LKP : Teknik Cetak Offset Proses Pembuatan Majalah Serta Penjilidan di Cv. Bayu Mandiri Jawa Timur.

(1)

DI CV. BAYU MANDIRI

JAWA TIMUR

KERJA PRAKTEK

Nama : PUTRA SETYA DJUNAIDI NIM : 08.39090.0014

Program : DIII (Diploma Tiga)

Jurusan : Komputer Grafis dan Cetak

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

2011

STIKOM


(2)

Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat saat ini dan merupakan salah satu inti dari dunia industri sekaligus berhubungan erat dengan perusahaan desain grafis dan perusahaan penerbitan adalah industri percetakan. Industri percetakan sendiri erat hubungannya dengan berbagai macam produk-produk media cetak, baik yang bersifat komersial seperti katalog, brosur, leaflet, kemasan, kartu nama, poster ataupun yang bersifat periodik seperti koran, majalah, buletin, jurnal dan lain sebagainya. Dimana produk-produk media cetak tersebut sangatlah erat dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari– harinya. Dengan bervariatifnya produk-produk cetakan tersebut, maka dibutuhkan suatu proses produksi yang baik dan efisien di dalam industri percetakan. Sehingga dengan penerapan proses produksi yang baik dan efisien dari awal hingga ke tahap akhir tersebut, diharapkan dapat menghasilkan hasil cetakan yang benar-benar berkualitas.

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menghasilkan produk cetakan seperti, majalah yang baik dan berkualitas adalah pada saat proses pengolahan file dari customer lebih baik file berformat Psd (Photoshop), Cdr (Corel Draw) , Ai (illustrator) , Indd (Indesign) supaya memudahkan untuk proses berikutnya yang merupakan awal dari proses untuk menghasilkan barang atau produk cetakan. Hal inilah yang menjadikan laporan kerja praktek di bagian Pree Press CV. Bayu Mandiri ini berfokus pada pembahasan tentang teknik cetak offset.

Kata Kunci : Cetak Offset, Pembuatan Majalah, Penjilidan

STIKOM


(3)

vi

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……….i

KATA PENGANTAR ……….iii

DAFTAR ISI ………....vi

DAFTAR GAMBAR ………...ix

DAFTAR TABEL ……….x

BAB I PENDAHULUAN ……….1

1. 1 Latar Belakang Masalah ………1

1.2 Tujuan ………3

1.3 Konstribusi ……….3

1.4 Sistematika Penulisan ………4

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………...6

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ……….6

2.2 Lokasi Perusahaan ………..7

2.3 Tujuan dan Lapangan Usaha ………..7

2.4 Struktur Organisasi ……….8

STIKOM


(4)

vii

3.1 Waktu dan Lokasi ………..9

3.2 Landasan Teori ……….10

3.2.1 Pracetak (prepress) ……….10

3.2.2 Final Artwork Desain ……….21

BAB IV HASIL DAN EVALUASI ………..….29

4.1 Prosedur Kerja Praktek ………....29

4.2 Pelaksanaan Kerja Praktek ………..…….…30

4.3 Evaluasi Kerja Praktek ………..……...31

4.4 Tabel data cetak offset pada CV. Bayu Mandiri…………..…...31

4.5 Gambaran umum proses pembuatan majalah sampai penjilidan di CV.Bayu Mandiri ………...32

4.6 Macam Proses Finishing………….………...…...38

4.6.1 Varnis dan Spot UV……….…...38

4.6.2 Laminating…….……….40

4.6.3 Penjilidtan………...…41

4.6.4 Teknik Lipatan Majalah……….…..……..…….53

STIKOM


(5)

viii

5.1 Kesimpulan ………..59

5.2 Saran ………....60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

STIKOM


(6)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, dan maju di berbagai bidang saat ini, membuat seseorang harus dapat selalu up to date mengikuti perkembangan jaman yang semakin maju dan bisa memahami ataupun mempelajari perkembangan tersebut. Tujuannya agar dapat selalu menjawab tantangan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang bermutu, berkualitas dan berskill tinggi yang sangat dibutuhkan dalam rangka memajukan dan mengembangkan daya saing bangsa di era modern ini.

Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat saat ini dan merupakan salah satu inti dari dunia industri sekaligus berhubungan erat dengan perusahaan desain grafis dan perusahaan penerbitan adalah industri percetakan. Industri percetakan sendiri erat hubungannya dengan berbagai macam produk-produk media cetak, baik yang bersifat komersial seperti katalog, brosur, leaflet, kemasan, kartu nama, poster ataupun yang bersifat periodik seperti koran, majalah, buletin, jurnal dan lain sebagainya. Dimana produk-produk media cetak tersebut sangatlah erat dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari–harinya. Dengan bervariatifnya produk-produk cetakan tersebut, maka dibutuhkan suatu proses

STIKOM


(7)

penerapan proses produksi yang baik dan efisien dari awal hingga ke tahap akhir tersebut, diharapkan dapat menghasilkan hasil cetakan yang benar-benar berkualitas.

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menghasilkan produk cetakan seperti, majalah yang baik dan berkualitas adalah pada saat proses pengolahan file dari customer lebih baik file berformat Psd (Photoshop), Cdr (Corel Draw) , Ai (illustrator) , Indd (Indesign) supaya memudahkan untuk proses berikutnya yang merupakan awal dari proses untuk menghasilkan barang atau produk cetakan. Hal inilah yang menjadikan laporan kerja praktek di bagian Pree Press CV. Bayu Mandiri ini berfokus pada pembahasan tentang teknik cetak offset.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Kerja Praktek di CV. Bayu Mandiri adalah :

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya yaitu dengan melaksanakan mata kuliah Praktek Kerja Industri.

2. Sebagai sarana penerapan ilmu yang telah diajarkan pada jurusan DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya terhadap dunia kerja.

STIKOM


(8)

3. Sebagai sarana memahami bagaimana suasana dunia kerja pada industri percetakan sesungguhnya, khususnya di bidang percetakan offset.

4. Sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dan bermanfaat pada industri percetakan khususnya untuk proses Pembuata majalah mulai dari layout sampai finishing beserta pendjilidtanya.

1.3 Konstribusi

Konstribusi selama pelaksanaan Kerja Praktek di CV. Bayu Mandiri adalah sebagai berikut :

Terhadap Penulis :

a. Mendapatkan pemahaman tentang aturan kerja pada suatu perusahaan.

b. Memahami alur produksi percetakan khususnya berbagai macam teknik penjilidtan dan Mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai proses layout di meja montaze.

c. Memahami masalah-masalah yang sering dihadapi atau muncul selama proses cetak sampai finishing.

Terhadap Perusahaan :

1. Membantu pekerjaan proses Layout / Montaze di CV. Bayu Mandiri

2. Membantu proses desain di CV. Bayu Mandiri

STIKOM


(9)

Sistematika penulisan merupakan acuan atau panduan dalam penulisan laporan kerja praktek di perusahaan, dimana sistematika penulisannya adalah sebagai berikut

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menerangkan tentang latar belakang dan juga berbagai aspek dasar yang mengungkapkan keterkaitan topik, tujuan studi, manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek di percetakan CV. Bayu Mandiri. Ruang lingkup studi, acuan studi lain serta organisasi penulisan studi praktek yang telah dilakukan.

Bab II : Gambaran Umum Perusahaan

Membahas mengenai sejarah dan perkembangan , lokasi perusahaan, tujuan dan lapangan usaha serta struktur organisasi.

Bab III : Metode Kerja Praktek

Membahas tentang waktu dan lokasi pelaksanaan kerja praktek serta landasan teori yang digunakan.

Bab IV : Hasil dan Evaluasi

Membahas tentang prosedur kerja praktek dan membahas pelaksanaan kerja praktek serta evaluasi kerja praktek selama di CV. Bayu Mandiri.

STIKOM


(10)

Bab V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan kerja praktek yang dilakukan di bagian Marketing Design CV. Bayu Mandiri.

STIKOM


(11)

1. Melindungi hasil cetakan dari goresan.

2. Melindungi rusaknya hasil cetakan karena basah

3. Membuat jendela pada amplop, kotak - kotak Post Press

A. Macam Laminating

1. Laminating Biasa , satu muka maupun dua muka 2. Laminating Doof/ ti

Fantasi.

4.6.3 PENJILIDTAN

Dalam suatu proses pembuatan majalah sebelumnya harus dipikirkan terlebih dahulu memakai jilid apa yang cocok untuk majalah yang akan di produksi ada berbagai macam tenik jilid untuk majalah.

A. PERFECT BINDING

A.1 Pengertian Perfect Binding

Proses jilid dengan lem merupakan cara penjilidan dengan mengelem isi buku dengan kertas yang lebih tebal di luarnya sebagai sampul. Ini merupakan cara jilid yang paling populer. Lem yang dipergunakan ada beberapa jenis antara lain adalah lem putih, lem panas (hotmelt) dan lem PUR (Poly-Urethane). Jilid dengan memakai bahan baku lem ini sering pula disebut

STIKOM


(12)

dengan perfect binding.

Lem putih atau disebut pula cold glue, mulai ada sekitar tahun 1930an. Berbahan dasar PVC (PolyVynilAcetate) dan air. Kelebihan lem ini adalah, mempunyai daya rekat tinggi, ekonomis pada pemakaian lem dan relatif aman. Kekurangannya adalah waktu pengeringannya lama, sehingga untuk dipasang in-line pada mesin cetak diperlukan tambahan alat pengering dan ini membuat proses jilid dengan lem ini tidak ekonomis. Tujuan jilid perfect binding adalah untuk menggantikan pekerjaan jilid kawat dan jilid benang dengan cara yang lebih cepat dan murah. Jilid perfect binding dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan manual dan dengan mesin.

Proses sebenarnya perfect binding yaitu tumpukan halaman-halaman buku yang saling sejajar atau lurus. Perfect binding ini menggunakan penjepit untuk menahan halaman buku agar tetap berada di tempatnya sehingga halaman buku tersebut tetap lurus. Halaman-halaman buku tersebut kemudian diberi lem secara bersamaan di sisi yang akan dijilid. Setelah proses pengeleman selesai, kemudian digunakan lem yang kedua untuk menempelkan cover buku dengan halaman-halaman buku tersebut. Ketika sudah selesai, maka perfect binding akan terlihat bagus dengan punggung buku yang rata.

Di banyak aplikasi, perfect binding digunakan untuk penjilidan yang tidak terlalu mahal. Buku paperback adalah contoh aplikasi yang menggunakan metode perfect binding. Perfect binding dapat bekerja dengan baik pada

STIKOM


(13)

berbagai macam jenis kertas. Selain buku paperback, perfect binding juga digunakan untuk buku manual, yang menggunakan jilid perfect binding.

Baru-baru ini, penggunaan perfect binding menjadi semakin maju dengan adanya cover buku yang lebih berat sehingga cover buku menjadi lebih kokoh pada saat digunakan untuk buku yang mempunyai ukuran yang relatif besar. Selain itu, juga hampir menyerupai buku dengan jilid hardcover. Keuntungan dari perfect binding yaitu tidak memerlukan biaya yang tinggi sehingga membuat para produsen buku dapat menjual produknya dengan harga yang kompetitif.

