PERGESERAN FUNGSI CAMAT PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

(1)

“PERGESERAN FUNGSI CAMAT PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA”

SKRIPSI

Oleh :

MOHAMMAD SHODIQ HUTONI 201210050311042

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Mohammad Shodiq Hutoni

Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 19 Nopember 1994

NIM : 201210050311042

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul: Pergeseran Fungsi Camat

Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, 7 Juli 2016 Yang Menyatakan,


(6)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warohmatullahhiwabarokatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, hingga kepada ummatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Judul yang penulis ajukan adalah “Pergeseran Fungsi

Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa” studi

Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Terimakasih untuk Kedua Orang Tuaku tercinta dan tersayang, Ayah Suhud dan

Ibu Sriyatin yang senantiasa mengiringi dengan do’a, kasih sayang, dorongan,

dukungan, nasihat, motivasi yang telah diberikan dan perhatian yang tidak pernah berhenti selama penulis mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini dan terlebih selama menuntut ilmu di Malang

2. Bapak Yana S. Hijri S.IP, M.IP selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, saran, masukan dan pengarahan yang sangat berguna bagi penulis demi penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Gonda Yumitro S.IP, MA selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah

banyak memberikan bimbingan, saran serta masukan yang sangat berguna bagi penulis demi penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Bapak Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dan tak ternilai harganya.

5. Terimakasih untuk yang terkasih, tersayang dan yang tercinta, Hanifa Y. Lestari

yang telah memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa bagi penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini, dukungan dan semangatmu melebihi semangat para syuhada di medan perang sayang :*

6. Terimakasih untuk teman-teman Genk Kapak 2012 (Herianto Nursasni, H

Rahmad Kastum, Bagus El Badri, M. Hasan dan yang sudah terlebih dahulu menjadi Sarjana, Adrianus Eventus S.IP, Rustam S.IP). Ini genk tergokil selama


(7)

saya menjadi anggota divisi Intelejen Kapak 2012, semoga akan tetap membumi, membahana, meluar angkasa. Dan tak lupa seluruh teman-teman ilmu pemerintahan 2012 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

7. Pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini (Pak Camat

Diwek, Pak Kades JatiPelem, Pak Carik Pundong).

8. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari akan adanya kekurangan, maka masukan dan saran merupakan ide yang cukup membangun atas suatu kesempurnaan. Sebuah pengaharapan yang muncul, semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri dan bermanfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Amin.. Jazzakumulloh Khoiron Katsir...

Wassalamualaikum Warohmatullahhiwabarokatuh.

Malang, 7 Juli 2016


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI………... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN... iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR... xiii

LAMPIRAN... xiv

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..………... 1

1.2Rumusan Masalah……… 9

1.3 Tujuan Penelitian………. 10

1.4Manfaat Penelitian………... 10

1.5Definisi Konseptual……….... 11


(9)

1.7 Metode Penelitian………... 15

1.7.1 Jenis Penelitian……….…………. 15

1.7.2 Lokasi Penelitian………….………...… 16

1.7.3 Subjek Penelitian…...……….... 16

1.7.4 Sumber Data………... 17

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data………..…. 18

1.7.6 Analisis Data……….…. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Desentralisasi……….………… 20

2.2Kebijakan Desentralisasi di Indonesia…….……….. 27

2.3 Konsep Pemerintahan Desa……… 32

2.3.1 Pemerintahan Desa..……….. 32

2.3.2 Otonomi Desa…….……….. 34

BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang 39 3.1.1 Kondisi Geografis……… 39

3.1.2 Kondisi Demografi….……….. 41

3.1.3 Kondisi Topografi………. 43

3.1.4 Struktur Organisasi Kecamatan Diwek………….…… 45

3.1.5 Sumber Daya Kecamatan……….………. 46

3.2 Gambaran Umum Desa Pundong Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang 48 3.2.1 Kondisi Geografis……… 48


(10)

3.2.2 Kondisi Demografis………..…...……. 49

3.2.3 Kondisi Topografis………. 50

3.2.4 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik…..……….. . 50

3.2.5 Kondisi Budaya………. 53

3.2.6 Struktur Organisasi Desa Pundong……… 54

3.3 Gambaran Umum Desa Jatipelem Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang 55 3.3.1 Kondisi Geografis……….. 55

