MODEL DAN FORMULASI PENCEGAHAN, PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN KERUSAKAN BANGUNAN BETON BERTULANG DAN BAJA AKIBAT KOROSI AIR LAUT DAN BIOTA LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Garis pantai tersebut
merupakan terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, (Dahuri et al., 1995;
Dahuri, 1998). Sejumlah besar (lebih dari 10.000 buah) dari pulau-pulau tersebut
merupakan pulau-pulau berukuran kecil yang tersebar dari Sabang hingga
Merauke.
Untuk memperlancar roda perekonomian, maka antara satu pulau dengan
pulau lainnya, banyak dibangun prasarana transportasi berupa jembatan beton
atau jembatan komposit antara bahan beton dan baja, serta banyak pula dibangun
pelabuhan laut maupun dermaga yang saat ini banyak mengalami kerusakan,
sehingga memerlukan suatu perbaikan dan perawatan yang rutin.
Sampai saat ini beton dan baja digunakan di hampir semua tempat selain
kayu seperti di atas tanah (gedung dan jembatan), di bawah tanah (pondasi dan
terowongan), di dasar laut (pipa minyak, anjungan lepas pantai), di pantai
(dermaga dan pemecah gelombang).
Pada lingkungan yang agresif, beton akan mengalami kerusakan dini
karena adanya korosi pada tulangannya. Akibat korosi tersebut akan

mempengaruhi

kekuatan dan umur pemakaiannya. Kualitas beton yang

dipengaruhi antara lain seperti ketidakmampuan tulangan untuk menahan beban
dan adanya permeabilitas yang tinggi. Kasus ini banyak terjadi pada bangunan di
Teluk Arab, Amerika Latin dan tepi Samudra Pasifik (Daily & Kendal, 1998).
1

2
Budiono, et al. (2000) telah mempelajari pengaruh korosi pada tulangan
pada kekuatan balok beton bertulang. Hasil penelitian menunjukkan proses
korosi dipercepat dengan merendam balok uji yang telah berusia minimal 28 hari
ke dalam bak rendam yang telah berisi larutan 3,5 % NaCl. Penurunan kekuatan
mencapai 54,28 % pada balok dengan menggunakan mutu beton 30 MPa. Beton
yang terendam pada larutan klorida 1,5 % menyebabkan penurunan kekuatan
sebesar 6,00%.
Selain pengaruh fisik kandungan air pantai dan laut, biota laut juga
berpotensi menyebabkan korosi pada beton bertulang. Penelitian De (1999) di
pantai Nhatrang yang berhubungan dengan proses korosi karbon di air laut

menunjukkan bahwa adanya organisme yang

tumbuh dengan cepat pada

permukaan sampel yang menunjukkan adanya perubahan bentuk korosi karbon
baja. Biota laut (bakteri pereduksi sulfat) berpotensi menyebabkan kerusakan
pada konstruksi dan mengganggu proses produksi karena menggerogoti filter dan
menyebabkan karat.

Gambar 1. Biota laut menyerang konstruksi pondasi tiang pancang jembatan
(mengakibatkan kerusakan pada struktur beton bertulang)
Sumber : http : //www.mesa.edu. Akses : 1 Pebruari 2005

3
Di dermaga daerah Jepara (sumber : Kunjungan lapangan pada dermaga
Jepara 2005) dan jembatan Suramadu antara pulau Madura dan pulau Jawa (Kota
Surabaya 2005, seperti Gambar 1) banyak biota laut yang hidup melekat dan
tumbuh pada dinding struktur beton bertulang dan baja (pada pondasi tiang
pancang jembatan Suramadu).
Jika biota laut tersebut hidup subur di dalam sistem air laut, terutama di

dermaga, jembatan dan pemecah ombak, maka akan merusak bangunanbangunan di tepi pantai. Untuk pencegahannya perlu dipikirkan cara
menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi bibit-bibit makhluk tersebut untuk
melekat dan tumbuh pada dinding struktur beton bertulang pada bangunanbangunan di air laut (Widharto, 2001).
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme proses terjadinya kerusakan bangunan beton
bertulang dan baja oleh air laut dan biota laut ?
2. Jenis bahan apakah yang dapat dipakai untuk pencegahan terjadinya
kerusakan bangunan beton bertulang dan baja?
3. Bagaimana menangani kerusakan bangunan beton bertulang dan baja akibat
korosi air laut dan biota laut?
4. Model dan formulasi apakah yang dapat diperoleh berkaitan dengan kegiatan
pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan bangunan beton
bertulang dan baja akibat korosi air laut dan biota laut?

