Prediksi Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode USLE di Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Balian Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Lampiran 1. Peta Ketinggiaan Tempat PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2.Data Curah Hujan PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD, Sumatera Selatan 10 Tahun Terakhir (2006-2015)
Tahun
Rata – Rata
BULAN

2006

2007

2008

2009

2010

2011


2012

2013

2014

2015

Hari

MM

Hari

MM

Hari

MM


Hari

MM

Hari

MM

Hari

MM

Hari

MM

Hari

MM


Hari

MM

Hari

MM

Hari

MM

JAN

16

274

17


552

15

300

14

196

10

190

12

147

13


378

22

402

12

344

17

224

14.8

300.7

PEB


16

478

8

202

4

43

15

469

18

399


7

115

14

268

14

283

3

106

7

126


10.6

248.9

MAR

12

306

13

277

17

395

13


396

14

531

20

485

13

343

12

336

11


240

18

327

14.3

363.6

APR

12

315

14

156


9

256

12

348

9

259

14

345

13

134

11

271

15

258

15

267

12.4

260.9

MEI

8

218

7

222

8

93

9

226

8

88

7

191

4

57

9

171

11

244

2

41

7.3

155.1

JUN

7

68

7

62

7

89

6

69

6

85

5

44

6

108

9

180

2

134

9

157

6.4

99.6

JUL

5

142

5

93

3

23

3

49

13

151

3

30

6

87

10

138

5

140

0

0

5.3

85.3

AGT

0

0

2

24

15

222

5

25

13

224

0

0

2

42

7

81

3

100

0

0

4.7

71.8

SEP

2

20

2

42

9

143

0

0

11

155

1

6

2

13

7

116

0

0

0

0

3.4

49.5

OKT

0

0

9

142

8

163

14

207

16

235

12

130

12

91

7

158

2

6

1

2

8.1

113.4

NOP

7

48

6

122

16

259

11

178

14

299

17

168

15

214

10

325

19

227

8

107

12.3

194.7

DES

9

242

13

205

18

333

16

390

15

226

20

370

13

115

16

265

21

472

16

175

15.7

279.3

Total

94

2111

103

2099

129

2319

118

2553

147

2842

118

2031

113

1850

134

2726

104

2271

93

1426

115.3

2222.8

Sumber : Laporan curah hujan PT. MBJ - IPBD

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Peta Penggunaan Lahan PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Peta Kemiringan Lereng PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Peta Tahun Tanam PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Peta Jenis Tanah PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Peta Tingkat Bahaya Erosi PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8.Tabel Defisit Air PT. MBJ – IPBD 2011 – 2015.
Defisit Air
Bulan
2011
2012
2013
2014
Januari
0
0
0
0
Februari
0
0
0
0
Maret
0
0
0
0
April
0
0
0
0
Mei
0
0
0
0
Juni
0
0
0
0
Juli
0
0
0
26
Agustus
0
0
150
106
September
0
144
137
26
Oktober
0
0
29
144
November
0
0
0
0
Desember
0
0
0
0
Total
320
272
0
170
Sumber : Analisis Data Sekunder

2015
0
0
0
0
0
0
52
150
150
148
43
0
543

Lampiran 9.Tabel Nilai Erosivitas Hujan Tahunan (R).
BULAN

2006
JAN 27.4
FEB 47.8
MAR 30.6
APR 31.5
MEI 21.8
JUN
6.8
JUL 14.2
AGT SEP
2
OKT NOV 4.8
DES 24.2

2007
55.2
20.2
27.7
15.6
22.2
6.2
9.3
2.4
4.2
14.2
12.2
20.5

2008
30
4.3
39.5
25.6
9.3
8.9
2.3
22.2
14.3
16.3
25.9
33.3

2009
19.6
46.9
39.6
34.8
22.6
6.9
4.9
2.5
20.7
17.8
39

TAHUN
2010 2011
19 14.7
39.9 11.5
53.1 48.5
25.9 34.5
8.8 19.1
8.5 4.4
15.1 3
22.4 15.5 0.6
23.5 13
29.9 16.8
22.6 37

2012
37.8
26.8
34.3
13.4
5.7
10.8
8.7
4.2
1.3
9.1
21.4
11.5

2013
40.2
28.3
33.6
27.1
17.1
18
13.8
8.1
11.6
15.8
32.5
26.5

2014
34.4
10.6
24
25.8
24.4
13.4
14
10
0.6
22.7
47.2

2015
22.4
12.6
32.7
26.7
4.1
15.7
0.2
10.7
17.5

TOTAL RATAAN
300.7
248.9
363.6
260.9
155.1
99.6
85.3
71.8
49.5
113.4
194.7
279.3

RM

30.07 226.28
24.89 174.98
36.36 292.98
26.09 186.55
15.51
91.96
9.96
50.35
8.53
40.78
7.18
32.26
4.95
19.46
11.34
60.07
19.47 125.29
27.93 204.67
R = 1505.63 cm/thn

Sumber: Analisis Data Sekunder

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Tabel Nilai Erodibilitas Tanah
SPL B.Organik (%) Struktur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

3.75
3.42
3.47
3.03
4.90
4.68
3.46
2.51
4.80
3.97
3.61
3.58
3.70
5.28
4.04
3.10
3.89
3.77
7.22
5.40
1.55
3.63
4.42
2.44
3.29
7.62
4.97

Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal
Gumpal

Harkat Kelas Permeabilitas
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

Agak lambat
Agak lambat
Sedang
Lambat
Sangat lambat
Sangat lambat
Sangat lambat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Lambat
Sangat lambat
Sedang
Sedang
Agak cepat
Lambat
Lambat
Lambat
Lambat
Lambat
Sedang
Sedang
Sedang
Lambat

Harkat Pasir (%) P. S. Halus (%) Debu (%) Liat (%) Nilai M
4
4
3
5
6
6
6
3
3
3
3
3
3
5
6
3
3
2
5
5
5
5
5
3
3
3
5

55.25
58.46
67.14
62.87
51.50
50.83
33.08
72.82
69.03
71.77
66.98
60.33
68.45
74.66
46.15
81.74
67.80
79.81
74.98
71.82
40.39
60.33
47.50
62.89
70.02
70.66
68.67

16.58
17.54
20.14
18.86
15.45
15.25
9.92
21.85
20.71
21.53
20.09
18.10
20.54
22.40
13.85
24.52
20.34
23.94
22.49
21.55
12.12
18.10
14.25
18.87
21.01
21.20
20.60

6.96
7.91
8.96
9.03
9.90
9.83
9.56
6.04
6.99
4.03
11.01
9.92
6.11
6.08
6.85
5.07
9.06
6.06
10.01
8.05
10.75
9.92
5.83
9.03
6.00
9.11
11.12

37.79
33.63
23.90
28.10
38.60
39.34
57.36
21.14
23.98
24.20
22.01
29.75
25.44
19.26
47.00
13.19
23.14
14.13
15.01
20.13
48.86
29.75
46.67
28.08
23.98
20.23
20.21

1464.11
1688.98
2214.66
2005.36
1556.49
1521.29
830.80
2199.09
2105.68
1937.52
2425.80
1968.33
1986.65
2299.31
1096.84
2568.88
2259.68
2576.36
2762.51
2363.83
1169.42
1968.33
1070.87
2006.35
2053.00
2417.67
2531.02

Nilai K
0.160
0.176
0.182
0.225
0.205
0.205
0.178
0.194
0.158
0.159
0.192
0.166
0.165
0.211
0.189
0.209
0.179
0.174
0.199
0.212
0.184
0.215
0.160
0.182
0.174
0.131
0.227

