Peningkatan Pemecahan Masalah Matematika Berbasis Pisa Melalui Penerapan Problem Based Learning (PTK Siswa Kelas XI Semester Genap SMK Muhammadiyah Kartasura)
ISSN: 2528-4630
PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERBASIS PISA
MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING
(PTK SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP SMK MUHAMMADIYAH
KARTASURA)
Mega Astuti Sutaryono1), Rita P. Khotimah2)
1),2)
Universitas Muhammadiyah Surakarta
1)
[email protected], 2)[email protected]
ABSTRAK. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA dengan subjek siswa
kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura tahun ajaran 2015/2016 melalui
strategi Problem Based Learning . Penelitian ini termasuk jenis penelitian
tindakan kelas. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi, tes, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
pemecahan masalah berbasis PISA dilihat dari: 1. Menunjukkan pemahaman
masalah berbasis PISA dari sebelum tindakan 5 siswa (22,73 %) setelah tindakan
meningkat menjadi 13 siswa (59,09%) 2. Memilih pendekatan dan metode
pemecahan masalah berbasis PISA secara tepat dari sebelum tindakan 3 siswa
(13,64 %) setelah tindakan meningkat menjadi 13 siswa (59,09%) 3.
Menyelesaikan masalah berbasis PISA dari sebelum tindakan 6 siswa (27,27 %)
setelah tindakan meningkat menjadi 14 siswa (63,64%). Berdasarkan uraian
diatas disimpulkan bahwa penerapan strategi Problem Based Learning dapat
meningkatkan pemecahan masalah matematika berbasis PISA.
Kata Kunci: pemecahan masalah; PISA; Problem Based Learning
1. PENDAHULUAN
Pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap
demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula (novice) memecahkan suatu
masalah. Wena [8]
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi
dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru.
Pemecahan masalah tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan- aturan
yang telah dikuasai melalui kegiatan- kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu,
merupakan proses untuk mendapatkan aturan pada tingkat yang lebih tinggi. (Hardini,
dkk [2]).
Keterlibatan Studi Programme for International Student Assessment (PISA) adalah
salah satu bentuk upaya untuk melihat sejauh mana keberhasilan program pendidikan di
indonesia di bandingkan dengan Negara- negara lain di dunia. Indonesia telah mengikuti
PISA sejak tahun 2000. Bila dilihat rata- rata skor yang diperoleh siswa Indonesia mulai
tahun 2000 hingga 2006 memang terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
namun hasil yang diperoleh Indonesia pada PISA 2009 mengalami penurunan. Secara
keseluruhan bila dibandingkan dengan Negara- Negara lain di dunia, Indonesia masih
berada di peringkat terbawah. Dari 65 negara peserta PISA tahun 2009, Indonesia
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
1
Prosiding
ISSN: 2528-4630
menduduki peringkat ke- 61 untuk bidang matematika. Hal ini bermakna pula bahwa
kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal- soal yang menuntut kemampuan
menelaah, memberi alasan, mengkomunikasikannya secara efektif, memecahkan masalah
dan menginterprestasikan permasalahan dalam berbagai situasi masih sangat lemah.
(Abdi, [1]).
Kemampuan pemecahan masalah berbasis PISA sangat penting artinya bagi siswa
dan masa depannya, karena dengan menggunakan soal- soal yang berbasis PISA siswa
dapat dengan mudah memecahkan suatu permasalahan matematika. Oleh karena itu
persoalan tentang bagaimana mengajarkan pemecahan masalah yang ingin dipecahkan
akan mudah terselesaikan.
Hasil observasi awal di kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura diperoleh data
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA rendah. Rendahnya
kemampuan pemecahan masalah diamati dari indikator : 1. Menunjukkan pemahaman
masalah berbasis PISA (22,73 %), 2. Memilih pendekatan dan metode pemecahan
masalah berbasis PISA secara tepat (13,64 %), dan 3. Menyelesaikan masalah berbasis
PISA (27,27 %).
