Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Kapuk Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) Sebagai Penghambat Pembentukan Batu Ginjal Pada Tikus Putih Jantan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Kapuk
Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) Sebagai
Penghambat Pembentukan Batu Ginjal PadaTikus Putih
Jantan

SKRIPSI

AGUS IMAM MUHGNI
108102000062

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JANUARI 2013

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Kapuk
Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) Sebagai
Penghambat Pembentukan Batu Ginjal PadaTikus Putih
Jantan

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AGUS IMAM MUHGNI
108102000062

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JANUARI 2013

ii

ABSTRAK


Nama

: Agus Imam Muhgni

Program Studi

: Farmasi

JudulSkripsi

: Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Kapuk Randu
(Ceiba pentandra (L.) Gaertn) Sebagai Penghambat
Pembentukan Batu Ginjal Pada Tikus Putih Jantan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas
penghambat batu ginjal dari ekstrak etanol 70% kulit batang kapuk randu (Ceiba
pentandra (L.) Gaertn) pada tikus putih jantan galur Sparague dawley yang
diinduksi etilen glikol 0,75% dan amonium klorida 2%. Hewan coba kelompok
perlakuan diberi ekstrak etanol 70% kulit batang kapuk randu dengan dosis 125
mg/kg bb, 250 mg/kg bb dan 750 mg/kg bb. Aktivitas penghambat batu ginjal

yang terdapat pada ekstrak etanol daun kapuk randu diperiksa dengan melihat
kemampuan dalam menghambat pembentukan kristal kalsium oksalat di ginjal.
Pada akhir perlakuan ginjal tikus diambil dan dianalisis kadar kalsiumnya
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Parameter ginjal meliputi warna,
bentuk, rasio dan kadar kalsium pada ginjal. Data hasil penelitian diuji dengan
metode statistik Kruskal-Wallis. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol negatif, ekstrak
etanol kulit batang kapuk randu memiliki potensi untuk menghambat
pembentukan kalsium pada ginjal. Kemampuan penghambat batu ginjal yang
paling besar pada kelompok perlakauan adalah dosis 250 mg/kg bb dengan
persentase 94 %. Ini membuktikan ekstrak etanol kulit batang kapuk randu dapat
menjadi alternatif dalam pengobatan batu ginjal.

Kata kunci: Ekstrak etanol kulit batang kapuk randu, aktivitas penghambat batu
ginjal, etilen glikol, spektrofotometer serapan atom

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


ABSTRACT
Name
: Agus Imam Muhgni
Program Study : Pharmacy
Title
: Assay Activity of 70 % Ethanol Extract of Stem Bark of
Kapok Randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn) to inhibit the
forming of a Kidney Stone on White Male Rats

The aims of this research was evaluate exposed of antiurolithiatic activity of 70 %
ethanol extract of stem bark of kapok randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) on
male white Sparague dawley furrow rats using 0,75 % glycol ethylene and 2 %
ammonium chloride induction method. Animals in treatment group are given 70%
ethanol extract of stem bark of kapok randu at the doses of 125 mg/kg bw, 250
mg/kg bw and 750 mg/kg bw. Antiurolithiatic activity in the ethanol extract of
stem bark of kapok randu is examined by observing the ability to inhibit the
forming of calcium oxalate crystal in the kidney. At the end of the treatment, the
rats kidneys are removed and the kidneys calcium level is analyzed use Atomic
Absorption Spectroscopy. The kidneys parameter includes the color, shape, ratio
of kidneys weight and calcium level in rats kidneys. The data from research result

is examined using Kruskal-Wallis method statistic. From the data obtained, there
are significant differences on treated group from negative control group, where
the ethanol extract of stem bark of kapok randu can inhibit the forming kidney
calcium. The biggest kidney stone inhibition ability is the dose of 250 mg/kg bw
with the percentage of 94 %. Ethanol extract of stem bark of kapok randu can be
an alternative to kidney disease treatment.
Keywords: Ceiba pentandra, Kidney Stone, Ethylene Glycol, Atomic Absorption
Spectroscopy

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin atas rahmat dan karunia Allah SWT, Zat
Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan keistiqomahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak
Etanol 70% Kulit Batang Kapuk Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) Sebagai
Penghambat Pembentukan Batu Ginjal Pada Tikus Putih Jantan”. Penulisan

skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama penelitian dan penulisan skrips ini, telah banyak pihak yang
berperan dalam memberikan bantuan kepada penulis dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt. selaku dosen pembimbing
pertama dan Ibu Lina Elfita, M.Si., Apt. Selaku dosen pembimbing
kedua yang dengan sabar selalu memberikan bimbingannya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku ketua Prodi Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt sebagai pembimbing akademik yang telah
membantu penulis selama menjalankan masa studi di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh staf dan keluarga besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

umumnya dan segenap pengajar farmasi pada khususnya yang telah
memberi bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di
Prodi Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Kementrian Agama RI yang telah memberikan beasiswa santri
berprestasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di Prodi Studi
Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Sahabat-sahabat matriks 2008 yang telah bersama-sama berjuang dalam
menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Kedua orang tua tercinta (Ayahanda Khamdi Mustar dan Ibunda Siti
Supiah) serta adikku yang kubanggakan (Ahmad Syaifudin) yang tiada
hentinya memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
9. Novia Madya Cahyani, S.Si sebgai tujuan hidup yang dengan sabar
mendampingi serta selalu memberikan inspirasi, semangat dan
kebahagian kepada penulis.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritik tetap penulis
harapkan untuk menjadikan tulisan ini lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun
sebagai tambahan informasi untuk memperkaya ilmu di kemudian hari.

