PENGGAMBARAN PESAN SOSIAL DALAM FILM YANG DIANGKAT DARI SEBUAH NOVEL (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Reza)

(1)

PENGGAMBARAN PESAN SOSIAL DALAM FILM YANG

DIANGKAT DARI SEBUAH NOVEL

(Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Reza)

SKRIPSI

Diajukan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Nugroho Suryo P.S.P

06220072

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Nugroho Suryo Purnomo S.P

NIM : 06220072

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Penggambaran Pesan Sosial Dalam Film Yang Diangkat Dari Sebuah Novel (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Reza)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Nasrullah, S.Sos., M.Si) (Drs. Imam Hidayat, MM)

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Nugroho Suryo Purnomo S.P

NIM : 06220072

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Penggambaran Pesan Sosial Dalam Film Yang Diangkat Dari Sebuah Novel (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Reza)

Telah Dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan Dinyatakan LULUS Pada Hari : Kamis Tanggal : 26 Juli 2012 Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

(Dr.Wahyudi, M.Si)

Dewan Penguji:

1.Widiya Yutanti, MA : (………) 2.Novin Styo Wibowo, S.Sos : (………) 3.Nasrullah, M.Si : (………) 4,Drs. Imam Hidayat, MM : (………)


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nuroho Suryo Purnomo S.P Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 24 mei 1986 Nomor Induk Mahasiswa : 06220072

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul: Penggambaran Pesan Sosial Dalam Film Yang Diangkat Dari Sebuah Novel

(Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Reza)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang laim, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan keteyuan yang berlaku.

Malang, 26 Juli 2012 Yang Menyatakan,


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Nugroho Suryo Purnomo S.P

2. NIM : 06220072

3. Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Sekripsi : Penggambaran Pesan Sosial Dalam Film Yang Diangkat Dari Sebuah Novel (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Reza)

7. Pembimbing : 1. Nasrullah, S.Sos., M.Si

: 2. Drs. Imam Hidayat, MM

8. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Keterangan 05 November 2011 Acc. Judul 11 November 2011 Acc. Proposal 29 November 2011 Seminar Proposal 05 Desember 2011

Acc. BAB I

08 Desember 2011

Acc. BAB II

12 Juli 2012

Acc. BAB III dan IV

16 Juli 2012

Acc. Seluruh Naskah


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: Penggambaran Pesan Sosial Dalam Film Yang Diangkat Dari Sebuah novel (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Reza)

Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam skripsi ini penulis tertarik dan membahas tentang pesan social yang ter kandung dalam film Sang Pemimpi.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak DR. Muhadjir Effendy, M.AP selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Dr.Wahyudi,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Nurudin, M.Si selaku Ketua jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Nasrullah, S.Sos., M.Si selaku pembimbing satu dan Drs. Imam Hidayat, MM selaku pembimbing dua penulis, terimakasih atas waktu yang diluangkan dan kesabarannya dalam membimbing, terutama atas nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis.

5. Ibu Widiya Yutanti, MM selaku penguji dan bapak Novin Styo Wibowo, S.Sos, terimakasih atas evaluasinya terhadap penulis selama proses ujian. 6. Tak luput juga saya ucapkan kepada orang seperjuangan saya Adit sincan,

dimas, dan father.

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang atas ilmu yang telah diberikan selama ini.


(7)

Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Namun, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dikarenakan kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari seluruh pihak yang membaca. Pada akhirnya penulis berharap agar karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang,26 Juli 2012


(8)

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Kegunaan Penelitian ... 4

D.1. Kegunaan Akademis... 4

D.2. Kegunaan Praktis ... 4

E.Tujuan Pustaka ... 4

E.1. Pemahaman Tentang Film ... 4

E.2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa ... 9

E.3. Pesan Dalam Film ... 11

E.4. Pemahaman Tentang Sosial ... 16

F.Definisi Konseptual... 18

F.1. Pesan Sosial ... 18

F.2. Film ... 19

G.Struktur Kategorisasi Pesan Sosial ... 20

H.Metode Penelitian ... 22

H.1. Jenis Penelitian ... 22

H.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

H.3. Unit Analisis ... 23

H.4. Satuan Ukur ... 23

H.5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

H.6. Teknik Analisis Data ... 24


(9)

Bab II Gambaran Umum obyek Penelitian

A.Sekilas tentang MILES Films ... 27

B. Sekilas tentang Film Sang Pemimpi... 28

C.Pemeran dan Tokoh ... 29

D.Sinopsis Film Sang Pemimpi ... 30

Bab III Penyajian Data dan Analisis A.Penyajian Dan Analisis Data ... 33

A. Pesan Sosial Dari Segi Persahabatan ... 44

B. Pesan Sosial Dari Segi Pendidikan ... 46

C. Pesan Sosial Dari Segi Agama ... 49

B. Analisis Data ... 59

Bab IV Penutup A.Kesimpulan ... 64

B.Saran ... 64

Daftar Pustaka Lampiran Daftar Gambar Gambar 1 Persahabatan Ketiga Orang Sahabat ... 44

