Prediksi Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode USLE di Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Balian Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi
Erosi atau pengikisan merupakan proses penghanyutan tanah oleh
desakan – desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara
alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia. Air hujan yang
mengenai permukaan tanah menyebabkan hancurnya agregat dan terlepasnya
partikel tanah. Kondisi penghancuran agregat dan pelepasan partikel tanah
dipercepat oleh daya penghancur dari air kemudian partikel tanah yang terlepas
akan menyumbat pori tanah sehingga menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi air
ke dalam tanah. Ada tiga proses yang bekerja secara beruntun dalam mekanisme
erosi yaitu (a) penghancuran agregat dan pelepasanpartikel tanah dari massa
tanah, (b) pengangkutan dan (c) pengendapan (Kartasapoetra dkk., 1995).
Sehubungan dengan itu dikenal dua macam erosi utama yaitu erosi normal dan
erosi dipercepat. Erosi normal termasuk ke dalam tingkat bahaya erosi yang
rendah dengan nilai 10
ton/hektar/tahun. Erosi normal atau geological erosion merupakan proses
pengangkutan tanah yang terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan
terbentuknya tanah yang tebal dan mampu mendukung pertumbuhan vegetasi
secara normal. Proses erosi geologi menyebabkan terjadinya sebagian bentuk
permukaan bumi yang terdapat di alam. Erosi dipercepat atau accelerated erosion

adalah pengangkutan tanah dengan laju yang lebih cepat dari erosi normal dan
lebih cepat dari pembentukan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai

Universitas Sumatera Utara

akibat perbuatan manusia yang menghilangkan tumbuhan penutup tanah(Arsyad,
2010).
Menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam (a) erosi lembar (sheet erosion)
adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan
tanah, (b) erosi alur (rill erosion) adalah pengangkutan tanah dari alur – alur
tertentu pada permukaan tanah yang merupakan parit – parit kecil dan dangkal,
(c) erosi parit (gully erosion) adalah proses terjadinya sama dengan erosi alur,
tetapi alur yang terbentuk sudah demikian besarnya sehingga tidak dapat lagi
dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa, (d) erosi tebing sungai (river bank
erosion) terjadi sebagai akibat pengkisan tebing sungai oleh air yang mengalir
dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada belokan
sungai, (e) longsor (landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau
gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar dan (f) erosi
internal adalah terangkutnya butir – butir tanah kebawah ke dalam celah – celah
atau pori – pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara (Arsyad, 2010).

Adapun faktor – faktor yang menyebabkan dan yang mempengaruhi besar
kecilnya erosi di suatu tempat, yaitu : (a) faktor iklim, (b) faktor tanah, (c) faktor
bentuk kewilayahan (topografi), (d) faktor tanaman penutup tanah (vegetasi), dan
(e) faktor kegiatan/perlakuan manusia (Kartasapoetra dkk., 1995).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi
Iklim
Di daerah beriklim basah, faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan.
Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan
dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran permukaan serta tingkat
kerusakan erosi yang terjadi (Arsyad, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Erosivitas hujan merupakan salah satu faktor yang mempunyai kemampuan dalam
mengerosi tanah. Pada data curah hujan di daerah Kepahiang dalam kurun waktu
sepuluh tahun (1999-2008) memiliki nilai erosivitas terendah pada bulan Juni dan
memiliki nilai erosivitas tertinggi pada bulan Desember.Nilai erosivitas yang
tinggi pada bulan Desember menunjukkan bahwa curah hujan memiliki peran
yang sangat besar dalam erosi. Semakin tinggi nilai erosivitas hujan suatu daerah,
semakin besar pula kemungkinan erosi yang terjadi pada daerah tersebut. Pada