4
C. Keaslian Penelitian
Penelitian semacam pernah dilakukan oleh Budiono et all (2000) tentang
pengaruh korosi terhadap tulangan baja pada kekuatan balok beton bertulang.
Hasil penelitiannya menunjukan proses korosi dipercepat dengan merendam

balok uji yang berumur 28 hari kedalam bak rendam berisi larutan NaCl 3,5%.
Penurunan kekuatan mencapai 54,28% pada balok beton bertulang dengan mutu
beton fc‘ = 30 MPa.
Penelitian yang akan dilakukan ini tinjauan analisis pada beton tidak hanya
kekuatan beton, tetapi kuat tarik, kuat tekan dan modulus elastisitas. Penelitian
ini juga dilaksanakan pada pipa baja dan potongan-potongan beton prestressed
dari tiang pancang Ø 30 cm dengan h = 150 cm. Penelitian ini juga berfokus pada
pengaruh biota laut terhadap bangunan beton bertulang dan baja.
D. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih detail dan terfokus, perlu adanya batasan masalah
sebagai berikut :
1. Benda uji berupa silinder beton Ø 15 cm, h = 30 cm.
2. Benda uji beton bertulang tanpa coating berupa balok ukuran 10 cm x 15 cm
x 100 cm.
3. Benda uji beton bertulang dengan coating berupa balok ukuran 10 cm x
15 cm x 100 cm.
4. Benda uji baja untuk pengujian tarik baja lebar 3 cm, panjang 30 cm, tebal
5 mm.
5. Jenis biota laut pada penelitian ini adalah jenis biota laut yang ada di perairan
dermaga Jepara.


5
6. Penelitian di laut, dilaksanakan di lingkungan dermaga Jepara.
7. Pengaruh gerakan ombak tidak diperhitungkan.
8. Laboratorium yang digunakan : Lab. Bahan Bangunan FT UMS, dan Lab.
Kelautan UNDIP di Jepara.
9. Obyek penelitian : dermaga Jepara dan Jembatan Suramadu P. Madura.

57
DAFTAR PUSTAKA

___________,
2005.
Barnacles
Reproduction
http://www.mesa.edu. Akses ; 1 Februari 2005.

and

Life


Cycles.

............................,2006, Site dedicate to corrosion of all form, http://www.corrosiondoctors.org/. Akses; 27 Desember 2006.
Budiono, B.; Sugiri, S.; Munaf , D.R. dan Henry, H., 2000. Pengaruh Baja Korosi
Baja Tulangan Pada Kekuatan Balok Beton Bertulang. Jurnal Teknik Sipil
Vol 7 No. 1 Januari. pp: 21-28
ColeI.S., Ganther W.D., Furman S.A., 1999. Factors Affecting Atmospheric
Corrosion in Tropical Australia. Proceedings of the 11th Asian – Pacific
Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi
Minh City, Vietnam. pp: 590 -597.
Dahuri, R., 1998. Pendekatan Ekonomi-Ekologis Pembangunan Pulau-Pulau Kecil
Berkelanjutan. Dalam Edyanto, CB.H., Ridlo, R., Naryanto, H.S. dan Setiadi,
B. (Eds.). Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
di Indonesia. Kerjasama Depdagri, Dir. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan
Kawasan, TPSA, BPPT dan Coastal Resources Management Project,
USAID. hal. B32 – B42
Dahuri, R., Rais, J.M., Ginting S.P. dan Sitepu, M.J., 1995. Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT
Pradnya Paramita.

Daily, Steven F. dan Kendal, K. 1998. Cathodic Protection for New Reinforced
Concete Structures in Aggressive Environment. Material Performance, Vol.
38, No. 1., January, An official NACE International Publication, USA, pp
19-26
De, V., 1999. Corrosion of Carbon Steel in Natural Seawater in Nhatrang Bay.
Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference
Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 961 965.
Faber, John, Mead, dan Frank, 1965. Reinforcement Concrete. ELBS ed., The
English Language Book Society and E &F.N. Spon LTD., pp: 1-6
Felui, S. Morcillo, M. dan Chico, B., 1999. Effect of Distance from Sea on
Atmospheric Corrosion Rate. Corrosion – The Journal of Science and

58
Engineering, Vol. 55, No 9, September, NACE International – The Corrosion
Society. pp: 883-891
Fontana, Mars G., 1986. Corrosion Ebgineering. 3rd Ed. McGraw Hill Book
Company. pp: 372-373, 499-502.
Hausmann, D.A., 1998. A Probability Model of Steel Corrosion in Concrete.
Material Performance, Vol 37, No. 10, October. An Official NACE
International Publication, USA. pp: 64-68