Jakarta, Maret 2013

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Agus Imam Muhgni


NIM

: 108102000062

Program Studi : Farmasi
Fakultas

: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya

: Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Klit Batang Kapuk Randu (Ceiba
pentandra (L.) Gaertn) Sebagai Penghambat Pembentukan Batu Ginjal Pada
Tikus Putih Jantan
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.

Dibuat di

: Jakarta

Pada Tanggal

: 5 Maret 2013

Yang menyatakan,

(Agus Imam Muhgni)

x


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3. Hipotesis..................................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5
2.1. Kapuk Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) ........................... 5
2.1.1. Klasifikasi Tanaman ........................................................ 5
2.1.2. Sinonim ............................................................................. 6
2.1.3. Nama Daerah .................................................................... 6
2.1.4. Deskripsi Tanaman ........................................................... 6
2.1.5. Khasiat dan Kegunaan ...................................................... 8
2.1.6. Kandungan Kimia ............................................................. 8
2.1.7. Bagian Tanaman yang Digunakan .................................... 8
2.2. Ekstrak ....................................................................................... 8

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3. Ekstraksi ..................................................................................... 9
2.4. Maserasi ..................................................................................... 9
2.5. Etilen Glikol ............................................................................... 9
2.6. Batu Ginjal ................................................................................. 10
2.6.1. Definisi Batu Ginjal ......................................................... 11
2.6.2. Penyebab Batu Ginjal ...................................................... 12
2.6.3. Gejala Penyakit Batu Ginjal ............................................ 13
2.6.4. Klasifikasi Batu Ginjal .................................................... 14
2.6.5. Penatalaksanaan Batu Ginjal ........................................... 15
2.7. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ..................................... 15
2.7.1. Mekanisme Kerja SSA .................................................... 16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 18
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 18
3.2. Determinasi Tanaman ................................................................ 18
3.3. Pengambilan Sampel .................................................................. 18
3.4. Bahan dan Alat ........................................................................... 18
3.4.1. Bahan ............................................................................... 18
3.4.2. Alat .................................................................................. 19
3.4.3. Hewan Uji ........................................................................ 19
3.5. Prosedur Kerja ............................................................................ 19
3.5.1. Pembuatan Simplisia ....................................................... 19
3.5.2. Pembuatan Ekstrak .......................................................... 20
3.5.3. Karakterisasi Simplisia .................................................... 20
3.5.4. Penapisan Fitokimia ........................................................ 21
3.5.5. Uji Aktivitas Penghambatan Batu Ginjal ........................ 23
3.5.6. Analisis Sampel ............................................................... 25
3.5.7. Uji Statistik Kadar Kalsium Ginjal .................................. 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 28
4.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 28
4.1.1. Determinasi Tanaman ...................................................... 28
4.1.2. Hasil Ekstraksi dan Penetapan Parameter Ekstrak .......... 28
4.1.3. Penapisan Fitokimia ........................................................ 28

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar Kalsium ................................... 28
4.1.5. Hasil Analisis Fisiologi dan Rasio Bobot Ginjal ............. 30
4.2 Pembahasan ................................................................................. 31
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 37
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 37
5.2 Saran ........................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Pembagian Kelompok Hewan Uji ....................................................... 24
2. Rataan Kadar Kalsium pada Ginjal ..................................................... 28
3. Persentase Kemampuan Menghambat Batu Ginjal ............................. 29
4. Rasio Bobot Ginjal .............................................................................. 29

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Pohon Kapuk Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) .................. 5
Gambar 2. Metabolisme Etilen Glikol .......................................................... 10
Gambar 3. Mekanisme Kerja Spektrofotometer Serapan Atom ................... 16
Gambar 4. Grafik Rataan Kadar Kalsium dalam ginjal ................................ 28
Gambar 5. Pohon Kapuk Randu.................................................................... 45
Gambar 6. Kulit Batang Pohon Kapuk Randu .............................................. 45
Gambar 7. Pembedahan Hewan Coba ........................................................... 45
Gambar 8. Ginjal Tikus ................................................................................. 45
Gambar 9. Spektrofotometer Serapan Atom Perkin Elmer 700. .................. 45

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Kerangka Konsep ..................................................................... 41
Lampiran 2. SkemaPembuatan Ekstrak ....................................................... 42
Lampiran 3. Skema Uji Penghambat Batu Ginjal ......................................... 43
Lampiran 4. Hasil Determinasi ..................................................................... 44
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 45
Lampiran 6. Perhitungan Hasil Rendemen ................................................... 46
Lampiran 7.Perhitungan Susut Pengeringan ................................................. 47
Lampiran 8.Perhitungan Kadar Abu ............................................................. 47
Lampiran 9. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Daun Kapuk Randu ............... 48
Lmapiran 10. Perhitungan Dosis Batugin Elixir ........................................... 50
Lampiran 11. Hasil Pengukuran Kadar Kalsium .......................................... 51
Lampiran 12. Hasil Pengukuran Rasio Bobot Ginjal Tikus .......................... 54
Lampiran 13.Hasil Pengukuran Persentase Penurunan Kadar Kalsium
Ginjal ..................................................................................... 57
Lampiran 14. Analisis Statistik Kadar Kalsium ............................................ 59