Gambar 4.6 buku yang dijilid dengan perfect binding

A.2 Sejarah Perfect Binding

Perfect binding telah ada sejak 300 tahun yang lalu. Sekitar tahun 1800 dikenal dengan nama jilid karet di Inggris tetapi tidak sempurna. Lem dari latex itu lengket dan gampang rontok. Baumfalk dari Leipzig memperkenalkan Jilid Paten (Patentieren) tahun 1900 caranya dengan memotong punggung

STIKOM


(14)

buku, menempatkannya pada alat penekan tangan, mengikir, dilem dengan lem gliserin, melapiskan kapas tipis, dan terakhir diberi kain kasa. Cara jilid Luwi diperkenalkan pada Penjilidan Oldenberg, Munchen yaitu memakai lem Arpus Sintetis yang sampai sekarang masih dikenal.

Di Amerika Serikat telah dibuat mesin perfect binding yang pertama pada tahun 1900. Cara kerja dari mesin ini yaitu memotong punggung bukunya, mengasarkannya dan kemudian baru dilapisi dengan lem. Di Inggris di buat mesin Flexiback. Lumbeck menyempurnakan cara – cara yang pernah ada pada tahun 1937 setelah melakukan percobaan berkali – kali, lapisan arpus sintetis itu tetap elastis walaupun sudah bertahun – tahun. Tahun 1950 Martini dari Swiss mebuat cara menjilid sebaris, dari blok buku hingga sampul buku. Muller dari Swiss juga mampu membuat mesin yang juga mampu mengelem blok buku yang telah dijahit benang.

A.3 Cara Kerja Perfect Binding

Terdapat empat cara untuk menjilid buku dengan perfect binding yaitu:

STIKOM


(15)

Gambar 4.7 Cara kerja perfect binding

 Langsung direkatkan dengan sampul.

 Di lem dengan kain kasa terlebih dahulu, kemudian diberi sampul.  Di lem dengan kain kasa, baru direkatkan pada sampul di ban tersendiri.  Di lem dengan kain kasa, kemudian di lem dengan kertas tipis, lalu masuk

ke ban tersendiri.

Terdapat dua cara yang digunakan untuk menstransfer lem dari bak lem ke buku yang akan dijilid dengan perfect binding yaitu:

1. Dengan dua buah rol yang saling berlawanan arah 2. Dengan memakai sistim rakel

Terdapat tiga varian cara jilid perfect binding yaitu:  Quarter sheet binding

 Notch binding atau perforating binding.  Flexo-stable binding

Perfect binding secara manual langkah-langkahnya yaitu:  Potong rata punggung buku sesuai batas yang direncanakan.

 Sebelumnya mampatkan dulu blok buku tersebut dengan alat pemampat.  Kasarkan bagian punggungnya.

STIKOM


(16)

 Kemudian di lem secara bersamaan atau satu persatu. Lem yang digunakan yaitu lem dingin maupun lem panas.

 Kemudian rekatkan sampulnya.

 Jika perlu kekuatan lakukan tahapan pelekatan lapisan kasa dan kertas. A.4 Sistem yang digunakan dalam perfect binding yaitu:

 Lumbeck System

Sistem Lumbeck yaitu memotong punggung buku kemudian blok buku di kibaskan ke kiri lalu diberi lem vynil, kemudian blok buku dikibaskan ke kanan lalu diberi lem vynil. Proses dari sistem Lumbeck yaitu blok buku dihimpit di antara dua batang dan di gerakan kian kemari melalui rol pengelim. Jarak antara blok buku dan rol pengeleman dibuat sempit. Blok buku dalam keadaan terkibaskan dilewatkan rol pengeleman sehingga dapat terkena lem seluruh lembarannya.

Punggung buku diserut kemudian direkat, ada 2 cara yaitu:

 Sistem Muller

Sistem ini biasanya terdapat di mesin jilid baby phony. Mesin ini biasanya berbentuk bulat melingkar. Tempat blok bukunya bisa banyak sampai 25 kepala atau bahkan lebih. Sampul bukunya naik menuju ke blok buku yang sudah ada lemnya. Prinsip kerja dari sistem muller yaitu punggung buku digergaji, kemudian diserut dan direkat dengan lem,

 Sistem Martini

STIKOM


(17)

Sistem ini biasanya terdapat di mesin berbentuk oval. Bagian pemasukan blok bukunya tidak tertutup. Pemasangan sampul blok bukunya yang turun. Dapat dipakai mengelim blok buku yang telah di jahit benang. Prinsip kerja dari sistem martini yaitu punggung buku disisir kemudian diserut menjadi kasar lalu direkat dengan lem. Contoh mesin jilid dari sistem martini yaitu mesin jilid sullby seven.

Proses penutupan benang dengan jilid perfect binding yaitu: a. Penutupan benang pada lembaran penuh. b. Pembuatan blok buku pada pelapisan jahit benang pada lembaran yang terlipat

Gambar 4.8 Proses penutupan benang B. JILID JAHIT BENANG

B.1 Sejarahnya Jahit Benang

 Tahun 1825 mesin jahit benang pertama kali dibuat

 Tahun 1855 Brehmer membuat mesin jahit dengan jarum kait lurus  Tahun 1877 mulai dipakai dengan baik diantaranya pabrik Singer,

Wheeler & Wilson Tahun 1878 dibuat mesin jahit dengan benang rangkap

B.2 Sepintas Jahit Benang

Jahit benang ini biasanya dipakai untuk menjilid buku, majalah, tabloit, brosur yang mempunyai halaman lebih dari 100

STIKOM


(18)

halaman dan dibuat menjadi sebuah bundel/ blok di hard cover maupun tidak. Bahwa barang cetakan yang di jilid sering dipergunakan seperti kamus, buku bacaan, buku pelajaran dan membutuhkan kenyamanan dalam membuka sebuah buku tebal.

B.3 Jahit Benang Manual

 Dilakukan dengan tangan

 Jarum yang dipergunakan bisa dengan memakai jarum apa saja  Dapat dilakukan disembarang tempat

 Benang yang dipergunakan adalah benang rami, benang sutra

Gambar 4.9 alat dan teknik jahitnya

Sistem jilid semacam ini biasanya dipakai untuk menjilid buku, majalah, surat kabar, tabloid yang tidak terlalu tebal. Biasanya oplag/ tiras/ jumlah yang tidak terlalu besar biasanya dibawah 100 exemplar.

C. JAHIT KAWAT C.1 Sejarahnya

 Tahun 1880 mesin jahit kawat pertama kali diperkenalkan oleh Brehmer bersaudara dari USA ke Jerman

 Tahun 1950 mesin dengan model lama tersebut masih dipergunakan

STIKOM


(19)

 Tahun 1910 mesin pengumpul mulai diperkenalkan

 Tahun 1930 mesin pengumpul mulai dibuat otomatis penuh

C.2 Sepintas Tentang Jahit Kawat

 Jilid kawat ini umumnya dipergunakan untuk menjilid buku, majalah, tabloid, brosur yang jumlah halamanya tidak lebih dari 100 halaman.  Bisa dikerjakan dengan jalan manual ataupun masinal secara masal.  Bisa dilakukan dengan cara penjilidan yang terpadu.

C.3 Jahit Kawat Masinal  Satu Kepala  Dua Kepala

C.4 Beberapa Ciri – Ciri Gangguan Yang Sering Terjadi Pada Mesin Jahit Kawat Dan Cara Mengatasinya.

A Bentuk kawat yang betul,

sudut siku dan kaki sama panjang.

B. Kaki kanan terlalu pendek , sebab :

STIKOM


(20)

a. Penyaluran kawat terlalu sedikit karena salah penyetelan.

b. Rol atau griper penyaluran kawat selip, karena aus atau berlemak.

C. Kaki kiri terlalu pendek, sebab:

Sama dengan diatas, tetapi kusus bagi mesin yang pemasukan dari sebelah kanan

D. Sudut rusak, sebab :

a. Sudut kiri menekan patah. Ini sebaliknya juga berlaku juga

pada sudut kanan.

b. Perapat tidak rapat dengan pelengkung. Diantara keduanya terdapat ruang gerak, sehingga kawat jilid sempat untuk lari sehingga merusakkan sudut.

E. Kaki kiri terbengkok bengkok , Sebab :

a. Pisau kawat terlalu tumpul, sehingga ujung kawatpun jadi tumpul yang enyulitkan kawat untuk masuk ke kertas.

STIKOM


(21)

b. Kawat jahit mungkin terlalu kecil sehingga tidak cukup kuat menembus kertas.

c. Sebab yang samapun berlaku bagi kedua ujung kawat,ini bisa dipastikan jika kawatnya terlalu kecil.

F. Kawat jilid terbengkok dibagian atas, sebab :

a.Kawat terlalu kecil sehingga bagian ujungnya tidak

mampu menembus berkas kertas secara sempurna, sehingga sisa kawat tertekan hingga bengkok.

b.Jarak antara kepala jilid terlalu besar, sehingga berkas kertas tidak cukup termampatkan dan tertekan.

G. Kawat jilid hanya berkaki satu, sebab :

Rol atau penangkap kawat selip.

H. Kawat jilid keluar terpotong potong dari kepala jilid, sebab : Terdapat sisa potongan atau kawat jilid sebelumnya. Pekerjaan dihentikan dan kepala mesin jilid dibuka,

STIKOM


(22)

kemudian kotorn yang ada dibersihkan baru pekerjaan dapat dilanjutkan kembali.

I. Kawat jilid patah disatu sudut, sebab :

a.Kawat jilid terlalu keras atau mutunya jelek, cobalah mengganti dengan kawat yang lainnya.

b.Blok untuk membengkokkan kawat salah satu sisinya terlalu tajam, cobalah dibulatkan sedikit/ ditumpulkan.

J. Sudut - sudut kawat jilid terlalu membulat, sebab :

Sudut – sudut yang membentuk kokot telah aus , sehingga harus diganti.

K. Kaki Terbengkokkan disisi bawah, sebab :

a.Pisau potong kawat longgar dan jalannya tidak tepat sepanjang mulut saluran kawat, jadi kawat tidak terpotong

STIKOM


(23)

licin tetapi terpelintir.

b.Pisau terlalu tumpul atau telah rusak.

L. Kaki kawat jilid tidak saling menyentuh, sebab :

a.Penyaluran kawat terlalu sedikit.

b.Kapasitas mesin terlalu kecil.

c.Jarak antara meja dan kepala jilid terlalu besar, penempatannya terlalu kecil.

4.6.4 TEKNIK LIPATAN MAJALAH A. Ketentuan cara melipat

 Penentuan cara melipat, harus direncana - kan sebelum dicetak.  Diantaranya berupa barang apa yang akan dicetak, buku, folder,

majalah, tabloid, brosur harus ditentukan terlebih dahulu.

 Harus disesuaikan dengan kebutuhannya, dilipat manual atau mesin.