Gambar 2 Jimbron,Ikal, Dan Arai Menonton TV ... 45

Gambar 3 Nilai atau Norma Dalam Pendidikan ... 46

Gambar 4 Interaksi Julian Belia (Guru) dengan Murid... 47

Gambar 5 Kepala Sekolah Memberikan Motivasi Kepada Siswa ... 47

Gambar 6 Pak Mistar Menjemput siswanya di Bioskop ... 48

Gambar 7 Ikal, Arai dan Jimbron Mengaji ... 49

Gambar 8 Dorongan seorang Pastor pada Jimron untuk melaksanakan perintah Agama ... 50


(10)

Daftar Tabel

Tabel 1 Isi scene dalam Film Sang Pemimpi... 33

Tabel 2 Pesan Sosial Dari Segi Persahabatan ... 50

Tabel 3 Pesan Sosial Dari Segi Pendidikan………...55

Tabel 4 Frekuensi Isi Pesan Sosial Film Sang Pemimpi……….60

Tabel 5 Frekuensi Isi Pesan Sosial Film Sang Pemimpi koder 1………...60

Tabel 6 Frekuensi Isi Pesan Sosial Film Sang Pemimpi koder 2………...61

Daftar Lampiran

TabelPesan Sosial Dari Segi Persahabatan Tabel Pesan Sosial Dari Segi Pendidikan Tabel Pesan Sosial Dari Segi Agama


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, A. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung, Katarsis. Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies; sebuah pengantar

paling komprehensif, Jogjakarta, Jalasutra.

Gerungan, DR. W.A. 2002. Dipl. Psych. Psikologi Sosial, Refika Aditama. Hirata, Andria. 2006. Sang Pemimpi. Yogyakarta: Benteng Pustaka.

Irawan, B. 1999. Film, Ideologi, dan Militer, Yogyakarta, Media Pressindo. Klaus Krippendorff. 1991. Analisis isi (Pengantar teori dan Metodologi), Jakarta. Mc Quail, 1987, Teori Komunikasi Masa, Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga. Nasir, M. 1983. Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Rahmad, Jalaludin, 2002, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, remaja Rosda Karya.

Sumanto, Drs., M.A.. 1990. Metodologi Penelitian; Sosial dan Pendidikan, Jogjakarta, Andi offset.

Soekanto, 2005, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi , PT. Remaja Rosda Karya. Sobur, Alex, 2004, Analisis Teks, Media PT. Remaja Rosda Karya Bandung. Widjaja, H.A.W. 1997. Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan


(12)

Sumber nonbuku:

Modul Pendidikan dan Pelatihan, 2004. 96 hours Sinematografi, Kine_Klub,

Universitas Muhammadiyah Malang.

Suprapto, Budi., Drs., M.Si. 2006. Artikel /I; Analisa Isi, rtf, edt. Malang.

www.sangpemimpi.com 17 Desember 2009

www.pembelajar.com syahril syam. 27 Maret 2006. Artikel; Kekuatan Pilihan


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Film Indonesia sekarang ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa tradisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan. Untuk meningkatkan apresiasi penonton film Indonesia adalah dengan menyempurnakan permainan trik-trik serealistis dan sehalus mungkin, seni akting yang lebih nyata, pembenahan struktur cerita, pembenahan setting budaya yang lebih dapat dipertanggung jawabkan, penyuguhan gambar yang lebih estetis dan sebagainya. Menurut Onong Uchjana (2003), “film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan scenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona”. Film sendiri merupakan gambar hidup, yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, atau oleh animasi.

Dalam perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas, film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Karena film mempunyai pengaruh besar terhadap


(14)

2

jiwa manusia, sehubungan dengan ilmu jiwa sosial terdapat gejala apa yang disebut identifikasi psikologis. Kekuatan dan kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak. Film merupakan dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas yang mewakili realitas kelompok masyarakat. Baik realitas bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Perkembangan film begitu cepat dan tidak terprediksi, membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang progresif.

Baru-baru ini muncul sebuah film yang menggambarkan kegigihan tiga orang sahabat dalam menjalani kehidupan. Film ini dikutip dari sebuah novel yang ditulis oleh Andrea Hirata. Novel Sang Pemimpi ini adalah kelanjutan dari novel sebelumnya yang berjudul Laskar Pelangi menceritakan tentang sekelompok anak SD di Belitong. Ditengah kesusaan perekonomian tetapi mereka tetap berusaha untuk bersemangat menuntut ilmu demi menggapai impian-impian mereka untuk pergi keparis.

Film ini sangat digemari para pencinta film Indonesia serta mendapatkan komentar Luar biasa. Alur cerita dan gaya bahasa yang tampilkian mampu dikemas begitu apik dari awal hingga akhir. Pada setiap peristiwa dengan cerdas menggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap karakternya sehingga penonton bisa bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan ceritanya. Pada gaya bahasanya pun sangat memikat dan diimbangi dengan imajinasi yang luas. Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal dengan latar kenakalan remaja pada umumnya,


(15)

3

canda tawa khas siswa SMA sangat kental. Apa lagi sewaktu film membawa kita pada kenyataan hidup yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan dengan semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.

Selain menggambarkan betapa superpower-nya kekuatan mimpi, pada novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menjadi kan film ini memiliki rating sangat tinggi pada saat pemutaran perdana dibandingkan dengan judul film yang ada, dikarenakan film tersebut memiliki banyak pesan sosial di dalamnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari fenomena yang ada diatas maka penelitian ini memfokuskan kepada seberapa besar pesan sosial yang muncul dalam film Sang Pemimpi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pesan sosial yang muncul dalam film Sang Pemimpi.