xvi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Bagi sebagian masyarakat, obat tradisional merupakan pilihan
utama untuk mengatasi berbagai penyakit, sementara bagi sebagian
masyarakat lain, obat tradisional menjadi pilihan alternatif pengobatan.
Sementara itu, alasan pemakaian obat tradisional saat ini lebih disebabkan
semakin tingginya harga-harga obat buatan pabrik yang tidak diimbangi
dengan kemampuan daya beli masyarakat. Namun, di balik kenyataan
tersebut, ada kecenderungan bahwa masyarakat modern sekarang mulai
tertarik pada obat-obat tradisional, misalnya jamu. Alasannya, selain aman
di gunakan, khasiat beberapa jenis obat tradisional tidak kalah
dibandingkan dengan obat-obatan modern (Prapanza, 2003).
Beberapa jenis penyakit gangguan ginjal yang sering diderita
manusia, yaitu batu ginjal, radang saluran kencing, radang ginjal.
Pembagian ini didasarkan proses infeksi akibat keberadaan batu sebagai
akibat kristalisasi senyawa tertentu pada ginjal maupun saluran kencing
(Margatan, 1996). Dalam kondisi tertentu, senyawa oksalat berbentuk
larutan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh melalui air kencing. Namun,
dalam kondisi yang lain, senyawa tersebut dapat bereaksi dengan ion
kalsium (kapur) sehingga membentuk kalsium oksalat yang sukar larut dan
cenderung membentuk kristal, semakin lama kristal tersebut akan semakin
besar sehingga membentuk gumpalan batu, batu pada ginjal tersebut dapat
mengganggu fungsi ginjal maupun saluran kencing (Mursito, 2003).
Batu ginjal adalah batu-batu kecil yang terbentuk di dalam ginjal
akibat pengendapan yang terjadi di urin bergerak turun ke pipa kemih
(ureter). Batu ini dapat menyumbat saluran air seni (urethra) dan sewaktu
buang air kecil menyebabkan terasa nyeri serta sukar keluar. Kandungan
batu ginjal dapat berupa kalsium oksalat dan kalsium pospat atau

1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2

gabungan keduanya (Nisma, 2011). Batu ginjal bisa timbul dikarenakan
infeksi di ginjal , atau banyak mengkonsumsi kalsium tapi kurang minum.
Terlalu tinggi asam urat bisa pula memicu terbentuknya batu ginjal,
karena menimbulkan endapan dalam ginjal yang makin lama makin
membatu (Margatan, 1996). Ukuran dan bentuk batu bermacam-macam,
berkisar dari partikel sangat kecil yang dapat lewat tanpa diketahui
sampai batu yang berukuran sekitar 5 cm. Selama tidak bergerak, adanya
batu tidak diketahui. Tetapi batu yang kecil sekalipun dapat menimbulkan
rasa sakit yang hebat ketika berjalan keluar dari ginjal. Perdarahan ringan
dapat terlihat akibat luka pada dinding saluran kemih. Proses
pembentukan batu terjadi di dalam ginjal di bagian muara dari saluran
kecil yaitu di bagian yang disebut piramid. Terbentuknya batu
dipengaruhi oleh berbagai hal fisika dan kimia antara lain mula-mula
kadar suatu zat, misalnya asam urat berlebihan dalam urin disebut
supersaturasi sehingga mengendap menjadi kristal, zat-zat lain adalah
kalsium oksalat dan strufit. Faktor lain adalah bila zat inhibitor (zat
pencegah terjadinya kristal) kadarnya berkurang, misalnya sitrat, faktor
keasaman urin (pH) serta infeksi. Jenis batu yang sering terdapat dalam
ginjal ada empat, yaitu kalsium oksalat (70-75 %), strufit (20 %), asam
urat (5 %) dan sistin (1 %) (Saputra, 2009).
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai efek kelarutan batu
ginjal, khususnya batu kalsium dengan mengunakan tanaman tradisional
antara lain: buah Anggur Biru (Vitis vinivera L.) (Nisma, 2011), sari
lobak putih (Rhapanus sativus L) (Maryati et al, 2009), daun tempuyung
(Sonchus arvensis) (Hidayati et al, 2009), bulbus bawang dayak
(Elautherine palmifolia L Merr) (Arnida, 2008), daun jagung (Zea mays
L) (Ratri, 2008), perasan buah ketimun (Cucumis sativus L.) (Wijaya,
2005). Dari penelitian tersebut di peroleh bahwa semua jenis tumbuhan di
atas mempunyai kemampuan dapat melarutkan kalsium batu ginjal.
Kapuk randu (Ceiba Pentandra L. Gaertn) adalah kelompok
tanaman yang tergolong dalam famili Bombaceae yang di Inggris dikenal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3

dengan nama Cotton Silk Tree. Di Indonesia tanaman kapok dapat
ditemukan di berbagai tempat, tumbuhan ini termasuk suku Bomba Cicae
yang diduga berasal dari Amerika Selatan (Pasae dkk, 2009). Berbagai
penelitian yang menggunakan tanaman Kapuk randu (Ceiba Pentandra L.
Gaertn) antara lain: akar pohon kapuk randu sebagai hipoglikemik dan
anti-lipidemik (Parameshwar et al. 2012), kulit batang kapuk randu
sebagai anti diare (Sule et al, 2009), akar pohon kapuk randu sebagai
hepatoprotektif dan antioksidan (Gandhare et al, 2012), daun kapuk randu
sebagai anti diabetes melitus (Predeep P et al, 2012), daun kapuk randu
sebagai antipiretik (G.Rajeswari et al). Kandungan kimia yang terdapat
pada kulit batang Kapuk Randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn) yaitu
saponin, flavonoid, tanin, triterpenoid dan steroid (Sule et al, 2009).
Kapuk randu juga mengandung kalium dan natrium (Perdana, 2008).
Flavonoid merupakan salah satu zat aktif dari tanaman yang
mempunyai berbagai khasiat. Beberapa penelitian melaporkan peranan
penting senyawa flavonoid dalam peluruhan batu ginjal. Batu ginjal
kalsium diketahui membentuk senyawa kompleks antara logam kalsium
dalam batu ginjal dengan senyawa flavonoid sehingga menambah
kelarutan batu ginjal (Sasmito, 2001). Kandungan kimia yang terdapat
pada kulit batang kapuk randu ini lah yang diduga mempunyai
kemampuan yang dapat mengurangi dan menghambat pembentukan batu
ginjal.
Kalsium pada batu ginjal di duga dapat membentuk senyawa
kompleks dengan gugus –OH dari flavonoid sehingga membentuk Caflavonoid. Senyawa kompleks ini diduga lebih mudah larut dalam air,
sehingga air yang ada dalam urin akan membantu kelarutan batu tersebut.
Aktivitas diuretik dari flavonoid dapat membantu pengeluaran batu dari
dalam ginjal yaitu dikeluarkan bersama urin, sementara kalium akan
berkompetisi dan memisahkan ikatan kalsium dengan oksalat sehingga
kalsium batu ginjal menjadi terlarut (Nisma, 2011).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