3.3.2 Kondisi Demografis……… 56

3.3.3 Kondisi Topografis………. 57

3.3.4 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik….……… 58

3.3.5 Kondisi Budaya……….. 59

3.3.6 Struktur Organisasi Desa Jatipelem……… 60

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa……… 61

4.2 Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Camat terhadap Desa…. 87

4.3 Permasalahan Camat dalam Menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya 95


(11)

5.1Kesimpulan……… 99

5.2 Saran……….……… 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pembagian Desa, Dusun, RT dan RW... 39

Tabel 3.2 Penduduk Akhir Tahun Menurut Desa/Kelurahan 2010-2014... 42

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Laki-Laki Menurut Kelompok Umur 2011-2014.. 42

Tabel 3.4 Luas Tanah Menurut Penggunaan (Ha) Tahun 2014 ... 44

Tabel 3.5 Sumber Daya SKPD Berdasarkan Golongan... 46

Tabel 3.6 Sumber Daya SKPD Berdasarkan Jenjang Pendidikan Forma... 46

Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana Beserta Kondisinya... 47

Tabel 3.8 Desa Pundong dengan Batas-Batas... 48

Tabel 3.9 Tingkat Usia... 49

Tabel 3.10 Bentang Lahan Desa Pundong... 50

Tabel 3.11 Tingkat Kesejahteraan... 51

Tabel 3.12 Tingkat Pemukiman... 51

Tabel 3.13 Desa Jatipelem dengan Batas-Batas... 55

Tabel 3.14 Bentang Lahan Desa Jatipelem... 57

Tabel 4.1 Pergeseran Fungsi Camat... 82

Tabel 4.2 Positif dan Negatif Posisi Camat Pasca Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa... 85

Tabel 4.3 Positif dan Negatif Posisi Pemerintah Desa Pasca Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa... 86


(13)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Alur Pemikiran Pergeseran Fungsi Camat... 15

Bagan 3.1.4 Struktur Organisasi Kecamatan Diwek... 45

Bagan 3.2.6 Struktur Organisasi Desa Pundong... 54

Bagan 3.3.6 Struktur Organisasi Desa Jatipelem... 60

Bagan 4.1 Mekanisme Pengajuan Alokasi Dana Desa... 80

Bagan 4.2 Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014... 81

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Peta Kecamatan Diwek... 41


(14)

LAMPIRAN

- Peraturan Bupati Jombang Nomor 2 tahun 2014 tentang Pendelegasian Sebagian

Wewenang Bupati Kepada Camat

- Peraturan Bupati Jombang Nomor 17 tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian

dan Penyaluran Alokasi Dana Desa Kabupaten Jombang - Surat Izin Penelitian


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur Pemda dan Anggota DPRD.Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hal 22-23

Endang Poerwanti,1998, Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah, Malang, UMM Press,

hal 27

H.A.W, Widjaja. 2003. Otonomi Desa: Merupakan Otonomi yang Asli, Bulatdan Utuh. Jakarta. PT Raja Grafindon Persada. Hal 3

Josef Riwu Kaho. 1991. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik

Indonesia. Jakarta. Rajawali Press. Hal 75

Muhammad Faruk dan Djaati, 2005 Metode Penelitian Sosial. Jakarta; PTIK

Press & Restu Agung, hal 35

Muhammad Ryaas Rasyid. 1998. Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan

Politik Orde Baru. Jakarta. Yarsif Watampone. Hal 10

Prasojo Eko et al. 2006. Desentralisasi & Pemerintahan Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal dan Efisiensi Struktural. Jakarta. Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI. Hal 23

Said, M.M.2008. Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang. UPT


(16)

Soehartono. Irawan. 2002, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Remaja Rosdakarya

Yana S. Hijri. 2016. Politik Pemekaran di Indonesia. Malang. Umm Press.