Sumber: Analisis Hasil Laboratorium

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11.Tabel Nilai Faktor Panjang Dan Kemiringan Lereng (LS)
PANJANG LERENG KEMIRINGAN LERENG
NILAI LS
SPL
(meter)
(%)
1
1.5%
0.18
1
28
5.5%
0.57
2
1
1.5%
0.18
3
24
5.5%
0.53
4
1
1.5%
0.18
5
40
5.5%
0.69
6
1
1.5%
0.18
7
48
5.5%
0.75
8
1
1.5%
0.18
9
48
5.5%
0.75
10
1
1.5%
0.18
11
46
5.5%
0.74
12
1
1.5%
0.18
15
56
5.5%
0.81
16
1
1.5%
0.18
17
37
5.5%
0.66
18
1
1.5%
0.18
19
37
5.5%
0.66
20
1
1.5%
0.18
21
48
5.5%
0.75
22
1
1.5%
0.18
23
1
1.5%
0.18
24
1
1.5%
0.18
25
28
5.5%
0.57
26
1
1.5%
0.18
27
1
1.5%
0.18
28
46
5.5%
0.74
29
Sumber: Analisis Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12.Tabel Nilai Faktor Tanaman Dan Tindakan Konservasi (CP)
SPL
Konservasi dan Pengelolaan Tanaman
Nilai C dan P
1
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
2
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
3
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
4
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
5
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
6
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
7
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
8
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
9
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
10
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
11
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
12
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
15
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
16
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
17
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
18
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
19
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
20
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
21
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
22
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
23
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
24
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
25
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
26
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
27
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
28
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
29
Perkebunan dengan Penutup Tanah Sebagian
0.07
Sumber : Analisis Data Primer

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., Ngaloken, A. G. dan Meine, V. N. 2002.Pilihan Teknologi Agroforestri
Konservasi Tanah untuk Areal Pertanian Berbasis Kopi di Sumberjaya,
Lampung Barat.International Centre for Research in Agroforestry.
Agus, F., dan Widianto. 2004. Petunjuk Teknis Konservasi Tanah Pertanian
Lahan Kering. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Bogor
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air.Institut PertanianBogor. Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah AliranSungai.UGM Press.
Yogyakarta.
Dewi, I. G. A. S. U., Ni, M.T., Tatiek, K. 2012. Prediksi Erosidan Perencanaan
KonservasiTanah Dan Air Pada DaerahAliran Sungai Saba.E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika.Vol.1 No. 1.
Dariah,. Ai,. Yusrial,.Mazwar.2005. Penetapan Konduktivitas Hidrolik Tanah
Dalam Keadaan Jenuh: Metode Laboratorium : Sifat Fisik Tanah dan
Metode Analisisnya. Pusat Penelitian danPenelitian Tanah dan
Agroklimat(Puslitbangtanak). Bogor
Darmosakoro, W. dan S. Rahutomo. 2000. Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai
Bahan Pembenah Tanah. Dalam Prosiding : Lahan dan Pemupukan Kelapa
Sawit (ed, Witjaksana, D., Edy. S. S., dan Winarna) Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan, Desember 2003. pp 167-168.
Darmosarkoro, W., dan Winarna. 2001. Penggunaan TKS dan Kompos TKS
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman.Dalam
Prosiding : Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit (ed, Witjaksana, D., Edy.
S. S., dan Winarna) Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, Desember
2003. pp 187-200.
Darmosarkoro, W., I.Y. Harahap, dan E. Syamsuddin. 2001. Kultur Teknis pada
Tanaman Kelapa Sawit pada Kondisi Kekeringan dan Upaya
Penanggulangannya.Dalam Prosiding : Lahan dan Pemupukan Kelapa
Sawit (ed, Witjaksana, D., Edy. S. S., dan Winarna) Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan, Desember 2003.pp 229.
Embrandiri, A., Sing, R. P., Ibrhim, H. M., danRamli, A. A. 2012. Land
Application of Biomass Residue Generated From Palm Oil Processing; Its
Potential Benefits and Threats.The Environmentalis. Vol 32 No. 1
Pp 111-117.
Endriani. 2010. Sifat Fisika Dan Kadar Air Tanah Akibat PenerapanOlah Tanah
Konservasi.Fakultas Pertanian Universitas JambiJ. Hidrolitan., Vol 1 No
1. Hal 26 – 34.

Universitas Sumatera Utara

Febriani, Y. 2013. Prediksi Erosi Menggunakan Metoda USLE Pada Daerah
Rawan Gerakan Tanah Di Daerah Jalur Lintas Bengkulu – Kepahiang.
Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.2 No.1 Juni 2013
Febrianti, V. 2000. Prediksi Erosi Tanah Dengan Penggunaan Bahan Organik
Untuk Konservasi Tanah Di DAS Cisadane Hulu.IPB Press. Bogor.
Hammer, W.I., 1981.Soil Conservation Consultant Report Center for Soil
Research, Bogor, Indonesia.
Harahap, E. M. 2007. Peranan Tanaman Kelapa Sawit Pada Konservasi Tanah
Dan Air. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap.FP USU. Medan.
Hardjowigeno, S. 1993. KlasifikasiTanah dan Pedogenesis.Akademika Presindo.
Jakarta.
Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A. G., dan Sutedjo, M. M. 1995. Teknologi
Konservasi Tanah Dan Air. Bina Aksara. Jakarta.
Lihawa, F., dan Yuniarti, U. 2013.Prediksi DampakErosi Permukaan Pada
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Pohuwato.
Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas MIPA UNG.
Marni. 2009. Penerapan Teknik Konservasi Tanah Dan Air Dalam Meningkatkan
Produksi Kelapa Sawit. IPB Press. Bogor.
Murtilaksono, K., E. S. Sutarta., Darlan, N. H., Sudarmo. 2007. Penerapan Teknik
Konservasi Tanah Dan Air Dalam Upaya Peningkatan Produksi Kelapa
Sawit FP IPB. Bogor.
Murtilaksono, K., E. S. Sutarta., Hasril H. S., W. Darmosarkoro., dan Y. Hidayat.
2008. Penerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air dalam Upaya
Penekanan Aliran Permukaan dan Erosi di Kebun Kelapa Sawit In: K.
Murtilalaono, F. AguJ, S.D. Tarigan, A. Dariah, N.L. Nurida, H. Santoso,
N. Sinukadanan. A. N. Gintings (Edi). Prosiding Seminar dan Kongres
Nasional MKTI VI, Bogor. 17.18 Desember. pp. 165-172.
Murtilaksono, K., E. S. Sutarta., Hasril H. S., W. Darmosarkoro., dan Y. Hidayat.
2009. Upaya Peningkatan Produksi Kelapa Sawit Melalui Penerapan
Teknik Konservasi Tanah Dan Air.J. Tanah Trop., Vol 14, No. 2, 2009:
135-142
Simangunsong, Z. 2011. Konservasi Tanah Dan Air Pada Perkebunan Kelapa
Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) PT. Sari Lembah Subur,Pelalawan, Riau.
Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Subagyono, K., Marwanto, S., dan Undang, K. 2003.Teknik Konservasi Tanah
Secara Vegetatif. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Universitas Sumatera Utara