Berdasarkan akar penyebab yang telah diuraikan di atas, faktor penyebab rendahnya
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika berbasis PISA pada siswa di
SMK Muhammadiyah Kartasura yang paling dominan bersumber pada guru. Guru kurang
mampu menerapkan strategi atau model pembelajaran yang tepat sehingga dapat
dipahami oleh siswa. Hal inilah yang membuat siswa untuk malas belajar matematika
sehingga siswa kurang mampu dalam memecahkan suatu masalah dalam matematika. Hal
ini yang menyebabkan tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika
berbasis PISA sangat rendah. Oleh karena itu, seorang guru matematika harus mampu
memilih, menggunakan dan menerapkan model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa
mampu untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif tindakan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berbasis PISA yaitu menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning. Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah autentik seperti masalah yang
terjadi dalam terjadi dalam kehidupan sehari- hari. (Tung, [7]).
Kelebihan strategi Problem Based Learning adalah siswa akan terbiasa menghadapi
suatu masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Menurut
(Rusmono, [6]) langkah- langkah strategi Problem Based Learning yaitu: 1.
Mengorganisasikan siswa kepada masalah, 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3.
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, 4. Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya serta pameran, 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa tujuan yang harus dicapai
diantaranya adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian adalah
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA dalam
pembelajaran bagi siswa kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura. Tujuan khusus
penelitian adalah untuk meningkatkan pemecahan masalah matematika berbasis PISA
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
2
Prosiding
ISSN: 2528-4630
dalam pembelajaran melalui penerapan strategi Problem Based Learning bagi siswa kelas
XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan
dengan proses kerja kolaborasi antara peneliti dan guru matematika. PTK ini berpedoman
pada hasil observasi awal yang telah dirumuskan sebagai permasalahan. Pada tahap
perencanaan, peneliti melibatkan guru mata pelajaran matematika dengan memadukan
hasil observasi yang dipakai sebagai data awal kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan pembelajaran dengan menerapkan strategi Problem Based Learning dalam
kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 3 Februari 2016 sampai 11 Februari 2016
dengan subyek siswa kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura berjumlah 22 siswa.
Peneliti dan guru matematika dilibatkan secara langsung sejak dialog awal, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan evaluasi. Pengambilan data pada
penilitian ini dengan menggunakan: 1) metode observasi, 2) metode tes, 3) catatan
lapangan, 4) metode dokumentasi. Berdasarkan metode pengambilan data, maka
dikembangkan instrumen penelitian:1) lembar observasi, 2) soal tes, 3) lembar catatan
lapangan, 4) alat dokumentasi. Instrumen pada penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang bermanfaat untuk menjawab pemasalahan pada
penelitian.
Validitas atau keabsahan data penelitian diperiksa melalui triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
sebagai pembanding. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
penyidik. Triangulasi penyidik adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan jalan
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Keabsahan data ini dilakukan oleh peneliti bersama guru
matematika SMK Muhammadiyah Kartasura.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu 1. reduksi data, 2. penyajian data,3.
penarikan simpulan (Verifikasi Data).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pembelajaran dari tindakan siklus I dan II dengan menerapkan strategi
Problem Based Learning terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika berbasis PISA pada materi dimensi tiga. Data yang diperoleh peneliti
mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA siswa pada kelas
XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura dari sebelum tindakan sampai dilakukan
tindakan siklus II Peneliti ini menggunakan strategi Problem Based Learning yang
dilaksanakan selama dua siklus. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian siklus I, pemecahan masalah matematika berbasis PISA siswa telah
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
3
Prosiding
ISSN: 2528-4630
mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada siklus I belum sesuai dengan
prosentase dari indikator keberhasilan yang diinginkan oleh peneliti. Pemecahan masalah
matematika berbasis PISA siswa telah mengalami peningkatan pada siklus I, yaitu dapat
dilihat dari kemampuan siswa menunjukkan pemahaman masalah berbasis PISA
meningkat, kemampuan siswa memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
berbasis PISA secara tepat juga meningkat, kemampuan siswa menyelesaikan masalah
berbasis PISA pun juga meningkat, namun peningkatan yang terjadi masih belum
mencapai indikator keberhasilan yang telah direncanakan dalam penelitian. Hal ini terjadi
karena siswa dan penyampaian guru masih belum terbiasa dengan strategi pembelajaran
yang diterapkan.