Hal tersebut di atas yang melatarbelakangi dilakukannya
pengujian khasiat efek ekstrak etanol 70 % kulit batang kapuk randu
(Ceiba pentandra L. Gaertn) dalam mengurangi dan menghambat
pembentukan batu ginjal dengan melihat kadar kalsium dalam ginjal.
Pada percobaan ini hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih
jantan yang diinduksi etilen glikol sebagai pembentukan batu kalsium
oksalat sebagai metode uji praklinis yang mendekati keadaan penderita
batu ginjal yang sebenarnya, kemudian pemeriksaan kadar kalsium dalam
ginjal ditentukan dengan metode spektrofotometer serapan atom (SSA).
1.2.

Rumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol 70% kulit kulit batang kapuk randu (Ceiba
pentandra L. Gaertn) memiliki efek untuk menghambat pembentukan batu
ginjal pada tikus putih jantan yang di induksi etilen glikol dan amonium
klorida.

1.3.

Hipotesis
Ekstrak etanol 70% kulit batang kapuk randu (Ceiba pentandra L.
Gaertn) diduga memiliki efek untuk menghambat pembentukan batu ginjal
pada tikus putih jantan yang diinduksi etilen glikol dan amonium klorida.

1.4.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan potensi
pemberian ekstrak etanol 70%

dari kulit batang kapuk randu (Ceiba

pentandra L. Gaertn ) dalam menghambat pembentukan batu ginjal pada
tikus putih jantan yang diinduksi etilen glikol dan amonium klorida
dengan melihat kadar kalsium dalam ginjal.
1.5.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dihharapkan dapat memberikan informasi
mengenai salah satu obat alternatif sediaan herbal untuk pengobatan batu
ginjal, dan menambah informasi tentang kulit batang kapuk randu (Ceiba
pentandra L. Gaertn) untuk penelitian selanjutnya sebagai pelarut batu
ginjal, dan diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam usaha
penemuan obat-obat baru dari sumber daya alam.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Kapuk Randu (Ceiba pentandra L. Gaertn)

Gambar 1. Pohon Kapuk Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn)
2.1.1. Klasifikasi Tanaman
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman kapuk
randu adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi

: Magnoliophyta

Sub divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Dilleniidae

Ordo

: Malvales

Famili

: Bombacaceae

Genus

: Ceiba

5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6

: Ceiba pentandra L. Gaertn

Spesies

(Rajeswari et al, 2011)
2.1.2. Sinonim
Sinonim dari tumbuhan ini adalah Bombax pentandrum L.,
Ceiba casearia Medik.,

Eriodendron afractuosum DC (Materia

Medika Indonesia, 1989).
2.1.3. Nama Daerah
Sumatera: Panju, panjai (Aceh); kakabu (Gayo); kabukabu, ponji (Batak); pohon kapok, kapeh panji, kapuek, panji
(Minangkabau). Jawa: Randu (Sunda); randu (Jawa); kapo
(Madura); landu (Kangean). Bali: Kuthuh. Lombok: Randu.
Nusatenggara: Ringi (Bima); Kambu luka, kamba watu (Sumba);
Keweru (Sawu); Bala (Flores); Kapomaka (Alor); Dene, lene
(Rote). Kalimantan: Iung bura (Dayak). Sulawesi: Pu mahang
kapes, bubuhu, kai marukapes, duyungo (Gorontalo); Kakabu ake
(Toraja); Kaukau (Bugis). Timor: Dengen (Kupang). Maluku:
Kapu, kapu huwe, ka’apu (Seram Barat); Kapuro, kapu,kapu huwin
(Seram Selatan); Kailupa (Ternate, Tidore) (Materia Medika
Indonesia, 1989).
2.1.4. Deskripsi Tanaman
Pohon kapuk randu (Ceiba pentandra L. Gaertn) secara
alami terdapat pada 16°LU di AS, terus ke Amerika Tengah
sampai 16°LS di Amerika Selatan. Biasa terdapat di dataran pesisir
sampai di atas 500 m diatas permukaan laut, dengan hujan tahunan
1000-2500 mm dan suhu dari 20° sampai 27°C. Pionir yang
memerlukan cahaya, ditemukan pada hutan-hutan basah yang
selalu hijau dan menggugurkan daun; juga terdapat di hutan kering
dan hutan tua. Memiliki tinggi pohon 25-70 m, dengan diameter
100-300 cm (Salazar dan Joker, 2001).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7

Batang

: Silindris sampai menggembung. Tajuk bulat/
bundar, hijau terang, daun terbuka; cabang
vertikal dan banyak, condong ke atas; kulit halus
sampai agak retak, abu-abu pucat, dengan
lingkaran horisontal. Terdapat duri-duri tempel
besar yang berbentuk kerucut.