lokasi 1 (yaitu tanah terdiri dari 3 lapisan, lapisan tanah/batuan di permukaan
lereng merupakan tanah lapuk dan gembur, tanah pelapukan merupakan jenis
tanah lempung pasiran yang cukup lemah dan memiliki porositas cukup tinggi,
faktor panjang lereng yang sangat besar, kemiringan lereng yang sangat curam,
faktor tindakan manusia (P) yang digunakan kontur cropping kemiringan >25%.
Di daerah rawan gerakan tanah jalur lintas Bengkulu – Kepahiang.) diperoleh
prediksi erosi tertinggi yaitu sebesar 120,39 ton/hektar/tahun (Febriani, 2013).
Laju erosilahan tertinggi di DAS Bengkuluterjadi pada bulan Februari (0.421
mm/bulan) dan terkecil pada bulan September (0.023 mm/bulan)(Tunas, 2005).
Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan Februari terjadi erosi lahan dengan
ketebalan maksimum dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya. Fenomena
ini disebabkan oleh curah hujan maksimum dan bulanan pada bulan Februari
relatif besar dibandingkan dengan curah hujan maksimum dan bulanan pada
bulanlain, sehingga menyebabkan tingkat erosivitas relatif besar.
Darmosakoro et al. (2001) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit
ditinjau dari kebutuhan airnya dapat tumbuh baik pada lahan dengan curah hujan
yang cukup (1750 - 3000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang merata
sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan < 60 mm). Pada

Universitas Sumatera Utara


pengamatan secara umum di perkebunan kelapa sawit, pertumbuhan dan produksi
tanaman akan mulai terpengaruh jika mengalami defisit air di atas 200 mm/thn.
Tanah
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda.
Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai
interaksi sifat – sifat fisik dan kimia tanah. Sifat – sifat tanah yang mempengaruhi
erosi adalah (1) sifat – sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas dan
kapasitas menahan air dan (2) sifat – sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan
struktur tanah terhadap dispersi dan penghancuran agregat tanah oleh tumbukan
butir – butir hujan dan aliran permukaan.Adapun sifat – sifat fisik dan kimia tanah
yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman,
sifat lapisan tanah dan tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 2010).
Berdasarkan

hasil

uji

laboratorium


pada

penelitian

Surono

dkk.,(2013),jenis tanah Inceptisol memiliki nilai erodibilitas yang paling tinggi
karena faktor permeabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis tanah
Ultisol dan Entisol. Permeabilitas tanah dalam hubungannya dengan erosi adalah
berkenaan dengan laju infiltrasi, karena kapasitas laju infiltrasi tanah menentukan
banyaknya air yang akan mengalir di permukaan sebagai aliran permukaan dan
menyebabkan tanah lapisan atas mudah terbawa atau peka terhadap gerakan aliran
permukaan, karena semakin besar kapasitas laju infiltrasi, maka semakin kecil laju
aliran permukaan dan sebaliknya (Suripin, 2001).
Hasil uji laboratorium pada penelitian Surono dkk., (2013), juga
menunjukkan bahwa tanah Inceptisol memiliki kandungan debu yang paling
tinggi, yaitu 64,62% dibandingkan dengan contoh tanah Ultisol dan Entisol.
Tanah akan lebih mudah tererosi apabila dalam kandungan debu sangat tinggi.


Universitas Sumatera Utara

Tanah sangat peka terhadap erosi jika kandungan debu berkisar pada 40-60%
(Dariah dkk., 2005). Kombinasi jumlah debu yang tinggi dan permeabilitas buruk
menyebabkan nilai erodibilitas tanah Inceptisol jauh lebih tinggi dibandingkan
contoh dari tanah Entisol dan Ultisol.
Hasil

uji

laboratoriumpada

penelitian

Surono

dkk.,

(2013),


menunjukkanbahwa nilai permeabilitas tanah jenis Entisol adalah tertinggi
dibandingkan tanah Ultisol dan Inceptisol, hal ini terjadi karena komposisi pasir
tanah Entisol tinggi, yaitu 50,05%, sehingga tanah mudah melewatkan air dan
mengurangi terjadinya aliran permukaan. Sifat tanah Ultisol umumnyaadalah
lapisan permukaan yang tercuciberwarna kelabu cerah sampai kekuningan di atas
horison akumulasi yang bertekstur relatif berat, agregat kurang stabil dan
permeabilitas rendah dengan kandungan bahan organik rendah (Hardjowigeno,
1993).

Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang
mempunyai pengaruh sangat besar padaaliran permukaan dan besarnya erosi yang
terjadi pada setiap jenis penggunaan lahan yang ada. Nilai erosi minimum
biasanya terjadi pada kawasan yang berlereng datar hingga landai. Sebaliknya,
erosi maksimum umum dijumpai pada lereng curam hingga sangat curam. Hasil
penelitan Surono dkk., (2013) menunjukan laju erosi Sub DAS Dumoga berkisar
0,39 - 16.800 ton/ha/tahun, laju erosi terendah terjadi pada lahan hutan dan sawah
dengan kelerengan datar. Laju erosi tertinggi terjadi pada lahan ladang dengan
kelerengan sangat curam.
Kondisi kemiringan lereng yang curam tanpa dilakukannya tindakan

konservasi akan menurunkan kapasitas infiltrasi tanah, memperbesar jumlah

Universitas Sumatera Utara

aliran permukaan serta kecepatan aliran permukaan, dengan demikian
memperbesar energi angkut aliran permukaan sehingga erosi yang terjadi akan
menjadi lebih besar (Dewi dkk., 2012).
Hasil analisis tingkat bahaya erosi (TBE) menunjukan wilayah Sub DAS
Dumoga yang mengalami erosi sangat berat mencapai 21.916,414 Ha dengan
persentase 29,45%. Tingkat bahaya erosi sangat ringan mendominasi luas wilayah
hingga 49,22% Sub DAS Dumoga. Faktor utama penyebab tingginya tingkat
bahaya erosi yang sangat berat, adalah penggunaan lahan yang kurang sesuai
dengan kondisi topografi lahan tersebut. Penggunaan lahan dengan tingkat bahaya
erosi sangat berat terjadi pada penggunaan ladang pada kelerengan > 40%, serta
tidak diberlakukannya kaidahkonservasi pada lahan tersebut (Surono dkk., 2013).
Vegetasi
Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer
dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau
rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap
erosi. Oleh karena kebutuhan manusia akan pangan, sandang, dan pemukiman,

maka semua tanah tidak dapat dibiarkan tertutup hutan dan padang rumput.
Namun demikian, dalam usaha pertanian, jenis tanaman yang diusahakan
mempunyai peranan penting dalam pencegahan erosi (Arsyad, 2010).
Pendugaan erosi pada variabel penggunaan lahan menunjukan hasil
dimana jumlah erosi paling rendah terjadi pada lahan hutan, yaitu 0,39
ton/ha/tahun. Hal ini terjadi karena hutan memiliki struktur vegetasi yang berlapis.
Air hujan tidak langsung mengenai permukaan tanah, akan tetapi tertahan lebih
awal pada strata paling atas, terus ke strata kedua, sampai jatuh kepermukaan juga
masih tertahan oleh serasah dan ranting-ranting pohon (Surono dkk., 2013).

Universitas Sumatera Utara

Arachis pintoi adalah sejenis tanaman kacang-kacangan yang bentuknya
hampir

menyerupai

tanaman

kacang


tanah

(Arachis

hypogaea).Apabila

penanamannya dilakukan pada awal atau pertengahan musim hujan maka tanaman
ini dapat mudah merambat sehingga dalam waktu tiga bulan sesudah ditanam
akan dapat menutupi permukaan tanah. Pertumbuhannya merambat dan tingginya
tidak lebih dari 25 cm dan dapat menutupi tanah dengan anyaman batang (shoot
mat) yang rapat. Dengan demikian tanaman ini ideal untuk dijadikan sebagai
tanaman penutup tanah. Apalagi karena kemampuannya menambat N2dari udara
maka penggunaan Arachis sebagai penutup tanah dapat mengurangi bahkan
meniadakan penambahan pupuk N untuk tanaman utama (Agus dkk., 2002).
Tanaman kelapa sawit dapat berperan sebagai tanaman konservasi atau
pencegah erosi. Hal ini dikarenakan semakin bertambah umur kelapa sawit maka
terjadi perubahan presentase ruang pori tanah yang semakin meningkat.
Perubahan presentase ruang pori yang meningkat menunjukkan bahwa
kemampuan tanah menyerap air semakin meningkat. Hal tersebut akan berdampak