Hasil refleksi dari tindakan siklus I dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan pada
perencanaan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II mengalami peningkatan terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA. Kemampuan pemecahan
masalah matematika berbasis PISA siswa mengalami peningkatan disetiap siklus
penelitian. Peningkatan pemecahan masalah matematika berbasis PISA dapat dilihat
dalam table berikut:
Tabel Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Berbasis PISA
Indikator Pemecahan Masalah
Sebelum
Setelah Tindakan
Matematika Berbasis PISA
Tindakan
Siklus I
Siklus II
Kemampuan menunjukkan
5 siswa
10 siswa
13 siswa
pemahaman masalah berbasis
(22,73 %)
(45,45%)
(59,09%)
PISA
Kemampuan memilih
3 siswa
9 siswa
13 siswa
pendekatan dan metode
(13,64 %)
(40,91%
(59,09%)
pemecahan masalah berbasis
PISA secara tepat
Kemampuan menyelesaikan
6 siswa
11 siswa
14 siswa
masalah berbasis PISA
(27,27 %)
(50%)
(63,64%)
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
berbasis PISA siswa baik sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan dapat dilihat dari
indikator-indikator yang dapat dijadikan sebagai penilaian. Adapun indikator-indikator
yang dijadikan bahan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa menunjukkan pemahaman masalah berbasis PISA
Kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman masalah berbasis
PISA menunjukkan peningkatkan dari sebelum dilakukan tindakan sampai
tindakan siklus II. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan pembelajaran, siswa
melaksanakan tahap orientasi siswa pada masalah. Dari tahap itu siswa benarbenar memahami masalah yang ada.
Begitu juga menurut Yanto Permana dan Utari Sumarmo [5]) dalam
jurnalnya mengatakan bahwa Kemampuan koneksi matematik siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada koneksi matematik siswa
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
4
Prosiding
ISSN: 2528-4630
melalui pembelajaran biasa. Ini dimaknai bahwa dengan menggunakan strategi
Problem Based Learning kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman
masalah lebih baik daripada kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran biasa.
Kemudian Hasibuan, Irwan, dan Mirna [3]) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa seseorang bisa dikatakan paham jika dapat mengubah
suatu informasi yang ada dalam pikirannya ke dalam bentuk lain yang lebih
berarti. Hal ini dimaknai bahwa kemampuan siswa dalam memahami masalah
sangat diperlukan dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga siswa akan
mengetahui dengan jelas materi/soal yang sedang dipelajari.
2. Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah berbasis PISA
secara tepat
Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
berbasis PISA secara tepat dikatakan meningkat dilihat dari siswa dalam memilih
langkah- langkah apa yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Hal
ini disebabkan karena pada kegiatan pembelajaran, siswa melaksanakan tahap
proses organisasi untuk belajar, siswa melakukan diskusi bersama dengan
temannya untuk mengumpulkan informasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan Ismail dan
Atan [4]) yang menyatakan bahwa pelajar harus mampu merancang dan
melaksanakan strategi serta memiliki pengetahuan tentang prosedur
penyelesaiannya. Hal ini berarti siswa harus menentukan strategi yang tepat
sehingga dapat digunakan dalam penyelesaian masalah.
3. Kemampuan menyelesaikan masalah berbasis PISA
Kemampuan menyelesaikan masalah berbasis PISA dikatakan meningkat
ini dilihat dari bagaimana siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal
ini disebabkan karena pada kegiatan pembelajaran, siswa melaksanakan tahap
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, sehingga didapat penyelesaian dari
permasalahan tersebut dengan baik.