Daun

: Majemuk menjari, bergantian dan berkerumun di
ujung dahan. Panjang tangkai daun 5-25 cm,
merah di bagian pangkal, langsing dan tidak
berbulu. Anak daun 5-9, panjang 5-20 cm, lebar
1.5-5 cm, lonjong sampai lonjong sungsang,
ujung meruncing, dasar segitiga sungsang terpisah
satu sama lain, hijau tua di bagian atas dan hijau
muda di bagian bawah, tidak berbulu.

Bunga

: Menggantung

majemuk,

bergerombol

pada

ranting; hermaprodit, keputih-putihan, besar.
Kelopak

: Berbentuk lonceng, panjang 1-2 cm, dengan 5
sampai 10 tonjolan pendek.

Mahkota bunga: 3-3.5 cm, dengan 5 tonjolan, putih sampai merah
muda, tertutup bulu sutra.
Benang sari

: Jumlahnya 5, bersatu menjadi bentuk tabung
pendek, serta memiliki kepala sari berbelokbelok.

Bakal buah

: Beruang 5 dengan bakal biji yang cukup banyak.

Buah

: Bentuknya memanjang dengan panjang 7,5-15
cm, menggantung, berkulit keras dan berwarna
hijau jika masih muda serta berwarna coklat jika
telah tua. Dalam buahnya terdapat biji yang
dikelilingi bulu-bulu halus, serat kekuningkuningan yang merupakan campuran dari lignin
dan sellulosa.

Biji

: Bentuk bijinya bulat, kecilkecil, dan berwarna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8

hitam

atau

coklat

tua,

terbungkus

kapuk.

Kandungan minyak 20-25%. (Salazar dan Joker,
2001)

2.1.5. Khasiat dan Kegunaan
Daun kapuk randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn)
berkhasiat sebagai obat batuk, obat kudis, obat disentri, kompres
mata jika lelah, obat asma dan sebagai penguat rambut (Marchaban
dkk).
Untuk obat asma cuci dan lumatkan 3 tangkai seledri dan 9
lembar daun kapuk randu. Tambahkan gula aren, sedikit garam dan
½ gelas air. Aduk rata, lalu saring. Minum sebelum sarapan selama
3 hari berturut-turut (Kurniawati, 2010).
2.1.6. Kandungan kimia
Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman
kapuk randu adalah saponin, flavonoid, tannin, karbohidrat, terpen,
resin, steroid (Sule et al, 2009). Kapuk randu juga mengandung
kalium dan natrium (Perdana, 2008).
2.1.7. Bagian tanaman yang digunakan
Bagian tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah kulit batang pohon kapuk randu (Ceiba pentandra (L.)
Gaertn).
2.2.

Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat
dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perlokasi. Seluruh perkolat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9

biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar
bahan sedikit mungkin terkena panas ( Farmakope Indonesia, 1995).
2.3.

Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan zat pokok yang diinginkan dari
bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat
yang diinginkan larut. Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuhtumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali
dikumpulkan dan dikeringkan. Karena tiap- tiap bahan mentah obat, berisi
sejumlah unsure yang dapat larut dalam pelarut tertentu, hasil dari
ekstraksi disebut ekstrak (Ansel H, 1985).

2.4.

Maserasi
Maserasi

adalah

proses

pengekstrakan

simplisia

dengan

menggunakan pelarut, dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terusmenerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (DepKes
RI, 2000).
2.5.

Etilen Glikol
Etilen glikol adalah senyawa kimia turunan yang dibuat dari sekian
banyak produk kimia komersial, termasuk polietilen tereftalat (PET) resin,
poliester resin tak jenuh, serat poliester dan poliester lapis. Etilen glikol
digunakan sebagai cairan anti pembekuan, penghilang es, pelapis
permukaan, pemindah panas, pendingin industri, hidrolik, surfaktan dan
pengemulsi. Keracunan akut pada manusia dan hewan pelihara banyak
terjadi secara tidak sengaja mengkonsumsi cairan tersebut karena rasanya
yang manis. Ginjal merupakan organ yang paling peka terhadap etilen
glikol dan merupakan target organ primer. Tata cara pengobatan
keracunan etilen glikol akut diatur untuk mencegah metabolit asam yang
sangat toksik masuk, mengatasi asidosis dan mencegah kerusakan ginjal
permanen (Saputra, 2009).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10

Etilen glikol digunakan sebagai antifreeze, deterjen, cat, dan
kosmetik. Keracunan etilen glikol pada ginjal terjadi pada 24-72 jam
setelah proses menelan. Keracunan ini disebabkan langsung oleh efek
sitotoksik dari asam glikolat. Etilen glikol dalam tubuh dimetabolisme
menjadi glikoaldehid dengan katalisator enzim alkohol dehidrogenase.
Glikoaldehid diubah menjadi asam glikolat, kemudian asam glikolat
dimetabolisme menjadi asam glioksalat dan akhirnya menjadi asam
oksalat. Asam oksalat berikatan dengan kalsium untuk membentuk kristal
kalsium oksalat dan terdeposit pada organ yang dapat menyebabkan
kerusakan pada berbagai organ tubuh termasuk otak, jantung, ginjal, dan
paru-paru. Akumulasi kalsium oksalat pada ginjal menyebabkan kerusakan
ginjal yang mengakibatkan oliguria dan anuria serta kegagalan ginjal akut
(Brent, 2001).

Gambar 2. Metabolisme etilen glikol (Walder, and Tyler, 1994)
2.6.

