yang bersifat ekstern dan gangguan yang

bersifat organisatoris. Para auditor, termasuk konsultan yang dipekerjakan dan tenaga ahli serta spesialis intern yang melaksanakan tugas audit, perlu mempunyai pertimbangan terhadap tiga macam gangguan ini terhadap independensi yaitu sebagai berikut: 1). Gangguan yang bersifat pribadi

Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana auditor secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara individual dan juga


(38)

dapat berlaku bagi organisasi. Gangguan independensi yang bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut:

a) Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin dapat menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan temuan audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya menjadi berat sebelah, dengan cara apapun

b) Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit menjadi berat sebelah.

c) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diaudit.

d) Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetian kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.

e) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau progam yang diaudit.

f) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atau lembaga/unit kerja atau program yang diaudit.


(39)

g) Kepentingan keuangan secara langsung atau kepentigan keuangan yang besar, meskipun tidak secara langsung pada entitas atau program yang diaudit.

2). Gangguan yang bersifat ekstern.

Gangguan yang bersifat ekstern bagi organisasi/lembaga audit

dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi

kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan obyektif. Gangguan independensi yang bersifat ekstern, antara lain sebagai berikut:

a) Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah secara tidak semestinya atau secara gegabah, terhadap lingkup audit

b) Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang harus diperiksa.

c) Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian suatu audit.

d) Campur tangan pihak luar terhadap organisasi/lembaga audit mengenai penugasan penunjukkan, dan promosi staff pelaksana audit.

e) Pembatasan terhadap sumber yang disediakan bagi

organisasi/lembaga audit tersebut dalam melaksanakan


(40)

f) Wewenang untu menolak atau mempengaruhi peertimbangan auditor terhadap isi semetinya dari suatu laporan audit.

g) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan auditor atau dengan kebutuhan jasa audit.

3). Gangguan yang bersifat organisatoris.

Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal. Setiap auditor eksternal harus menjaga dan mempertahankan independensinya dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat merusak independensi. Oleh karena itu auditor eksternal harus

mengetahui faktor-faktor yang mungkin dapat merusak

independensinya. Untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal akan dijelaskan dibawah ini:

1). Komite Audit

Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan direksi sebuah perusahaan yang tanggung jawabnya membantu auditor untuk tetap independen dari manajemen. Kebanyakan


(41)

komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan dari manajemen. ( Arens. Et. Al, 2003).

Hasil riset yang dilakukan oleh Gul (1989) menunjukkan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi independensi auditor eksternal. Anggota komite audit terdiri dari non direktur eksekutif perusahaan dan bertanggung jawab untuk menunjuk auditor dan menetapkan

Quasi judical body (seperti badan hukum) dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan keberadaan auditor independen yang respek terhadap beberapa jasa yang disediakan oleh manajemen. (Mautz dan Neary, 1979).

2). Kondisi Keuangan Perusahaan Klien.

Temuan Gul (1989) menunjukan bahwa, menurut persepsi bankir kondisi keuangan perusahaan klien terhadap independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan. Akan tetapi, penelitian lain menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan klien berpengaruh terhadap sebagian besar auditor untuk dapat menghindari maupun tidak dapat menghindari dari tekanan kliennya. Shuctz dan Gustavon (1987) menemukan bukti bahwa aktuaris merasa bahwa resiko kewajiban hokum kantor akuntan berhubungan terbalik dengan kondisi keuangan klien. Apabila kondisi keuangan klien buruk maka auditor tidak mungkin


(42)

menyerah pada tekanan kliennya sehingga merasa khawatir atau takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang dilakukan oleh Knapp (1985) menemukan bukti bahwa pada saat kondisi keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hokum meningkat.

3). Jasa Konsultasi Manajemen

Menurut Boynton (2003), jenis utama jasa-jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik adalah:

a) jasa akuntansi dan kompilasi

b) jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review, prosedur yang disepakati

c) jasa-jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen, perencanaan keuangan, serta jasa internasional.

Aktivitas kantor akuntan selain memberikan jasa audit, juga memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cenderung memihak pada kepentingan kliennya. Menurut Supriono (1988), hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa alasan misalnya: (a) kantor akuntan yang memberikan saran-saran kepada klien cenderung memihak kepada


(43)

independensinya dalam melaksanakan pekerjaan audit. (b) kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain audit tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya, sehingga cenderung tidak independent didalam melaksanakan audit. (c) pemberian jasa lain selain audit mungkin menghasurkan kantor akuntan publik membuat keputusan tertentu untuk kliennya, sehingga posisi akuntan publik menjadi tidak independen dalam melaksanakan audit.

4). Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik

Persaingan antar kantor akuntan dapat diidentifikasi sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan jasa audit yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang

memasuki market audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan

yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran agresif. Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik, kemungkinan mempunyai pengaruh besar terhadap independensi auditor eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan pada dua pilihan yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor akuntan lain atau mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien.

5). Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik dengan Klien Lamanya hubungan antara kantor akuntan dengan kliennya adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor akuntan dalam melayani kebutuhan audit yang disediakan untuk


(44)

kliennya. (Shockley, 1981). Tingkat lamanya hubungan antara KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu: lima tahun/kurang dan lebih dari lima tahun.

d. Indikator Independensi

Mautz dan sharaf (1982) memberikan beberapa indikator independensi professional. Indikator-indikatornya adalah:

1). Independensi dalam program audit

a) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit b) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit

c) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.

2). Independensi dalam verifikasi

a) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan

b) Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit

c) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti

d) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.


(45)

3). Independensi dalam pelaporan

a) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikasi dari fakta-fakta yang dilaporkan

b) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit

c) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor

d) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit.

2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal

Dalam audit laporan keuangan seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (a) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi (b) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (c) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002), kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang


(46)

pekerja yang kemungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek- aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.

Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan

yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi

kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).

Menurut I Gusti Agung Rai (2008: 63), Supaya berhasil dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan umum yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Adapun mutu personal yang baik adalah:

1. Rasa ingin tahu 2. Berpikiran luas

3. Mampu menangani ketidakpastian

4. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah 5. Menyadari bahwa beberap temuan dapat bersifat subjektif 6. Mampu bekerja sama dalam tim.


(47)

3. Pengalaman auditor

Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. (Ratnadi, 2005)

Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Marinus, Wray (1997) dalam Meifida (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas

(job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam Meifida (2006), menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut (seperti Ashton, 1991; Blocher et al.1993), hal ini karena menurut Ashton (1991) dalam Meifida (2006), sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar.

Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam Putri Noviyani (2002:483) jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab


(48)

kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.

4. Lamanya Waktu/Proses Audit

Lamanya waktu/proses auditor tersebut telah melakukan

pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi disebut juga tenure. Peneliti berasumsi bahwa semakin lama dia telah melakukan audit, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah. Karena auditor menjadi kurang memiliki tantangan dan prosedur audit yang dilakukan kurang inovatif atau mungkin gagal untuk

mempertahankan sikap professional skepticism. (Deis dan Giroux,1992

dalam Nasrullah, 2003). 5. Jumlah klien

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik. Karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya. (Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah, 2003).

6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien

Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga berkorelasi dengan kualitas audit. Dan korelasinya menunjukkan hubungan yang negatif, dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien, maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk tidak mengikuti standar. Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan


(49)

gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah: (a) pernyataan etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan profesi, (d) Auditing berada (menjadi) anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi auditor dengan kelompok Professional Peer Groups, dan (f) Normal internasional profesi auditor. (Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah, 2003).

7. Audit Fee

Menurut Abdul Halim (2001:89), Audit fee adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah

KAP. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya didalam

penerimaan penugasan. Oleh sebab itu, penentuan audit fee perlu disepakati antara klien dengan auditor. Penentuan fee tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan fee audit, antara lain:

a. Per diem basis

Pada cara ini, fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu atau jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat berbeda- beda.


(50)

b. Flat atau kontrak basis

Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan, yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.

c. Maksimum fee basis

Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali tentukan tarif per jam, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam atau waktu kerja.

Besarnya fee audit ditentukan oleh banyak faktor. Namun demikian, pada dasarnya terdapat 4 faktor dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu (Abdul Halim, 2001: 89):

1) Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal, dan lain-lain.

2) Lingkungan, seperti persaingan pasar, tenaga profesional, dan lain- lain.

3) Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain.

4) Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor, dan lain-lain.


(51)

Di Indonesia, khususnya di Surabaya hasil penelitian yang dilakukan oleh Sodik dalam Abdul Halim, (2001:89) yang meneliti masalah ini pada tahun 1993 menunjukkan bahwa faktor yang dominan dalam penentuan fee audit berturut-turut adalah lamanya waktu audit, jumlah lokasi, jumlah laporan klien, frekuensi audit, ruang lingkup audit, penggunaan jasa pihak lain, jenis industri klien, kepemilikan klien, total aktiva klien, dan modifikasi laporan.