B. Melipat Cara Manual

 Melipat untuk buku/ brosur/ booklet

STIKOM


(24)

 Melipat untuk folder

 Melipat Oblong Melipat majalah/ tabloid Melipat surat kabar

Gambar 4.6.4 Cara melipat Manual

B.1 Macam –Macam Jenis Lipatan

A. Teknik Lipat Kateren Sisip

Gambar 4.6.5

B. Cara Melipat Perkatern

STIKOM


(25)

Gambar 4.6.6

C. PELIPATAN DENGAN MESIN

C.1 Melipat Dengan Sistem Pisau

1. Melipatdengansatulangkah

2. Melipat dengan dua langkah 3. Melipat dengan tiga langkah 4. Melipat dengan empat langkah

C.2 Melipat dengan sistim Kantong

1. Umumnya lebih cepat, terutama pada ukuran kecil.

2.Lebih mudah divariasi.

3.Dapat dipesan untuk pekerjaan lipat kusus.

4.Kurang baik untuk melipat dengan kertas tipis.

C.3 Perbandingan kecepatan Lipat Kantong dan Lipat Pisau

 Lipat Kantong ( LK ) dinyatakan dengan panjang sedang Lipat Pisau ( LP )dengan lintasan.

 Jika LK 134 M/ Mnt = 8200 M/ Jm. • Kalau lipat uk. 120 x 94 Cm,

maka panjang lintasan = 120 Cm = 6600 Lbr/ Jm.

 Kalau Msn LP = 8000/ Jm, maka LK lebih cepat 12 % dari LP.  Jika dibuat hitungan sama, tetapi ukuran 50 x 65 Cm, maka LP

tetap 8000 Lbr/ Jm.

STIKOM


(26)

 Sedang LK jadi 134 x 60/ 0,65 = 12000 Lbr/ Jm jadi akan lebih cepat 4000 Lbr/ Jm dari LP = 50% nya dari LP.

D. Kateren

D.1 Mengatur Kateren

• Kateren adalah lipatan dari kertas plano yang tersusun dengan nomor halaman berurutan

• Jumlah kateren dalam satu buku/ majalah tergantung jumlah halaman nya

• Kateren bisa @ 4 , 8, 16, 32 halaman per katerennya atau gabungan dari sebagian/ seluruhnya.

D.2 Mensortir/ mengumpul

Adalah menggabungkan kateren – kateren/ lembaran lepas yang ada menjadi satu dengan sampulnya dengan nomor halaman yang berurutan dari nomor pertama hingga terakhir

• Dapat dilakukan dengan cara Manual dan Masinal dengan system

STIKOM


(27)

D.3 Macam Lipat Katern Utuk Majalah

A. Kateren sisip

• Katern pertama akan masuk pada keteren ke dua dan selanjutnya

• Nomor urut bagian tengah ka - tern 1, akan berurutan dengan nomor urut halaman 1 dan tera - khir kater ke 2

• kateren terakhir letaknya di te - ngah dari kateren sebelumnya.

B. Kateren Tumpuk

• Kateren pertama letaknya pada tumpu - kan paling atas

• Kateren terakhir letaknya pada tumpu -kan terakhir

• Nomor halaman akan berurutan, nomor halaman terakhir tiap kateren akan

STIKOM


(28)

bertemu dengan nomor pertama pada halaman kateren selanjutnya.

STIKOM


(29)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan evaluasi kerja praktek yang dilakukan pada bagian Marketing Design CV.Bayu Mandiri maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

 CV. Bayu Mandiri selalu menjaga kualitas hasil cetakan dan memiliki tekad untuk menjadi perusahaan percetakan yanglebih baik dari pesaingnya

 CV. Bayu Mandiri berusaha menjaga dan mempertahankan kualitas serta kuantitas dari hasil cetakan dengan cara selalu mengikuti perkembangan teknologi di bidang grafis dan cetak dan memfasilitaskan para karyawan dengan peralatan dan mesin yang berteknologi tinggi

 Penyusun lebih mengenal dan bias berapdatasi dengan lingkungan kerja yang sebenarnya guna mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari kampus, baik secara teori maupun praktek sehingga pada nantinya dapat berapdatasi dalam memasuki dunia kerja

STIKOM


(30)

5.2 Saran

 Diharapkan adanya peningkatan referensi secara up to date di dalam pengetahuan teknologi di bidang grafis cetak.

 Terus menambah wawasan serta informasi-informasi mengenai dunia grafika khusunya cetak offset. Misalnya dengan membaca literatur seputar cetakan offset dan mengikuti seminar yang berhubungan dengan cetak agar menambah wawasan yang belum mengerti.

 Dengan adanya teknologi yang sangat berkembang maka percetakan tabloid atau majalah akan lebih cepat teratasi dengan mesin – mesin cetak yang lebih cangih.

STIKOM


(31)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

CV.Bayu Mandiri berdiri sejak tahun 2002, dimulai dengan usaha kecil-kecilan yang terletak di Jl.Prambanan No.3 saat itu perusahaan tersebut mengunakan teknologi cetak 1 warna Hamada double folio untuk mencetak brosur dan kwitansi. Seiring waktu berjalan perusahaan bayu mandiri terus berkembang CV. Bayu Mandiri pindah di Jl.Prambanan no.6 dan memiliki mesi Heidelberg 2 warna ditambah juga mesin potong DQ dengan jumlah karyawan 8 Pegawai dan terus berkembang.

Kemudian pada tanggal 04 Desember 2001membagun pabrik kecil yaitu rumah di kawasan Jl.Prambanan No.9 di surabaya dengan nama perusahaan CV. Bayu Mandiri Offset yang bergerak di bidang cetak offset terutama cetak kemasan, brosur, kalender, undangan, kartu nama dll.dengan didukung dengan berbagai macam mesin terutama meisin Heidelberg 2 warna,mesin komori exel 32, mesin lipat horizon, mesin jahit kawat, mesin lem binding, mesin polar / potong, laminating dan dibantu juga dengan tenaga manusia untuk finishing jumlah karyawan di CV. Bayu Mandiri bertambah sebanyak 35 karyawan yang sudah mempunyai pengalaman di bidang sendiri – sendiri dan membantu perkembangan Bayu Mandiri sampai sekarang.

STIKOM


(32)

Saat Tahun 2010 dilengkapi dengan mesin Heidelberg 4 warna untuk mempercepat hasil cetakan dan tidak menungu waktu lama dan dilengkapi dengan digital printing BANNER. Dan pesanan banyak yang dari luar daerah contohnya didaerah Kalimantan, Jakarta , malang pemesan mengirim file melalui email.

2.2 Lokasi Perusahaan

CV. Bayu Mandiri berkantor pusat di Jalan Prambanan No.9, Surabaya, Jawa Timur.

Gambar 2.2 Lokasi Perusahaan

2.3 Tujuan dan Lapangan Usaha a. Visi perusahaan

Menjadi perusahaan yang terdepan di bidang cetak offset printing dengan hasil cetakan yang maksimal untuk kepuasan pelanggan.

STIKOM


(33)

CV. Bayu Mandiri adalah percetakan dalam bidang cetak Ofsset, digital printing yang menghasilkan produk koran, tabloid, majalah, buku, company profile, kalender, paper bag dan berbagai hasil cetakan lainya. Dan dukungan dari 35 pekerja di CV. Bayu Mandiri sekarang semakin berkembang dengan mengikuti perkembangan zaman.

2.4 Struktur Organisasi

Gambar 2.4 Struktur Organisasis

STIKOM


(34)

BAB III

METODE KERJA PRAKTEK

3.1 Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan kerja praktek dilakukan hampir selama dua bulan mulai dari tanggal 16 Januari sampai dengan 16 Maret 2011.selama 2 bulan diharapkan mendapatkan pengalaman kerja yang cukup dan mengetahui alur lebih dalam tentang industri cetak.

Kerja praktek yang dilaksanakan di CV. Bayu Mandiri Offset dan Digital Printing yang merupakn perusahaan cetak offset dalam sekala besar di Surabaya. Jadwal kerja praktek mengikuti jadwal kerja staf di perusahaan dan dilaksanakan dengan persyaratan yang berlaku layaknya jadwal kerja sesungguhnya, dengan waktu istirahat selama satu jam dari pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB kecuali hari jumat menyesuaikan dengan ibadah sholat jumat, kerja praktek di selengarakan mulai hari senin sampai jumat. Sedangkan hari sabtu juga tetap masuk tapi cuman setengah hari yaitu mulai dari jam 08.00 WIB – 14.00 dan hari libur mengikuti kesepakatan perusahaan.

Lokasi perusahaan terletak di daerah perumahan ditengah kota surabaya tempatnya di Jl. Prambanan No. 9 Surabaya Jawa Timur.

STIKOM


(35)

3. 2 Landasan Teori

Berdasarkan pada teori yang di dapat dari perkuliahan Program Studi DIII-Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya, terdapat beberapa teori atau materi yang berhubungan erat dengan pelaksanaan kerja praktek di CV. Bayu Mandiri pada bagian Layout Design tentang proses pembuatan majalah serta penjilidanya, diantaranya adalah sebagai berikut:

Seperti yang sudah diketahui, didalam proses menghasilkan produk- produk cetakan MAJALAH, dan lain sebagainya terdapat tiga fase atau tahapan penting yang harus dilalui yaitu Pracetak (prepress), Cetak (Pastpress) dan Finishing (postpress). Dimana dari setiap fase atau tahapan penting tersebut terdiri dari beberapa langkah kecil yang pada akhirnya nanti sangat menentukan produk akhir cetakan yang dihasilkan. Dimana, salah satu tahapan terpenting tersebut adalah fase Pracetak (prepress) yang juga merupakan tempat inti dilakukannya proses pengolahan file termasuk layout .

3.2.1 Pracetak (prepress)

Pracetak merupakan awal dari suatu proses pembuatan majalah. Suatu karya desain tidaklah mudah untuk secara langsung ditransferkan ke proses cetak. Ada beberapa tahapan yang harus dimengerti oleh seorang desainer grafis dalam pengolahan karya desain. Untuk dapat membuat suatu desain produk grafika, ada beberapa hal yang harus dimengerti, misalnya proses cetaknya, bahan atau media cetaknya, dan sebagainya.

STIKOM


(36)

Pracetak atau Pre-press meliputi semua langkah proses yang dibutuhkan untuk mempersiapkan materi desain, mulai dari persiapan area cetak, teks, original image dan gambar grafis sampai kepada proses produksi untuk menghasilkan semua materi yang siap "untuk proses cetak".Termasuk di dalamnya pembuatan obyek-obyek desain baik berbasis vektor maupun pixel, pembuatan film dan plat untuk tahap pembuatan majalah. Materi yang ada di prepress, yang meliputi kegiatan desain grafis juga merupakan titik awal yang sangat berguna untuk kegiatan desain, misalnya untuk website atau presentasi yang menggunakan teks dan foto atau gambar. Oleh karena itu proses desain dalam Pracetak disebut juga dengan “Pre-media”, yang artinya proses persiapan teks dan gambar untuk berbagai macam media publikasi.

A. Proses Layout Desain

Proses Layout sangat penting untuk menentukan suatu hasil cetakan majalah dengan memakai katern bias memudahkan cara membuat majalah dengan diatas 100 halaman dan mengatur penempatan berbagai unsur komposisi, seperti misalnya huruf dan teks, garis-garis, bidang, gambar, foto atau image dan sebagainya. Proses layout tersebut memberi kesempatan kepada layouter dan langganannya untuk melihat pekerjaan mereka sebelum dilaksanakan. Dengan demikian pembengkakan biaya karena pengulangan penyusunan dan pembetulan kembali dapat dicegah. Dengan kata lain, layout adalah proses memulai perancangan suatu produk cetakan.