Kemudian Jhon Abdi, M. Ikhsan, Marwan (2013) dalam jurnal
penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme mengalami peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal matematika setara PISA lebih baik dari siswa yang
mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini dimaknai bahwa
pembelajaran yang mengajak siswa untuk berfikir bersama- sama dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah berbasis PISA.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan Ismail dan
Atan [4] menyatakan bahwa melaksanakan penyelesaian masalah merupakan cara
yang telah ditentukan pada tahap perumusan penyelesaian masalah. Hal ini
berarti siswa harus memproses informasi dan bukti-bukti untuk memperoleh
hasil.
Peningkatan indikator pemecahan masalah matematika berbasis PISA
siswa melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat tercapai
karena dalam kegiatan pembelajaran siswa didorong untuk aktif dalam mencari
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
5
Prosiding
ISSN: 2528-4630
informasi untuk mendapatkan strategi pemecahan masalah. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yanto Permana dan Utari Sumarmo [5]
menyimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah yang dirancang
dalam konteks yang relevan dengan materi yang akan dipelajari untuk
mendorong siswa: memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep, mencapai
berfikir kritis, memiliki kemandirian belajar, keterampilan berpartisipasi dalam
kerja kelompok, dan kemampuan pemecahan masalah.
Begitu juga yang diungkapkan Jones dalam Yamin [9] dalam teorinya
mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) lebih menekankan
pada pemecahan masalah secara autentik seperti masalah yang terjadi pada
kehidupan sehari- hari.
Hal ini menunjukkan bahwa melalui penerapan strategi Problem Based Learning
siswa dapat berkembang dengan cepat sesuai dengan kemampuannya sendiri sehingga
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA siswa dapat meningkat.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XI OC SMK
Muhammadiyah Kartasura dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan strategi
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika berbasis PISA dalam pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari
tercapainya indikator komunikasi matematika siswa yaitu:
a. Kemampuan siswa menunjukkan pemahaman masalah berbasis PISA
Ada peningkatan siswa yang dapat menunjukkan pemahaman masalah
berbasis PISA dari kondisi awal hanya 5 siswa (22,73 %), pada siklus I meningkat
menjadi 10 siswa (45,45%), dan pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa (59,09%).
b. Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah berbasis PISA
secara tepat
Ada peningkatan siswa yang dapat memilih pendekatan dan metode
pemecahan masalah berbasis PISA secara tepat dari kondisi awal hanya 3 siswa
(13,64 %), pada siklus I meningkat menjadi 9 siswa (40,91%), pada siklus II
meningkat menjadi 13 siswa (59,09%).
c. Kemampuan menyelesaikan masalah berbasis PISA
Ada peningkatan siswa yang dapat menyelesaikan masalah berbasis PISA dari
kondisi awal hanya 6 siswa (27,27 %), pada siklus I meningkat menjadi 11 siswa
(50%), pada siklus II meningkat menjadi 14 siswa (63,64 %).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdi, Jhon. Ikhsan, M. dan Marwan. 2013. “Meningkatkan kemampuan siswa sekolah
menengah atas dalam menyelesaikan soal matematika setara pisa melalui
pendekatan konstruktivisme”, Jurnal Peluang, 1 (2): 51- 62
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
6
Prosiding
ISSN: 2528-4630
[2] Hardini, dkk. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia
[3] Hasibuan, Irwan, dan Mirna. 2014. "Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada
Pembelajaran Matematika Kelas Xi Ipa Sman 1 Lubuk Alung". Jurnal Pendidikan
Matematika / Vol. 3 No. 1, 38-44
[4] Ismail, S. dan A. Atan. 2011. “Aplikasi Pendekatan Penyelesaian Masalah Dalam
pengajaran Mata Pelajaran Teknikal dan Vokasional di Fakulti Pendidikan UTM“.
Journal of Educational Psychology and Counseling/ Vol. 2 No. 1, 113-144.
[5] Permana, Yanto dan Sumarno, Utari. 2007. “ Mengembangkan Kemampuan
Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah“, Educationist, 1(2): 116- 123, ISSN : 1907- 8838
[6] Rusmono 2014. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu?.