Hal 37-38

Perundang-undangan :

Penjelasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintahan Daerah, Setneg, Jakarta

Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pemerintahan Daerah, Setneg, Jakarta

Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan,

Setneg, Jakarta

Penjelasan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, Desa, Setneg, Jakarta

Peraturan pemerintah republik indonesia nomer 19 tahun 2008 pasal 15

ayat (1) tentang tugas Camat dalam menyelenggarakan tugas umum

pemerintahan.

Internet :

Franco viagem 2011, from https://francoviagem.wordpress.com/2011/09/28/. Pemerintahan desa. Diakses pada 20-02-2016 jam11:28


(17)

Neglasari, 2012, from,

http://neglasaritangerang.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-definisi-dan-arti-kecamatan.html di akses pada tanggal 11-11-2015, pukul 09.00 wib

Lbhsembilandelapan, 2015, from

http://lbhsembilandelapan.wordpress.com/2015/08/10/otonomi-

menurut-undang-undang-no-6-tahun-2014 tentang-desa/. Diakses pada

20-02-2016 jam 10:35

Peterahab, 2012, from http://www.kompasiana.com/peterahab/peran-

camat-dalam-penyelenggaraan-pembinaan-dan-pengawasan-pemerintah-

desa_550d4d3d8133111422b1e3b6/, di akses pada tanggal 12-11-


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecamatan adalah sebuah pembagian wilayah administratif negara Indonesia di bawah Kabupaten atau Kota. Sebuah kecamatan dipimpin oleh seorang camat dan dipecah kepada beberapa kelurahan dan desa-desa. Di Indonesia, sebuah kecamatan atau kabupaten adalah pembagian dari kabupaten (kabupaten) atau kota (kota madya). Sebuah kabupaten itu sendiri dibagi menjadi kelurahan atau desa administratif. Dalam Hal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten yang mempunyai wilayah kerja tertentu dibawah pimpinan Camat.1

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta

1

Neglasari, 2012, from http://neglasaritangerang.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-definisi-dan arti-kecamatan.html diakses pada tanggal 11-11-2015, pukul 09.00 wib


(19)

potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.2

Implementasi kebijakan otonomi daerah tersebut mendorong terjadinya perubahan secara struktural, fungsional dan kultural dalam keseluruhan tatanan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang sangat esensial adalah yang berkenaan dengan kedudukan, kewenangan, tugas dan fungsi Camat. Camat juga berperan sebagai kepala wilayah (wilayah kerja, namun tidak memiliki daerah dalam arti daerah kewenangan) ini salah satu fungsi Camat, karena melaksanakan tugas umum pemerintahan di wilayah kecamatan, khususnya tugas-tugas atributif dalam bidang koordinasi pemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintahan di wilayah kecamatan, dalam hal ini mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban, penegakan peraturan perundang-undangan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa atau kelurahan, serta melaksanakan tugas pemerintah lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan desa atau kelurahan dam instansi pemerintah lainya di wilayah kecamatan. Yang dimaksud dengan mengkoordinasikan bertujuan untuk mendorong kelancaran berbagai kegiatan ditingkat kecamatan dan penyelenggaraan tugas pemerintahan lainya dikecamatan.

Camat sebagai perangkat daerah juga mempunyai kekhususan dibandingkan dengan perangkat daerah lainya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan azaz desentralisasi. Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio kultural,

2


(20)

menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi, dan budaya, mengupaya terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam rangka membangun integritas kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi utama Camat selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, juga melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kecamatan tidak lagi merupakan satuan wilayah kekuasaan pemerintahan, melainkan sebagai perangkat daerah. Status kecamatan kini merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang setara dengan dinas dan lembaga teknis daerah bahkan kelurahan, hal ini dinyatakan dengan jelas dalam

Pasal 120 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yakni, “Perangkat daerah

kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan”.3

Sejalan dengan itu, Camat tidak lagi ditempatkan sebagai Kepala Wilayah dan Wakil Pemerintah Pusat, melainkan sebagai perangkat daerah. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Koeswara Kertapradja, Camat tidak lagi berkedudukan sebagai kepala wilayah kecamatan dan sebagai alat pemerintah pusat dalam menjalankan tugas-tugas dekonsentrasi, namun telah beralih menjadi perangkat daerah yang hanya memiliki sebagian kewenangan otonomi daerah dan

penyelengaraan tugas-tugas umum pemerintahan dalam wilayah kecamatan.4

3

Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan, Setneg, Jakarta

4

Peterahab, 2012, from

http://birokrasi.kompasiana.com/2012/01/16/peran-camat-dalam-penyelenggaraan-pembinaan-dan pengawasan-pemerintah-desa-431279.html#_ftn2, di unduh pada tanggal 12-11-2015, jam 20:39 wib.