STIKOM


(37)

Syarat utama dari proses layout adalah : perwujudan umum dari sebuah layout harus sesuai dengan hasil cetakan yang akan dihasilkan. Layout yang baik harus dapat mewakili hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses cetakan. Oleh karena itu yang harus dengan jelas ditampakkan pada sebuah layout adalah :

a. gaya huruf dan ukurannya

b. komposisi gambar yang digunakan c. bentuk, ukuran dan komposisi d. warna

e. ukuran dan macam kertas (bahan cetaknya)

Persiapan awal dari suatu proses Pra Cetak adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan dipakai sebagai materi desain dan layout. Bahan dasar dari suatu proses desain meliputi teks, image atau foto, gambar vektor, warna dan ukuran bidang desain.

A.1 Teks

Teks merupakan salah satu unsur penting dalam suatu komposisi desain. Teks digunakan untuk memberikan informasi kepada pembaca melalui kumpulan huruf yang disusun sedemikian rupa. Oleh karena itu, penyusunan hurufpun harus diatur dengan baik agar mampu berinteraksi dengan pembaca. Proses mempersiapkan teks yang akan dipakai sebagai materi desain disebut juga dengan word processing.

STIKOM


(38)

Di dalam proses pembuatan teks tersebut di suatu malajahx, beberapa hal yang perlu diketahui meliputi :

a. Format penulisan

b. Ukuran dan tipe huruf, termasuk juga bentuk huruf c. Jarak antar huruf dan baris (spasi)

d. Tebal huruf

e. Lebar dan Tipe kolom (a.l. lurus kanan, lurus kiri dll) f.Tabulasi

g. Tanda-tanda khusus

h. Pengaturan dan pemenggalan kata dan kalimat

i.Penggunaan bahasa yang sesuai dengan aturan yang berlaku

A.2 Image atau Piksel Grafis

Image terdiri dari kumpulan titik yang saling terkait dan menumpuk membentuk suatu warna tertentu, yang merupakan bagian dari suatu foto atau gambar nyata. Titik-titik itu disebut dengan piksel, dimana tiap piksel memiliki nilai warna tertentu. Tiap piksel dengan nilai warna masing-masing berkumpul dengan posisi yang telah ditentukan, sehingga membentuk suatu gambar.

Penggunaan Image dalam desain biasanya digunakan untuk : • Latar belakang (background) dari suatu karya desain

• Penjelasan terhadap suatu obyek atau produk yang ditawarkan

• Penjelasan situasi, contohnya foto kejadian penting yang ditampilkan di surat kabar atau majalah

STIKOM


(39)

Satuan yang digunakan dalam piksel grafis biasanya berdasarkan output atau hasil cetakan standar printer, yaitu dpi (dot per inch). Selain itu dapat juga digunakan standar pengukuran untuk scanner atau input device lain dalam pengambilan gambar, yaitu ppi (pixel per inch). Semakin besar ukuran dpi, semakin rapat dan tajam pula image yang dihasilkan. Kumpulan piksel grafis yang membentuk suatu gambar inilah yang disebut dengan raster.

Langkah-langkah penempatan image dalam suatu layout desain :

1.Tentukan mode warna dari image yang ditampilkan, apakah menggunakan warna hitam putih (grayscale), warna khusus atau warna separasi untuk cetak.

2.Menggunakan kerapatan titik / raster antara 150 dpi – 300 dpi sebagai standar suatu proses cetak.

3.Jika menggunakan standar cetak dengan warna separasi, selalu gunakan format mode CMYK.

A.3 Gambar Vektor

Gambar Vektor atau biasanya disebut juga dengan vektor grafis terbentuk dari kumpulan vektor, yaitu meliputi titik-titik yang membentuk garis obyek yang digambar. Titik tersebut dapat diubah-ubah sehingga mempengaruhi bentuk obyek, dan dapat diberi warna sesuai dengan keinginan. Vektor tidak terpengaruh kepada resolusi atau kerapatan titik seperti pada piksel grafis.

STIKOM


(40)

Gambar vektor biasanya digunakan sebagai bagian dari ilustrasi buku, terutama buku-buku pelajaran untuk menerangkan teks atau hal-hal yang abstrak, yang sering tidak mungkin dilukiskan dalam sebuah foto atau image. Bentuk lain dari gambar garis yang sering ditemui adalah gambar kartun atau karikatur, buku komik dan ilustrasi iklan.

A.4 Warna

Warna adalah unsur penting dalam suatu karya desain grafis. Warna adalah salah satu untuk pemikat dan mampu mengundang seseorang untuk mendekati dan melihat lebih jelas. Penggunaan warna sangat berpengaruh pada suatu layout yang dibuat, terutama dalam meletakkan warna-warna pada teks, gambar maupun latar belakang.

Warna mampu mewakili suatu produk, hal ini biasanya sangat berpengaruh pemakaian warna untuk kemasan. Sebagai contoh, beberapa batasan warna untuk teks maupun gambar meliputi beberapa sifat yang sering dipakai, antara lain : warna biru yang identik dengan warna langit biasanya untuk mewakili ketenangan dan kepemimpinan, warna hijau memberi suasana segar dan mewakili alam, warna panas umumnya menggunakan warna kuning, merah, dan lain-lain.

Dalam proses desain dan cetak, dikenal beberapa jenis sistem warna. Sistem warna ini yang akan mempengaruhi hasil akhir dan kualitas produk grarika yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu sekali diperhatikan sistem warna yang digunakan.

STIKOM


(41)

Ada beberapa sistem warna, antara lain RGB (Red, Green, Blue), CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black), CIE Lab, Grayscale, Duotone dan lain-lain. Dalam suatu proses desain, biasanya yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara warna aditif dan warna subtraktif. Warna aditif adalah warna primer cahaya yang terdiri atas Red, Green, Blue (Merah, Hijau dan Biru) dimana penggabungan dari tiap warna tersebut akan menghasilkan warna terang atau putih (bright). Prinsip warna aditif diterapkan pada monitor, TV, video, scanner dan lain-lain. Sedangkan warna subtraktif merupakan warna sekunder dari warna aditif, yaitu terdiri dari warna cyan, magenta, yellow (kuning). Jika warna aditif dibentuk dari cahaya, maka warna subtraktif merupakan warna yang terbentuk dari tinta cetak, cat, tinta printer dan lain-lain. Pencampuran warna cyan, magenta dan kuning penuh akan menghasilkan warna gelap atau hitam.

Secara teori, penggabungan warna subtraktif akan menghasilkan warna hitam, tetapi dalam prakteknya tidak mampu untuk menghasilkan warna yang benar-benar hitam, tetapi agak kecoklatan. Oleh karena itu pada proses cetak ditambahkan warna hitam (key color) untuk kekontrasannya. Oleh karena itu system warna substraktif terdiri dari CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black).

Dalam proses cetak, standart warna yang digunakan adalah CMYK. Oleh karena itu, dalam mempersiapkan suatu karya desain, upayakan agar semua gambar maupun tampilan menggunakan format sistem warna CMYK. Mengapa demikian?

STIKOM


(42)

Karena setiap sistem warna memiliki colorspace (ruang warna) yang berbeda-beda. Colorspace tersebut berisi kumpulan warna yang dimiliki oleh sistem warna tersebut. Sebagai informasi, sistem warna RGB memiliki colorspace yang lebih besar daripada sistem warna CMYK. Sehingga ada beberapa warna RGB yang tidak mampu teridentifikasi oleh tinta cetak standart, yang akhirnya menyebabkan suatu warna tidak akan tercetak sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sebaiknya ubah semua data gambar atau foto ke dalam sistem warna CMYK sebelum dilakukan proses percetakan.

Model warna RGB memiliki colorspace yang sangat dipengaruhi oleh jenis peralatan yang digunakan. Misalnya monitor. Perbedaan tipe monitor akan menghasilkan ruang warna yang berbeda pula. Begitu pula peralatan lain, misalnya scanner. Sama dengan warna RGB, model warna CMYK juga dipengaruhi oleh material yang membawanya. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari pigmen tinta cetak dan kertas yang digunakan. Semakin bagus kualitas pigmen tinta cetak yang digunakan, colorspace yang dihasilkan juga semakin besar.

Sistem warna CIELab merupakan sistem warna yang memiliki colorspace paling luas. Oleh karena itu, dalam pengukuran warna dan hasil cetakan, peralatan-peralatan yang digunakan, misalnya spectrophotometer, menggunakan sistem warna tersebut.

A.5 Ukuran Bidang Desain majalah

Bidang desain adalah hal yang harus diketahui dan direncanakan oleh seorang desainer grafis. Sejak awal proses desain majalah , ukuran bidang

STIKOM


(43)

cetak sudah harus dipersiapkan, agar proses layout dan cetak dapat berjalan dengan baik. Untuk awalnya, hal yang harus diketahui adalah ukuran kertas yang dipakai dalam proses layout dan cetak, termasuk didalamnya adalah pembagian kertas mentah menjadi kertas ukuran cetak.

Berdasarkan sejarah perkembangan ukuran kertas mentah, sampai tahun 1917 banyak dipakai berbagai ukuran kertas, sehingga membuat perusahaan kertas mengalami kesulitan dalam melayani pelanggannya dengan ukuran kertas yang benar, dan juga bagi percetakan sulit memenuhi keinginan langganannya. Oleh karena itu akhirnya muncul standarisasi ukuran yang dibagi menjadi 3 grup :

A = ukuran kertas jadi yang harus dipakai sebagai ukuran dasar. A0 adalah ukuran yang terbesar dan ukurannya kurang lebih 1 meter persegi.

(841 x 1189mm = 999949 mm2) B = ukuran sebelum dipotong

C = ukuran sampul dari grup A

(A4 ukuran surat, C4 ukuran sampul suratnya)

A Ukuran (mm) B Ukuran (mm) C Ukuran (mm) A0 841 x 1189 B0 1000 x 1414 C0 917 x 1297 A1 594 x 841 B1 707 x 1000 C1 648 x 917

A2 420 x 594 B2 500 x 707 C2 458 x 648 A3 297 x 420 B3 353 x 500 C3 324 x 458 A4 210 x 297 B4 250 x 353 C4 229 x 324

STIKOM


(44)

A5 148 x 210 B5 176 x 250 C5 162 x 229 A6 105 x 148 B6 125 x 176 C6 114 x 162 A7 74 x 105 B7 88 x 125 C7 81 x 114 A8 52 x 74 B8 62 x 88 C8 57 x 81 A9 37 x 52 B9 44 x 62

A10 26 x 37 B10 31 x 44

Tabel 3.1 Ukuran Kertas Standard Internasional B. Proses Pembuatan Film / Plat Cetak

Berbagai elemen yang didapat dari proses desain dan layout digital, baik berupa teks, vektor grafis maupun image, digabungkan menjadi satu dalam satu kesatuan layout dengan aplikasi komputer. Hasil jadi untuk meminta persetujuan layout ke pelanggan biasanya dikeluarkan melalui media printer.