Bogor: Ghalia Indonesia
[7] Tung, Khoe Yao.2015. Pembelajaran dan perkembangan belajar. Jakarta: PT Indeks
[8] Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta. Bumi Aksara
[9] Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran . Jakarta:
Referensi (GP Press Group)
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
7
Prosiding
PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERBASIS PISA
MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING
(PTK SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP SMK MUHAMMADIYAH
KARTASURA)
Mega Astuti Sutaryono1), Rita P. Khotimah2)
1),2)
Universitas Muhammadiyah Surakarta
1)
[email protected], 2)[email protected]
ABSTRAK. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA dengan subjek siswa
kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura tahun ajaran 2015/2016 melalui
strategi Problem Based Learning . Penelitian ini termasuk jenis penelitian
tindakan kelas. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi, tes, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
pemecahan masalah berbasis PISA dilihat dari: 1. Menunjukkan pemahaman
masalah berbasis PISA dari sebelum tindakan 5 siswa (22,73 %) setelah tindakan
meningkat menjadi 13 siswa (59,09%) 2. Memilih pendekatan dan metode
pemecahan masalah berbasis PISA secara tepat dari sebelum tindakan 3 siswa
(13,64 %) setelah tindakan meningkat menjadi 13 siswa (59,09%) 3.
Menyelesaikan masalah berbasis PISA dari sebelum tindakan 6 siswa (27,27 %)
setelah tindakan meningkat menjadi 14 siswa (63,64%). Berdasarkan uraian
diatas disimpulkan bahwa penerapan strategi Problem Based Learning dapat
meningkatkan pemecahan masalah matematika berbasis PISA.
Kata Kunci: pemecahan masalah; PISA; Problem Based Learning
1. PENDAHULUAN
Pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap
demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula (novice) memecahkan suatu
masalah. Wena [8]
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi
dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru.
Pemecahan masalah tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan- aturan
yang telah dikuasai melalui kegiatan- kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu,
merupakan proses untuk mendapatkan aturan pada tingkat yang lebih tinggi. (Hardini,
dkk [2]).
Keterlibatan Studi Programme for International Student Assessment (PISA) adalah
salah satu bentuk upaya untuk melihat sejauh mana keberhasilan program pendidikan di
indonesia di bandingkan dengan Negara- negara lain di dunia. Indonesia telah mengikuti
PISA sejak tahun 2000. Bila dilihat rata- rata skor yang diperoleh siswa Indonesia mulai
tahun 2000 hingga 2006 memang terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
namun hasil yang diperoleh Indonesia pada PISA 2009 mengalami penurunan. Secara
keseluruhan bila dibandingkan dengan Negara- Negara lain di dunia, Indonesia masih
berada di peringkat terbawah. Dari 65 negara peserta PISA tahun 2009, Indonesia
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
1
Prosiding
ISSN: 2528-4630
menduduki peringkat ke- 61 untuk bidang matematika. Hal ini bermakna pula bahwa
kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal- soal yang menuntut kemampuan
menelaah, memberi alasan, mengkomunikasikannya secara efektif, memecahkan masalah
dan menginterprestasikan permasalahan dalam berbagai situasi masih sangat lemah.
(Abdi, [1]).
Kemampuan pemecahan masalah berbasis PISA sangat penting artinya bagi siswa
dan masa depannya, karena dengan menggunakan soal- soal yang berbasis PISA siswa
dapat dengan mudah memecahkan suatu permasalahan matematika. Oleh karena itu
persoalan tentang bagaimana mengajarkan pemecahan masalah yang ingin dipecahkan
akan mudah terselesaikan.
Hasil observasi awal di kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura diperoleh data
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA rendah. Rendahnya
kemampuan pemecahan masalah diamati dari indikator : 1. Menunjukkan pemahaman
masalah berbasis PISA (22,73 %), 2. Memilih pendekatan dan metode pemecahan
masalah berbasis PISA secara tepat (13,64 %), dan 3. Menyelesaikan masalah berbasis
PISA (27,27 %).