(21)

Sedangkan didalam pasal 126 ayat (3) huruf a undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Camat memiliki kewenangan untuk membina, mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat. yang dimaksud membina dalam ketentuan ini adalah bentuk fasilitasi pembuatan program kerja pemberdayaan dan fasilitas masyarakat untuk meningkatkan kinerja masyarakat. Pemerintah kecamatan merupakan tingkat pemerintahan yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat di kecamatan, hal ini yang kemudian menjadikan Camat sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan serta sebagian urusan otonomi yang dilimpahkan oleh Bupati/ Walikota untuk dilaksanakan dalam wilayah kecamatan. Namun, tugas tersebut tidak dengan serta merta memposisikan Camat sebagai kepala wilayah seperti pada waktu lalu.5

Camat mempunyai kedudukan, tugas, fungsi, dan wewenang dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretariat daerah, tugas-tugas umum pemerintah yang diselenggarakan oleh Camat meliputi beberapa hal menurut PP No 19 Tahun 2008 pasal 15 ayat (1) yang berbunyi camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang diantaranya adalah mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, melaksanakan pelayanan

5


(22)

masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerint ahan desa atau kelurahan. Fungsi Camat dalam menjalankan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati seperti urusan otonomi daerah, yang meliputi pelaksanan dan pengoordinasian Bidang Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban umum, Pemberdayaan Masyarakat serta Kesejahteraan Sosial, fungsi camat dalam melaksanakan tugasnya. 6

Berdasarkan pada Pasal 126 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka tugas utama Camat adalah menyelenggarakan pemerintahan umum berdasarkan kewenangan menangani sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepadanya oleh Bupati/Walikota dan ditambah dengan tugas umum pemerintahan yang telah diuraikan dalam Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Artinya, tugas pokok Camat tetap melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota dan disertai dengan tugas umum pemerintahan. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 ini, fungsi pokok yang diemban Kecamatan sebagai unit administrasi, diarahkan untuk melaksanakan pelimpahan tugas dan wewenang dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang terkait dengan otonomi daerah. Selain itu, melalui Camat, Kecamatan juga dilekati dengan sejumlah fungsi umum penyelenggaraan pemerintahan seperti koordinasi, pembinaan dan pelaksanaan pelayanan masyarakat. Secara yuridis formal, fungsi ini tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 126, ayat (2) dan ayat (3). Mengenai penugasan yang terkait dengan otonomi daerah, ayat (2) dari regulasi ini menyebutkan bahwa “Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh camat yang dalam

6

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 19 tahun 2008 pasal 15 ayat (1) tentang tugas Camat dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan


(23)

pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah”.

Camat mendapatkan 2 jenis kewenangan sekaligus dalam UU No. 32 Tahun 2004, yaitu bersifat atributif dan delegatif. Kewenangan atributif camat dijelaskan pada pasal 126 ayat (3), yaitu untuk melaksanakan beberapa tugas umum pemerintahan. Mandat delegatif dijelaskan pada ayat (2) pasal tersebut, yakni wewenang delegatif yang diberikan oleh kepala daerah yang bersangkutan. Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa camat diangkat oleh Kepala Daerah dari Pegawai Negeri Sipil yang menguasai urusan teknis pemerintahan, atas usul Sekretaris Daerah. Ayat (5) menerangkan pertanggung jawaban camat adalah kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Dalam Undang-Undang terbaru No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pengganti dari Undang-Undang No.32 tahun 2004, Camat memiliki tugas dalam membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa/Kelurahan (Pasal 225 huruf [g]), yang dimaksud membina dan mengawasi adalah bentuk fasilitasi yang diberikan kepada desa terkait dengan administrasi, selain itu karena desa dalam menyelenggarakan pemerintahan diberikan dana oleh pemerintah daerah sehingga camat diberi kewenangan dalam membina dan mengawasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh desa.7