(16)

4

D. Kegunaan Penelitian D.1. Kegunaan Akademis

Sebagai karya ilmiah maka hasil penelitian diharapkan memberi konstribusi bagi perkembangan ilmu pada umumnya, mengenai kesosialan pada khususnya dan menambah pengetahuan khususnya mengenai kesosialan.

D.2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang berguna bagi mahasiswa dalam menangkap pesan sosial yang terkandung dalam film, serta member masukan terhadap insan perfilman Indonesia agar lebih baik dalam menampilkan pesan sosial didalam film yang dibuat.

E. Tinjauan Pustaka

E.1. Pemahaman Tentang Film

Film merupakan sebuah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134). Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya. Film juga dianggap sebagai media


(17)

5

komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens.

Sebuah film dianggap berhasil berkomunikatif secara baik jika berhasil menyampaikan pesan secara mengesankan, bisa kita tarik sebuah contoh pada adegan Arai yang demi meraih cita-citanya dia rela bekerja keras dalam belajar atau menuntut ilmu dan dalam mencari uang untuk membiyayai kehidupanya sehari-hari, itu adalah sebuah contoh adegan yang dramatis dan sangat menyentuh. Apabila penyampaian pesan dalam sebuah film dapat mempengaruhi khalayaknya, maka isi pesan dari sebuah film juga berdampak pada masyarakat pula. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas, dan masih banyak lagi. Bahkan, film juga bisa digunakan sebagai sarana multimedia yang sangat efektif untuk bisa merangsang perenungan filosofis.

Sebagai suatu media komunikasi dan seni, nilai film lebih mudah menyajikan suatu hiburan dari pada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sifatnya yang ringan dan menitik beratkan pada ‘estetika’ dan ‘etika’. Pada dasarnya film memiliki nilai hiburan dan


(18)

6

artistik. Hampir semua film dalam beberapa hal bermaksud untuk menghibur, mendidik dan menawarkan rasa keindahan. Ada beberapa jenis film diantaranya yaitu :

a. Film cerita (Story Film).

Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang atau dimainkan oleh actor dan aktris. Film cerita ini bias berupa film drama, horror, komedi, musical, fiksi , ilmiah dan lain sebagainya.

b. Film berita.

Film berita atau news real adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benarbenar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada public harus mengandung nilai berita (news value). Proses pembuatan dan penyajian film berita memerlukan waktu yang cukup lama, maka suatu berita harus bersifat actual.

c. Film documenter (Dokumentary Film).

Film documenter hanya merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya dokumentasiperistiwa perang, upacara kenegaraan, film documenter mengandung fakta dan mengandung subyektifitas pembuat.subyektifitas diartikan sebagai sikp atau opini terhadap peristiwa.


(19)

7

d. Film kartun.

Film kartun atau film animasi adalah suatu sequence gambar yang diekspos pada tenggang waktu tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak.

Film dapat menggambarkan atau sabagai potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, kemudian diproyeksikan ke atas layar. Film yang diproduksi memiliki pesanpesan di dalam ceritanya yang dikemas sedemikian rupa dengan tujuan yang berbedabeda, ada yang menghibur dan memberi informasi, namun ada pula yang mencoba memasukkan dogmadogma tertentu yang secara perlahan mengajak pada penontonnya. Jadi, justru menjadi hal utama baik terbentuknya isi film, agar bisa diterima secara luas oleh khalayak. Isi pesan dari sebuah film dapat memberikan dampak bagi masyarakat. Perspektif film sebagai refleksi masyarakat ini dikemukakan oleh Garth Jowett, dan karena film selalu bertautan dengan nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera publik, maka para pembuat film dapat mengambil jalur kepentingan komersil.

Sebagai medium atau suatu cara untuk berkomunikasi, dalam sebuah film ada sesuatu yang ingin disampaikan pada penonton. Dalam film, cara berkomunikasinya adalah cara bertutur (ada tema) , tokoh, cerita, secara audiovisual, yang ada pada akhirnya mengkomunikasikan suau pesan, emplisit – secara dramatik. Menurut David Brodwell, cara


(20)

8

bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan, dengan makna yang lebih luas. Sebuah film dianggap berhasil berkomunikatif secara baik jika berhasil menyampaikan pesan secara mengesankan, mengesankan disini dicontohkan oleh Seno pada kasus penonton yang tidak hanya tahu bahwa peristiwa pada film itu mengharukan, melainkan juga ikut terharu ketika menyaksikannya. Apabila penyampaian pesan dalam sebuah film dapat mempengaruhi khalayaknya, maka isi pesan dari sebuah film juga berdampak pada masyarakat pula. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas, dan masih banyak lagi. Bahkan, film juga bisa digunakan sebagai sarana multimedia yang sangat efektif untuk bisa merangsang perenungan filosofis.