Berdasarkan akar penyebab yang telah diuraikan di atas, faktor penyebab rendahnya
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika berbasis PISA pada siswa di
SMK Muhammadiyah Kartasura yang paling dominan bersumber pada guru. Guru kurang
mampu menerapkan strategi atau model pembelajaran yang tepat sehingga dapat
dipahami oleh siswa. Hal inilah yang membuat siswa untuk malas belajar matematika
sehingga siswa kurang mampu dalam memecahkan suatu masalah dalam matematika. Hal
ini yang menyebabkan tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika
berbasis PISA sangat rendah. Oleh karena itu, seorang guru matematika harus mampu
memilih, menggunakan dan menerapkan model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa
mampu untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif tindakan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berbasis PISA yaitu menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning. Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah autentik seperti masalah yang
terjadi dalam terjadi dalam kehidupan sehari- hari. (Tung, [7]).
Kelebihan strategi Problem Based Learning adalah siswa akan terbiasa menghadapi
suatu masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Menurut
(Rusmono, [6]) langkah- langkah strategi Problem Based Learning yaitu: 1.
Mengorganisasikan siswa kepada masalah, 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3.
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, 4. Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya serta pameran, 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa tujuan yang harus dicapai
diantaranya adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian adalah
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA dalam
pembelajaran bagi siswa kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura. Tujuan khusus
penelitian adalah untuk meningkatkan pemecahan masalah matematika berbasis PISA
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
2
Prosiding
ISSN: 2528-4630
dalam pembelajaran melalui penerapan strategi Problem Based Learning bagi siswa kelas
XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan
dengan proses kerja kolaborasi antara peneliti dan guru matematika. PTK ini berpedoman
pada hasil observasi awal yang telah dirumuskan sebagai permasalahan. Pada tahap
perencanaan, peneliti melibatkan guru mata pelajaran matematika dengan memadukan
hasil observasi yang dipakai sebagai data awal kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan pembelajaran dengan menerapkan strategi Problem Based Learning dalam
kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 3 Februari 2016 sampai 11 Februari 2016
dengan subyek siswa kelas XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura berjumlah 22 siswa.
Peneliti dan guru matematika dilibatkan secara langsung sejak dialog awal, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan evaluasi. Pengambilan data pada
penilitian ini dengan menggunakan: 1) metode observasi, 2) metode tes, 3) catatan
lapangan, 4) metode dokumentasi. Berdasarkan metode pengambilan data, maka
dikembangkan instrumen penelitian:1) lembar observasi, 2) soal tes, 3) lembar catatan
lapangan, 4) alat dokumentasi. Instrumen pada penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang bermanfaat untuk menjawab pemasalahan pada
penelitian.
Validitas atau keabsahan data penelitian diperiksa melalui triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
sebagai pembanding. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
penyidik. Triangulasi penyidik adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan jalan
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Keabsahan data ini dilakukan oleh peneliti bersama guru
matematika SMK Muhammadiyah Kartasura.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu 1. reduksi data, 2. penyajian data,3.
penarikan simpulan (Verifikasi Data).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pembelajaran dari tindakan siklus I dan II dengan menerapkan strategi
Problem Based Learning terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika berbasis PISA pada materi dimensi tiga. Data yang diperoleh peneliti
mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA siswa pada kelas
XI OC SMK Muhammadiyah Kartasura dari sebelum tindakan sampai dilakukan
tindakan siklus II Peneliti ini menggunakan strategi Problem Based Learning yang
dilaksanakan selama dua siklus. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian siklus I, pemecahan masalah matematika berbasis PISA siswa telah
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
3
Prosiding
ISSN: 2528-4630
mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada siklus I belum sesuai dengan
prosentase dari indikator keberhasilan yang diinginkan oleh peneliti. Pemecahan masalah
matematika berbasis PISA siswa telah mengalami peningkatan pada siklus I, yaitu dapat
dilihat dari kemampuan siswa menunjukkan pemahaman masalah berbasis PISA
meningkat, kemampuan siswa memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
berbasis PISA secara tepat juga meningkat, kemampuan siswa menyelesaikan masalah
berbasis PISA pun juga meningkat, namun peningkatan yang terjadi masih belum
mencapai indikator keberhasilan yang telah direncanakan dalam penelitian. Hal ini terjadi
karena siswa dan penyampaian guru masih belum terbiasa dengan strategi pembelajaran
yang diterapkan.