Sumarno., Joko, W., dan Irawan, P. 2011. Kajian Pengelolaan Lahan Berdasarkan
Tingkat Bahaya Erosi Dan PolaKonservasi Tanah Dan Air Di Desa
Ngadipiro Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Fak.Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, SurakartaSains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi.
Suripin.2001. Pelestarian Sumber DayaTanah dan Air.Andi.Yogyakarta.
Surono, Jailani, H., Yani, E.B. K., Jeane, L. 2013. AplikasiSistem Informasi
Geografis Dalam Memprediksi ErosiDengan Metode Usle Di Sub Das
Dumoga. Fakultas Pertanian UNSRAT.
Tunas, I. G. 2005.Prediksi Erosi Lahan DasBengkulu Dengan Sistem Informasi
Geografis (Sig) Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 3, pp 137 – 145
Winarna., Sutarta, E. S., dan P. Purba. 2000. Pengelolaan Tanah Berliat Aktivitas
Rendah (LAR) Di Perkebunan Kelapa Sawit. Dalam Prosiding : Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit (ed, Witjaksana, D., Edy. S. S., dan Winarna)
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, Desember 2003. pp 25-34.
Yunsetianto, I. 2003. Pengendalian Erosi Menggunakan Beberapa Tindakan
Konservasi Tanah Dan Bahan Organik Di DAS Cimandiri
Hulu.Skripsi.IPB. Bogor.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan kelapa sawit PT Mutiara Bunda
Jaya – Kebun IPBD Desa Balian, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan
Komering Ilir dengan tanaman kelapa sawit tahun tanam 2003 hingga 2008 dan
kemudian dilanjutkan dengan analisa sifat-sifat tanah di Laboratorium Riset PT.
Sampoerna Agro yang terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
yang dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Agustus 2016.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:bahan
contoh tanah, kantong plastik untuk tempat tanah, kain kasa untuk menutup
permukaan ring sampel, karet gelang untuk mengikat kain kasa, label sabagai
penanda identitas contoh tanah, dan bahan kimia yang mendukung analisis tanah.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:alat tulis untuk
mengumpulkan data di lapangan, Software Arc View GIS 3.3,peta administrasi,
peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, peta kontur dan ketinggian tempat
sebagai peta dasar untuk membuat peta lereng, peta tahun tanam dan data curah
hujan selama 10 tahun di PT Mutiara Bunda Jaya - Kebun IPBD,bor tanah untuk
mengambil contoh tanah terganggu, waterpass dan mistar untuk mengukur
kemiringan lereng, meteran dan penggaris sebagai alat ukur, ring sampeluntuk
contoh tanah utuh tidak terganggu, dan alat -alat laboratorium yangdiperlukan
untuk analisis tanah.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
melalui

survey

lapangan.Teknik

sampling

berdasarkan

Satuan

Peta

Lahan.Kemudian dilanjutkan menggunakan metode USLEuntuk memprediksi
erosi yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan dan analisis tanah di
laboratorium.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan, penetapan lokasi
contoh tanah,survei lapangan dan pengambilan contoh tanah, analisis tanah di
laboratorium, analisis dan interpertasi data dan arahan rekomendasitindakan
konservasi tanah dan air.
Persiapan
Tahap ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Pengumpulan data sekunder berupa data curah hujan.
2. Penentuan batas – batas daerah penelitian (hanya kebun IPBD seluas
1.212,90 Ha).
3. Survey

lapangan

untukmemverifikasi

kemiringan

lereng

dengan

menggunakan alat waterpass beserta mistar. Dalam hal ini untuk
menentukan lokasi sampel dalam verifikasi didasarkan pada peta kontur
dan ketinggian tempat yang sudah di overlay (lampiran 1).
4. Digitasi peta (peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah,
peta lereng dan peta tahun tanam) dengan Software Arc View GIS 3.3
Penetapan Lokasi Pengambilan Contoh Tanah
Dalam penetapan lokasi pengambilan contoh tanah dilakukan Overlay peta
yaitu menumpang-tindihkan peta jenis tanah, peta tahun tanam dan peta
kemiringan lereng untuk mendapatkan Satuan Peta Lahan (SPL) di PT. Mutiara

Universitas Sumatera Utara

Bunda Jaya – Kebun IPBD.Lokasi contoh tanah yang akan diambil berdasarkan
jenis tanah, tahun tanam dan kelerengan. Perkebunan IPBD seluas 1.212,90 Ha
memiliki 4 jenis ordo tanah (Typic Dystrudepts, Typic Hapludox, Plinthic
Kanhapudults dan Typic Haplofibrists), dan 5 jenis tahun tanam (2003, 2005,
2006, 2007 dan 2008), serta 2 kelas lereng (0 – 3% dan 3 – 8%). Setelah itu peta
tersebut di overlay atau ditumpang-tindihkan sehingga didapat satuan peta lahan
sebagai lokasi contoh tanah yang akan diambil. Maka terdapat 29 lokasi contoh
tanah yang akan diambil, tetapi ada 2 lokasi yang merupakan tanah gambut,
sehingga hanya 27 lokasi contoh tanah saja yang diambil.
Survey Lapangan Dan Pengambilan Contoh Tanah
Pada kegiatan ini dilakukan survey lapangan untuk mengetahui kondisi
fisik areal PT. MBJ – IPBD seperti kemiringan lereng dan kemudian dilanjutkan
dengan pengambilan contoh tanah di lapangan berdasarkan lokasi contoh tanah
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pengambilan contoh tanahterganggu
dilakukan dengan cara mengkompositkan tanah dari beberapa titik sampel dalam
satu SPL dengan menggunakan bor tanah

pada kedalaman 0 – 20

cm.Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dilakukan dengan menggunakan
ring sampel pada kedalaman 0 – 20 cm. Pada setiap pengambilan contoh tanah di
lapangan dilakukan pengamatan struktur dan tekstur tanah (metode by feeling),
kedalaman efektif, panjang lereng dan teknik konservasi yang sudah diterapkan.
Analisis Tanah Di Laboratorium
Parameter yang diamati di Laboratorium yaitupermeabilitas dengan
metode De Booth,persentase C - organik dengan metode Walkley dan Black, dan
tekstur tanah dengan metode pipet.

Universitas Sumatera Utara

Analisis dan Interpertasi Data
Data pengamatan di lapangan dan hasil analisis tanah di Laboratorium
diinterpertasikan untuk menentukan besarnya erosi serta tingkat bahaya erosi
(TBE).Prediksi jumlah tanah yang tererosi dan tingkat bahaya erosi dihitung
dengan menggunakan formula yang telah dikembangkan olehWischmeier dan
Smith (1978dalam Arsyad, 2010), yang dikenal dengan metode USLE (universal
soil loss equation) dengan menggunakan rumus:
A = RKLSCP
Dimana:
A = Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/thn)
R = Erosivitas hujan
K = Faktor erodibilitas tanah
L = Faktor pajang lereng
S = Faktor kecuraman lereng
C = Faktor vegetasi penutup tanah/pengolahantanaman
P = Faktor tindakan konservasi tanah
Faktor Erosivitas Hujan (R)
Data curah hujan yang dibutuhkan minimal selama 10 tahun terakhir dan
data tersebut diperoleh dari laporan data curah hujan bulanan PT. Mutiara Bunda
Jata – Kebun IPBD Desa Balian Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten OKI
(lampiran 2).
Menurut Arsyad (2010) nilai R adalah daya erosi hujan pada suatu tempat
atau erosivitas hujan tahunan yang dapat dihitung melalui persamaan Bols (1978
dalam Arsyad, 2010) dengan rumus :