Film dalam pandangan ilmu komunikasi merupakan media yang pada prosesnya telah diuraikan dalam bentuk dramaturgi, akting dan dialog oleh para tokoh dan pemain, namun untuk lebih memahami pengertian antara kedudukan media komunikasi dan komunikasi massa, kita dapat melihatnya pada bagan tentang lingkup komunikasi. Memahami dan menangkap isi pesan dalam sebuah film melalui pernyataan maupun sebagai apresiasi yang dapat di pahami secara logis, maka berkembanglah ilmu dan metode-metode yang sangat membantu dalam proses memahami isi pesan. Respon yang diberikan oleh subyek atas tes tersebut dapat dijelaskan dengan analisis isi untuk mengetahui karakteristik yang menunjukkan kebiasaan seseorang dalam lingkup


(21)

9

sosial masyarakat yang mengelilinginya, tergantung pada pesan dan citra apa yang ingin dibangun dimana film itu dibuat.

Film dalam pandangan ilmu komunikasi merupakan media yang pada prosesnya telah diuraikan dalam bentuk dramaturgi, akting dan dialog oleh para tokoh dan pemain, namun untuk lebih memahami pengertian antara kedudukan media komunikasi dan komunikasi massa, kita dapat melihatnya pada bagan tentang lingkup komunikasi. Memahami dan menangkap isi pesan dalam sebuah film melalui pernyataan maupun sebagai apresiasi yang dapat di pahami secara logis, maka berkembanglah ilmu dan metode-metode Yang sangat membantu dalam proses memahami isi pesan. Analisis isi sangat berguna untuk mengetahui karakteristik yang menunjukkan kebiasaan seseorang dalam lingkup sosial masyarakat yang terdapat disekitarnya, tergantung pada pesan dan citra apa yang ingin dibangun dimana film itu dibuat. Seperti pada film Sang Pemimpi karya Riri Reza yang mengulas tentang mimpi-mimpi tiga anak SMU.

E.2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul kedua di dunia, masa pertumbuhanya pada akhir abat ke-19. Munculnya film didunia membuat perkembangan surat kabar menjadi merosot di karnakan munculnya film di dunia.

Dengan ini film lebih mudah untuk menjadi sebuah alat komunikasi yang sejati, karna dalam film ditak mengalami unsure


(22)

10

teknik, politik, ekonomi, social dan demografi yang mirintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya pada abat-18 dan permulaan abat-19. Film mencapai masa puncaknya di antara perang dunia I dan perang dunia II, dan merosot tajam pada tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televisi. Seiring dengan kebangkitan film muncul pula film-film yang mengumbar seks, criminal dan kekerasan. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak sekmen social, membuat yakin kepada para ahli untuk mempengaruhi halayaknya (Sobur 2004)

Menurut Sobur, (2004) Film mempunyai kemampuan untik menarik kemampuan orang dan sebagian lagi didasari alas an bahwa film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Terlepas dari dominasi penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film,

tampaknya ada pengaruh yang menyatu dan mendorong

kecenderungan sejarah menuju ke penerapannya didaktik-propagandis, atau dengan kata lain bersifat manipulative. Film pada dasarnya memang mudah dipengaruhi oleh tujuan manipulative, karna film memerlukan penanganan yang lebih sungguh-sungguh dan kontruksi yang lebih artificial pula (melalui manipulasi) dari pada media lain (McQuail, 1987).

Menurut McQuail, (1987) dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya film selalu


(23)

11

mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang berkembang dan tumbuh dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya keatas layar. Pada umumnya film dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan.

E.3. Pesan dalam Film

Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin. Agar pesan dapat diterima dari pengguna satu ke pengguna lain, proses pengiriman pesan memerlukan sebuah media perantara agar pesan yang dikirimkan oleh sumber dapat diterima dengan baik oleh penerima. Dalam proses pengiriman tersebut, pesan harus dikemas sebaik mungkin untuk mengatasi gangguan yang muncul dalam transmisi pesan, agar tidak mengakibatkan perbedaan makna yang diterima oleh penerima. Dalam penelitian ini yang perlu dibahas adalah pesan karna pesan termasuk komponen komunikasi. Pesan merupakan salah satu komponen dalam kamunikasi yang harus dipenuhi, selain komunikator dan komunikan. Karna dalam komunikasi kalau salah satu dari ketiga komponen ini tidak ada maka kerja komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan maksimal. roses


(24)

12

penyampaian pesan , cara, atau teknik penyampaian pesan merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan aktivitas komunikan.

Dalam penyampaian pesan yang efektif, sebaiknya pesan yang disampaikan komunikator dapat menghasilkan feedback, maka harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pesan yang hendak disampaikan harus disusun secara sistematis. Untuk menyusun sebuah pesan, baik berupa pidato maupun percakapan, maka harus mengikuti urutan-urutan, misal an dalam bentuk tulisan, maka ada pengantar, pernyataan, argumen, dan kesimpulan. Sedangkan dalam retorika, urutan-urutannya sebagaimana saran Aristoteles dikembangkan menjadi enam macam, yaitu urutan deduktif, induktif, krono-logis, logis, spesial, dan topikal. Dalam hal ini, penulis memilih urutan topikal, yaitu bahwa pesan komunikasi hendak-nya disusun berdasarkan topic pembi-caraan, dimulai dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari hal-hal yang dikenal ke hal-hal yang asing. Allan H. Monroe membuat teknik penyusunan pesan yang kemudian disebut “motivated sequence” (T. Suprapto : 1994, 42) dan ini merupakan teknik penyusunan pesan paling terkenal dan paling awal ia lakukan, yaitu :

a. Attention (perhatian). b. Need (kebutuhan). c. Satisfaction (kepuasan).