Hasil refleksi dari tindakan siklus I dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan pada
perencanaan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II mengalami peningkatan terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA. Kemampuan pemecahan
masalah matematika berbasis PISA siswa mengalami peningkatan disetiap siklus
penelitian. Peningkatan pemecahan masalah matematika berbasis PISA dapat dilihat
dalam table berikut:
Tabel Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Berbasis PISA
Indikator Pemecahan Masalah
Sebelum
Setelah Tindakan
Matematika Berbasis PISA
Tindakan
Siklus I
Siklus II
Kemampuan menunjukkan
5 siswa
10 siswa
13 siswa
pemahaman masalah berbasis
(22,73 %)
(45,45%)
(59,09%)
PISA
Kemampuan memilih
3 siswa
9 siswa
13 siswa
pendekatan dan metode
(13,64 %)
(40,91%
(59,09%)
pemecahan masalah berbasis
PISA secara tepat
Kemampuan menyelesaikan
6 siswa
11 siswa
14 siswa
masalah berbasis PISA
(27,27 %)
(50%)
(63,64%)
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
berbasis PISA siswa baik sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan dapat dilihat dari
indikator-indikator yang dapat dijadikan sebagai penilaian. Adapun indikator-indikator
yang dijadikan bahan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa menunjukkan pemahaman masalah berbasis PISA
Kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman masalah berbasis
PISA menunjukkan peningkatkan dari sebelum dilakukan tindakan sampai
tindakan siklus II. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan pembelajaran, siswa
melaksanakan tahap orientasi siswa pada masalah. Dari tahap itu siswa benarbenar memahami masalah yang ada.
Begitu juga menurut Yanto Permana dan Utari Sumarmo [5]) dalam
jurnalnya mengatakan bahwa Kemampuan koneksi matematik siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada koneksi matematik siswa
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
4
Prosiding
ISSN: 2528-4630
melalui pembelajaran biasa. Ini dimaknai bahwa dengan menggunakan strategi
Problem Based Learning kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman
masalah lebih baik daripada kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran biasa.
Kemudian Hasibuan, Irwan, dan Mirna [3]) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa seseorang bisa dikatakan paham jika dapat mengubah
suatu informasi yang ada dalam pikirannya ke dalam bentuk lain yang lebih
berarti. Hal ini dimaknai bahwa kemampuan siswa dalam memahami masalah
sangat diperlukan dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga siswa akan
mengetahui dengan jelas materi/soal yang sedang dipelajari.
2. Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah berbasis PISA
secara tepat
Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
berbasis PISA secara tepat dikatakan meningkat dilihat dari siswa dalam memilih
langkah- langkah apa yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Hal
ini disebabkan karena pada kegiatan pembelajaran, siswa melaksanakan tahap
proses organisasi untuk belajar, siswa melakukan diskusi bersama dengan
temannya untuk mengumpulkan informasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan Ismail dan
Atan [4]) yang menyatakan bahwa pelajar harus mampu merancang dan
melaksanakan strategi serta memiliki pengetahuan tentang prosedur
penyelesaiannya. Hal ini berarti siswa harus menentukan strategi yang tepat
sehingga dapat digunakan dalam penyelesaian masalah.
3. Kemampuan menyelesaikan masalah berbasis PISA
Kemampuan menyelesaikan masalah berbasis PISA dikatakan meningkat
ini dilihat dari bagaimana siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal
ini disebabkan karena pada kegiatan pembelajaran, siswa melaksanakan tahap
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, sehingga didapat penyelesaian dari
permasalahan tersebut dengan baik.
Kemudian Jhon Abdi, M. Ikhsan, Marwan (2013) dalam jurnal
penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme mengalami peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal matematika setara PISA lebih baik dari siswa yang
mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini dimaknai bahwa
pembelajaran yang mengajak siswa untuk berfikir bersama- sama dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah berbasis PISA.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan Ismail dan
Atan [4] menyatakan bahwa melaksanakan penyelesaian masalah merupakan cara
yang telah ditentukan pada tahap perumusan penyelesaian masalah. Hal ini
berarti siswa harus memproses informasi dan bukti-bukti untuk memperoleh
hasil.