Sebagaimana diketahui, dengan titik berat otonomi daerah yang diletakkan pada pemerintah kabupaten pada saat ini, sentralisasi telah berpindah tempat. Titik tolak yang semula berada pada pemerintah pusat dan sekarang berada pada tingkat

7


(24)

kabupaten/kota, dengan sentrum berada di tangan kepala daerah dan lembaga perwakilan daerah. Artinya semua pengaturan dan pengurusan pembangunan, pembinaan sosio-kemasyarakatan dan pemerintahan secara umum tersentralisasi di pemerintah daerah.

Secara faktual, UU No. 32 Tahun 2004 hanya memberikan kewenangan yang sempit dan terbatas bagi camat untuk berperan maksimal bagi masyarakatnya. Kewenangan-kewenangan itu hanya berkisar pada fungsi-fungsi pelayanan yang marjinal dan secara politik lokal amat sangat tidak prestisius, kewenangan camat pada saat ini hanyalah sebatas membuat rekomendasi kependudukan ke kabupaten/kota, pembuatan KTP (beberapa daerah sudah diambil oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil), serta surat cuti dan distribusi gaji bagi pegawai kecamatan.8

Sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Desa dibawah Pemerintahan daerah, secara hirarkis kepemerintahannya, Desa dibawah kecamatan. Akan tetapi setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 6 tentang Desa tersebut maka ada pergeseran dan perubahan dalam fungsi pemerintahan salah satunya kecamatan. Desa tidak lagi menjadi bagian dari Pemerintahan daerah, Desa adalah kesatuan wilayah yang berdiri sendiri yang otonom, sehingga ketika camat ingin melakukan sesuatu hal terkait urusan dengan desa maka harus ada peraturan yang mengatur sendiri seperti peraturan daerah maupun peraturan bupati/walikota.

8


(25)

Pasca disahkannya Undang-Undang tentang Desa, maka secara yuridis Desa keluar dari rezim pemerintahan daerah, dan secara tidak langsung Camat yang merupakan bagian dari pemerintahan Daerah, jadi posisi desa tidak lagi dibawah kecamatan, karena desa adalah kesatuan hukum otonom, yang diberi dana dari pusat melalui Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri penyelenggaraan pemerintahan diwilayahnya (Desa). Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 merupakan Undang-Undang yang mengatur tentang Desa, didalamnya tidak mengatur tentang Camat. Dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, “Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota”, secara hirarkis Desa berada dibawah Bupati/Walikota. Kewenangan desa juga dijelaskan dalam pasal 18 bahwa “kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelakanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa, berdasar prakarsa masyarakat,hak asal usul dan adat istiadat desa”. Dalam hal penugasan dari pemerintah daerah kepada desa juga dijelaskan dalam pasal 22 bahwa “penugasan dari pemerintah dan atau pemerintah daerah kepada desa meliputi penyelenggaraaan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa.”

Adanya undang-undang desa selain sebagai payung hukum terhadap pelaksanaan pemerintahan desa juga menguatkan otonomi desa. Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan pemberian dari pemerintah. Selanjutnya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut


(26)

Dengan lahirnya undang-undang desa tersebut akan merubah fungsi-fungsi pemerintahan terutama terkait dengan tugas pokok dan fungsi kecamatan. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya terhadap desa,camat harus berpedoman terhadap peraturan baik undang-undang maupun Peraturan daerah atau Peraturan bupati, sehingga dengan adanya peraturan tersebut akan terstruktur terkait dengan bagaimana tugas pokok dan fungsi camat. Jadi dengan adanya pergeseran fungsi Camat tersebut, penulis ingin melihat transisi tugas pokok dan fungsi Camat dari Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan ke Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pergeseran Fungsi Camat dari Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan ke Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di wilayah Kecamatan Diwek dengan berbagai masalah tersebut. Dari latar belakang tersebut

peneliti memberikan judul : “ Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa” (Studi di Kecamatan

Diwek Kabupaten Jombang).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan


(27)

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi dalam pergeseran fungsi camat pasca dilaksanakannya UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa?