pada kemampuan tanah dalam menahan air (water holding capacity). Kemampuan
inilah yang dapat mengurangi laju permukaan air sehingga erosi dapat diperkecil
serta mengurangi kemungkinan terjadinya banjir(Harahap, 2007).
Manusia
Manusia memegang peranan dalam proses erosi. Peranan tersebut bersifat
positif dan negatif. Peranan positif apabila tindakan manusia yang dilakukan dapat
menekan besarnya kehilangan tanah dan berperan negatif apabila tindakan
manusia yang dilakukan dapat meningkatkan bahaya erosi (Yunsetianto, 2003).
Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan
merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih

Universitas Sumatera Utara

baik atau dapat terjadi sebaliknya, antara lain luas tanah pertanian yang
diusahakan, jenis dan orientasi usahataninya, status penguasaan lahan, tingkat
pengetahuan

dan

penguasaan

teknologi

petani

yang

mengusahakannya,

pertimbangan harga kebutuhan petani, sistem perpajakan, sumber modal yang
diperlukan petani, infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan petani (Arsyad, 2010)
Hidup kita sebagai manusia tentu akan terlibat dalam berbagai kebutuhan
dan sebagian besar dari kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan bahan yang
berasal atau dihasilkan dari tanah. Kebutuhan akan bahan pangan, papan, sandang
dapat dikatakan kesemuanya dapat dipenuhi dengan segala jenis bahan yang
berasal dan dihasilkan dari tanah. Akan tetapi manusia seringkali menganggap
remeh terhadap tanah yang menjamin kelangsungan hidupnya, mengabaikan dan
menelantarkan tanah itu setelah di luar batas kelayakan menguras apa yang
diperoleh dari tanah. Faktor sosial ekonomi yang mendorong manusia untuk
berbuat di luar batas kelayakan itu (Kartasapoetra dkk., 1995).
Metode Pendugaan Erosi
Wischmeier dun Smith (1978) mengembangkan suatu metodependugaan
besarnya erosi tanah yang dikenal dengan nama USLE (Universal Soil Loss
Equation). Menurut metode ini erosi tanah yang terjadi merupakan hasil kali
faktor – faktor indeks erosi hujan (R), erodibilitas tanah (K).panjang dan
kemiringan lereng (LS),tanaman dan pengelolaannya (C), dan tindakan
pengawetan tanah (P). Erosiyang terjadi dirumuskan dalam persamaan :
A = R xK xL xS xC xP
dimana :
A: adalah kehilangan tanah setiap unit area (ton/ha/tahun)
R : adalah faktor erosivitas hujan.

Universitas Sumatera Utara

K : adalah faktor kepekaan tanah.
L : adalah faktor pajang lereng
S : adalah faktor kecuraman lereng
C : adalah faktor vegetasi penutup tanah/pengolahantanaman
P : adalah faktor tindakan konservasi tanah
Persamaan USLE merupakan cara yang praktis dan sederhanauntuk
menghitung atau memprediksi erosi yang terjadi. Namun Wischmeier dan Smith
(1978) menyatakan bahwa pendugaan besarnya erosi dengan metode ini tidak
sepenuhnya benar karena metode ini tergantung pada ketelitian dalam menyatakan
kondisi fisik dan pengelolaan lahan setempat ke dalam parameter-parameter
persamaan metode ini.
Tindakan Konservasi Tanah Dan Air
Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan

yang

sesuai

dengan

kemampuan

tanah

tersebut

dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah erosi,
(2) memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan
produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi
air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran
air agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu
musim kemarau (Arsyad, 2010).
Dalam upaya mengurangi erosi tanah atau mencegah erosi ini, hendaknya
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi, seperti antara
lain faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi, dan kegiatan manusia. Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