(25)

13

d. Visualization (visualisasi) e. Action (tindakan)

Menurut pendapat Monroe tersebut, jika kita ingin mempengaruhi orang lain, maka terlebih dahulu merebut perhatiannya, kemudian membangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk pada orang tersebut bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut, kemudian berikan gambaran dalam fikirannya mengenai keuntungan dan kerugian yang akan ia peroleh apabila menerapkan atau tidak menerapkan gagasan kita, pada akhirnya berilah dorongan kepadanya agar ia mau mengambil tindakan. b. Pesan yang disampaikan komunikator harus mampu menarik

perhatian komunikan.

Dalam bukunya How Communication Works?, Wilbur

Shramm juga mengetengahkan apa yang disebut sebagai the condition of success in communication. Disitu Schramm menjelaskan tentang bagaimana seharusnya seorang komunikator menyiapkan pesan komunikasi yang efektif.

Menurutnya, pesan yang menarik adalah pesan yang memiliki keterkaitan dengan sesuatu yang dibutuhkan komunikan sekaligus memberikan caracara untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Jika pesan tidak terkait dengan kebutuhan komunikan, terlebih tidak memberikan cara bagaimana mendapatkan kebutuhan yang dimaksudkan, maka pesan yang disampaikan komunikator itu


(26)

14

dianggap tidak penting, dan karena dianggap tidak penting maka komunikan tidak akan memperhatikan pesan tersebut. Oleh

karenanya, sebelum menyampaikan pesan komunikasinya,

komunikator hendaknya melakukan identifikasi kebutuhan yang diinginkan audience (komunikan).

Disamping itu, komunikan juga akan tertarik dengan pesan-pesan yang memberikan solusi bagaimana cara memecahkan masalah yang sedang dialaminya. Terlebih jika permasalahan tersebut pernah dialami langsung oleh komunikator, dan berhasil diatasinya. Maka solusi pemecahan masalah itu akan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan menarik oleh komunikan. Disini perlu adanya upaya identifikasi permasalahan oleh komunikator sebelum menyampaikan pesan komunikasinya kepada audience.

Pada ranah ini, komunikator seringkali mengalami kesulitan dalam

mengidentifikasi permasalahan di lapangan. Kesulitan

mengindentifikasi permasalahan itu disebabkan oleh faktor budaya, factor psikologis, dan sebagainya.

c. Pesan harus mudah difahami oleh komunikan.

Dalam menyampaikan pesan ini biasanya dipengaruhi oleh factor semantis, yakni menyangkut penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan fikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan. Agar komunikasi berjalan lancar, maka gangguan semantic ini harus diperhatikan oleh komunikator, sebab jika terjadi


(27)

15

kesalahan ucap atau kesalahan tulis, maka akan menimbulkan salah pengertian (mis-understanding), atau salah tafsir (

mis-interpretation), yang pada gilirannya dapat menimbulkan salah komunikasi (mis-communication). Salah ucap seringkali disebabkan oleh terlalu cepatnya komunikator dalam menyampaikan pesan. Maksud komunikator ingin mengatakan “kedelai”, tapi yang terucap “keledai”, “demokrasi” menjadi “demonstrasi”, “partisipasi” menjadi “partisisapi”. Terkadang, gangguan semantis bisa juga disababkan oleh aspek antropologis, yaitu kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi mempunyai makna yang berbeda, seperti “Atos” bahasa Sunda berbeda dengan “Atos” bahasa Jawa. “Rampung” Sunda lain dengan “Rampung” Jawa, dan sebagainya.

Komunikator dalam menyampaikan pesannya terkadang

menggunakan

istilah-istilah yang mengandung pengertian konotatif (mengandung makna emosional atau evaluative disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman se-seorang), sehingga menimbulkan salah tafsir pada diri komunikan. Agar komunikasi berjalan efektif, bahasa yang digunakan sebaiknya yang mengandung pengertian denotatif (mengandung makna seperti yang tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang memiliki kesamaan budaya dan bahasanya).


(28)

16

Pesan yang disampaikan dalam film seharusnya dapat menimbulkan dampak – dampak yang dapat mempengaruhi dan menimbulkan efekefek tertentu. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan seperti pengaruh tayangan film terhadap anak. Dalam sebuah media massa termasuk juga media film, semua pesan yang terkandung dapat ditangkap dan dipahami dengan cara menganalisanya. Pada dasarnya studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna yang terdapat didalamnya

E.4. Pemahaman Tentang sosial

Di kehidupan kita sebagai anggota masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dan juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikataka sebagai mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan sosial dari kenyataan-kenyataan tentang istilah tersebut di atas. Dilihat dari sasaran atau tujuan dari istilah tersebut yang berkaitan dengan kemanusiaan, maka dapat diasumsikan bahwa semua pernyataan tersebut pada dasarnya mengarah pada bentuk atau sifatnya yang humanis atau kemanusiaan


(29)

17

dalam artian kelompok, mengarah pada hubungan antar manusia sebagai anggota masyarakat atau kemasyarakatan. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa social merupakan rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan suatu masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan dalam berhubungan antar manusia.