1.3Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pergeseran fungsi Camat Pasca Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

b. Untuk mengetahui permasalahan apa yang dihadapi dalam

pergeseran fungsi camat pasca dilaksanakanya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

1.4Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi kepada masyarakat maupun manfaat-manfaat secara akademis.

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain :

1.4.1 Manfaat Teoritis

(a) Untuk mengembangkan kajian terkait ilmu pemerintahan

terutama dalam bidang sistem pemerintahan di Indonesia dan Pemerintahan di Daerah.

(b) Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dan bisa menjadi bacaan atau bahan pertimbangan lain bagi penelitian yang serupa.


(28)

(a) Bagi pemerintah daerah, diharapkan dapat memberi pemantauan yang lebih terhadap tugas pokok dan fungsi camat,sehingga dapat memberi masukan terhadap camat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

(b) Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberi pengetahuan

tentang tugas pokok dan fungsi camat setelah disahkannya Undang-Undang Desa

(c) Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan memberi wawasan baru mengenai tugas pokok dan fungsi Camat serta sebagai sarana menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari. (d) Sebagai bahan evaluasi maupun diharapkan menjadi masukan

bagi pemerintah setempat yang terkait khususnya Camat dan umumnya kepada masyarakat dilingkungan wilayah kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

1.5 Definisi Konseptual

Konsep merupakan suatu batasan umum yang dipakai dan berguna dalam upaya memberikan kejelasan bagi arah dari suatu penelitian, dalam hal ini peneliti menjelaskan tentang pergeseran fungsi camat. Tugas Pokok dan fungsi camat adalah suatu kewenangan yang dimiliki camat baik dalam menjalankan sebagian wewenangnya yang diberikan oleh

Bupati/Walikota maupun tugas umum pemerintahan lainnya.

Kewenangan merupakan suatu pemberian tugas yang diberikan oleh bupati/walikota terhadap Camat, kaitannya dengan kewenangan, maka


(29)

penelitian ini menggunakan konsep Otonomi Daerah dan pemerintahan Desa.

Rondinelli dan Chemma mendefinisikan otonomi daerah sebagai proses pelimpahan wewenang perencanaan, pengambilan keputusan atau pemerintahan dari pemerintah pusat kepada organisasi unit-unit pelaksana daerah, kepada organisasi semi otonom atau pun kepada pemerintah daerah atau organisasi non pemerintah.9 Pemerintahan desa, menurut Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengacu pada konsep otonomi daerah dan pemerintahan desa diatas, merupakan suatu kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dalam hal ini kepala daerah dalam memberikan sebagian wewenangnya kepada camat untuk menjalankan penyelenggaraan pemerintahan di wilayah

kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Namun ketika Undang–Undang

desa disahkan, ada perubahan terkait dengan fungsi-fungsi pemerintahan termasuk camat, karena camat bagian dari struktur pemerintahan daerah . Sehingga dalam penelitian ini, pergeseran yang dimaksud adalah

9

Said, M. M.2008. Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang. UPT Universitas Muhammadiyah Malang. Hal 5


(30)

pergeseran fungsi Camat pasca dilaksanakannya Undang-Undang No.6 tahun 2014.

1.6 Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan uraian konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indicator untuk mempermudah operasionalisasi dari suatu penelitian. Secara tidak langsung definisi operasional akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatu variable. Selanjutnya , variable atau indicator tersebut nantinya akan memberikan arti serta memberikan operasionalisasi pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam mengukur variable tersebut. Dengan demikian berikut akan dipaparkan variable terkait dalam penelitian ini,yakni :

1.6.1. Tugas Pokok dan Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Tugas Pokok dan fungsi merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan Diwek berdasarkan kewenangan menangani sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan Bupati kepada Camat. Tugas Pokok dan fungsi Camat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan sebagai berikut:

1. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman


(31)

3. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.

4. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

pelayanan umum.

5. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

di tingkat kecamatan.

6. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau

kelurahan.

7. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang

lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerint ahan desa atau kelurahan.

a) Implementasi terhadap Desa.