Universitas Sumatera Utara

R = 6,119[(RAIN) 1,21 x (DAYS)-0,47 x (MAXP)0,53]
R = indeks erosivitas hujan bulanan
RAIN = curah hujan bulanan rata-rata (cm)
DAYS = jumlah hari hujan perbulan (hari)
MAXP = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan (cm).
Erosivitas hujan tahunan diperoleh dari penjumlahan erosivitas bulanan
yaitu dari erosivitas hujan bulan Januari hingga Desember.
Bilamana data hujan harian maksimum pada bulan yangakan dihitung
erosivitasnya tidak ada, dan hanya ada tersedia data hujan bulanan, maka dapat
digunakan rumus Lenvain (Asdak, 1995) sebagai berikut:
Rm= 2,21Pm1,36
Rm = Erosivitas hujan bulanan
Pm = Curah hujan bulanan (cm)
Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Data nilai erodibilitas tanah (K) diperoleh dengan cara menganalisis bahan
contoh tanah yang telah diambil sesuai lokasi contoh tanah untuk diketahui
tekstur, struktur, permeabilitas,dan bahan organik tanah.
Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Wischmeier dan Mannering (1969dalam Arsyad, 2010) yaitu sebagai berikut:
100 K= 2,1 M 1,14 (10-4)(12-a) + 3,25 (b-2)+ 2,5 (c-3)
M = % debu + pasir sangat halus x (100- % liat)
a = % bahan organik (% C x 1,724)
b = kelas struktur tanah
c = kelas permeabilitas tanah

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Harkat Struktur Tanah
No
Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)
1
Granular sangat halus (< 1 mm)
2
Granular halus (1 - 2 mm)
3
Granular sedang sampai kasar (2 - 10 mm)
4
Gumpal, lempeng, pejal (> 10 mm)
Sumber: Arsyad(2010).

Harkat
1
2
3
4

Tabel 2. Harkat Permeabilitas Tanah
No
Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah
1
Sangat lambat (< 0,5 cm/jam)
2
Lambat (0,5 - 2,0 cm/jam)
3
Agak lambat (2,0 - 6,3 cm/jam)
4
Sedang (6,3 - 12,7 cm/jam)
5
Agak cepat (12,7 - 25,4 cm/jam)
6
Cepat (> 25,4 cm/jam)
Sumber: Arsyad (2010).

Harkat
6
5
4
3
2
1

Faktor Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)
Data kemiringan dan panjang lereng diperoleh dengan melakukan survey
langsung di lapangan. Untuk memperoleh data kemiringan lereng digunakan alat
yang bernama waterpass beserta mistar dan untuk panjang lereng dengan meteran.
Semakin besar kemiringan lereng (S) dan panjanglereng (L) akan
mempercepat dan memperbesar aliran permukaan, sehingga gabungan ini oleh
Wischmeier dan Smith (1978dalam Arsyad, 2010) dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk kemiringan 0 – 20%
LS = √λ (0,0136 + 0,00965 S + 0,00138 S2)
b.Untuk kemiringan ≥ 20%
LS = (λ/22,1)0,6 x (S/9S)1,4
Dimana:
λ = Panjang lereng
s = Kemiringan lereng (%)

Universitas Sumatera Utara

Faktor Tanaman dan Tindakan Konservasi Tanah (C dan P)
Dalam memperoleh data nilai C dan P dilakukan survey langsung di
lapangan. Faktor tanaman (C) dievaluasi dari jenispenggunaannya, penetapan nilai
C ini berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.Faktor tindakan konservasi di
evaluasi dengan mengamati upaya konservasi yang dilakukan di lapangan.
Tabel 3. Nilai Faktor Vegetasi (C)
No
Tutupan Lahan
1 Semak
2 Rerumputan
3 Kebun campuran
4 Sawah beririgasi
5 Sawah tadah hujan
6 Jagung
7 Tebu
8 The
9 Karet
10 Kelapa sawit
11 Pisang
12 Kelapa
Sumber: Arsyad (2010).

Nilai C
0,30
0,30
0,20
0,01
0,05
0,70
0,50
0,50
0,80
0,50
0,60
0,80

No
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Tabel 4. Nilai Faktor Konservasi Tanah (P)
Teknik Konservasi
Nilai P No
No
Tanah
1 Teras bangku, baik
0,04
5
2 Teras bangku,sedang
0,15
12
3 Teras bangku, jelek
0,40
13
4 Teras tradisional
0,35
14
5 Kontur cropping
15
kemiringan >25%
0,90
6 Hillside ditch atau
16
field pits
0,30
7 Kontur cropping
17
kemiringan 1-3%
0,40
8 Kontur cropping
18
kemiringan 3-8%
0,50
9 Kontur cropping
19
kemiringan 8-15%
0,60
10 Kontur cropping
20
kemiringan 15-25%
0,80
Sumber: Arsyad (2010).

Tutupan Lahan
Kacang tanah
Kopi
Ilalang
Pakis
Rotan
Kayu res
Beringin
Pandan
Ubi kayu
Bambu
Hutan belakar
Rawa

Teknik Konservasi
Tanah
Teras gulud, baik
Strip rumput baik
Strip rumput jelek
Strip crotolaria
Mulsa jerami sebanyak
6 ton/ha/thn
Mulsa jerami sebanyak
3 ton/ha/thn
Mulsa jerami sebanyak
1 ton/ha/thn
Mulsa jagung
sebanyak 3 ton/ha/thn
Mulsa crotolaria
sebanyak 3 ton/ha/thn
Tanpa Tindakan
Konservasi

Nilai C
0,20
0,10
0,01
0,30
0,50
0,80
0,80
0,02
0,80
0,001
0,001
0,0001

Nilai P
0,15
0,04
0,40
0,50
0,15
0,25
0,60
0,35
0,50
1,00

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Nilai Faktor CP Pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
No
1

Konservasi dan Pengelolaan Tanaman

Nilai CP

Hutan:
a. Tidak terganggu
b. Tanpa tumbuhan bawah, dengan serasah
c. Tanpa tumbuhan bawah, tanpa serasah
2
Semak:
a. Tidak terganggu
b. Sebagian berumput
3
Kebun:
a. Kebun talun
b. Kebun perkarangan
4
Perkebunan:
a. Penutupan tanah sempurna
b. Penutupan tanah sebagian
5
Rerumputan:
a. Penutupan tanah sempurna
b. Penutupan tanah sebagian, ditumbuhi alang – alang
c. Alang - alang: pembakaran sekali setahun
d. Serai wangi
6
Tanaman Pertanian:
a. Umbi – umbian
b. Biji – bijian
c. Kacang – kacangan
d. Campuran
e. Padi irigasi
7
Perladangan:
a. 1 tahun tanam, 1 tahun bera
b. 1 tahun tanam, 2 tahun bera
8
Pertanian dengan konservasi:
a. Mulsa
b. Teras bangku
c. Countur cropping
Sumber : Asdak (1995).