Setelah proses layout selesai dikerjakan dan sudah disetujui, file hasil desain tersebut dikirimkan ke mesin pembuat film (ImageSetter). Untuk dapat menerjemahkan file tersebut, maka struktur file diubah menjadi bentuk PostScript file. Dalam proses ini semua tanda register, register potong dan lipat, color bar secara otomatis terbentuk. File postscript tersebut kemudian diterjemahkan dengan penerjemah yang disebut RIP (Raster Image Processor), dan disampaikan ke imagesetter. Film yang dihasilkan oleh imagesetter kemudian dikirimkan ke film processor, yang berfungsi untuk mencuci film,

STIKOM


(45)

sehingga dihasilkan film yang telah membentuk gambar atau pola sesuai desain.

Dalam tahap berikutnya, film yang sudah dihasilkan tersebut diatur untuk disesuaikan dengan karakteristik plat cetak. Dengan menggunakan meja yang menggunakan lampu, mulailah proses pengaturan halaman demi halaman dilakukan. Jika dibuat film dengan warna separasi (CMYK), maka melalui proses ini akan dihasilkan 4 buah halaman film. Proses ini sering disebut dengan montase. Halaman Film yang sudah diatur tersebut, mulai digabungkan dengan halaman-halaman lain di atas selembar mika atau astralon dengan ukuran sesuai plat cetak yang digunakan, sehingga nantinya akan terjadi beberapa kumpulan halaman untuk masing-masing warna (cyan, magenta, yellow, black). Jika diperlukan, sebagai pelengkap dapat ditambahkan pula elemen kontrol cetak, seperti, tanda register, color bar, tanda potong dan lipat. Proses inilah yang disebut dengan Computer to Film (CtF). Hasil proses montase inilah yang akan dikontak ke plat cetak.

Dengan teknik CtF, hasil montase diteruskan ke pembuatan plat cetak. Proses selanjutnya adalah meletakkan tiap halaman montase tersebut ke atas selembar plat cetak, kemudian dilakukan penyinaran dengan menggunakan mesin Platemaker (pembuat plat cetak). Plat cetak dihasilkan dari proses vakum dan pencahayaan terhadap film selama 45 detik. Setelah dilakukan penyinaran, tahap terakhir adalah proses pencucian plat cetak (menggunakan mesin plate processor), menghilangkan dengan campuran cairan developer dan GOM sehingga terbentuk pola gambar di atas plat yang sesuai dengan film dan

STIKOM


(46)

hasil desain. Hasil akhir akan didapatkan beberapa plat cetak yang jumlahnya sesuai dengan banyaknya warna yang digunakan.

Seiring perkembangan jaman, pekerjaan pembuatan film dan montase manual di atas meja layout dirasa menyita waktu yang banyak. Muncul kemudian teknologi Computer to Plate (CtP). Teknologi ini memotong alur kerja pembuatan film dengan imagesetter sampai kepada proses montase. Proses layout dan montase dilakukan langsung dengan aplikasi komputer. Hasil layout yang terbentuk di komputer ditransfer ke dalam bentuk file postscript, dan dikirimkan langsung ke mesin CtP atau yang disebut juga dengan platesetter. Plat cetak akan langsung dihasilkan melalui mesin CtP tersebut, dan siap untuk dikirimkan ke mesin cetak.

3.2.2 Final Artwork Desain

A. Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memulai Suatu Proses Desain Majalah

Tentukan ukuran cetak secara benar dan tambahkan bleed atau overlap melebihi ukuran sebenarnya di sekeliling ukuran (+ 2 – 3 mm). Siapkan juga garis potong dan register.

Gunakan jenis font yang benar. Upayakan tidak memberikan outline tambahan untuk mempertebal huruf.

Lampirkan semua font yang digunakan dalam desain. Jika memungkinkan,

STIKOM


(47)

lebih baik rubah font ke dalam bentuk curve/path.

Perhatikan resolusi untuk gambar image. Resolusi gambar + 150 – 300 dpi.

Lampirkan juga semua import file image, agar jika ada link tidak akan terputus.

Pastikan semua image sudah dalam format CMYK, tidak dalam bentuk RGB.

Tentukan jumlah dan pembagian warnanya dengan benar, mana yang spot color dan proses color.

Buat proof dari printer, baik hitam putih maupun warna untuk memastikan posisi dan semua elemen sudah lengkap.

Atur posisi sesuai proses layout, juga lakukan imposisi untuk buku yang ada katernya.

Buang semua elemen dan halaman kosong yang tidak dipakai.

Buat Mock-Up (replika hasil cetakan) untuk customer agar mereka dapat melihat hasil akhir produk yang akan dicetak. Mock up sebaiknya menggunakan ukuran yang sebenarnya, sekalipun tidak full color.

Komunikasikan pekerjaan desain yang akan diproses dengan repro/percetakan, seperti jenis kertas yang akan dipakai, tinta, teknik cetak, proses pasca cetak, pada saat menyerahkan file untuk proses cetak.

STIKOM


(48)

B. Konsep Dasar BITMAP

Bitmap images - secara teknis disebut juga raster images - menggunakan titik warna yang biasa disebut pixel untuk merepresentasikan suatu gambar/image. Tiap pixel memiliki lokasi dan nilai warna.

Bitmap merupakan sarana terbaik untuk continuous tone image, seperti foto atau lukisan digital, karena dapat menggambarkan gradasi warna dengan baik. Oleh karena itu bitmap images mengandung sejumlah titik atau pixel yang pasti. Sehingga gambar bitmap dapat kehilangan detil dan memunculkan kesan kabur jika diperbesar atau dicetak dengan printer yang memiliki resolusi lebih rendah daripada bitmap tersebut.

B.1 Kesimpulan Dasar BITMAP

 Menggunakan pixel dalam membentuk gambar.

 Contoh data bitmap adalah foto hasil scan /digital camera.

 Merupakan resolusi dependent, yaitu kualitas gambar tergantung resolusi/jumlah pixel yang membentuknya.

 Format yang digunakan antara lain : TIFF, EPS, JPG.

 Pembesaran gambar dengan cara ditarik atau diperbesar akan menyebabkan kualitas gambar menurun.

STIKOM


(49)

C. Konsep Dasar Digital Image dalam Teknik Cetak

Terdapat dua macam tipe Image / Gambar, yaitu :

1. Continuous Tone

2. Halftone

Continuous tone terbentuk dari foto konvensional maupun digital, yang kemudian disimpan ke dalam komputer untuk dilakukan pengolahan. Sedangkan Halftone terbentuk dari sekumpulan titik raster yang merupakan dasar proses cetak.

1. Suatu proses cetak secara teori hanya bisa menimbulkan titik-titik tinta ke atas substrate.

2. Keterbatasan teknik cetak yang ada adalah tidak mampu mereproduksi tone (elemen/pixel yang membentuk image) dari suatu sumber image original.

3. Agar bisa dicetak, tone yang ada di file original harus terlebih dahulu diubah menjadi kumpulan titik raster dengan diameter yang berbeda sesuai dengan tone yang diwakilinya.

4. Semakin halus titik raster yang digunakan akan semakin baik juga gambar yang dihasilkan.

5. Kehalusan titik raster dinyatakan dengan lpi (lines per inch).

STIKOM


(50)

D. Hubungan DPI dan LPI

DPI adalah nilai maksimal dari titik per inch yang dapat dicetak oleh printer. Karena semua data komputer atau printer merupakan type binary, titik-titik tersebut merupakan nilai ON atau OFF.

LPI adalah nilai dari kumpulan titik-titik bundar (yang dibentuk oleh kumpulan titik DPI) per inch.

Pada sistem konvensional yang bekerja dengan kamera reproduksi, proses perubahan dari continuous tone ke halftone dilakukan dengan perangkat Contact Screen (raster kontak) yang bekerja secara analog. Pada sistem digital, titik raster/halftone dot dibentuk secara langsung oleh Image Setter. Agar besar titik raster dapat berubah-ubah, titik tersebut dibentuk dari kumpulan yang lebih kecil yang disebut Spot Printer. Banyaknya spot dalam suatu inch disebut juga resolusi output, yang dinyatakan dalam dpi.

Screen ruling, yang diukur dengan satuan lpi, adalah suatu nilai dari garis atau baris yang berisi titik-titik halftone per inchi. High screen ruling mencetak titik-titik tersebut saling berdekatan, sehingga hasilnya cukup tajam dan menghasilkan variasi warna. Sedangkan low screen ruling mencetak titik-titik agak berjauhan, sehingga menimbulkan efek kasar pada image.

STIKOM


(51)

Image resolution, yang diukur dengan satuan ppi atau dpi, adalah suatu nilai dari pixel yang ditampilkan per inchi dari suatu image. Suatu image dengan resolusi tinggi mengandung lebih banyak pixel per inch sehingga memiliki detail yang lebih baik.

Hubungan antara image resolution dan screen ruling menentukan tampilan detail dari suatu barang cetakan. Pada umumnya, semakin tinggi image resolution, semakin tinggi pula screen frequency yang harus dipakai dalam proses cetak.

DPI = Dot per Inch

Satuan yang dipakai untuk resolusi/hasil cetakan dari printer

LPI = Line per Inch

Satuan yang dipakai dalam menentukan hasil proses dengan mesin cetak. Biasanya digunakan sudut 450. Satuan ini disebut juga screen ruling. Disebut juga offset printing 'lines' or dots per inch dalam suatu halftone atau line screen

PPI = Pixel per Inch

Satuan yang dipakai dalam menentukan jumlah pixel dalam suatu gambar/image atau hasil scanner.

Rumus : 2 x LPI = PPI / DPI

Image dalam surat kabar biasanya 85 lpi. Jika menggunakan kaca pembesar, dapat dihitung kurang lebih terdapat 85 lingkaran kecil berwarna

STIKOM


(52)

hitam dalam berbagai ukuran dalam satu inchnya. Sedangkan majalah dengan kertas glossy biasanya antara 150 atau 200 lpi.

LPI biasanya memiliki suatu sudut agar hasilnya sesuai. Biasanya warna hitam memiliki sudut 45 derajat sehingga mata kita tidak dapat melihat jelas komposisi grid/pola hitam dari titik - titik tersebut.

Kontrol terhadap LPI benar-benar tersedia pada printer berbasis postscript. Inkjets dan non-postscript laser printers menggunakan prinsip berbeda dalam menghasilkan gradasi abu-abu.

E. Grayscale

Salah satu proses yang banyak dilakukan dalam image processing adalah mengubah image berwarna menjadi model grayscale. Hal ini digunakan untuk menyederhanakan model image tersebut. Image berwarna dengan format standar RGB terdiri dari 3 layer matrik yaitu R-layer, G-layer dan B-layer. Sehingga untuk melakukan proses-proses selanjutnya tetap diperhatikan tiga layer di atas. Bila setiap proses perhitungan dilakukan menggunakan tiga layer, berarti dilakukan tiga perhitungan yang sama. Sehingga konsep itu diubah dengan mengubah 3 layer di atas menjadi 1 layer matrik grayscale dan hasilnya adalah image grayscale. Dalam model image ini tidak ada lagi warna, yang ada adalah derajat keabuan.