Lebih lanjut dijelaskan dalam Surat Keputusan No.

KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Yang dimaksudkan untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh

auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai

kemampuan dan kompetensi Anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku.

Dalam menetapkan imbalan jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit, sebagai berikut : a. Tahap perencanaan audit antara lain : pendahuluan perencanaan,

pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi, pemahaman struktur pengendalian internal, penetapan risiko pengendalian,


(52)

melakukan analisis awal, menentukan tingkat materialitas, membuat program audit, risk assessment atas akun, dan fraud discussion dengan management.

b. Tahap pelaksanaan audit antara lain : pengujian pengendalian internal, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detail transaksi.

c. Tahap pelaporan antara lain : review kewajiban kontijensi, review atas kejadian setelah tanggal neraca, pengujian bukti final, evaluasi dan kesimpulan, komunikasi dengan klien, penerbitan laporan audit, dan capital commitment.

Selain itu, dalam menetapkan fee audit, Akuntan Publik harus juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Kebutuhan klien

b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties) c. Independensi

d. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan

e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan f. Basis penetapan fee yang disepakati.


(53)

Imbalan jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan.

Dalam hal imbalan jasa tidak dikaitkan dengan banyaknya waktu

pengerjaan, Anggota harus menyampaikan Surat Perikatan

(Engagement Letter) yang setidaknya memuat : (1) tujuan, lingkup pekerjaan serta pendekatan dan metodologinya; dan (2) basis penetapan dan besaran imbalan jasa (atau estimasi besaran imbalan jasa) serta cara dan/atau termin pembayarannya.

Anggota diharuskan agar selalu : (1) memelihara dokumentasi lengkap mengenai basis pengenaan imbalan jasa yang disepakati; dan (2) menjaga agar basis pengenaan imbal jasa yang disepakati konsisten dengan praktek yang lazim berlaku.

Untuk mempertahankan independensinya, Anggota sudah harus menerima imbal jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai pekerjaan untuk periode berikutnya. Anggota tidak diperkenankan menerima perikatan apabila klien belum membayar lunas kewajiban kepada auditor terdahulu.

Praktek yang baik mengharuskan dilakukannya penagihan secara bertahap atas pekerjaan yang diselesaikan untuk periode lebih dari satu bulan. Penagihan harus segera dilakukan begitu termin yang disepakati telah jatuh waktu.


(54)

Setiap Kantor Akuntan Publik wajib menerapkan ketentuan mengenai panduan penetapan imbalan jasa (fee) audit sebagaimana diatur dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini. Kebijakan penentuan fee audit oleh Kantor Akuntan Publik menjadi salah satu aspek dalam hal dilakukannya review mutu terhadap Kantor Akuntan Publik tersebut. (Aron simanjuntak, 2008).

C. Penelitian Terdahulu

1. De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.

2. Deis dan Giroux (1992) yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality Control Review (QCR) yang diperoleh melalui pengukuran langsung secara relatif atas kualitas audit. Deis & Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut dia


(55)

melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya dengan kualitas audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. 3. Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) menyatakan bahwa:1)

Ceteris paribus, auditor independen yang efisien akan merencakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan independen auditor yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit fees yang lebih kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan mengurangi

over time dalam pemeriksaan. Kantor auditor yang besar menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997; Teoh dan Wong, 1993)

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan.

5. Heri (2008), memberi kesimpulan dalam penelitiannya bahwa akuntan publik menyatakan sangat penting untuk bersikap independen terhadap klien untuk meningkatkan kualitas audit yang dilaksanakan.


(56)

D. Kerangka Pemikiran

Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini akan dikembangkan dalam sebuah kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Independensi (Liliek, 2008)

Keahlian (Liliek, 2008)

Pengalaman (Peneliti) Lamanya Waktu/Proses

Audit

Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003)

Kualitas Audit

Jumlah klien Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003)

Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien

Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003)

Audit fee

Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah


(57)

E. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh keahlian, independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, audit fee, dan ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, terhadap tingkat kualitas audit, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

H2 : Keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

H3 : Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

H4 : Lamanya waktu/proses audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit

H5 : Jumlah klien berpengaruh terhadap kualitas audit

H6 : Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit

H7 : Audit fee berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

H8 : Independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman

auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, audit fee secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang terdapat dalam Kantor Akuntan Publik dimana ia menjalankan proses audit, yaitu yang melakukan pengujian terhadap laporan keuangan. Alasan pemilihan tersebut adalah karena akuntan publik melakukan pemeriksaan pengujian terhadap laporan keuangan dan memberikan pendapat atas dasar hasil pemeriksaan tersebut, sehingga mereka terlibat dalam penentuan kualitas audit.