0.01
0.05
0.50
0.01
0.10
0.02
0.20
0.01
0.07
0.02
0.02
0.06
0.65
0.51
0.51
0.36
0.43
0.02
0.28
0.19
0.14
0.04
0.14

Kelas Tingkat Bahaya Erosi
Dari hasil perkalian faktor-faktor penyebab erosidengan mempergunakan
persamaan kehilangan tanah dengan metode USLE, dapat ditentukan nilai erosi
aktual. Nilai erosi aktual yang didapat dimasukkan kedalam kelas bahaya erosi,
apakah nilai tersebut termasuk dalam kelas I atau II. Kemudian dalam
menentukan tingkat bahaya erosi yaitu dengan mencocokkan kelas bahaya erosi

Universitas Sumatera Utara

yang terjadi dengan kelas tingkat bahaya erosi sesuai dengan kedalaman tanah
(cm) pada setiap SPL.
Tabel 6. Kelas Bahaya Erosi
Kelas
Bahaya erosi (ton/ha/tahun)
I
< 15
II
15 – 60
III
60 – 180
IV
180 – 480
V
> 480
Sumber: Arsyad (2010).

Keterangan
Sangat Ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat

Untuk mendapatkan tingkat bahaya erosi adalah dengan menggunakan
tabel dibawah ini:
Tabel 7. Tingkat Bahaya Erosi
Kedalaman tanah (cm)
> 90
60 – 90
30 – 60
< 30
Sumber: Arsyad (2010).

I
SR
R
SR
B

Tingkat Bahaya Erosi
II
III
IV
R
S
B
S
B
SB
B
SB
SB
SB
SB
SB

V
SB
SB
SB
SB

Keterangan:
SR
: Sangat Ringan
R
: Ringan
S
: Sedang
B
: Berat
SB
: Sangat Berat
Rekomendasi Tindakan Konservasi Tanah dan Air
Rekomendasi tindakan konservasi tanah dan air ditetapkan berdasarkan
padabesarnya erosi yang terjadi serta kondisi fisik yang sebenarnya diPT. Mutiara
Bunda Jaya – Kebun Inti Permata Bunda Dua.
Tindakan konservasi tanah dan air yang direkomendasikan sesuai dengan
standart buku petunjuk teknis yang berjudul “Konservasi Tanah Pertanian Lahan
Kering” yang ditulis oleh Fahmuddin Agus dan Widianto, (2004).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD
PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD secara administratif tepatnya
berada di Desa Balian, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Provinsi Sumatera Selatan. PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD pada bagian
Utara berbatasan dengan Kebun KKPA Balian, Selatan berbatasan dengan PT.
Gunung Tua Abadi, Timur berbatasan dengan Kebun KKPA Balian, dan Barat
berbatasan dengan Kebun KKPA Dabuk Makmur.
PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD memiliki luas 1.212,90 Ha yang
ditanami dengan tanaman kelapa sawit tahun tanam 2003, 2005, 2006, 2007 dan
2008. Curah hujan tahunan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir (2006-2015)
adalah 2.222,80 mm/thn dengan penyebaran curah hujan yang tidak merata
sepanjang tahun sehingga mengalami bulan kering yang panjang (Juli hingga
Oktober).Topografi datar (0-3%) hingga landai (3-8%), dengan jenis tanah Typic
Dystrudepts, Typic Hapludox, Plinthic Kanhapudults dan Typic Haplofibrists.
Pada beberapa lokasi terdapat rawa yang senantiasa tergenang dengan kondisi
drainase lambat sampai sangat lambat, serta pada areal yang dilewati aliran air
atau parit alami memiliki topografi yang agak curam.
Tindakan Konservasi Tanah Di PT. MBJ – Kebun IPBD
Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam
usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumber daya lahannya.Untuk
menjaga kondisi sumber daya lahan tersebut PT. MBJ – Kebun IPBDsudah
melakukan beberapa upaya konservasi tanah yaitu aplikasi tandan kosong kelapa
sawit dan pembuatan tapak timbun.

Universitas Sumatera Utara

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD memiliki beberapa areal dengan
produktifitas buah yang rendah (22,8 ton/ha/thn) tetapi potensi buahnya tinggi (SJ
≥ 25 ton/ha/thn). Hal ini mungkin diakibatkan oleh erosi yang terjadi secara
perlahan yang mengakibatkan hilangnya lapisan atas tanah yang mengandung
bahan organik yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan menurunnya
produktifitas tanaman.
Oleh

karena

itu

dalam

mengatasi

masalah

tersebut,

maka

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD melakukan tindakan konservasi dengan
memberikan tandan kosong kelapa sawit di lapangan yangdapat memberikan
manfaat baik dari aspek kimia maupun aspek fisik tanah selain itu juga dapat
menekan pemakaian pupuk kimia. Adapun dosis yang diaplikasikan di PT.
Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD sebesar 40 ton/ha atau 296 kg/pohon yang
artinya aplikasi TKKS dapat menekan pemakaian pupuk kimia sebesar 0.9 kg
urea, 0.2 kg RP, 3.6 kg MOP, dan 0.6 kg kieserit/pohon. Hal ini sesuai dengan
Darmosarkoro dan Rahutomo (2000) yang menyatakan bahwa satu ton tandan
kosong sawit setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg RP, 12 kg MOP, dan 2 kg kieserit,
sehingga berdasarkan potensi kandungan nutrisi yang ada maka aplikasi tandan
kosong kelapa sawit dapat dilakukan untuk menekan pemakaian pupuk kimia.
Aplikasi tandan kosong dilakukan pada areal yang tidak tergenang dengan
produksi buah yang dihasilkan lebih rendah dari potensi buah yang seharusnya,
sehingga dengan pemberian tandan kosong yang memiliki manfaat sangat banyak
seperti yang dipaparkan diatas, diharapkan produksi buah yang dihasilkan sesuai
dengan potensinya atau bahkan lebih tinggi.Aplikasi tandan kosong dilakukan
dengan menebar tankos pada gawangan mati dari jalur pokok sampai batas
piringan. Pelaksanaan aplikasi tandan kosong kelapa sawit sudah sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

Standard Operation Procedure (SOP) PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD,
tankos diturunkan dari truk di collection road tepat di depan gawangan mati,
kemudian tumpukan tankos ini disebar pada hari itu juga hingga tersebar merata.
Namun karena kurangnya pengawasan dari pihak pabrik kelapa sawit PT. Gunung
Tua Abadi,makaterjadi sedikit masalahyaitu truk yang mengangkut tankos dari
pabrik seringkali melebihi kapasitas truk. Hal ini menyebabkan tankos-tankos
akan berjatuhan dan tercecer di sepanjang jalur truk.
PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBDjuga melakukan pembuatan tapak
timbun di beberapa wilayah karena PT. MBJ - IPBD memiliki areal rendahan (low
land) yang senantiasa tergenang air, kendala yang dihadapi dalam beberapa tahun
terakhir adalah tanaman yang terdapat di areal rendahan sering mengalami
kematian karena tergenang dalam waktu yang lama. Sehingga pada setiap
tahunnya apabila tanaman mengalami kematian, tindakan yang dilakukan adalah
penyisipan tanaman dan tindakan seperti itulah yang terjadi setiap tahunnya dan
perkebunan mengalami kerugian yang cukup besar untuk menyediakan bibit
kelapa sawit setiap tahunnya.
Perbandingan biaya antara sekali penyisipan tanaman dengan pembuatan
tapak timbun untuk luasan 5 ha (675 pohon) adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Perhitungan biaya penyisipan tanaman dengan pembuatan tapak timbun
Penyisipan Pohon
Pembuatan Tapak Timbun
No Nama Item jumlah satuan Rp @
Rp
No Nama Item jumlah satuan Rp @
Rp
1 Bibit
675 pohon 35,000 23625000
1 Tapak timbun 675 unit 34,000 22950000
2 Upah sisip 675 pohon 4,500 3037500
3 Pupuk RP 337.5 kg 1,500
506250
Total
27168750
Total
22950000
Sumber : Analisis Data Sekunder