1. Pelaksanaan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya

terhadap Desa sesuai UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa

2. Relasi Camat terhadap Desa dan Kepala Desa.

b) Permasalahan Camat dalam menjalankan Tugas Pokok dan

Fungsinya.

1. Perlu adanya Peraturan Bupati (PerBup).

2. Perlu adanya Peraturan Daerah (PerDa).

Kerangka Berpikir:

Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan tentang pergeseran fungsi camat yang merupakan alur dari pelaksanaan Undang-Undang tentang Desa. Maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(32)

Bagan 1.1 Alur Pemikiran Pergeseran Fungsi Camat.

Variabel operasional tersebut diatas dapat dijadikan tolak ukur terkait Tugas,Pokok dan Fungsi Camat di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Berjalan dengan baiknya suatu fungsi seorang Camat dapat dilihat dari sejauh mana mematuhi aturan yang sudah ada yang dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan peraturan -peraturan daerah maupun bupati lainya.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis penelitian

Kewenangan Atributif

Kewenangan Delegatif

Tugas Umum Pemerintahan Sebagian kewenangan yang dilimpahkan Bupati kepada Camat

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Ada pergeseran terkait fungsi Camat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan

Undang-Undang No 32 thn 2004 ttg Pemerintahan

Daerah


(33)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan serta menuturkan data, situasi maupun fenomena-fenomena social yang terjadi. Menurut Sanapiah Faisal, penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang dimaksudkan untuk mengeksplorasikan dan mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan social, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. 10 Jadi dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan Tugas,Pokok dan Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di :

a) Kantor Kecamatan Diwek

b) Kantor Kepala Desa Pundong dan Jati Pelem

Pemilihan lokasi sengaja dilakukan oleh penulis karena perlunya mengetahui Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan penelitian dilokasi tersebut. Selain itu lokasi penelitian mempunyai relevansi terhadap penelitan ini, mengingat adanya hubungan antara yang diteliti dengan permasalahan yang ada.

1.7.3. Subjek Penelitian

10


(34)

Pada penelitian ini,subyek yang diteliti atau koresponden dalam mendapatkan informasi ialah aparatur yang ada di Kecamatan Diwek dan juga Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dikarenakan peneliti

langsung menentukan sampel dengan pertimbangan khusus.11 Peneliti secara sengaja langsung menentukan sampel yang ingin diambil dan memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tepat sehingga dengan pertimbangan tersebutlah peneliti memilih beberapa aparatur yang ada di Kecamatan Diwek dan juga Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Beberapa subjek yang dteliti terkait Pergeseran Fungsi Camat pasca pelaksanaan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa adalah sebagai berikut :

a) Camat Kecamatan Diwek

b) Kepala Desa Pundong

c) Kepala Desa Jatipelem

1.7.4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan sekunder yang dimana sumber data primer ialah sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber datanya yakni pada aparatur di Kecamatan Diwek dan Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Beberapa selanjutnya sumber data sekunder ialah sumber data yang didapatkan peneliti yang diperoleh dari literature yang dipelajari maupun

11

Muhammad Faruk dan Djaati, 2005 Metode Penelitian Sosial. Jakarta; PTIK Press & Restu Agung, hal 35


(35)

dokumen-dokumen lain yang didapatkan dari internet maupun dari lokasi penelitian terkait.

1.7.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditujukan dan berkaitan dengan ketepatan serta cara-cara dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Peneliti memakai teknik wawancara terarah (guided interview)

dengan harapan agar pengumpulan data lebih terarah sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Guided Interview atau wawancara terarah dilakukan dengan tanya jawab secara langsung terkait pokok permasalahan objek dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya. Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mengamati fakta-fakta yang terjadi dilapangan lalu melakukan pencatatan mengenai fakta yang ditemukan tersebut.

Pada teknik dokumentasi, peneliti mengumpulkan data-data tertulis. Seperti halnya catatan, arsip-arsip atau dokumen dan bahan-bahan yang berkaitan dengan objek penelitian. Dengan melakukan segala rangkaian metode tersebut peneliti dapat mendapatkan data-data yang lebih valid dan mendapatkan gambaran jelas terkait Pergeseran fungsi Camat pasca pelaksanaan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa di Kecamatan Diwek.