Hidayat, A. R., 2004. Prinsip Dasar Terjadinya Korosi. Jakarta: Peneliti Puslit KIM
–LIPI. pp: 1
http://www.instrumentasi.org/modules.php?name=News&file=article&sid

Irawati N., Subarkah A., Sujoko S.U, dan Asvaliantina V., 2000. Simulasi Numerik
Kawasan Pantai Dengan Adanya Struktur Bangunan Pantai. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia, V2. n7, Oktober 2000, pp: 53-56
Kajiama, F dan Okamura, 1999, Evaluating Cathodic Protection Reliabilty on Steell
Pipe in Microbially Active Soils. Japan : Tokyo Gas Co. Ltd. Pp. 74-79.
Kennet, R.T.; dan Chamberlain, J., 1991. Korosi: untuk Mahasiswa Sains dan
Rekayasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Engineering, John Wiley and Son, New
York.
Metha, P. Kumar, 1991. Concrete in Marine Environment. Elsevier Applied Science,
London and New York, pp: 77-85
Priatmono, 2000. Kajian Kekuatan Tekan Dan Tarik Bahan Beton. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia, V2. N6, September 2000, hal. 48-60
Romimohtarto, K. dan Juwana, S., 1999. Biologi Laut: Ilmu pengetahuan tentang
Biota Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi - LIPI
Suhendro, B. 2001. Metode Pelaksanaan Proyek Gedung Bertingkat (High Rise

Building), Procedings Kursus Singkat “Perancangan Campuran, Evaluasi dan
Rehabilitasi Struktur Beton”, 3 – 4 September 2001, Yogyakarta.
Taheri, A., Breugel, K.V., 1999a. Numerical Simulation of Chloride Penetration in
Concrete Subjected to Hars Marine Environment. Proceedings of the 11th
Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November
1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 629 – 638.
Taheri, A., Breugel, K.V., 1999b. Effect of Tropical Environment on Corrosion on
steel in Marine Concrete Structures. Proceedings of the 11th Asian – Pacific

59
Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi
Minh City, Vietnam. pp: 619 – 627.
Tjokrodimuljo, K. 1996. Bahan Bangunan, Teknik Sipil, FT. UGM, Yoyakarta
Triwiyono, A. 2006. Korosi Beton Bertulang AkibatAir Laut, Program Studi Teknik
Sipil, Sekolah Pascasarjana UGM, Yoyakarta.
Widharto, S., 2001. Karat dan Pencegahannya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. pp:
1, 57-58

REKAYASA


LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
TAHUN KEDUA

MODEL DAN FORMULASI PENCEGAHAN, PEMERIKSAAN
DAN PENANGANAN KERUSAKAN BANGUNAN BETON
BERTULANG DAN BAJA AKIBAT KOROSI AIR LAUT
DAN BIOTA LAUT

Oleh :
Ir. Henry Hartono, M.T.
Ir. Endang Mastuti W.
Dra. Tuti Rahayu, M.Pd.

DIAJUKAN KEPADA
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2010


RINGKASAN PENELITIAN

Negara Indonesia yang merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 17.508 pulau, banyak dibangun prasarana transportasi berupa
jembatan beton atau jembatan komposit antara bahan beton dan baja, serta banyak
pula dibangun pelabuan laut maupun dermaga yang saat ini banyak mengalami
kerusakan, sehingga memerlukan suatu perbaikan dan perawatan yang rutin. Untuk
menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan bangunan prasarana transportasi yang
berupa jembatan maupun suatu pelabuhan laut atau dermaga diperlukan suatu
penelitian yang akurat, agar dapat ditentukan langkah-langkah pencegahan supaya
tidak terjadi kerusakan dan sekaligus juga dapat ditentukan tindakan perbaikan yang
harus dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan yang terjadi. Tujuan dari penelitian
ini adalah : 1. Mengetahui dengan tepat penyebab terjadinya kerusakan suatu
bangunan prasarana, 2. Mengetahui mekanisme proses terjadinya kerusakan
bangunan beton bertulang dan baja oleh air laut dan biota laut, 3. Mendapatkan jenis
bahan tertentu untuk pencegahan kerusakan, 4. Mendapatkan metode yang efektif
untuk penanganan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja. Mendapatkan
model dan formulasi yang terkait dengan pencegahan, pemeriksaan dan penanganan
kerusakan dan biota laut. Penelitain sejenis pernah dilakukan oleh Budiono et all
(2000) tentang pengaruh korosi terhadap tulangan baja pada kekuatan balok beton
bertulang, hasil penelitiannya menunjukkan penurunan kekuatan mencapai 54,28%
pada balok beton bertulang dengan mutu beton fc1 = 30 MPa, cara pelaksanaan
penelitian ini terendam dalam air laut dan air bisa/normal. Hasil penelitan yang
diperoleh adalah:
1. Benda uji nampak tertempeli oleh biota laut jenis plankton yang merupakan
makanan bagi biota laut yang dapat merusak bahan bangunan beton.