Dalam kehidupan suatu masyarakat atau komuniti, seorang individu akan berhubungan dengan individu lain yang juga anggota masyarakat atau komuniti yang bersangkutan, dan hubungan tersebut tidak hanya dalam satu arena tertentu saja akan tetapi sangat berkaitan dengan kebutuhan dari manusia itu sendiri. Kebutuhan-kebutuhan manusia dalam rangka kehidupannya terwujud dalam bentuk-bentuk mata pencaharian, kesenian, bahasa dan struktur kemasyarakatan, kekerabatan, teknologi dan agama. Wujud pelaksanaan kebutuhan tersebut merupakan elemen dalam kebudayaan manusia, oleh karena itu masing-masing elemen tersebut memunculkan suasana-suasana tertentu yang sesuai dengan aktivitasnya.

Kualitatif dan kuantitatif menjadikan penggambaran kehidupan masyarakat dapat bersifat menyeluruh atau holistik. Yaitu menggambarkan secara keseluruhan aspek dari keadaan masyarakat dari setiap pranata yang ada di dalamnya. Selain penggambaran keadaan masyarakat secara keseluruhan baik secara diakronis atau historis juga tergambar secara sinkronis atau fungsional hubungan


(30)

18

antar pranata yang berlaku di dalamnya yang berisi tentang kebiasaan-kebiasaan dari anggotaanggota masyarakat dalam mewujudkan status dan perannya dalam setiap pranata yang berlaku.

Pemetaan sosial secara mendalam sering dilakukan oleh para peneliti social khususnya antropologi dalam menggambarkan kehidupan secara menyeluruh suatu masyarakat sukubangsa dengan mengorbankan waktu bertahun-tahun untuk tinggal bersama masyarakat yang ditelitinya. Usaha yang dilakukan oleh para antropolog tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah data etnografi.

F. Definisi Konseptual F.1. Pesan Sosial

Pesan (message) adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator (Widjada, 2008:14). Istilah sosial (Social) pada ilmu sosial mempunyai arti yang berbeda-beda seperti istilah sosial pada Departemen Sosial, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial.

Artinya kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkupnya adalah pekerjaan ataupun kesejahteraan sosial (Soekanto, 2005).

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pesan sosial merupakan semua yang disampaikan oleh komunikator yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh


(31)

19

masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkupnya adalah kesejahteraan sosial.

Pesan sosial adalah sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikataka sebagai mempunyai jiwa social. Sisial dalam sisi ini mengutip tentang sosial dari segi kebiasaan, sosial dari segi pertemanan dan sosial dari segi perjuangan muncul dari setiap scene dari cerita sebuah film.

F.2. Film

Sesuai dengan Undang-undang perfilman No.6 tahun 1992, Bab1, Pasal 1 menyebutkan bahwa: yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat mempertunjukkan atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. (Baksin, 2003:6)

Secara teoritis film merupakan salah satu bentuk komunikasi masa yang paling dinamis. Hal yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga lebih mudah dan lebih cepat masuk akal daripada hal yang perlu dibaca dan dipahami untuk mendapatkan makna.


(32)

20 G. Struktur Kategorisasi Pesan Sosial

Kategorisasi sosial merupakan kesatuan manusia yang terwujut karna adanya suatu ciri khas atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia. Ciri khas tersebut dilakukan dengan maksud untuk memudahkan penggolongan untuk suatu tujuan dan biasanya dikenakan oleh pihak luar tanpa disadari oleh pihak yang bersangkutan. Sebut saja suatu peneliti yang akan melakukan penelitian terhadap kehidupan masyarakat tertentu dalam melakukan penggolongan untuk memudahkan penelitian mereka, walaupun pihak yang diteliti tidak menyadari hal tersebut.

Penelitian yang menggunakan metode analisis isi, validitas serta hasil– hasilnya sangat bergantung pada kategori – kategorinya. Seperti yang dikatakan Bernard Barelson, bahwa analisis isi tidak bisa lebih baik dari kategori-kategorinya. Kategorisasi oleh penulis secara hakikat didasarkan pada sesuatu yang terjadi karena perbuatan manusia itu sendiri, dengan dengan pertimbangan kondisi riil dari film tersebut menjadi dasar acuan dalam proses analisis isi yang akan dilakukan dengan menggunakan beberapa kategori. Adapun kategorisasi yang disusun dalam penelitian ini untuk analisis film ” Sang Pemimpi ” adalah sebagai berikut:

1. Pesan sosial dari segi Persahabatan

Menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial.


(33)

21

Misalnya : Scene 50, Arai yang sedang menjelaskan mimpi-mimpi mereka bertiga untuk bisa menjelajahi eropa, Ikal dan Jimron juga berambisi dengan omongan arai.

2. Pesan sosial dari segi pendidikan

a. Nilai atau Norma yang berlaku pada intansi pendidikan

Misalnya : Scene 39, Pak Julian Belia yang memberikan motifasi kepada anak-anak didiknya supaya tidak takut bermimpi untuk menggapai cita-cita.

b. Cara berinteraksi Guru dan Murit dalam dunia Pendidikan

Misalnya : Scene 54, halaman sekolah, Ikal, Arai dan Jimron pada saat istirat sekolah mereka gunakan untuk membaca buku pelajaran.