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas diketahui bahwa biaya penyisipan untuk sekali
penyisipan dibanding pembuatan tapak timbun adalah sebesar Rp. 4.218.750,00.
Biaya tersebut selisih untuk sekali penyisipan, sedangkan penyisipan sudah
dilakukan sebanyak 5 kali dalam 5 tahun terakhir ini.Hal ini menunjukkan bahwa
pembuatan tapak timbun sangat menguntungkan sekali.
Berdasarkan masalah yang terjadi dan kerugian yang dialami maka PT.
Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD lebih memilih melakukan tindakan konservasi
berupa pembuatan tapak timbun yang terletak di blok 54 petak A dibandingkan
melakukan penyisipan tanaman setiap tahunnya. Tapak timbun bertujuan untuk
menaikkan permukaan tanah tanaman agar tidak tergenang pada saat musim hujan
sehingga dapat mencegah kematian pada tanaman.Hal ini sesuai literatur
Simangunsong (2011) yang menyatakan bahwa pembuatan tapak timbun
bertujuan untuk menaikan permukaan tanah pada piringan kelapa sawit.Selain
pada penurunan tanah, tapak timbun juga diaplikasikan pada kondisi piringan
yang tergenang air. Kondisi piringan yang tergenang akan mempersulit proses
panen serta pemupukan. Selain itu, genangan dalam jangka waktu lama akan
menyebabkan akar tanaman kelapa sawit busuk sehingga menghambat
pertumbuhan serta mengurangi produksi kelapa sawit.
Tapak timbun dibuat dengan jari-jari dua meter dari pangkal batang kelapa
sawit. Pembuatan tapak timbun ini dilakukan dengan menggunakan alat berat
(excavator long arm), selain biaya yang dibutuhkan lebih murah, waktu yang
dibutuhkan juga lebih cepatdibandingkan dengan tenaga manusia.Namun dalam
pelaksanaannya di lapangan, jari-jari tapak timbun yang dibuat lebih kecil dari
yang seharusnya yaitu ± 1,7 meter. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan

Universitas Sumatera Utara

dari beberapa pihak serta faktor dari excavator long armyang pelaksanaannya
kurang teliti dibandingkan dengan tenaga manusia.

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Aplikasi TKKS di blok 48 A, (b) Tapak timbun di blok 54 A
Tindakan Konservasi Air Di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD
PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD sudah melakukan tindakan
konservasi air untuk menghadapi masalah banjir pada musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau yaitu berupa bangunan water gate dan
pembuatan embung.
PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD yang memiliki sebagian besar
areal rendahan (low land) senantiasa tergenang saat musim hujan. Berdasarkan
masalah yang terjadi setiap tahunnya pada saat musim hujan, maka PT. Mutiara
Bunda Jaya – Kebun IPBD sudah melakukan tindakan konservasi air berupa
pembuatan bangunan pintu air diantara areal rendahan dengan sungai yang
bertujuan untuk mengatur tinggi permukaan air pada areal rendahan saat terjadi
banjir.Dimana dalam pengoperasiannya, saat muka air di lahan lebih tinggi
dibandingkan muka air di sungai, maka pintu air dibuka untuk membuang
kelebihan air yang ada di lahan menuju ke sungai agar tidak terjadi
penggenangan.Apabila muka air di sungai lebih tinggi dibandingkan muka air
dilahan maka pintu air ditutup agar air yang berada di sungai tidak mengalir ke

Universitas Sumatera Utara

areal rendahan.Sungai ini berada pada permukaan yang lebih rendah dibandingkan
areal pertanaman sehingga air yang terdapat disungai tidak dapat didistribusikan
ke areal –areal pertanaman.Sehingga fungsi bangunan pintu air ini hanya
berfungsi untuk melakukan pembuangan air yang berlebih di areal.
Selain memiliki bangunan pintu air, PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun
IPBD juga memiliki embung yang digunakan untuk menampung kelebihan air
saat musim hujan. Hal ini berguna karena PT. MBJ – IPBD merupakan ekosistem
tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujannya yang tidak
merata, dengan bulan basah (curah hujan >200mm) 5 sampai 6 bulan sepanjang
tahun dan selalu mengalami bulan kering setiap tahunnya.Pada wilayah ini
tanaman selalu mengalami cekaman air yang dapat mengganggu produktifitas
tanaman. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut PT. MBJ - IPBD sudah
melakukan tindakan konservasi air berupa pembuatan embung yang digunakan
untuk menampung kelebihan air saat musim hujan dan sebagai sumber air pada
musim kemarau.
Pembuatan embung yang dilakukan PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun
IPBD adalah untuk mengatasi kelebihan air yang dapat mengakibatkan tanaman
tergenang saat musim hujan serta sebagai sumber air bagi tanaman sekitar lokasi
embung di musim kemarau.Embung yang sudah dibuat di PT. MBJ – IPBD
adalahsebanyak 2 buah. Embung pertama terletak pada blok 54 A dengan ukuran
25 x 25 x 12 m, sehingga embung tersebut dapat menampung air sebanyak
7.500.000 L pada saat musim hujan, embung kedua terletak pada blok 52 D
dengan ukuran 50 x 10 x 12 m, sehingga dapat menampung air sebanyak
6.000.000 L. Maka air yang dapat ditampung kedua embung tersebut adalah
sebesar 13.500.000 L, sehingga selain bertujuan untuk menampung air hujan dan

Universitas Sumatera Utara

aliran permukaan pada wilayah sekitarnya sehingga dapat mencegah kebanjiran
saat musim hujan tetapi juga sebagai sumber air bagi tanaman sekitar lokasi
embung di musim kemarau.

(a)(b)

(c)