iii

2. Mengingat waktu pelaksanaan penelitian hanya 5 (lima) bulan, kerusakan bahan
beton belum nampak, tetapi, jika jenis biota laut yang menempel pada beton
terkupas, maka permukaan bahan beton tersebut menjadi rusak, sehingga jika
nantinya tertempeli oleh biota laut yang dapat merusak bangunan beton, pada
bagian-bagian tersebut pasti mengalami keropos beton seperti halnya yang terjadi
pada tiang pancang di Jembatan Suramadu. (Bahan beton tertempeli plankton,
tertempeli pula biota laut yang dapat merusak bahan beton, dan dengan
mengeluarkan enzym tertentu beton dapat diperlunak sehingga mengalami
keropos beton)
3. Metode yang efektif untuk pencegahan terjadinya kerusakan pada bahan beton
bertulang, yaitu dengan mengadakan pelapisan (coating dengan bahan kimia
jenis tertentu) sehingga benar-benar bahan beton dapat terlindungi dalam waktu
tertentu pula.
4. Kualitas beton terutama kuat tekan beton yang terendam air laut, ternyata lebih
rendah dari kualitas beton yang tidak terendam air laut, karena air laut lebih jelek
dari air biasa dalam mempersatukan bahan-bahan yang terkandung dalam
Portland Cement/beton.
5. Kualitas beton maupun bahan yang berlapis bahan coating tertentu, ternyata lebih
baik dari pada kualitas beton maupun bahan yang tidak berlapis coating, hal ini
dikarenakan bahan coating mengandung bahan kimia tertentu yang dapat
memperkeras bahan beton maupun baja.
6. Dengan menggunakan metode SEM, bahan beton yang permukaannya
bercoating, nampak suatu lapisan yang melindungi permukaan bahan beton
tersebut, sehingga lebih tahan terhadap serangan air laut maupun biota laut.

iv

7. Formulasi / model pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan
bangunan beton bertulang.
a. Formulasi pencegahan :
Semua bangunan di lingkungan laut, sebaiknya menggunakan bahan coating
jenis Epoxy.
b. Formulasi pemeriksaan :
Menentukan kwalitas beton yang baik, cukup memeriksa kuat tekan beton
tersebut, karena jika kuat tekan betonnya tinggi, maka sifat – sifat beton
lainnya baik. Walaupun demikian, persyaratan kandungan lumpur dan gradasi
harus memenuhi syarat teknik.
c. Formulasi penanganan perbaikan pekerjaan :
Dalam penanganan perbaikan pekerjaan, dimulai dengan pemilihan
penggunaan kwalitas bahan penyusun beton yang baik, kwalitas tenaga
operasional yang berkwalitas baik, dan sistim operasional sesuai persyaratan
teknik.

v

SUMMARY

Indonesia is the biggest archipelago country in the world, consisting 17,508
islands, have built transportation tools such as concrete bridge or composite bridge of
concrete and steel. It is also built harbor and quay which have been damaged
recently, so it needs routine repair and treatment. To support repair and maintenance
of transportation building like bridge or harbor, it needs an accurate research. It aims
to determine the steps of prevention to avoid damage and to determine repair activity
which must be performed to address the occurring damage. The objectives of the
study are: 1. to know the cause of damage of building properly, 2. to know
mechanism process of building damage of concrete steel by water and biota of sea, 3.
to get certain agent to prevent damage, 4. to get effective method of handling damage
of concrete steel building, getting model and formulation related to the prevention,
examination, and handle of damage and sea biota. The previous study conducted by
Budiono et al (2000) of the effect of corrosion toward steel building of concrete
pressure power shows that there is decrease of power by 54.28% on concrete
pressure with concrete quality f c' = 30 MPa. The study is conducted by submerging
the concrete into the sea water and normal water. The result of the study shows that:
1. Test-item seems to be adhered by sea biota like plankton, food of sea biota,
which can damage the concrete building.
2. The duration of study is five months, so the damage of concrete building has not
seen yet, however, the type of sea biota adhering the concrete, is analyzed.
Therefore, the concrete surface is being damaged, so when it is adhered by sea
biota which can damage the concrete building. On that counterpart, it may cause
vi