Batu Ginjal
Umumnya, batu ginjal terjadi karena tubuh kekurangan cairan
sehingga terjadi kekeruhan atau air seni menjadi pekat. Akibat selanjutnya
terjadi penyumbatan pada saluran dari ginjal menuju kandung kemih.
Batu-batu yang ada pada ginjal terbentuk dari bahan-bahan kimia yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11

biasanya terdapat didalam air seni seperti kalsium, asam urica, fosfat, dan
bahan kimia lain (Soenarto, 2005)
Faktor resiko terbentuknya batu ginjal atau saluran kemih sangat
terkait dengan kelainan metabolisme tubuh pada setiap orang, jenis
makanan yang dikonsumsi, volume cairan atau air yang diminum, usia,
jenis kelamin, dan genetik. Dari sejumlah faktor tersebut, yang paling
berpengaruh adalah konsumsi makanan dan air (Soenarto, 2005)
Makanan terutama yang memiliki kadar kalsium tinggi beresiko
meningkatkan kadar kalsium dalam air kemih sehingga berdampak pada
penurunan keasaman urin. Inilah salah satu pencetus pembentukan batu.
Demikian juga jika air yang diminum sangant sedikit maka terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah garam dengan volume air di ginjal
menyebabkan tingkat kejenuhan yang tinggi dan akibatnya timbul
pengkristalan. Hasil pemantauan di beberapa rumah sakit di Jakarta
menunjukkan bahwa penderita batu ginjal yang dirawat di rumah sakit
umumnya minum air putih kurang dari satu liter per hari (Soenarto, 2005).
2.6.1. Definisi Batu Ginjal
Sebelum air kemih (urin) dikeluarkan melaui saluran
terakhir uretra, air kemih disaring oleh glomerulus. Zat yang
berguna akan kembali ke darah, sedangkan zat yang tidak terpakai
akan di keluarkan melaui pembuluh menuju ke piala ginjal, lalu
mengalir lewat saluran yang disebut ureter, lalu ke kandung kemih.
Jika ginjal kekurangan cairan dalm proses pengeluaran tersebut
maka terjadi kekeruhan. Lama-kelamaan mengkristal dan menjadi
kerak, seperti batu. Endapan terjadi karena pekatnya kadar garam
dalam air seni yang ada di ginjal. Jika batu-batu tersenut turun dari
ginjal bersama air kemih ke ureter, disebut batu ureter, jika turun
lagi ke kandung kemih dan bersarang maka disebut batu kandung
kemih (Soenarto, 2005).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12

Menurut hasil penelitian, resiko terkena penyakit batu
ginjal lebih banyak dialami pria dari pada wanita dengan
perbandingan sekitar 3:1. Umumnya, penderita pada usia produktif
(20-50 tahun). Hanya sebagian kecil penyakit batu ginjal
menyerang anak-anak (Soenarto, 2005).
2.6.2. Penyebab Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal disebabkan oleh beberapa hal. Berikut
ini beberapa faktornya :
1. Genetik (bawaan)
Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan
organ ginjal sejak dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit.
Anak yang sejak kecil mengalami ganggua metabolisme
khususnya dibagian ginjal, yaitu air seninya memiliki
kecenderungan mudah mengendapkan garam membuat mudah
terbentuk batu. Karena fungsi ginjalnya tidak dapat bekerja
secara normal maka kelancaran proses pengeluaran air kemih
juga mudah mengalami gangguan, misalnya banyak zat kapur
dalam air kemih sehingga mudah mengendapkan batu.
2. Makanan
Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal disebabkan oleh
faktor makanan dan minuman. Makanan-makanan tertentu
memang mengandung bahan kimia yang berefek pada
pengendapan air kemih, misalnya makanan yang mengandung
kalsium tinggi, seperti oksalat dan fosfat. Kedua bahan tersebut
mudah mengkristal di ginjal. Demikian juga pada makanan
yang kadar asam uratnya tinggi. Orang yang mengkonsumsi air
(khususnya air putih) dalam jumlah yang sedikit sangat
beresiko terkena penyakit batu ginjal. Ini dikarenakan terjadi
kekurangan cairan di ginjal sehingga air seni menjadi pekat,
lalu mudah membentuk batu. Selain faktor makan dan minum,
suplemen vitamin ikut berperan dalam pembentukan batu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13

ginjal, misalnya kekurangan vitamin A atau terlalu banyak
mengkonsumsi vitamin D.

3. Aktifitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi penyakit
batu ginjal. Resiko terkena penyakit ini pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk lebih tinggi dari pada orang yang
banyak berdiri atau bergerak dan orang yng kurang berolah
raga. Karena tubuh kurang bergerak (baik olahraga maupun
aktifitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran
seni menjadi kurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit ginjal
yang diderita, penyakit lain bisa dengan gampang menyerang.
(Soenarto, 2005).
2.6.3. Gejala Penyakit Batu Ginjal
Tanda atau gejala/keluhan tidak selalu ditemukan pada
penderita yang mengidap batu saluran kemih. Bila batunya masih
kecil, atau besar tapi tidak berpindah, tidak merenggang atau
menyumbat permukaan saluran kemih, tidak akan timbul apapun.
Penderitanya akan hidup seperti biasa, sampai suatu saat mungkin
ditemukan secara kebetulan waktu “check up” dan foto rontgen
tampak ada batu ginjalnya. Jika suatu saat batu itu bergeser,
menggelinding dari piala ginjal ke bawah, timbulah gejala nyeri
hebat

di

daerah pinggang. Sebab, saluran (ureter)

yang

menghubungkan piala ginjal dan kandung kemih itu kecil sekali
(lebih kecil dari kelingking tangan). Sehingga batu akan
meregangkan dindingnya, bahkan merobek, atau menyumbat
lubangnya. Inilah yang menimbulkan nyeri hebal (kolik) di
pinggang. Kalau batunya berhasil sampai di bagian bawah saluran
ureter, nyerinya akan berpindah dan terasa merambat kearah
kemaluan atau daerah pangkal paha. Biasanya disertai keluarnya
darah bersama air seni. Bila lukanya kecil, darah yang keluarpun