Gambar 2. (a) Bangunan pintu air, (b) Embung pada blok 54 A dan (c) 52 D
Namun dari pemaparan diatas fungsi embung yang dibuat PT. Mutiara
Bunda Jaya–Kebun Inti Permata Bunda Duahanya sebagai penampung air hujan
saja pada saat musim hujan tanpa adanya distribusi air ke setiap blok pertanaman
kelapa sawit saat musim kemarau sehingga tanaman yang jauh dari lokasi embung
tidak dapat memanfaatkan air yang ada karena tidak terjangkau oleh perakaran
tanaman.
Satuan Peta Lahan PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD
Satuan peta lahan daerah penelitian diperoleh dengan meng-overlay-kan
beberapa jenis peta seperti peta penggunaan lahan (lampiran 3), peta kemiringan
lereng (lampiran 4), peta tahun tanam (lampiran 5) dan peta jenis tanah(lampiran
6) di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun Inti Permata Bunda Dua.Sehingga didapat
daerah penelitian sebanyak 29 Satuan Peta Lahan (Gambar 3), namun 2 SPL
merupakan Typic Haplofibrists (gambut) maka daerah penelitian hanya 27 SPL.
Berikut karakteristik 29 SPL tersebut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9.Karakteristik Satuan Peta Lahan Di PT. MBJ – Kebun IPBD
PENGGUNAAN
KEMIRINGAN TAHUN
SPL
JENIS TANAH
LAHAN
LERENG (%) TANAM
1
Kelapa Sawit
2003
Typic Dystrudepts
0 - 3 % (datar)
2
Kelapa Sawit
2003
Typic Dystrudepts
3 - 8 % (landai)
3
Kelapa Sawit
2003
Tyipic Hapludox
0 - 3 % (datar)
4
Kelapa Sawit
2003
Tyipic Hapludox
3 - 8 % (landai)
5
Kelapa Sawit
2003
Plinthic Kanhapudults 0 - 3 % (datar)
6
Kelapa Sawit
2003
Plinthic Kanhapudults 3 - 8 % (landai)
7
Kelapa Sawit
2005
Typic Dystrudepts
0 - 3 % (datar)
8
Kelapa Sawit
2005
Typic Dystrudepts
3 - 8 % (landai)
9
Kelapa Sawit
2005
Tyipic Hapludox
0 - 3 % (datar)
10
Kelapa Sawit
2005
Tyipic Hapludox
3 - 8 % (landai)
11
Kelapa Sawit
2005
Plinthic Kanhapudults 0 - 3 % (datar)
12
Kelapa Sawit
2005
Plinthic Kanhapudults 3 - 8 % (landai)
13
Kelapa Sawit
2005
Typic Haplofibrists
0 - 3 % (datar)
14
Kelapa Sawit
2005
Typic Haplofibrists
3 - 8 % (landai)
15
Kelapa Sawit
2006
Typic Dystrudepts
0 - 3 % (datar)
16
Kelapa Sawit
2006
Typic Dystrudepts
3 - 8 % (landai)
17
Kelapa Sawit
2006
Tyipic Hapludox
0 - 3 % (datar)
18
Kelapa Sawit
2006
Tyipic Hapludox
3 - 8 % (landai)
19
Kelapa Sawit
2006
Plinthic Kanhapudults 0 - 3 % (datar)
20
Kelapa Sawit
2006
Plinthic Kanhapudults 3 - 8 % (landai)
21
Kelapa Sawit
2007
Typic Dystrudepts
0 - 3 % (datar)
22
Kelapa Sawit
2007
Typic Dystrudepts
3 - 8 % (landai)
23
Kelapa Sawit
2007
Tyipic Hapludox
0 - 3 % (datar)
24
Kelapa Sawit
2007
Plinthic Kanhapudults 0 - 3 % (datar)
25
Kelapa Sawit
2008
Typic Dystrudepts
0 - 3 % (datar)
26
Kelapa Sawit
2008
Typic Dystrudepts
3 - 8 % (landai)
27
Kelapa Sawit
2008
Tyipic Hapludox
0 - 3 % (datar)
28
Kelapa Sawit
2008
Plinthic Kanhapudults 0 - 3 % (datar)
29
2008
Kelapa Sawit
Plinthic Kanhapudults 3 - 8 % (landai)
Sumber : Analisis Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Satuan Peta Lahan PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD
Erosi Tanah Aktual Dan Tingkat Bahaya Erosi Di PT. MBJ – Kebun IPBD
Berdasarkan hasil survei lapangan dan analisis tanah di laboratorium,
maka diperoleh nilai erosi yang terjadi serta tingkat bahaya erosi di PT. Mutiara
Bunda Jaya – Kebun IPBDdengan menggunakan Metode USLE dapatdilihat pada
tabel berikut:
Tabel 10. Erosi Tanah Aktual & Tingkat Bahaya Erosi Di PT. MBJ –IPBD
Kelas
A
Kedalaman
SPL
R
K
L&S C&P (ton/ha Bahaya
Tanah (cm)
/thn)
Erosi
1
1505.6 0.160 0.18 0.07
3.04
I
>90
2
1505.6 0.176 0.57 0.07
10.58
I
>90
3
1505.6 0.182 0.18 0.07
3.44
I
>90
4
1505.6 0.225 0.53 0.07
12.54
I
>90
5
1505.6 0.205 0.18 0.07
3.89
I
>90

Kelas
TBE
SR
SR
SR
SR
SR

Universitas Sumatera Utara

6
1505.6 0.205 0.69 0.07
14.93
7
1505.6 0.178 0.18 0.07
3.38
8
1505.6 0.194 0.75 0.07
15.31
9
1505.6 0.158 0.18 0.07
3.00
10 1505.6 0.159 0.75 0.07
12.59
11 1505.6 0.192 0.18 0.07
3.65
12 1505.6 0.166 0.74 0.07
12.92
15 1505.6 0.165 0.18 0.07
3.14
16
1505.6 0.211 0.81 0.07
18.00
17 1505.6 0.189 0.18 0.07
3.58
18 1505.6 0.209 0.66 0.07
14.55
19 1505.6 0.179 0.18 0.07
3.39
20 1505.6 0.174 0.66 0.07
12.09
21 1505.6 0.199 0.18 0.07
3.78
22 1505.6 0.212 0.75 0.07
16.77
23 1505.6 0.184 0.18 0.07
3.49
24 1505.6 0.215 0.18 0.07
4.08
25 1505.6 0.160 0.18 0.07
3.04
26 1505.6 0.182 0.57 0.07
10.92
27 1505.6 0.174 0.18 0.07
3.31
28 1505.6 0.131 0.18 0.07
2.49
29 1505.6 0.227 0.74 0.07
17.70
Keterangan : SR (Sangat Ringan), R (Ringan).
Sumber: Analisis Data Primer

I
I
1I
I
I
I
I
I
II
I
I
I
I
I
II
I
I
I
I
I
I
II

>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90
>90

SR
SR
R
SR
SR
SR
SR
SR
R
SR
SR
SR
SR
SR
R
SR
SR
SR
SR
SR
SR
R

Besarnya nilai erosi tanah aktual Di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun
IPBD dihitung dengan menggunakan persamaan Wischmeier dan Smith
(1978dalam Arsyad, 2010), dimana erosi adalah hasil kali dari beberapa faktor
yang berperan penting dalam mempengaruhinya seperti erosivitas hujan,
erodibilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng serta faktor tanaman dan
tindakan konseravsi.Erosivitas hujan (R) didapat dari persamaan Lenvain yang
diperoleh dari data curah hujan 10 tahun terakhir PT. MBJ – Kebun IPBD.Nilai
Erodibilitas tanah (K) merupakan faktor kepekaan erosi tanah yang dihitung
dengan persamaan Wischmeier dan Mannering (1969dalam Arsyad, 2010)
dimana merupakan hasil perhitungan antara struktur, persentase tekstur dan