corrosion like the case of stake in Suramadu Bridge. (The concrete is adhered by
planktons and sea biota, which may damage the concrete. Besides, by secreting
certain enzyme, the concrete can be benign and corrosion).
3. The effective method to prevent damage on concrete building is performed by
having coating (with certain chemicals) in order that the concrete can be
protected in certain periods.
4. The concrete quality of concrete pressure submerging in the water, obviously
lower than the quality of concrete which is not submerged, because sea water is
worse than the other water in unifying agents contained in concrete/Portland
Cement.
5. Either concrete quality or agents layering certain coating, obviously better than
the quality of concrete or agent which has no coating layer. It is caused by the
coating has certain chemicals which can tighten concrete or steel agents.
6. By using SEM method, concrete which has coating seems to have surface
protection, so that it can endure the sea water and biota.
7. The research result a preventing model / formula, maintenance dan handling the
damage of concrete steel building.

vii

PRAKATA

Assalamu’alaikumWr.Wb.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya sehingga laporan penelitian dapat terselesaikan dengan
baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dengan tepat penyebab terjadinya kerusakan secara rinci
2. Mengetahui mekanisme proses terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang
dan baja oleh air laut dan biota laut.
3. Mendapatkan jenis bahan tertentu untuk pencegahan kerusakan dan metode yang
efektif untuk penanganan terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan
baja.
4. Mendapatkan model dan formulasi yang terkait dengan pencegahan, pemeriksaan
dan penanganan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja akibat korosi air
laut dan biota laut.
5. Mendapatkan hasil perbaikan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja
akibat korosi air laut dan biota laut.
Cara pelaksanaan penelitian ini adalah dengan membuat benda uji berupa beton
silinder, balok beton bertulang dan plat baja. Benda uji tersebut dibiarkan terendam
dalam air laut, kemudian dilakukan pengujian di laboratorium.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pimpinan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional beserta semua staf.

viii

2. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UMS beserta semua staf.
3. Semua pihak yang membantu pelaksanaan penelitian dan pembuatan laporan ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, agar diperoleh
hasil yang maksimal.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Surakarta, Oktober 2010
Penulis

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................

ii

RINGKASAN ..................................................................................................

iii

SUMMARY ......................................................................................................

vi

PRAKATA ........................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

xiv

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

PENDAHULUAN ..........................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

1

B. Perumusan Masalah .................................................................

3

C. Keaslian Penelititan ..................................................................

4

D. Batasan Masalah .......................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

6

A. Studi Pustaka ............................................................................

6

B. Landasan Teori .........................................................................

10

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ..................................

18

A. Tujuan Penelitian .....................................................................

18

B. Manfaat Penelitian ...................................................................

19

METODE PENELITIAN ...............................................................

20

A. Bahan Penelitian .......................................................................

20

B. Perancangan Penelitian ............................................................

21

x

C. Jumlah Benda Uji .....................................................................

23

D. Cara Kerja ................................................................................

23

E. Tempat Uji Penelitian ..............................................................

26

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................

41

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

54

A. Kesimpulan .............................................................................

54

B. Saran-Saran ..............................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1.

Daftar bahan Coating untuk perbaikan beton dan baja ..................

14

Tabel IV.1

Jenis dan jumlah benda uji penelitian ............................................

23

Tabel V.1

Hasil uji tekan silinder beton h= 30 cm, φ 15 cm, umur 28 hari ...

41

Tabel V.2

Hasil uji tekan silinder beton h= 30 cm, φ 15 cm, umur 2 bulan ...

41

Tabel V.3

Hasil uji tekan silinder beton h= 30 cm, φ 15 cm, umur 3 bulan ...

41

Tabel V.4

Hasil uji tekan silinder beton h= 30 cm, φ 15 cm, umur 4 bulan ...

42

Tabel V.5

Hasil uji tekan silinder beton h= 30 cm, φ 15 cm, umur 4 bulan ...

42

Tabel V.6.

Hasil uji tarik belah silinder beton h = 30 cm, φ 15 cm, umur 28
hari ..................................................................................................

42

Hasil uji tarik belah silinder beton h = 30 cm, φ 15 cm, umur 2
bulan ...............................................................................................

43

Hasil uji tarik belah silinder beton h = 30 cm, φ 15 cm, umur 3
bulan ...............................................................................................

43

Hasil uji tarik belah silinder beton h = 30 cm, φ 15 cm, umur 4
bulan ...............................................................................................

43

Tabel V.10. Hasil uji tarik belah silinder beton h = 30 cm, φ 15 cm, umur 4
bulan ...............................................................................................

43

Tabel V.11. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x
100cm umur 28 hari .......................................................................

44

Tabel V.12. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x
100cm umur 2 bulan .......................................................................

44

Tabel V.13. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x
100cm umur 3 bulan .......................................................................