STIKOM


(53)

Untuk mengubah image berwarna yang mempunyai nilai matrik masing-masing r, g dan b menjadi image grayscale dengan nilai s, maka konversi dapat dilakukan dengan mengambil rata-rata dari nilai r, g dan b sehingga dapat dituliskan menjadi:

E.1 Gray Level

Dalam pengolahan image dengan tipe grayscale, tingkat kehalusan dari suatu gambar sangat tergantung dari gray level. Gray Level menunjukkan tingkat/jangkauan gray dari suatu image grayscale. Semakin banyak titik-titik pembentuknya, semakin lebar pula jangkauan gray level yang dihasilkan. Bila gray levelnya mencukupi, maka terbentuk kurva halus/smooth dan juga berlaku sebaliknya.

Ketika menentukan screen ruling untuk image grayscale, nilai maksimum dari gray level adalah 256. Semakin baik gray levelnya akan semakin meningkatkan kualitas image terutama untuk gradasi dan blend.

STIKOM


(54)

BAB IV

HASIL DAN EVALUASI

4.1 Prosedur Kerja Praktek

Pelaksanaan kerja praktek di CV. Bayu Mandiri dilakukan dalam waktu kurang lebih dua bulan (delapan minggu) yang keseluruhannya dilakukan di bagian Design & layout seseuai penempatan yang dilakukan oleh pihak HRD.

 Interview, dengan aktif Tanya jawab serta konsultasi mengenai berbagai masalah- masalah yang timbul dan beserta cara penanggulanganya kepada para kordinator lapangan atau senior operator pada saat kerja praktek berlangsung.

 Observasi dengan cara mencari, mengumpulkan dan mengamati secara langsung setiap proses / alur produksi yang berlangsung di CV. Bayu Mandiri yang akan digunakan nantinya dalam proses pembuatan laporan kerja praktek.

 Praktek langsung, dengan cara langsung menerapkan atau mempratekkan secara langsung, materi – materi yang telah diperoleh pada saat dikampus maupun pada saat kerja praktek berlangsung.

STIKOM


(55)

 Studi Literratur, dengan cara mempelajari berbagai macam buku- buku yang berkaitan dengan materi kerja praktek, baik yang diperoleh pada saat perkuliahan maupun saat kerja praktek, khususnya mengenai analisa uptime pada proses press(cetak).

 Implementasi, dengan implementasi ini maka pihak penyusun dituntut dan diharapkan dapat menerapkan serta menganalisa berbagai persoalan – persoalan yang timbul mengenai penurunan up time pada tiap-tiap mesin di CV. Bayu Mandiri yang dikarenakan penyebab – penyebab ambigu (tidak jelas) sehingga nantinya akan diperoleh suatu jalan keluar yang terbaik atau solusi untuk peningkatan kinerja serta menuju up time yang optimal.

4.2 Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan kerja praktek dilakukan berdasarkan atas ketentuan yang diberikan oleh perusahaan atau instansi dalam hal ini adalah CV. Bayu Mandiri yang dilakukan pada bagian desain & layout.

Pada bagian desain & layout, pelaksanaan kerja praktek dilakukan dengan beberapa metode dan berdasarkan perintah atau instruksi dari pembimbing kerja praktek yaitu mbak Riwana Wulan.

STIKOM


(56)

4.3 Evaluasi Kerja Praktek

Selama berlangsung kegiatan kerja praktek di CV. Bayu Mandiri, penyusun melakukan berbagai analisa mengenai kendala – kendala dan permasalahan yang terjadi waktu proses pembuatan suatu majalah memasuki tahap prepress. Supaya penulis tau kendala yang belum mengerti bisa dibantu dengan yang lebih pengalaman.

4.4 Tabel Data mesin cetak offset pada CV. Bayu Mandiri

NO NAMA MESIN LEMBAR

PLATE (cm )

LEMBAR KERTAS (cm ) MIN MAX

1 Komori Exel 32 81 x 56 28 x 40 60 x 75

2 Heidelberg 4 warna 55 x 65 32.5 x 50 62 x 50

3 Heidelberg 2 warna 55 x 65 32.5 x 50 62 x 50

STIKOM


(57)

4.5 Gambaran Umum proses pembuatan majalah sampai penjilidanya Di CV. BayuMandiri.

Gambar 4.5 Struktur Organisasi

STIKOM


(58)

Keterangan:

Alur produksi CV. Bayu Mandiri dimulai ketika customer memberikan file cetak yang akan diproses cetak kepada bagian Marketing Design (dimana dalam hal ini customer telah menyetujui untuk melakukan proses cetak di CV. Bayu Mandiri. Tahap pertama File akan diproses atau diolah oleh bagian Marketing Design agar siap untuk proses cetak menjadi suatu majalah di layout akan mengatur oleh PPIC untuk penjadwalan penggunaan mesin cetak dengan mengeluarkan surat perintah kerja seperti job order yang diolah dan dipersiapkan di bagian Marketing Design telah benar-benar siap untuk dilakukan proses cetak. Berikut merupakan gambaran atau keterangan secara umum proses produksi mulai dari prepress sampai ke tahap postpress.

A. Prepress

Pekerjaan utama yang dilakukan pada bagian prepress (selain melakukan pengolahan file untuk menjadi sebuah majalah) adalah melakukan proses imposisi, output film, proses montage (menata film separasi untuk mendapatkan susunan halaman dan register warna yang tepat saat proses cetak dan lipat), Apabila pihak customer telah memberikan format file berupa PDF kepada bagian Marketing Design, berikut merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memastikan belum tidaknya file PDF tersebut memenuhi standard proses cetak:

STIKOM


(59)

 Melakukan pembesaran gambar sebesar 300% pada software Adobe Acrobat Professional, apabila gambar terlihat pecah, maka kemungkinan file PDF tersebut akan pecah saat dicetak dan sebaliknya jika saat diperbesar gambar terlihat baik maka hasil cetaknya pun akan baik.

 Melakukan pengecekan terhadap Document Properties file PDF, terutama untuk memeriksa font-font yang digunakan sudah ter-embed apa belum sekaligus mengetahui versi PDF yang digunakan oleh customer atau pembuat PDF.

 Melakukan pemeriksaan font/teks, jika terdapat kesalahan maka dilakukan perbaikan melalui fasilitas Edit Teks yang terdapat pada software Adobe Acrobat Professional, jika kesalahan font/teks terlalu banyak pada file PDF yang diperiksa maka perbaikan sebaiknya dilakukan pada software aslinya.

 Melakukan pemeriksaan separasi warna pada file PDF yang diperiksa mulai dari warna Cyan, Magenta, Yellow dan Black maupun warna campuran dari Cyan+Magenta, Cyan+Yellow dan lain sebagainya. Pemeriksaan dilakukan melalui fasilitas Output Preview pada software Adobe Acrobat Professional.

 Melakukan pemeriksaan overprint pada file PDF melalui fasilitas Overprint Preview yang terdapat pada Adobe Acrobat Professional.

STIKOM


(60)

Kendala yang sering terjadi ketika file customer tidak memenuhi syarat bisa mengakibatkan

a. Missing Font, Gambar maupun Image.

b. Warna Font Auto (terjadi pada saat mengerjakan pembuatan font di Microsoft Word tidak disave dengan format Text Only yang apabila langsung di copy paste ke software-software design maupun layout akan menimbulkan warna Font Auto).

c. Page Setup yang tidak efektif dan sesuai dengan kapasitas maupun ukuran mesin cetak yang digunakan.

d. Convert warna RGB ke CMYK yang tidak sesuai dengan color setting yang disesuaikan dengan karakter mesin cetak.

e. Pemakain efek Overprint yang tidak sesuai pada tempatnya.

f. Resolusi dan Screen Rulling yang tidak standard untuk proses cetak yang digunakan.

g. Tidak melakukan proses Trapping terhadap element-element design yang beresiko menimbulkan missregister proses cetak pada saat menyiapkan dan mengolah file digital artwork.

h. Pemakain gradasi yang tidak sesuai untuk proses cetak (menimbulkan efek gradasi yang patah atau Banding).

STIKOM


(61)

misalkan apakah gambar-gambar sudah CMYK atau RGB, format TIFF atau JPEG dan lain sebagainya. Pemeriksaan Preeflight sangat membantu dalam hal menganalisa serta mencegah unsur-unsur layak dan tidak layaknya untuk Proses berikutnya ke plate making untuk proses CTF dan output plate untuk proses CTP. Dimana untuk proses prepress didukung dan dilakukan dengan mesin – mesin sebagai berikut:

CTP (Computer To Plate) CTF (Computer To Film) Mesin Plate Maker (Tandom) B. Press

Bagian Press berfungsi untuk menggandakan gambar atau teks sesuai dengan acuan plate cetak yang dibuat oleh bagian prepress dengan jumlah massal permintaan customer. Dalam proses penggandaan ini parameter-parameter yang diperhatikan meliputi ketepatan register, warna, kebersihan cetakan, kestabilan jalannya kertas dan lain sebagainya. Macam atau jenis yang digunakan meliputi jenis mesin cetak kertas lembaran (sheet-fed) Mesin cetak sheet-fed digunakan untuk mencetak produk–produk grafika yang membutuhkan hasil kualitas yang tinggi seperti majalah, kalender, buku, poster, brosur dan lain sebaginya.

STIKOM


(62)

macam unit mesin cetak yang digunakan dalam bagian press di CV.Bayu Mandiri.

Mesin Heidelberg 4 warna Mesin Heidelberg 2 warna Komori exel 32

C. Postpress

Unit postpress atau finishing bertugas untuk merampungkan pekerjaan terhadap kertas lembaran yang sudah tercetak hingga terbentuk produk yang diinginkan. Contoh tugas dari unit finishing yaitu meliputi memotong kertas, melipat, mengomplit, menjahit, mengelem dan lain sebagainya. Berikut merupakan mesin-mesin yang digunakan dalam proses postpress:

Mesin Lipat Mesin Potong Mesin Jilid Kawat

Mesin Jilid Lem (binding) Mesin Laminasi

STIKOM


(63)

4.6 MACAM PROSES FINISHING

Dalam pembuatan suatu majalah sampai penjilidtanya harus mengerti apa yang dibutuhkan supaya majalah terkesan istimewa.

VERNIS & SPOT UV

Vernis ini biasa dilakukan pada gambar – gambar tertentu yang memang diperlukan untuk lebih di tonjolkan keberadaannya untuk lebih menarik perhatian bagi yang dituju. Sedangkan kalau spot UV prosesnya sama seperti cetak offset dengan bantuan plat yang telah disinari dan membentuk obyek yang ingin di spot sifat spot UV raster harus 100 % atau (block) kalau kurang dari itu spot UV tidak begitu mengkilap.

A. MACAM – MACAM CARA VERNIS Vernis biasa/ OPV ( Langsung cetak )

Spot Vernis ( Langsung dimesin cetak dengan teknik kusus )

Vernis Kilap/ Calendering ( Melalui mesin vernis dengan cairan panas) Vernis lilin

UV Vernis ( Ultra Violet Vernis)

STIKOM


(64)

B. TUJUAN PEMAKAIAN VERNIS

Melapisi permukaan cetakan agar keliha - tan lebih mewah karena mengkilat.

Melapisi permukaan cetakan agar lebih tahan lama, tahan goresan dan tahan kotor.

Melapisi permukaan cetak tertentu agar terlihat lebih utama.( Spot Vernis) Melapisi permukaan cetak agar tahan basah.