faktor – faktor diatas, maka upaya pencegahan erosi atau usaha pengawetan tanah
dapat dilaksanakan dengan teknologi atau cara – cara sebagai berikut :
a. Cara vegetatif (aplikasi tandan kosong, penanaman LCC, dan lainnya),
b. Cara mekanik (pembuatan rorak, pembuatan tapak timbun dan lainnya),
c. Cara kimia (soil conditioner dan lainnya).
(Kartasapoetra dkk., 1995).
Usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah (dan air) yang
dilakukan dengan memanfaatkan cara vegetatif adalah didasarkan pada peranan
tanaman, dimana tanaman – tanaman itu sebagai telah diterangkan mempunyai
peranan untuk mengurangi erosi. Cara vegetatif atau cara memanfaatkan peranan
tanaman dalam usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah dalam
pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
(a) penghutanan kembali, (b) penanaman tanaman penutup tanah, (c) penanaman
tanaman secara garis kontur, (d) penanaman tanaman dalam strip, (e) penanaman
tanaman secara bergilir, dan (f) pemulsaan atau pemanfaatan serasah tanaman
(Kartasapoetra dkk., 1995).
Usaha pengendalian erosi dapat juga dilakukan dengan cara teknis
mekanis walaupun pada kenyataannya cara ini membutuhkan pembiayaan yang
besar dibanding dengan cara vegetatif, karena menyangkut pembuatan prasarana,
seperti : (a) pembuatan jalur – jalur bagi pengaliran air, (b) pembuatan teras –
teras, (c) pembuatan selokan, dan (d) melakukan pengolahan tanah. Akan tetapi
walaupun jelas cara ini memerlukan biaya yang cukup yang besar, demi
terhindarnya erosi yang akan mengakibatkan kerugian yang jauh lebih besar,
maka cara ini sebaiknya diperhatikan (Arsyad, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Teknik konservasi tanah secara kimiawi adalah setiappenggunaan bahanbahan kimia yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah dan menekan laju
erosi. Teknik ini jarang digunakan petani terutama karena keterbatasan modal,
sulit pengadaannya serta hasilnya tidak jauh beda dengan penggunaan bahanbahan alami. Bahan kimiawi yang termasuk dalam kategori ini adalah pembenah
tanah (soil conditioner) seperti polyvinil alcohol (PVA), urethanised (PVAu),
sodium polyacrylate (SPA), polyacrilamide (PAM), vinylacetate maleic acid
(VAMA) copolymer, polyurethane, polybutadiene (BUT), polysiloxane, natural
rubber latex, dan asphalt (bitumen). Bahan-bahan ini diaplikasikan ke tanah
dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan stabilitas
agregat tanah, sehingga tahan terhadap erosi (Subagyono dkk, 2003).
Salah satu usaha pertama dalam penggunaan senyawa organik sintetik
sebagai soil conditionner dilakukan oleh van Bavel (1950dalam Arsyad, 2010),
yang menyimpulkan bahwa senyawa organik sintetik tertentu dapat memperbaiki
stabilitas agregat tanah terhadap air secara efektif, akan tetapi bahan yang
digunakannya masih terlalu banyak sehingga terlalu mahal untuk diaplikasikan
secara luas. Di antara beberapa macam bahan yang digunakannya adalah
campuran dimethyl dichlorosilane dan methyl-trichlorosilane yang dinamainya
MCS.Bahan kimia ini berupa cairan yang mudah menguap, dan gas yang
terbentuk bercampur dengan air tanah.Senyawa yang terbentuk menyebabkan
agregat tanah menjadi stabil (Arsyad, 2010).
Aplikasi tandan kosong sangat efektif pada daerahdaerahdengan topografi
bergelombang sampai berbukit. Tandan kosong dapat menahan laju kecepatan air
dan butir-butir tanah yang hanyut pada proses aliran permukaan (run-off),
sehingga kerusakan tanah akibat erosi dapat diminimalisir. Kelembaban tanah di