3. Pesan sosial dari segi Agama

Sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Nilai-nilai Islam mengenai teologi atau keimanan yaitu kepercayaan terhadap sang pencipta. Misalnya shalat, puasa dan sebagainya.

Misalnya : Scene42, Ikal, Arai dan Jimron yang sedang menunaikan sholat mahrib ditengah kesibukan mereka.


(34)

22 H. METODE PENELITIAN

H.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis isi. Dengan pendekatan Kuantitatif. Alasan menggunakan analisis isi karena akan memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa atau sumber informasi yang lain secara objektif dan sistematis. Menurut Kerlinger (1986), analisis isi adalah suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitaif terhadap pesan yang tampak. (Bungin, 2001:187) Menurut Stone, analisis isi adalah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasikan secara sistematik dan objektif, karakteristik khusus dalam sebuah teks selanjutnya meyakini karakter inferensial pengkodean unitunit analisis (Krippendorf, 1991:19).

Analisis isi bisa diartikan sebagai metode untuk menganalisis semua bentuk komunikasi: Surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato dan sebagainya (Rakhmat,2002:89). Analisis isi bersifat kuantitatif, dengan menggunakan perangkat statistik sebagai analisis, hal ini dapat mempermudah penelitian dalam membuat kesimpulan secara ringkas dan objektif.


(35)

23 H.2. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah film SANG PEMIMPI yang difokuskan pada tiap scene yang berupa adegan dimana setiap scene akan diambil dan kemudian dimasukan kedalam pesan sosial berdasarkan kategorisasi yang ada yaitu sebanyak 71 scene. Kategorisasi pesan sosial dalam film ini adalah semua hal yang menyangkut tentang Sosial dari segi Persahabatan, Sosial dari segi Pendidikan dan Sosial dari segi Agama.

H.3. Unit Analisis

Unit Analisis yang digunakan adalah scene yaitu sebanyak 71 scene yang terdapat dalam film Sang Pemimpi berupa adegan yang mengandung pesan Sosial pada Film tersebut yang telah dilakukan observasi dengan melihat secara detail audio dan visualnya pada film tersebut.

H.4. Satuan Ukur

Penelitian ini diarahkan pada setiap scene atau adegan yang mengandung tema pesan sosial dalam kemunculan pesan sosial yang terdapat pada film Sang Pemimpi. Dalam hal ini penelitian dapat difokuskan pada unsur-unsur audio dan visual yang berupa tindakan atau perbuatan (purpose action) dengan satuan ukur frekwensi kemunculan setiap sub kategori dari akting dan dialog dalam setiap scene yang mengandung tema pesan sosial.


(36)

24 H.5. Teknik Pengumpulan Data.

Data diperoleh dengan tehnik telaah dokumen. Telaah dokumen dalam hal ini dilakukan dengan cara melihat langsung dengan mengamati film Sang Pemimpi karya Riri Reza.

Versi VCD dari film Sang Pemimpi diproduksi oleh Miles films dan Mizan Production, Film yang telah melalui badan sensor film , dan dinyatakan telah lulus sensor pada tanggal 12 april 2010, dengan Nomor Seri Lulus Sensor: 1740/VCD/R/PA/4.2015/2010 untuk kategori remaja.

H.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan yang terdapat dalam Film SANG PEMIMPI dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat distribusi frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemuculan dari setiap kategori tema penelitian.

H.7. Uji Reliabilitas

Untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan, maka secara terminologi reliabilitas adalah manakala terjadi pengulangan penggunaan suatu metode pengukuran atas obyek material yang sama, akan diperoleh hasil yang sama.


(37)

25

Reliabilitas antar koder dapat dihitung dengan beberapa cara, dengan formula yang dibuat Holsti (1969), yang digunakan untuk menentukan nominal.

Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penilaian para koder peneliti menggunakan rumus Holsty sebagai berikut:

CR = 2 1 2 N N M  Keterangan:

CR : Coefisien Reliability

M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua orang coder.

N1 : Total jumlah coding dari peneliti 1 N2 : Total jumlah coding dari peneliti 2

Hasil ini kemudian menurut Scott dikembangkan dalam index of reliability yang bukan hanya mengoreksi dalam suatu kelompok kategori, tetapi juga kemungkinan frekwensi yang timbul atau memperkuat hasil reliabilitas digunakan rumus Scott yaitu:

Pi =

reement ExpectedAg reement ExpectedAg Agreement Obsererved % 1 % %   Keterangan :

Pi : Nilai Keterhandalan

ObserervedAgreement : Nilai CR

ExpectedAgreement : Jumlah persetujuan yang diharapkan karena peluang


(38)

26

Meski belum ada standar reliabilitas yang mutlak namun menurut Wimmer dan Dominick, ambang penerimaan yang sering digunakan adalah 0,75 untuk menggunakan Pi. Jika kesesuaian antar penyusun kode tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasional mungkin perlu dibuat lebih spesifik lagi (Bungin, 2001:218).


(1)

21 Misalnya : Scene 50, Arai yang sedang menjelaskan

mimpi-mimpi mereka bertiga untuk bisa menjelajahi eropa, Ikal dan Jimron juga berambisi dengan omongan arai.