C. JENIS VERNIS

 Vernis dengan bahan dasar Solven.  Vernis dengan bahan dasar Air.  Vernis dengan bahan dasar.  Vernis Lilin.

C.1 Vernis sekali jalan Keuntungan :

Proses seperti tinta Mudah untuk mem – Vernis setempat ( Spot Vernis ) Baik untuk melindungi kelembaban 75 % pengeringan secara kimiawi.

Kelemahan :

Pengeringan lama Lapisan Vernis tipis Kertas dapat menguning Perlu Spray Puder Penumpukan kertas terbatas.

STIKOM


(65)

C.2 Vernis Air Keuntungan :

Berisi 40 % bahan vernis dan 60 % Air Daya kilapnya lebih baik Tahan goresan Pengeringan lebih cepat Tumpukan hasil dapat lebih tinggi Kertas tidak menguning Tidak berbau.

Kelemahan :

Dengan kertas tipis dapat terjadi perubahan Susah untuk melakukan Vernis setempat.

C.3 Vernis Ultra Violet ( UV ) Keuntungan :

Pengeringan dengan radiasi Daya kilapnya paling baik Sangat kuat dan tahan Langsung kering Tidak memerlukan Spray Puder Sangat tahan terhadap gesekan

Kelemahan :

Peralatan mahal Biaya mahal untuk vernis dan tenaga Masih menyisakan bau Sulit dilakukan sekali jalan dengan tinta cetak offset biasa.

4.6.2 LAMINATING

Merupakan pelapisan kertas/ karton hasil cetakan dengan bahan plastik. Tujuan :

STIKOM


(66)

1. Melindungi hasil cetakan dari goresan.

2. Melindungi rusaknya hasil cetakan karena basah

3. Membuat jendela pada amplop, kotak - kotak Post Press

A. Macam Laminating

1. Laminating Biasa , satu muka maupun dua muka 2. Laminating Doof/ ti

Fantasi.

4.6.3 PENJILIDTAN

Dalam suatu proses pembuatan majalah sebelumnya harus dipikirkan terlebih dahulu memakai jilid apa yang cocok untuk majalah yang akan di produksi ada berbagai macam tenik jilid untuk majalah.

A. PERFECT BINDING

A.1 Pengertian Perfect Binding

Proses jilid dengan lem merupakan cara penjilidan dengan mengelem isi buku dengan kertas yang lebih tebal di luarnya sebagai sampul. Ini merupakan cara jilid yang paling populer. Lem yang dipergunakan ada beberapa jenis antara lain adalah lem putih, lem panas (hotmelt) dan lem PUR (Poly-Urethane). Jilid dengan memakai bahan baku lem ini sering pula disebut

STIKOM


(67)

dengan perfect binding.

Lem putih atau disebut pula cold glue, mulai ada sekitar tahun 1930an. Berbahan dasar PVC (PolyVynilAcetate) dan air. Kelebihan lem ini adalah, mempunyai daya rekat tinggi, ekonomis pada pemakaian lem dan relatif aman. Kekurangannya adalah waktu pengeringannya lama, sehingga untuk dipasang in-line pada mesin cetak diperlukan tambahan alat pengering dan ini membuat proses jilid dengan lem ini tidak ekonomis. Tujuan jilid perfect binding adalah untuk menggantikan pekerjaan jilid kawat dan jilid benang dengan cara yang lebih cepat dan murah. Jilid perfect binding dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan manual dan dengan mesin.

Proses sebenarnya perfect binding yaitu tumpukan halaman-halaman buku yang saling sejajar atau lurus. Perfect binding ini menggunakan penjepit untuk menahan halaman buku agar tetap berada di tempatnya sehingga halaman buku tersebut tetap lurus. Halaman-halaman buku tersebut kemudian diberi lem secara bersamaan di sisi yang akan dijilid. Setelah proses pengeleman selesai, kemudian digunakan lem yang kedua untuk menempelkan cover buku dengan halaman-halaman buku tersebut. Ketika sudah selesai, maka perfect binding akan terlihat bagus dengan punggung buku yang rata.

Di banyak aplikasi, perfect binding digunakan untuk penjilidan yang tidak terlalu mahal. Buku paperback adalah contoh aplikasi yang menggunakan metode perfect binding. Perfect binding dapat bekerja dengan baik pada

STIKOM


(68)

berbagai macam jenis kertas. Selain buku paperback, perfect binding juga digunakan untuk buku manual, yang menggunakan jilid perfect binding.

Baru-baru ini, penggunaan perfect binding menjadi semakin maju dengan adanya cover buku yang lebih berat sehingga cover buku menjadi lebih kokoh pada saat digunakan untuk buku yang mempunyai ukuran yang relatif besar. Selain itu, juga hampir menyerupai buku dengan jilid hardcover. Keuntungan dari perfect binding yaitu tidak memerlukan biaya yang tinggi sehingga membuat para produsen buku dapat menjual produknya dengan harga yang kompetitif.

Gambar 4.6 buku yang dijilid dengan perfect binding

A.2 Sejarah Perfect Binding

Perfect binding telah ada sejak 300 tahun yang lalu. Sekitar tahun 1800 dikenal dengan nama jilid karet di Inggris tetapi tidak sempurna. Lem dari latex itu lengket dan gampang rontok. Baumfalk dari Leipzig memperkenalkan Jilid Paten (Patentieren) tahun 1900 caranya dengan memotong punggung

STIKOM


(69)

buku, menempatkannya pada alat penekan tangan, mengikir, dilem dengan lem gliserin, melapiskan kapas tipis, dan terakhir diberi kain kasa. Cara jilid Luwi diperkenalkan pada Penjilidan Oldenberg, Munchen yaitu memakai lem Arpus Sintetis yang sampai sekarang masih dikenal.

Di Amerika Serikat telah dibuat mesin perfect binding yang pertama pada tahun 1900. Cara kerja dari mesin ini yaitu memotong punggung bukunya, mengasarkannya dan kemudian baru dilapisi dengan lem. Di Inggris di buat mesin Flexiback. Lumbeck menyempurnakan cara – cara yang pernah ada pada tahun 1937 setelah melakukan percobaan berkali – kali, lapisan arpus sintetis itu tetap elastis walaupun sudah bertahun – tahun. Tahun 1950 Martini dari Swiss mebuat cara menjilid sebaris, dari blok buku hingga sampul buku. Muller dari Swiss juga mampu membuat mesin yang juga mampu mengelem blok buku yang telah dijahit benang.

A.3 Cara Kerja Perfect Binding

Terdapat empat cara untuk menjilid buku dengan perfect binding yaitu:

STIKOM


(70)

Gambar 4.7 Cara kerja perfect binding

 Langsung direkatkan dengan sampul.

 Di lem dengan kain kasa terlebih dahulu, kemudian diberi sampul.  Di lem dengan kain kasa, baru direkatkan pada sampul di ban tersendiri.  Di lem dengan kain kasa, kemudian di lem dengan kertas tipis, lalu masuk

ke ban tersendiri.

Terdapat dua cara yang digunakan untuk menstransfer lem dari bak lem ke buku yang akan dijilid dengan perfect binding yaitu:

1. Dengan dua buah rol yang saling berlawanan arah 2. Dengan memakai sistim rakel

Terdapat tiga varian cara jilid perfect binding yaitu:  Quarter sheet binding

 Notch binding atau perforating binding.  Flexo-stable binding

Perfect binding secara manual langkah-langkahnya yaitu:  Potong rata punggung buku sesuai batas yang direncanakan.

 Sebelumnya mampatkan dulu blok buku tersebut dengan alat pemampat.  Kasarkan bagian punggungnya.

STIKOM


(71)

 Kemudian di lem secara bersamaan atau satu persatu. Lem yang digunakan yaitu lem dingin maupun lem panas.

 Kemudian rekatkan sampulnya.

 Jika perlu kekuatan lakukan tahapan pelekatan lapisan kasa dan kertas. A.4 Sistem yang digunakan dalam perfect binding yaitu:

 Lumbeck System

Sistem Lumbeck yaitu memotong punggung buku kemudian blok buku di kibaskan ke kiri lalu diberi lem vynil, kemudian blok buku dikibaskan ke kanan lalu diberi lem vynil. Proses dari sistem Lumbeck yaitu blok buku dihimpit di antara dua batang dan di gerakan kian kemari melalui rol pengelim. Jarak antara blok buku dan rol pengeleman dibuat sempit. Blok buku dalam keadaan terkibaskan dilewatkan rol pengeleman sehingga dapat terkena lem seluruh lembarannya.

Punggung buku diserut kemudian direkat, ada 2 cara yaitu:

 Sistem Muller

Sistem ini biasanya terdapat di mesin jilid baby phony. Mesin ini biasanya berbentuk bulat melingkar. Tempat blok bukunya bisa banyak sampai 25 kepala atau bahkan lebih. Sampul bukunya naik menuju ke blok buku yang sudah ada lemnya. Prinsip kerja dari sistem muller yaitu punggung buku digergaji, kemudian diserut dan direkat dengan lem,

 Sistem Martini

STIKOM


(72)

Sistem ini biasanya terdapat di mesin berbentuk oval. Bagian pemasukan blok bukunya tidak tertutup. Pemasangan sampul blok bukunya yang turun. Dapat dipakai mengelim blok buku yang telah di jahit benang. Prinsip kerja dari sistem martini yaitu punggung buku disisir kemudian diserut menjadi kasar lalu direkat dengan lem. Contoh mesin jilid dari sistem martini yaitu mesin jilid sullby seven.

Proses penutupan benang dengan jilid perfect binding yaitu: a. Penutupan benang pada lembaran penuh. b. Pembuatan blok buku pada pelapisan jahit benang pada lembaran yang terlipat

Gambar 4.8 Proses penutupan benang B. JILID JAHIT BENANG

B.1 Sejarahnya Jahit Benang

 Tahun 1825 mesin jahit benang pertama kali dibuat

 Tahun 1855 Brehmer membuat mesin jahit dengan jarum kait lurus  Tahun 1877 mulai dipakai dengan baik diantaranya pabrik Singer,

Wheeler & Wilson Tahun 1878 dibuat mesin jahit dengan benang rangkap

B.2 Sepintas Jahit Benang

Jahit benang ini biasanya dipakai untuk menjilid buku, majalah, tabloit, brosur yang mempunyai halaman lebih dari 100

STIKOM


(73)

halaman dan dibuat menjadi sebuah bundel/ blok di hard cover maupun tidak. Bahwa barang cetakan yang di jilid sering dipergunakan seperti kamus, buku bacaan, buku pelajaran dan membutuhkan kenyamanan dalam membuka sebuah buku tebal.

B.3 Jahit Benang Manual

 Dilakukan dengan tangan

 Jarum yang dipergunakan bisa dengan memakai jarum apa saja  Dapat dilakukan disembarang tempat

 Benang yang dipergunakan adalah benang rami, benang sutra

Gambar 4.9 alat dan teknik jahitnya

Sistem jilid semacam ini biasanya dipakai untuk menjilid buku, majalah, surat kabar, tabloid yang tidak terlalu tebal. Biasanya oplag/ tiras/ jumlah yang tidak terlalu besar biasanya dibawah 100 exemplar.