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14

sedikit dan hanya dilihat dengan mikroskop, ini dapat diketahui
bila air seni dibawa ke laboratorium. Sumbatan atau regangan batu
pada saluran kemih dapat juga menumbulkan rasa mual, muntah,
perut kembung. Bila batu itu menyangkut di kandung kemih, dapat
timbul nyeri daetah atas kemaluan waktu kencing, kencing tidak
tuntas (kepingin kencing lagi sehabis kencing), pancaran tidak
kuat. (Japaries, 1993)
2.6.4. Klasifikasi Batu Ginjal
Jenis batu yang ada di ginjal, ureter, atau kandung kemih
sangat beragam. Berikut golongannya
1. Batu kalsium
Umunya, batu ginjal yang terbanyak adalah kalsium, yaitu jenis
kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Batu jenis ini mengandung
kapur dan mudah mengendap di saluran kemih serta tergolong
mudah membentuk batu pada air seni yang bersuasana basa.
Jika di foto rontgen, batu kalsium tampak berwarna putih.
2. Batu struvit (infeksi)
Terbentuknya batu ini karena infeksi bakteri. Batu jenis struvit
terdiri atas kalsium fosfat, magnesium, dan amonium. Batu
dapat berkembang menjadi lebih besar dan memiliki bentuk
agak runcing seperti tanduk. Jika di rontgen, tampak berwarna
putih.
3. Batu asam urat
Batu ini timbul karena endapan asam urat. Oleh karena itu,
biasanya penderita juga menderita asam urat (gout). Penyebab
terjadinya asam urat karena penderita banyak mengkonsumsi
asam urat, seperti jeroan dan kacang-kacangan. Bentuk batu
jenis ini relatif kecil, bahkan jika difoto rontgen tidak tampak.
Namun, gejalanya cukup dirasakan oleh penderita.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15

4. Batu cystin
Penyakit batu ginjal akibat batu cystin jarang ditemukan.
Biasanya, karena bawaan dari kecil atau diturunkan oleh orang
tuanya (Soenarto, 2005).
2.6.5

Penatalaksanaan Batu Ginjal
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit
yang lebih besar. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada
batu saluran kemih adalah jika batu sudah menimbulkan: obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi sosial.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah manimbulkan
hidoureter atau hidronefrosis dan batu yang telah menyebabkan
infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan. Kadang kal batu
saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas, tetapi
diderita seseorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang
diderita oleh seorang pilot pesawat terbang0 mempunyai resiko
tinggi dapat menimbulkan sumbatan salura kemih pada saat yang
bersangkutan sedang dalam menjalankan profesinya; dalam hal ini
batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan
dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi,
atau pembedahan terbuka (Purnomo, 2007).

2.7.

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektrofotometer Serapan Atom adalah suatu teknik yang sering
digunakan untuk menentukan konsentrasi logam tertentu dalam suatu
sampel. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu
sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam
sampel. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai
kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya
relatif sederhana dan interferensinya sedikit. Spektroskopi serapan atom

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16

didasarkan pada penyerapan energi sinar tampak dan ultraviolet. Dalam
garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan
spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaan terletak pada
bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan

peralatannya. Metode

spektroskopi serapan atom mendasarkan pada prinsip absorbs cahaya oleh
atom. Atom- atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada sifat dan unsurnya. Cahaya pada panjang
gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat
elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat
spesifik. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh energy
sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke
tingkat eksitasi (Gandjar dkk., 2007).

2.7.1

Mekanisme Kerja SSA

Gambar 3. Mekanisme Kerja SSA

Sumber sinar yang berupa tabung katoda berongga
menghasilkan sinar monokromatis yang mempunyai beberapa garis
resonansi. Sampel diubah fasenya dari larutan menjadi uap atom
bebas di dalam atomizer dengan nyala api yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar dengan oksigen. Monokromator akan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17

mengisolasi salah satu garis resonansi yang sesuai dengan sampel
dari beberapa garis resonansi yang berasal dari sumber sinar.
Energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listrik
dalam detektor. Energi listrik dari detektor inilah yang akan
menggerakkan jarum dan mengeluarkan grafik. Sedangkan sistem
pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca oleh grafik
(Gandjar dkk, 2007).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di

Laboratorium Farmasi

Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu
pelaksanaan penelitian adalah pada bulan April sampai November 2012.
3.2.

Determinasi Tanaman
Sampel kulit batang pohon kapuk randu (Ceiba pentandra L.
Gaertn) akan diperiksa di Herbarium Bogoriense untuk menentukan hasil
identifikasi/determinasi dari tanaman Kapuk Randu tersebut.

3.3.

Pengambilan Sampel
Sampel kulit batang pohon kapuk randu (Ceiba pentandra L. Gaertn)

diambil dari daerah Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat pada bulan April 2012.
3.4.

Bahan dan Alat
3.4.1. Bahan
1. Bahan uji
Sediaan uji yang digunakan adalah ekstrak etanol 70% kulit
batang kapuk randu (Ceiba pentandra L. Gaertn).
2. Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Aquadest, Etanol 70 %, Etilen glikol, amonium klorida 2 %,
Batugin elixir, Na CMC, Kapas, Kertas saring. Pereaksi kimia
yang terdiri dari : Dragendorrf, Meyer, serbuk Mg, HCl pekat,
amil alkohol, FeCl3, eter, petroleum eter, kloroform, asam
asetat anhidrat, hidrogen peroksida, asam sulfat pekat dan
larutan amoniak, asam nitrat 0,4 N, larutan amoniak.