2. Pesan sosial dari segi pendidikan

a. Nilai atau Norma yang berlaku pada intansi pendidikan

Misalnya : Scene 39, Pak Julian Belia yang memberikan motifasi kepada anak-anak didiknya supaya tidak takut bermimpi untuk menggapai cita-cita.

b. Cara berinteraksi Guru dan Murit dalam dunia Pendidikan

Misalnya : Scene 54, halaman sekolah, Ikal, Arai dan Jimron pada saat istirat sekolah mereka gunakan untuk membaca buku pelajaran.

3. Pesan sosial dari segi Agama

Sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Nilai-nilai Islam mengenai teologi atau keimanan yaitu kepercayaan terhadap sang pencipta. Misalnya shalat, puasa dan sebagainya.

Misalnya : Scene42, Ikal, Arai dan Jimron yang sedang menunaikan sholat mahrib ditengah kesibukan mereka.


(2)

22

H. METODE PENELITIAN

H.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis isi. Dengan pendekatan Kuantitatif. Alasan menggunakan analisis isi karena akan memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa atau sumber informasi yang lain secara objektif dan sistematis. Menurut Kerlinger (1986), analisis isi adalah suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitaif terhadap pesan yang tampak. (Bungin, 2001:187) Menurut Stone, analisis isi adalah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasikan secara sistematik dan objektif, karakteristik khusus dalam sebuah teks selanjutnya meyakini karakter inferensial pengkodean unitunit analisis (Krippendorf, 1991:19).

Analisis isi bisa diartikan sebagai metode untuk menganalisis semua bentuk komunikasi: Surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato dan sebagainya (Rakhmat,2002:89). Analisis isi bersifat kuantitatif, dengan menggunakan perangkat statistik sebagai analisis, hal ini dapat mempermudah penelitian dalam membuat kesimpulan secara ringkas dan objektif.


(3)

23

H.2. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah film SANG PEMIMPI yang difokuskan pada tiap scene yang berupa adegan dimana setiap scene akan diambil dan kemudian dimasukan kedalam pesan sosial berdasarkan kategorisasi yang ada yaitu sebanyak 71 scene. Kategorisasi pesan sosial dalam film ini adalah semua hal yang menyangkut tentang Sosial dari segi Persahabatan, Sosial dari segi Pendidikan dan Sosial dari segi Agama.

H.3. Unit Analisis

Unit Analisis yang digunakan adalah scene yaitu sebanyak 71 scene yang terdapat dalam film Sang Pemimpi berupa adegan yang mengandung pesan Sosial pada Film tersebut yang telah dilakukan observasi dengan melihat secara detail audio dan visualnya pada film tersebut.

H.4. Satuan Ukur

Penelitian ini diarahkan pada setiap scene atau adegan yang mengandung tema pesan sosial dalam kemunculan pesan sosial yang terdapat pada film Sang Pemimpi. Dalam hal ini penelitian dapat difokuskan pada unsur-unsur audio dan visual yang berupa tindakan atau perbuatan (purpose action) dengan satuan ukur frekwensi kemunculan setiap sub kategori dari akting dan dialog dalam setiap scene yang mengandung tema pesan sosial.


(4)

24

H.5. Teknik Pengumpulan Data.

Data diperoleh dengan tehnik telaah dokumen. Telaah dokumen dalam hal ini dilakukan dengan cara melihat langsung dengan mengamati film Sang Pemimpi karya Riri Reza.

Versi VCD dari film Sang Pemimpi diproduksi oleh Miles films dan Mizan Production, Film yang telah melalui badan sensor film , dan dinyatakan telah lulus sensor pada tanggal 12 april 2010, dengan Nomor Seri Lulus Sensor: 1740/VCD/R/PA/4.2015/2010 untuk kategori remaja.

H.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan yang terdapat dalam Film SANG PEMIMPI dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat distribusi frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemuculan dari setiap kategori tema penelitian.

H.7. Uji Reliabilitas

Untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, maka secara terminologi reliabilitas adalah manakala terjadi pengulangan penggunaan suatu metode pengukuran atas obyek material yang sama, akan diperoleh hasil yang sama.


(5)

25 Reliabilitas antar koder dapat dihitung dengan beberapa cara, dengan formula yang dibuat Holsti (1969), yang digunakan untuk menentukan nominal.

Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penilaian para koder peneliti menggunakan rumus Holsty sebagai berikut:

CR = 2 1 2 N N M  Keterangan:

CR : Coefisien Reliability

M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua orang coder.

N1 : Total jumlah coding dari peneliti 1 N2 : Total jumlah coding dari peneliti 2

Hasil ini kemudian menurut Scott dikembangkan dalam index of reliability yang bukan hanya mengoreksi dalam suatu kelompok kategori, tetapi juga kemungkinan frekwensi yang timbul atau memperkuat hasil reliabilitas digunakan rumus Scott yaitu:

Pi =

reement ExpectedAg reement ExpectedAg Agreement Obsererved % 1 % %   Keterangan :

Pi : Nilai Keterhandalan ObserervedAgreement : Nilai CR

ExpectedAgreement : Jumlah persetujuan yang diharapkan karena peluang


(6)

26 Meski belum ada standar reliabilitas yang mutlak namun menurut Wimmer dan Dominick, ambang penerimaan yang sering digunakan adalah 0,75 untuk menggunakan Pi. Jika kesesuaian antar penyusun kode tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasional mungkin perlu dibuat lebih spesifik lagi (Bungin, 2001:218).