44

Tabel V.14. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x
100cm umur 4 bulan .......................................................................

45

Tabel V.15. Hasil uji lentur balon beton bertulang ukuran 10cm x 15cm x
100cm umur 4 bulan .......................................................................

45

Tabel V.16. Hasil uji tarik plat baja ukuran 3cm x 30cm x 5mm umur 28 hari .

45

Tabel V.17. Hasil uji tarik plat baja ukuran 3cm x 30cm x 5mm umur 2 bulan .

46

Tabel V.18. Hasil uji tarik plat baja ukuran 3cm x 30cm x 5mm umur 3 bulan .

46

Tabel V.19. Hasil uji tarik plat baja ukuran 3cm x 30cm x 5mm umur 4 bulan .

46

Tabel V.20. Hasil uji tarik plat baja ukuran 3cm x 30cm x 5mm umur 4 bulan .

46

Tabel V.21. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus …………………………

48

Tabel V.7.
Tabel V.8.
Tabel V.9.

xii

Tabel V.22. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar …………………………….. 49
Tabel V.23. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus………………………... 50
Tabel V.24. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Kasar………………………… 51
Tabel V.25. Pemeriksaan Kandungan Lumpur Agregat Halus……………………. 52
Tabel V.26. Pemeriksaan Kandungan Lumpur Agregat Kasar……………………. 52
Tabel V.27. Uji desak beton (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) ………………… 53
Tabel V.28. Uji tarik belah beton (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) …………… 53
Tabel V.29. Uji desak beton (hasil core dril beton berupa corecase θ = 5 cm dan
h = 10cm) …………………………………………………………... 53

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Biota laut menyerang konstruksi pondasi tiang pancang
jembatan (mengakibatkan kerusakan pada struktur beton
bertulang) .......................................................................................

2

Gambar 2. Teredo sedang mengebor kayu (mengakibatkan kerusakan yang
parah pada dermaga dan hewan ini sanggup menancapkan
tubuhnya di batu karang atau bangunan dari beton hingga
dalam) ............................................................................................

12

Gambar 3. Bagian- bagian Goose Barnacle dan Acorn Bernacle ...................

13

Gambar 4. Anatomi Barnacle dan kemampuannya masuk ke dalam batu
karang (mengakibatkan batu menjadi retak) .................................

13

Gambar 5. Bagan Alir Penanganan Kerusakan Bangunan Beton dan Baja
Penelitian Tahun Kedua..................................................................

22

Gambar 6. Benda uji silinder normal ...............................................................

24

Gambar 7. Benda uji tarik ................................................................................

24

Gambar 8. Benda uji balok beton ukuran .........................................................

24

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengujian Benda Uji
Lampiran 2. Benda uji penelitian
Lampiran 3. Peralatan Pengujian Benda Uji Penelitian
Lampiran 4. Kondisi jembatan sebelum dan sesudah perbaikan
Lampiran 5. Sampel benda uji bulan ke – 6 dan ke – 20

xv

REKAYASA

RINGKASAN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
TAHUN KEDUA

MODEL DAN FORMULASI PENCEGAHAN, PEMERIKSAAN
DAN PENANGANAN KERUSAKAN BANGUNAN BETON
BERTULANG DAN BAJA AKIBAT KOROSI AIR LAUT
DAN BIOTA LAUT

Oleh :
Ir. Henry Hartono, M.T.
Ir. Endang Mastuti W.
Dra. Tuti Rahayu, M.Pd.