B. Metode Penentuan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

mengambil sampel dengan menggunakan teknik Convenience Sampling yaitu

suatu metode yang memilih unit sample yang datanya mudah diperoleh peneliti (Abdul Hamid, 2007:30). Populasi dari penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Jakarta, sedangkan sampel yang dipilih dari populasi adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP tersebut dan sudah pernah mengaudit.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah:


(59)

1. Data primer

Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu dengan meninjau secara langsung obyek penelitian serta melakukan wawancara dengan beberapa karyawan yang bersangkutan dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi, yaitu peneliti langsung melakukan survei ke lapangan, dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan observasi langsung ke perusahaan, yaitu Kantor Akuntan publik yang terdapat di jakarta.

b. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangakat pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner ini diberikan kepada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta.

Skala likert (Likert Scale) merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 104).


(60)

Tabel. 3.1

Skala likert Bobot

Sangat setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Sumber: Indriantoro dan Supomo, 2002

2. Data Sekunder

Sumber data diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka yaitu usaha yang dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder yang

diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan

menganalisis sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, serta catatan kuliah yang berkaitan dengan bahasan penelitian sebagai dasar perbandingan antara teori yang relevan praktek yang terjadi di lapangan. D. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas Data

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah (Ghozali:2005).


(61)

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang diukur (Santoso:2004). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi bivariate

antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk.

Jika koefisien korelasi > 0,300, semua butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. Dan sebaliknya, jika harga koefisien korelasi lebih kecil dari 0,300, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid (Sudarmanto:2004) dalam Subekti (2007).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah penerjemahan dari kata reliability yang

mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki

reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel

(Ghozali:2005). Istilah ini juga dipakai untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Juga dapat diartikan sebagai tingkat ketepatan, ketelitian, dan keakuratan sebuah instrumen.

Jika koefisien korelasi > 0,600, semua butir pertanyaan tersebut dikatakan reliabel. Dan sebaliknya, jika harga koefisien korelasi lebih kecil dari 0,600, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel (Ghozali:2005).


(62)

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Untuk mengolah data digunakan Uji Normalitas, yang menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dengan menggunakan Normal P-P Plot data yang ditunjukkan menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2002:212).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui hubungan yang bermakna (korelasi) antara setiap variabel dependen dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik adalah seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya Ghozali (2005:9). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menaganalisis matrik korelasi variabel independen, jika variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tidak


(63)

adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas.

3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari: (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independent lainnya.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dan residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut heterokedastisitas dan jika berbeda disebut heterodastisitas. Model regresi yang baik

adalah yang terdapat homokedastisitas atau terjadi gejala

heterokedastisitas Ghozali (2005:105). Kebanyakan data crossection

mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regensi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi,maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)


(64)

tidak bebas dari satu obsevasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya.

4. Uji Hipotesis

Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Jika yang dihipotesis adalah masalah statistik, maka hipotesis ini disebut hipotesis statistik. Langkah-langkah penyelidikan hipotesis disebut dengan pengujian hipotesis (Husein Umar, 2008:104).

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel dependen, yaitu: kualitas audit, sedangkan variabel independennya adalah keahlian, independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan

keuangan klien, dan audit fee Untuk menguji hipotesis (H1-H3) digunakan

model sebagai berikut:

Y= a + b1X1 +b2X2 + b3X3+b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ e

Dimana:

Y = kualitas audit

A = konstanta


(65)

X1 = variabel independensi

X2 = variabel kompetensi/keahlian

X3 = variabel pengalaman

X4 = variabel Lamanya waktu/proses audit

X5 = variabel Jumlah klien

X6 = variablel Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien

X7 = variabel audit fee

e = error term

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui: a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur

kemampuan variabel-variabel independen, yaitu keahlian,

independensi, pengalaman, Lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, audit fee, dan Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, dalam menjelaskan variabel dependen, yaitu kualitas audit. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk menunjukan persentase tingkat kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilkukan. Nilai R2, memiliki range antara 0 sampai 1. jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka berarti semakin besar variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen. Hubungan antara variabel-variabel

independen dengan variabel dependen, diukur dengan koefisien korelasi (R). Jika angka R diatas 0.5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat.


(1)

No Pertanyaan STS TS N S SS Semakin banyak jumlah klien maka

1

kualitas audit akan semakin baik.

Auditor dengan jumlah klien yang banyak 2

akan berusaha menjaga reputasinya.