18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

19

3.4.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Sonde
oral, Kandang tikus, Timbangan tikus, Timbangan analitik,
Spektrofotometer Serapan Atom Perkin Elmer 700, Alat-alat gelas
(pipet tetes, tabung mikro,

corong, gelas piala, tabung reaksi,

batang pengaduk, spatula, plat tetes, cawan porselen),desikator,
blender, kapas,

seperangkat alat bedah tikus, EYELA Rotari

Evaporator N-1000, Hot plate, Blender, Oven, Kertas saring.
3.4.3. Hewan Uji
Berdasarkan rumus Frederer Hewan uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih jantan galur
Sparague dawley, yang berumur 3 – 4 bulan dengan berat 150 –
200 gram.

3.5.

Prosedur Kerja
3.5.1. Pembuatan simplisia
Sampel yang digunakan adalah kulit batang pohon kapuk
randu (Ceiba pentandra L. Gaertn) yang diambil dari daerah
Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat pada bulan april 2012.
Sebanyak 6,5 kg kulit batang kapuk randu di ambil kemudian di
bersihkan dari kotoran yang melekat dengan air bersih yang
mengalir, lalu ditiriskan agar terbebas dari sisa air cucian,
kemudian dikeringkan dengan cara dijemur langsung di bawah
sinar matahari selama 2 minggu hingga kulit batang terlihat kering
dan mudah dipatahkan. Simplisia yang sudah kering kemudian
digiling setelah itu diayak untuk mendapatkan serbuk simplisia
halus, lalu simplisia disimpan pada wadah kering dan tertutup
rapat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

20

3.5.2. Pembuatan ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi dingin
menggunakan etanol 70%. Serbuk simplisia kulit batang kapuk
randu sebanyak 600 gram dimasukkan kedalam Erlenmeyer besar
dan diberi pelarut etanol 70% kemudian pelarut dilebihkan setinggi
2,5 cm diatas permukaan serbuk sehingga etanol 70 % yang
digunakan sekitar 2300 ml ,selanjutnya direndam selama 3 x 24
jam, sesekali diaduk kemudian disaring dan filtrat ditampung
dalam suatu wadah. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga
tidak ada lagi senyawa yang terekstrak, ditandai dengan warna
pelarut yang jernih.

Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan

diuapkan etanolnya dengan rotary evaporator pada suhu 45-500 C
hingga didapat ekstrak kental.
Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung
jumlah ekstrak yang didapat terhadap jumlah serbuk kering
sebelum dilakukan ekstraksi kemudian dikalikan 100 %.
Rendemen

x 100%

=

3.5.3. Karakterisasi Simlisia
1. Parameter Spesifik
a. Organoleptik
Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa.
2. Parameter Non Spesifik
a. Susut Pengeringan
Ekstrak atau simplisia ditimbang dengan seksama
sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam
botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 1050 C selama 30 menit dan telah
ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol
timbang

dan

menggoyang-goyangkan

botol,

hingga

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21

merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10
mm, kemudian dimasukkan ke dalam oven, buka tutupnya.
Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 1050 C
hingga diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum
setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup
mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar (DepKes RI,
2000).

b. Kadar Abu
Lebih kurang 1 gram sampai 2 gram ekstrak kental
yang telah ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus
porselin yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian
diratakan. Selanjutnya dipijarkan perlahan-lahan hingga
arang habis, didinginkan, lalu ditimbang, kadar abu
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara
(DepKes RI, 2000).

3.5.4. Penapisan Fitokimia
Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa
kimia dari serbuk dan ekstrak kulit muda buah randu (nama latin)
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, steroid/terpenoid,
kuinon, minyak atsiri, kimarin, penetapan kadar air, penetapan
kadar abu, penetapan susut pengeringan.
a. Identifikasi Alkaloid
Sebanyak ± 2 gram ekstrak dilembabkan dengan 5 ml
amoniak 30% digerus dengan mortir, kemudian ditambahkan
20 ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran
tersebut disaring dengan kertas saring, filtrate berupa larutan
organic diambil (sebagai larutan A), sebagai larutan A (10 ml)
diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan
dalam tabung rekasi, diambil larutan bagian atasnya (larutan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

22

B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan
disemprot atau ditetesi dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk
warna merah atau jingga pada kertas saring menunjukkan
adanya senyawa alkaloid. Larutan B di bagi dalam 2 tabung
reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff dan
preaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi
Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer
menunjukkan adanya senyawa alkaloid (Farnsworth, 1966).

b. Identifikasi Flavonoid
Sebanyak ± 2 gram ekstrak ditambah 100 ml air panas,
didihkan selama 5 menit. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung
reaksi), ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam
klorida pekat dan 5 ml amil alkohol, kocok kuat dan biarkan
memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada
lapisan

amil

alkoholmenunjukkan

adanya

flavonoid

(Farnsworth, 1966).
c. Identifikasi saponin
Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkan kedalam tabung
reaksi, ditambahkan 10 ml air panas.setelah dingin kocok kuat
secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa yang stabil,
menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl
1% busa tetap stabil.
d. Identifikasi tanin
Sebanyak ± 10 gram ekstrak ditambah 10 ml air,
didihkan selama 15 menit, setelah dingin kemudian di saring
dengan kertas saring. Filtrat ditambah 1-2 tetes FeCl3 1%,
terbantuknya

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti Nefrolitiasis) Ekstrak Etanol dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Tikus Putih Jantan

0 61 88

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

1 12 15

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 4 15

I. PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 12 6

II. TINJAUAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

10 100 20

III. METODE PENELITIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 5 11

V. SIMPULAN DAN SARAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 2 9

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK DAUN RANDU (Ceiba pentandra, Gaertn.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis dan Shigella dysentriae.

0 0 15

POTENSI EKSTRAK ETANOL BATANG KAPUK RANDU SEBAGAI ANTIBAKTERI

0 0 10