C. JAHIT KAWAT C.1 Sejarahnya

 Tahun 1880 mesin jahit kawat pertama kali diperkenalkan oleh Brehmer bersaudara dari USA ke Jerman

 Tahun 1950 mesin dengan model lama tersebut masih dipergunakan

STIKOM


(74)

 Tahun 1910 mesin pengumpul mulai diperkenalkan

 Tahun 1930 mesin pengumpul mulai dibuat otomatis penuh

C.2 Sepintas Tentang Jahit Kawat

 Jilid kawat ini umumnya dipergunakan untuk menjilid buku, majalah, tabloid, brosur yang jumlah halamanya tidak lebih dari 100 halaman.  Bisa dikerjakan dengan jalan manual ataupun masinal secara masal.  Bisa dilakukan dengan cara penjilidan yang terpadu.

C.3 Jahit Kawat Masinal  Satu Kepala  Dua Kepala

C.4 Beberapa Ciri – Ciri Gangguan Yang Sering Terjadi Pada Mesin Jahit Kawat Dan Cara Mengatasinya.

A Bentuk kawat yang betul,

sudut siku dan kaki sama panjang.

B. Kaki kanan terlalu pendek , sebab :

STIKOM


(75)

a. Penyaluran kawat terlalu sedikit karena salah penyetelan.

b. Rol atau griper penyaluran kawat selip, karena aus atau berlemak.

C. Kaki kiri terlalu pendek, sebab:

Sama dengan diatas, tetapi kusus bagi mesin yang pemasukan dari sebelah kanan

D. Sudut rusak, sebab :

a. Sudut kiri menekan patah. Ini sebaliknya juga berlaku juga

pada sudut kanan.

b. Perapat tidak rapat dengan pelengkung. Diantara keduanya terdapat ruang gerak, sehingga kawat jilid sempat untuk lari sehingga merusakkan sudut.

E. Kaki kiri terbengkok bengkok , Sebab :

a. Pisau kawat terlalu tumpul, sehingga ujung kawatpun jadi tumpul yang enyulitkan kawat untuk masuk ke kertas.

STIKOM


(76)

b. Kawat jahit mungkin terlalu kecil sehingga tidak cukup kuat menembus kertas.

c. Sebab yang samapun berlaku bagi kedua ujung kawat,ini bisa dipastikan jika kawatnya terlalu kecil.

F. Kawat jilid terbengkok dibagian atas, sebab :

a.Kawat terlalu kecil sehingga bagian ujungnya tidak

mampu menembus berkas kertas secara sempurna, sehingga sisa kawat tertekan hingga bengkok.

b.Jarak antara kepala jilid terlalu besar, sehingga berkas kertas tidak cukup termampatkan dan tertekan.

G. Kawat jilid hanya berkaki satu, sebab :

Rol atau penangkap kawat selip.

H. Kawat jilid keluar terpotong potong dari kepala jilid, sebab : Terdapat sisa potongan atau kawat jilid sebelumnya. Pekerjaan dihentikan dan kepala mesin jilid dibuka,

STIKOM


(77)

kemudian kotorn yang ada dibersihkan baru pekerjaan dapat dilanjutkan kembali.

I. Kawat jilid patah disatu sudut, sebab :

a.Kawat jilid terlalu keras atau mutunya jelek, cobalah mengganti dengan kawat yang lainnya.

b.Blok untuk membengkokkan kawat salah satu sisinya terlalu tajam, cobalah dibulatkan sedikit/ ditumpulkan.

J. Sudut - sudut kawat jilid terlalu membulat, sebab :

Sudut – sudut yang membentuk kokot telah aus , sehingga harus diganti.

K. Kaki Terbengkokkan disisi bawah, sebab :

a.Pisau potong kawat longgar dan jalannya tidak tepat sepanjang mulut saluran kawat, jadi kawat tidak terpotong

STIKOM


(78)

licin tetapi terpelintir.

b.Pisau terlalu tumpul atau telah rusak.

L. Kaki kawat jilid tidak saling menyentuh, sebab :

a.Penyaluran kawat terlalu sedikit.

b.Kapasitas mesin terlalu kecil.

c.Jarak antara meja dan kepala jilid terlalu besar, penempatannya terlalu kecil.

4.6.4 TEKNIK LIPATAN MAJALAH A. Ketentuan cara melipat

 Penentuan cara melipat, harus direncana - kan sebelum dicetak.  Diantaranya berupa barang apa yang akan dicetak, buku, folder,

majalah, tabloid, brosur harus ditentukan terlebih dahulu.

 Harus disesuaikan dengan kebutuhannya, dilipat manual atau mesin.

B. Melipat Cara Manual

 Melipat untuk buku/ brosur/ booklet

STIKOM


(79)

 Melipat untuk folder

 Melipat Oblong Melipat majalah/ tabloid Melipat surat kabar

Gambar 4.6.4 Cara melipat Manual

B.1 Macam –Macam Jenis Lipatan

A. Teknik Lipat Kateren Sisip

Gambar 4.6.5

B. Cara Melipat Perkatern

STIKOM


(80)

Gambar 4.6.6

C. PELIPATAN DENGAN MESIN

C.1 Melipat Dengan Sistem Pisau

1. Melipatdengansatulangkah

2. Melipat dengan dua langkah 3. Melipat dengan tiga langkah 4. Melipat dengan empat langkah

C.2 Melipat dengan sistim Kantong

1. Umumnya lebih cepat, terutama pada ukuran kecil.

2.Lebih mudah divariasi.

3.Dapat dipesan untuk pekerjaan lipat kusus.

4.Kurang baik untuk melipat dengan kertas tipis.

C.3 Perbandingan kecepatan Lipat Kantong dan Lipat Pisau

 Lipat Kantong ( LK ) dinyatakan dengan panjang sedang Lipat Pisau ( LP )dengan lintasan.

 Jika LK 134 M/ Mnt = 8200 M/ Jm. • Kalau lipat uk. 120 x 94 Cm,

maka panjang lintasan = 120 Cm = 6600 Lbr/ Jm.

 Kalau Msn LP = 8000/ Jm, maka LK lebih cepat 12 % dari LP.  Jika dibuat hitungan sama, tetapi ukuran 50 x 65 Cm, maka LP

tetap 8000 Lbr/ Jm.

STIKOM


(81)

 Sedang LK jadi 134 x 60/ 0,65 = 12000 Lbr/ Jm jadi akan lebih cepat 4000 Lbr/ Jm dari LP = 50% nya dari LP.

D. Kateren

D.1 Mengatur Kateren

• Kateren adalah lipatan dari kertas plano yang tersusun dengan nomor halaman berurutan

• Jumlah kateren dalam satu buku/ majalah tergantung jumlah halaman nya

• Kateren bisa @ 4 , 8, 16, 32 halaman per katerennya atau gabungan dari sebagian/ seluruhnya.

D.2 Mensortir/ mengumpul

Adalah menggabungkan kateren – kateren/ lembaran lepas yang ada menjadi satu dengan sampulnya dengan nomor halaman yang berurutan dari nomor pertama hingga terakhir

• Dapat dilakukan dengan cara Manual dan Masinal dengan system

STIKOM


(82)

D.3 Macam Lipat Katern Utuk Majalah

A. Kateren sisip

• Katern pertama akan masuk pada keteren ke dua dan selanjutnya

• Nomor urut bagian tengah ka - tern 1, akan berurutan dengan nomor urut halaman 1 dan tera - khir kater ke 2

• kateren terakhir letaknya di te - ngah dari kateren sebelumnya.

B. Kateren Tumpuk

• Kateren pertama letaknya pada tumpu - kan paling atas

• Kateren terakhir letaknya pada tumpu -kan terakhir

• Nomor halaman akan berurutan, nomor halaman terakhir tiap kateren akan

STIKOM


(1)

 Sedang LK jadi 134 x 60/ 0,65 = 12000 Lbr/ Jm jadi akan lebih cepat 4000 Lbr/ Jm dari LP = 50% nya dari LP.

D. Kateren

D.1 Mengatur Kateren

• Kateren adalah lipatan dari kertas plano yang tersusun dengan nomor halaman berurutan

• Jumlah kateren dalam satu buku/ majalah tergantung jumlah halaman nya

• Kateren bisa @ 4 , 8, 16, 32 halaman per katerennya atau gabungan dari sebagian/ seluruhnya.

D.2 Mensortir/ mengumpul

Adalah menggabungkan kateren – kateren/ lembaran lepas yang ada menjadi satu dengan sampulnya dengan nomor halaman yang berurutan dari nomor pertama hingga terakhir

• Dapat dilakukan dengan cara Manual dan Masinal dengan system

STIKOM


(2)

D.3 Macam Lipat Katern Utuk Majalah A. Kateren sisip

• Katern pertama akan masuk pada keteren ke dua dan selanjutnya

• Nomor urut bagian tengah ka - tern 1, akan berurutan dengan nomor urut halaman 1 dan tera - khir kater ke 2

• kateren terakhir letaknya di te - ngah dari kateren sebelumnya.

B. Kateren Tumpuk

• Kateren pertama letaknya pada tumpu - kan paling atas

• Kateren terakhir letaknya pada tumpu -kan terakhir

• Nomor halaman akan berurutan, nomor halaman terakhir tiap kateren akan

STIKOM


(3)

bertemu dengan nomor pertama pada halaman kateren selanjutnya.

STIKOM


(4)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan evaluasi kerja praktek yang dilakukan pada bagian Marketing Design CV.Bayu Mandiri maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

 CV. Bayu Mandiri selalu menjaga kualitas hasil cetakan dan memiliki tekad untuk menjadi perusahaan percetakan yanglebih baik dari pesaingnya

 CV. Bayu Mandiri berusaha menjaga dan mempertahankan kualitas serta kuantitas dari hasil cetakan dengan cara selalu mengikuti perkembangan teknologi di bidang grafis dan cetak dan memfasilitaskan para karyawan dengan peralatan dan mesin yang berteknologi tinggi

 Penyusun lebih mengenal dan bias berapdatasi dengan lingkungan kerja yang sebenarnya guna mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari kampus, baik secara teori maupun praktek sehingga pada nantinya dapat berapdatasi dalam memasuki dunia kerja

STIKOM


(5)

5.2 Saran

 Diharapkan adanya peningkatan referensi secara up to date di dalam pengetahuan teknologi di bidang grafis cetak.

 Terus menambah wawasan serta informasi-informasi mengenai dunia grafika khusunya cetak offset. Misalnya dengan membaca literatur seputar cetakan offset dan mengikuti seminar yang berhubungan dengan cetak agar menambah wawasan yang belum mengerti.

 Dengan adanya teknologi yang sangat berkembang maka percetakan tabloid atau majalah akan lebih cepat teratasi dengan mesin – mesin cetak yang lebih cangih.

STIKOM


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Wattimena, Kristian S., 2006. Materi Kuliah Dasar Teknologi Grafis dan Cetak, STIKOM, Surabaya.

Wattimena, Kristian S., 2007. Materi Kuliah Pracetak I, STIKOM, Surabaya.

Wattimena, Kristian S., 2007. Materi Kuliah Pracetak II, STIKOM, Surabaya.

Budi Rahardjo, A.Md.Graf 2009 Penjilidan 3

STIKOM