Semakin banyak jumlah klien maka tidak 3

akan mempengaruhi kualitas audit.

UKURAN KEKAYAAN DAN KESEHATAN KEUANGAN KLIEN

No Pertanyaan STS TS N S SS

Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan 1 klien juga berkorelasi dengan kualitas

audit.

Semakin sehat keuangan klien, maka ada kecendrungan klien tersebut untuk 2

menekan auditor untuk tidak mengikuti standar.

Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah tergantung pada 3

kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan gambaran perilaku auditor.


(2)

No Pertanyaan STS TS N S SS Jika audit fee dari suatu klien merupakan

sebagian besar dari total pendapatan suatu 1

KAP, hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit.

Jika audit fee dari suatu klien hanya merupakan sebagian kecil dari total 2

pendapatan suatu KAP, hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit.

Jika bapak/ibu mengetahui bahwa fee yang diperoleh dari seseorang klien merupakan sebagian besar pendapatan suatu KAP, 3

maka informasi yang disajikan didalam laporan pemeriksaannya lebih bermanfaat dan berkualitas .

Jika bapak/ibu mengetahui bahwa fee yang diperoleh dari seseorang klien merupakan sebagian kecil pendapatan suatu KAP, 4

maka informasi yang disajikan didalam laporan pemeriksaannya kurang bermanfaat dan berkualitas.

Audit fee yang besar, akan mempengaruhi 5 kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan

publik.

Audit fee yang kecil, tidak akan 6 mempengaruhi kualitas audit yang

dilakukan oleh akuntan publik.


(3)

No Pertanyaan STS TS N S SS KAP dan Tim Audit yang mengaudit

perusahaan, sudah berpengalaman dalam 1

mengaudit perusahaan-perusahaan yang sejenis

KAP dan Tim Audit memiliki pemahaman 2 mengenai industri klien untuk dapat secara

efektif mengaudit suatu perusahaan

KAP responsif terhadap kebutuhan klien 3 (selain kebutuhan akan opini audit atas

laporan keuangan perusahaan)

Anggota Tim Audit secara teknis berkompeten dalam mengaplikasikan PSAK 4 (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik)

KAP dan anggota dari Tim Audit secara individual mampu mempertahankan sikap 5

independen dalam kenyataan maupun dalam menjalankan proses audit

Anggota Tim Audit memiliki kemahiran 6 profesional secara cermat dan seksama

dalam semua aspek audit

KAP memiliki komitmen yang kuat 7

terhadap kualitas

Para manajer dari KAP secara aktif terlibat 8

dalam proses audit

Anggota-anggota dari Tim Audit dapat 9

melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat 10 Anggota Tim Audit berinteraksi secara


(4)

efektif dengan komite audit sebelum, selama, dan sesudah proses audit

Anggota Tim Audit memiliki standar etik 11 dan memiliki pengetahuan yang lebih

tentang accounting dan auditing

Anggota tim Audit mempertahankan sikap 12 skeptis (tidak mudah percaya) dalam

menjalankan proses audit

---TERIMA


(5)

Kepada Yth,

Bapak/Ibu/Sdra/Sdri Auditor Independen Di Kantor Akuntan Publik

Dengan hormat,

Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya tempuh, maka bersama ini saya:

Nama : Kurrotul Aini

NIM : 205082000225

Jurusan : Akuntansi/Audit

Fakultas : Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan topik yang sedang saya teliti, yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di

Jakarta)”.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya meminta kesediaan

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner tersebut dengan objektif. Semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Mengetahui, Hormat Saya,

Pembimbing I Peneliti

(Prof.Dr.Abdul Hamid,MS) (Kurrotul Aini)


(6)

Kepada Yth,

Bapak/Ibu/Sdra/Sdri Auditor Independen Di Kantor Akuntan Publik

Dengan hormat,

Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya tempuh, maka bersama ini saya:

Nama : Kurrotul Aini

NIM : 205082000225

Jurusan : Akuntansi/Audit

Fakultas : Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan topik yang sedang saya teliti, yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang

Terdapat di Jakarta)”.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya

meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner tersebut dengan objektif. Semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Mengetahui, Hormat Saya,

Pembimbing II Peneliti


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Dan Obyektivitas Auditor Pada kantor Akuntan Publik Di Jakarta

1 15 106

ANALISIS FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

0 2 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

0 9 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

0 1 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta Dan Semarang.

0 3 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta Dan Semarang.

0 2 16

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia).

0 2 17

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia).

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.

0 1 17