Universitas Sumatera Utara

sekitar aplikasi tandan kosong akan memicu pertumbuhan sistem perakaran
terutama akar sekunder dan tersier. Dari kondisi ini akan diperoleh manfaat, yaitu
perbaikan kondisi tanah melalui konservasi air dan tanah serta perbaikan terhadap
sistem perakaran tanaman yang akan menunjang produktivitas tanaman
(Simangunsong, 2011). Sifat tandan kosong sebagai soil conditioner tampak
dengan adanya peningkatan kelembaban tanah yang diamati secara visual
disekitar perakaran kelapa sawit (Darmosarkoro dan Winarna, 2001).
Penggunaan tanaman penutup tanah (Legume cover crops) yang rapat
mampu menekan bahaya erosi sampai batas yang tidak membahayakan. Pada
penelitian Lihawa dan Yuniarti (2013)prediksi tingkat erosi permukaan yang

mungkin akan terjadi tanpa tindakan konservasi adalah 923,74 ton/ha/th,
sedangkan pada lahan dengan tindakan konservasipenggunaan legum penutup tanah
(LCC) adalah 53,58 ton/ha/th (sangat ringan). Hal ini dikarenakan untuk
memprediksi erosi permukaan, nilai yang berubah hanya nilai pengelolaan tanaman
dan tindakan konservasi pada perkebunan kelapa sawit. Nilai C untuk perkebunan
kelapa sawit adalah 0,5 dan untuk nilai tindakan konservasi yang akan dilakukan
adalah 0,1 sehingga erosi dapat berkurang sampai batas yang tidak membahayakan.

Upaya pencegahan erosi dengan cara mekanik dapat berupa pembangunan
rorak. Fungsi rorak adalah sebagai jebakan aliran permukaan yang mengalir
searah lereng dan akan menampung massa tanah yang terikut dalam aliran
permukaan tersebut. Pembangunan rorak di areal kelapa sawit umumnya
dipadukan dengan aplikasi pelepah kelapa sawit. Upaya tersebut menunjukkan
hasil yang lebih baik terhadap perbaikan sifat – sifat tanah dan kehilangan massa
tanah dibandingkan dengan aplikasi secara terpisah (Winarna dkk., 2000).
Tindakan pengolahan tanah konservasi yang disertai pemberian mulsa nyata

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kandungan bahan organik tanah sebesar 6,64% (Endriani, 2010).
Aplikasi rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang
positif terhadap produksi TBS per blok atau per hektar (18,37ton/ha) dan
berpengaruh paling besar dalam menekan hasil sedimen (55,5 kg)(Murtilaksono
dkk., 2008).
Aplikasi teras gulud dan rorak yang dikombinasikan dengan lubang
resapan meningkatkan jumlah pelepah daun, jumlah tandan. rataan berat tandan,
dan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tanaman contoh di setiap
blok. Aplikasi teras gulud berpengaruh paling tinggi terhadap produksi TBS per
blok atau per hektar (25,2ton/ha) dibandingkan produksi TBS pada perlakuan
rorak (23,6 ton/ha) dan blok tanpa aplikasi konservasi tanah dan air atau kontrol
(20,8 ton/ha) (Murtilaksono dkk., 2009).
Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk menaikan permukaan tanah pada
piringan kelapa sawit. Tapak timbun diaplikasikan pada piringan kelapa sawit
yang mengalami penurunan tanah (sering terjadi pada tanah gambut) sehingga
akar terbuka. Akar yang terbuka tidak dapat menyerap unsur hara pada tanah.
Selain pada penurunan tanah, tapak timbun juga diaplikasikan pada kondisi
piringan yang tergenang air. Kondisi piringan yang tergenang akan mempersulit
proses panen serta pemupukan. Selain itu, genangan dalam jangka waktu lama
akan menyebabkan akar tanaman kelapa sawit busuk sehingga menghambat
pertumbuhan serta mengurangi produksi kelapa sawit (Simangunsong, 2011).

Universitas Sumatera Utara