Peningkatan indikator pemecahan masalah matematika berbasis PISA
siswa melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat tercapai
karena dalam kegiatan pembelajaran siswa didorong untuk aktif dalam mencari
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
5
Prosiding
ISSN: 2528-4630
informasi untuk mendapatkan strategi pemecahan masalah. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yanto Permana dan Utari Sumarmo [5]
menyimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah yang dirancang
dalam konteks yang relevan dengan materi yang akan dipelajari untuk
mendorong siswa: memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep, mencapai
berfikir kritis, memiliki kemandirian belajar, keterampilan berpartisipasi dalam
kerja kelompok, dan kemampuan pemecahan masalah.
Begitu juga yang diungkapkan Jones dalam Yamin [9] dalam teorinya
mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) lebih menekankan
pada pemecahan masalah secara autentik seperti masalah yang terjadi pada
kehidupan sehari- hari.
Hal ini menunjukkan bahwa melalui penerapan strategi Problem Based Learning
siswa dapat berkembang dengan cepat sesuai dengan kemampuannya sendiri sehingga
kemampuan pemecahan masalah matematika berbasis PISA siswa dapat meningkat.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XI OC SMK
Muhammadiyah Kartasura dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan strategi
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika berbasis PISA dalam pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari
tercapainya indikator komunikasi matematika siswa yaitu:
a. Kemampuan siswa menunjukkan pemahaman masalah berbasis PISA
Ada peningkatan siswa yang dapat menunjukkan pemahaman masalah
berbasis PISA dari kondisi awal hanya 5 siswa (22,73 %), pada siklus I meningkat
menjadi 10 siswa (45,45%), dan pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa (59,09%).
b. Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah berbasis PISA
secara tepat
Ada peningkatan siswa yang dapat memilih pendekatan dan metode
pemecahan masalah berbasis PISA secara tepat dari kondisi awal hanya 3 siswa
(13,64 %), pada siklus I meningkat menjadi 9 siswa (40,91%), pada siklus II
meningkat menjadi 13 siswa (59,09%).
c. Kemampuan menyelesaikan masalah berbasis PISA
Ada peningkatan siswa yang dapat menyelesaikan masalah berbasis PISA dari
kondisi awal hanya 6 siswa (27,27 %), pada siklus I meningkat menjadi 11 siswa
(50%), pada siklus II meningkat menjadi 14 siswa (63,64 %).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdi, Jhon. Ikhsan, M. dan Marwan. 2013. “Meningkatkan kemampuan siswa sekolah
menengah atas dalam menyelesaikan soal matematika setara pisa melalui
pendekatan konstruktivisme”, Jurnal Peluang, 1 (2): 51- 62
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
6
Prosiding
ISSN: 2528-4630
[2] Hardini, dkk. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia
[3] Hasibuan, Irwan, dan Mirna. 2014. "Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada
Pembelajaran Matematika Kelas Xi Ipa Sman 1 Lubuk Alung". Jurnal Pendidikan
Matematika / Vol. 3 No. 1, 38-44
[4] Ismail, S. dan A. Atan. 2011. “Aplikasi Pendekatan Penyelesaian Masalah Dalam
pengajaran Mata Pelajaran Teknikal dan Vokasional di Fakulti Pendidikan UTM“.
Journal of Educational Psychology and Counseling/ Vol. 2 No. 1, 113-144.
[5] Permana, Yanto dan Sumarno, Utari. 2007. “ Mengembangkan Kemampuan
Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah“, Educationist, 1(2): 116- 123, ISSN : 1907- 8838
[6] Rusmono 2014. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu?.
Bogor: Ghalia Indonesia
[7] Tung, Khoe Yao.2015. Pembelajaran dan perkembangan belajar. Jakarta: PT Indeks
[8] Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta. Bumi Aksara
[9] Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran . Jakarta:
Referensi (GP Press Group)
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016
7
Prosiding