DIAJUKAN KEPADA
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2010

RINGKASAN PENELITIAN

Negara Indonesia yang merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.508 pulau, banyak dibangun prasarana transportasi berupa jembatan beton atau jembatan
komposit antara bahan beton dan baja, serta banyak pula dibangun pelabuan laut maupun
dermaga yang saat ini banyak mengalami kerusakan, sehingga memerlukan suatu perbaikan dan
perawatan yang rutin. Untuk menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan bangunan prasarana
transportasi yang berupa jembatan maupun suatu pelabuhan laut atau dermaga diperlukan suatu
penelitian yang akurat, agar dapat ditentukan langkah-langkah pencegahan supaya tidak terjadi
kerusakan dan sekaligus juga dapat ditentukan tindakan perbaikan yang harus dilaksanakan
untuk mengatasi kerusakan yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui
dengan tepat penyebab terjadinya kerusakan suatu bangunan prasarana, 2. Mengetahui
mekanisme proses terjadinya kerusakan bangunan beton bertulang dan baja oleh air laut dan
biota laut, 3. Mendapatkan jenis bahan tertentu untuk pencegahan kerusakan, 4. Mendapatkan
metode yang efektif untuk penanganan kerusakan bangunan beton bertulang dan baja.
Mendapatkan model dan formulasi yang terkait dengan pencegahan, pemeriksaan dan
penanganan kerusakan dan biota laut. Penelitain sejenis pernah dilakukan oleh Budiono et all
(2000) tentang pengaruh korosi terhadap tulangan baja pada kekuatan balok beton bertulang,
hasil penelitiannya menunjukkan penurunan kekuatan mencapai 54,28% pada balok beton
bertulang dengan mutu beton fc1 = 30 MPa, cara pelaksanaan penelitian ini terendam dalam air
laut dan air bisa/normal. Hasil penelitan yang diperoleh adalah:
1. Benda uji nampak tertempeli oleh biota laut jenis plankton yang merupakan makanan bagi
biota laut yang dapat merusak bahan bangunan beton.
2. Mengingat waktu pelaksanaan penelitian hanya 5 (lima) bulan, kerusakan bahan beton belum
nampak, tetapi, jika jenis biota laut yang menempel pada beton terkupas, maka permukaan
bahan beton tersebut menjadi rusak, sehingga jika nantinya tertempeli oleh biota laut yang

dapat merusak bangunan beton, pada bagian-bagian tersebut pasti mengalami keropos beton
seperti halnya yang terjadi pada tiang pancang di Jembatan Suramadu. (Bahan beton
tertempeli plankton, tertempeli pula biota laut yang dapat merusak bahan beton, dan dengan
mengeluarkan enzym tertentu beton dapat diperlunak sehingga mengalami keropos beton)
3. Metode yang efektif untuk pencegahan terjadinya kerusakan pada bahan beton bertulang,
yaitu dengan mengadakan pelapisan (coating dengan bahan kimia jenis tertentu) sehingga
benar-benar bahan beton dapat terlindungi dalam waktu tertentu pula.
4. Kualitas beton terutama kuat tekan beton yang terendam air laut, ternyata lebih rendah dari
kualitas beton yang tidak terendam air laut, karena air laut lebih jelek dari air biasa dalam
mempersatukan bahan-bahan yang terkandung dalam Portland Cement/beton.
5. Kualitas beton maupun bahan yang berlapis bahan coating tertentu, ternyata lebih baik dari
pada kualitas beton maupun bahan yang tidak berlapis coating, hal ini dikarenakan bahan
coating mengandung bahan kimia tertentu yang dapat memperkeras bahan beton maupun
baja.
6. Dengan menggunakan metode SEM, bahan beton yang permukaannya bercoating, nampak
suatu lapisan yang melindungi permukaan bahan beton tersebut, sehingga lebih tahan
terhadap serangan air laut maupun biota laut.
7. Formulasi / model pencegahan, pemeriksaan dan penanganan kerusakan bangunan beton
bertulang.
a. Formulasi pencegahan :
Semua bangunan di lingkungan laut, sebaiknya menggunakan bahan coating jenis Epoxy.
b. Formulasi pemeriksaan :
Menentukan kwalitas beton yang baik, cukup memeriksa kuat tekan beton tersebut,
karena jika kuat tekan betonnya tinggi, maka sifat – sifat beton lainnya baik. Walaupun
demikian, persyaratan kandungan lumpur dan gradasi harus memenuhi syarat teknik.

c. Formulasi penanganan perbaikan pekerjaan :
Dalam penanganan perbaikan pekerjaan, dimulai dengan pemilihan penggunaan kwalitas
bahan penyusun beton yang baik, kwalitas tenaga operasional yang berkwalitas baik, dan
sistim operasional sesuai persyaratan teknik.

Mulai

Persiapan

Perancangan material yang akan digunakan
untuk perbaikan bangunan
Tahap I------------------------------------------------------------------------------------Pengujian
kwalitas bahan
.
Pelaksanaan penanganan
Kerusakan benda uji dan bangunan

Tahap II ------------------------------------------------------------------------------------Pengujian kwalitas
hasil pekerjaan

Tahap III -----------------------------------------------------------------------------------Finishing pekerjaan

Selesai
Tahap IV -----------------------------------------------------------------------------------Gambar Bagan Alir
Penanganan Kerusakan Bangunan Beton dan Baja
Penelitian Tahun Kedua