Universitas Sumatera Utara

permeabilitas tanah serta bahan organik tanah.Nilai kemiringan dan panjang
lereng (LS) yang didapat dari persamaan Wischmeier dan Smith (1978dalam
Arsyad, 2010) serta faktor tanaman dan tindakan konservasi (CP) yang diketahui
dengan melakukan survei langsung dilapangan.
Dari keseluruhan data setiap SPL di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun Inti
Permata Bunda Dua yang diperoleh (lihat tabel 10), maka diketahui nilai erosi
yang tertinggi yaitu pada SPL 16 yaitu sebesar 18,00 ton/ha/tahun, dan nilai erosi
yang terkecil yaitu 2,49 ton/ha/tahun terjadi pada SPL 28. Dari tabel diatas
diketahui bahwa selain penggunaan lahan (perkebunan kelapa sawit) yang sama
pada masing-masing SPL, nilai erosivitas hujan pun juga dianggap sama yaitu
1505.63 cm/thn.Sehingga perbedaan nilai erosi (A) yang diperoleh dari tabel
diatas hanya dipengaruhi oleh faktor erodibilitas tanah (K) dan faktor topografi
(LS).Berikut uraian dari beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai
erosi (A) ton/ha/thn.
Erodibilitas tanah (K) merupakan kepekaan tanah terhadap pukulan
(energi kinetik) butiran air hujan dan penghanyutan oleh aliran permukaan. Tanah
yang erodibilitasnya tinggi akan rentan terkena erosi, bila dibandingkan dengan
tanah yang erodibilitasnya rendah. Hal ini terlihat dari tabel diatas bahwanilai
erosi yang terjadi pada SPL 28 sebesar 2,49 ton/ha/thn lebih rendah dibandingkan
nilai erosi pada SPL 27 sebesar 3,31 ton/ha/thn. Hal ini dikarenakan nilai
erodibilitas tanah padaSPL 28 lebih rendah dibandingkan SPL 27.Hal ini sesuai
dengan literatur Febrianti (2000) yang menyatakan bahwa semakin rendah nilai
erodibilitas tanah, maka nilai erosi jugaakan semakin rendah dikarenakan
pengaruh bahan organik terhadap erodibilitas tanah yaitu bahwa meningkatnya
bahan organik menjadikan berkurangnya nilai erodibilitas tanah. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan bahan organik yang belum hancur dapat mengurangi laju run off dan
bahan organik yang sudah hancur akan memperbaiki struktur tanah. Surono dkk.,
(2013) juga menyatakan bahwa meningkatnya kecepatan permeabilitas tanah
menjadikan berkurangnya nilai erodibilitas tanah. Permeabilitas tanah dalam
hubungannya dengan erosi adalah berkenaan dengan laju infiltrasi, karena
kapasitas laju infiltrasi tanah menentukan banyaknya air yang akan mengalir di
permukaan sebagai aliran permukaan dan menyebabkan tanah lapisan atas mudah
terbawa atau peka terhadap gerakan aliran permukaan, karena semakin besar
kapasitas laju infiltrasi, maka semakin kecil laju aliran permukaan dan sebaliknya
(Suripin, 2001).
Nilai erodibilitas tanah juga dipengaruhi oleh faktor topografi.Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 10 dimana nilai erodibilitas tanah pada kemiringan lereng
0-3% lebih rendah dibandingkan nilai erodibilitas tanah pada kemiringan lereng 38%.Hal ini dikarenakansemakin curam lereng makakehilangan bahan organik
yang dapat mengurangi nilai erodibilitas tanah lebih mudah terbawa oleh
erosi.Hal ini sesuai dengan literaturSurono dkk., (2013) yang menyatakan bahwa
kelas lereng yang berbeda akan berbeda pula tingkat erodibilitas lahannya, yang
juga akan mempengaruhi besarnya erosi. Hal ini dikarenakan semakin curam
suatu lereng, maka kehilangan bahan organik yang terdapat di lapisan atas tanah
akan lebih cepat hilang terbawa oleh erosi.
Nilai faktor topografi (LS) pada lahan di PT. Mutiara Bunda Jaya - Kebun
Inti Permata Bunda Duamemiliki nilai tertinggi yakni 0,81 dengan kemiringan
lereng 3 - 8% dan panjang lereng 56 meter, sedangkan nilai terendah yakni 0,18
dengan kemiringan lereng 0 - 3%. Pada lahan datarhingga landai seperti di PT.
Mutiara Bunda Jaya - Kebun Inti Permata Bunda Dua tidak terlalu bahaya

Universitas Sumatera Utara

terhadap terjadinya erosi.Hal tersebut dikarenakanlaju erosi akan semakin cepat
apabilasemakin besarkemiringan dan panjang lereng suatu lahan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Dewi dkk., (2012) yang menyatakan bahwa cepat atau
lambatnya air mengalir tergantung pada derajat kemiringan tanah, semakin tinggi
derajat kemiringan suatu lahan maka air akan semakin cepat mengalir ke bawah
(laju erosi akan semakin cepat).Dan semakin besar nilai faktor topografi (LS)
maka semakin besar nilai erosi yang dihasilkan pada lahan tersebut.
Dari tabel diatas diketahui bahwa SPL 5 dan SPL 6 dengan karakteristik
lahan yang sama kecuali faktor topografi(kemiringan dan panjang lereng)
memiliki perbedaan nilai erosi yang sangat besar yaitu pada SPL 5 dengan
kemiringan lereng 0-3% sebesar 3,89 ton/ha/thn sedangkan SPL 6 dengan
kemiringan lereng 3-8% memiliki nilai erosi sebesar 14,93 ton/ha/thn. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor topografi atau kelerengan merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi nilai erosi dibandingkan dengan faktor lainnya. Hal ini
sesuai dengan literatur Febriani (2013) yang menyatakan bahwa dari beberapa
faktor yang mempengaruhi erosi, kelerengan merupakan faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi erosi dan walaupun faktor lainnya secara bersamasama mempengaruhi terjadinya erosi, namun tidak begitu kuat secara sendirisendiri. Arsyad (2010) juga menambahkan bahwa erosi akan semakin besar
dengan semakin curam lereng.
Nilai erosi yang terjadi di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD
termasuk tingkat bahaya erosi kategori sangat ringan hingga ringan (tabel 6 dan 7)
(Arsyad, 2010).Pengukuran tingkat bahaya erosi sangat diperlukan untuk
mengetahui sebesar apa tingkatan bahaya erosi yang terjadi, agar dapat
menentukan tindakan lanjutan untuk lahan tersebut agar masih dapat dikelola dan

Universitas Sumatera Utara

memiliki produktivitas yang tinggi.Adapun untuk tingkat bahaya erosi, semua
SPL daerah penelitian masuk dalam kategori sangat ringan hingga ringan.Hal itu
disebabkan oleh beberapa hal, seperti kemiringan lereng yang hanya 0 - 8%,
erodibilitas yang termasuk kategori rendah dan kedalaman tanah sangat dalam
(>90cm) serta penggunaan lahan berupa tanaman kelapa sawit yang berperan
sebagai tanaman konservasi atau pencegah erosi. Hal ini sesuai dengan literatur
Harahap(2007) yang menyatakan bahwa seiring bertambahnya umur tanaman
kelapa sawit maka persebaran akar tanaman juga bertambah luas sehingga
menyebabkan terjadi perubahan presentase ruang pori tanah yang semakin
meningkat. Perubahan presentase ruang pori yang meningkat menunjukkan bahwa
kemampuan tanah menyerap air semakin meningkat juga. Hal tersebut akan
berdampak pada kemampuan tanah dalam menahan air (water holding capacity).
Kemampuan inilah yang dapat mengurangi laju permukaan air sehingga erosi
dapat diperkecil.
Nilai erosi yang terjadi di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD adalah
2,49 ton/ha/thn hingga 18,00 ton/ha/thn yang termasuk kelas bahaya erosi I ( 10 hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah cadangan air
dalam tanah maksimum 200 mm (Darmosakoro et al.,2001).

Tabel 11.Perhitungan Keseimbangan Air PT. MBJ – IPBD Tahun 2015.
Bulan

HH

Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec

17
7
18
15
2
9
0
0
0
1
8
16

CH
224
126
327
267
41
157
0
0
0
2
107
175

Cad. Awal Evapotranspirasi Keseimbangan Cad. Akhir Drainase Defisit Air
mm
200
120
304
200
104
0
200
150
176
176
0
0
176
120
383
200
183
0
200
120
347
200
147
0
200
150
91
91
0
0
91
150
98
98
0
0
98
150
-52
0
0
52
0
150
-150
0
0
150
0
150
-150
0
0
150
0
150
-148
0
0
148
0
150
-43
0
0
43
0
120
55
55
0
0

Su