DAFTAR PUSTAKA

___________, 2005. Barnacles Reproduction and Life Cycles. http://www.mesa.edu. Akses ; 1
Februari 2005.
............................,2006, Site dedicate to corrosion of all form, http://www.corrosiondoctors.org/. Akses; 27 Desember 2006.
Budiono, B.; Sugiri, S.; Munaf , D.R. dan Henry, H., 2000. Pengaruh Baja Korosi Baja Tulangan
Pada Kekuatan Balok Beton Bertulang. Jurnal Teknik Sipil Vol 7 No. 1 Januari. pp: 2128
ColeI.S., Ganther W.D., Furman S.A., 1999. Factors Affecting Atmospheric Corrosion in
Tropical Australia. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control
Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 590 597.
Dahuri, R., 1998. Pendekatan Ekonomi-Ekologis Pembangunan Pulau-Pulau Kecil
Berkelanjutan. Dalam Edyanto, CB.H., Ridlo, R., Naryanto, H.S. dan Setiadi, B. (Eds.).
Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia.
Kerjasama Depdagri, Dir. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan, TPSA, BPPT
dan Coastal Resources Management Project, USAID. hal. B32 – B42
Dahuri, R., Rais, J.M., Ginting S.P. dan Sitepu, M.J., 1995. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Daily, Steven F. dan Kendal, K. 1998. Cathodic Protection for New Reinforced Concete
Structures in Aggressive Environment. Material Performance, Vol. 38, No. 1., January,
An official NACE International Publication, USA, pp 19-26
De, V., 1999. Corrosion of Carbon Steel in Natural Seawater in Nhatrang Bay. Proceedings of
the 11th Asian – Pacific Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999.
Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 961 - 965.
Faber, John, Mead, dan Frank, 1965. Reinforcement Concrete.
Language Book Society and E &F.N. Spon LTD., pp: 1-6

ELBS ed., The English

Felui, S. Morcillo, M. dan Chico, B., 1999. Effect of Distance from Sea on Atmospheric
Corrosion Rate. Corrosion – The Journal of Science and Engineering, Vol. 55, No 9,
September, NACE International – The Corrosion Society. pp: 883-891
Fontana, Mars G., 1986. Corrosion Ebgineering. 3rd Ed. McGraw Hill Book Company. pp: 372373, 499-502.

Hausmann, D.A., 1998. A Probability Model of Steel Corrosion in Concrete. Material
Performance, Vol 37, No. 10, October. An Official NACE International Publication,
USA. pp: 64-68
Hidayat, A. R., 2004. Prinsip Dasar Terjadinya Korosi. Jakarta: Peneliti Puslit KIM –LIPI. pp:
1
http://www.instrumentasi.org/modules.php?name=News&file=article&sid

Irawati N., Subarkah A., Sujoko S.U, dan Asvaliantina V., 2000. Simulasi Numerik Kawasan
Pantai Dengan Adanya Struktur Bangunan Pantai. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia,
V2. n7, Oktober 2000, pp: 53-56
Kajiama, F dan Okamura, 1999, Evaluating Cathodic Protection Reliabilty on Steell Pipe in
Microbially Active Soils. Japan : Tokyo Gas Co. Ltd. Pp. 74-79.
Kennet, R.T.; dan Chamberlain, J., 1991. Korosi: untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Engineering, John Wiley and Son, New York.
Metha, P. Kumar, 1991. Concrete in Marine Environment. Elsevier Applied Science, London
and New York, pp: 77-85
Priatmono, 2000. Kajian Kekuatan Tekan Dan Tarik Bahan Beton. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, V2. N6, September 2000, hal. 48-60
Romimohtarto, K. dan Juwana, S., 1999. Biologi Laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi - LIPI
Suhendro, B. 2001. Metode Pelaksanaan Proyek Gedung Bertingkat (High Rise Building),
Procedings Kursus Singkat “Perancangan Campuran, Evaluasi dan Rehabilitasi Struktur
Beton”, 3 – 4 September 2001, Yogyakarta.
Taheri, A., Breugel, K.V., 1999a. Numerical Simulation of Chloride Penetration in Concrete
Subjected to Hars Marine Environment. Proceedings of the 11th Asian – Pacific
Corrosion Control Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City,
Vietnam. pp: 629 – 638.
Taheri, A., Breugel, K.V., 1999b. Effect of Tropical Environment on Corrosion on steel in
Marine Concrete Structures. Proceedings of the 11th Asian – Pacific Corrosion Control
Conference Volume 2. 1 – 5 November 1999. Ho Chi Minh City, Vietnam. pp: 619 –
627.
Tjokrodimuljo, K. 1996. Bahan Bangunan, Teknik Sipil, FT. UGM, Yoyakarta

Triwiyono, A. 2006. Korosi Beton Bertulang AkibatAir Laut, Program Studi Teknik Sipil,
Sekolah Pascasarjana UGM, Yoyakarta.
Widharto, S., 2001. Karat dan Pencegahannya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. pp: 1, 57-58