(36)

Selanjutnya akan dijelaskan teknik analisa data yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik analisa data yang digunakan peneliti pada penelitian adalah teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai sumber informasi dan data yang kemudian digeneralisasikan yakni dengan reduksi data, display data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

Reduksi merupakan proses pengumpulan data penelitian, yakni dimana dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan dan atau menggolongkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara, observasi maupun dokumentasi kepada subyek penelitian yang memiliki relevansi dengan rumusan masalah atau data yang diinginkan yang terkait dengan judul penelitian. Tahap selanjutnya adalah penyajian data atau display data, yang dimana dalam hal ini merupakan langkah kedua setelah reduksi data yang dilakukan peneliti. Dalam penyajian data ini, data yang diperoleh akan diorganisir agar dapat memberikan deskripsi ke arah pengambilan kesimpulan. Tahap terakhir adalah kesimpulan dan verifikasi data yang dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah. Penarikan kesimpulan ini bermaksud pula untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang ada sehinga nantinya dapat ditemukan permasalahan apa yang ada dalam penelitian yang dilakukan dan dipertimbangkan lagi kepada berbagai pihak mengenai data-datayang diperoleh dilapangan.


(1)

3. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.

4. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

5. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan.

6. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.

7. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerint ahan desa atau kelurahan.

a) Implementasi terhadap Desa.

1. Pelaksanaan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya terhadap Desa sesuai UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa 2. Relasi Camat terhadap Desa dan Kepala Desa.

b) Permasalahan Camat dalam menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya.

1. Perlu adanya Peraturan Bupati (PerBup). 2. Perlu adanya Peraturan Daerah (PerDa).

Kerangka Berpikir:

Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan tentang pergeseran fungsi camat yang merupakan alur dari pelaksanaan Undang-Undang tentang Desa. Maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(2)

Bagan 1.1 Alur Pemikiran Pergeseran Fungsi Camat.

Variabel operasional tersebut diatas dapat dijadikan tolak ukur terkait Tugas,Pokok dan Fungsi Camat di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Berjalan dengan baiknya suatu fungsi seorang Camat dapat dilihat dari sejauh mana mematuhi aturan yang sudah ada yang dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan peraturan -peraturan daerah maupun bupati lainya.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis penelitian

Kewenangan Atributif

Kewenangan Delegatif

Tugas Umum Pemerintahan Sebagian kewenangan yang dilimpahkan

Bupati kepada Camat

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Ada pergeseran terkait fungsi Camat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan Undang-Undang No 32 thn

2004 ttg Pemerintahan Daerah


(3)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan serta menuturkan data, situasi maupun fenomena-fenomena social yang terjadi. Menurut Sanapiah Faisal, penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang dimaksudkan untuk mengeksplorasikan dan mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan social, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. 10 Jadi dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan Tugas,Pokok dan Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di :

a) Kantor Kecamatan Diwek

b) Kantor Kepala Desa Pundong dan Jati Pelem

Pemilihan lokasi sengaja dilakukan oleh penulis karena perlunya mengetahui Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan penelitian dilokasi tersebut. Selain itu lokasi penelitian mempunyai relevansi terhadap penelitan ini, mengingat adanya hubungan antara yang diteliti dengan permasalahan yang ada.

1.7.3. Subjek Penelitian

10


(4)

Pada penelitian ini,subyek yang diteliti atau koresponden dalam mendapatkan informasi ialah aparatur yang ada di Kecamatan Diwek dan juga Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dikarenakan peneliti langsung menentukan sampel dengan pertimbangan khusus.11 Peneliti secara sengaja langsung menentukan sampel yang ingin diambil dan memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tepat sehingga dengan pertimbangan tersebutlah peneliti memilih beberapa aparatur yang ada di Kecamatan Diwek dan juga Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Beberapa subjek yang dteliti terkait Pergeseran Fungsi Camat pasca pelaksanaan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa adalah sebagai berikut :

a) Camat Kecamatan Diwek b) Kepala Desa Pundong c) Kepala Desa Jatipelem

1.7.4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan sekunder yang dimana sumber data primer ialah sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber datanya yakni pada aparatur di Kecamatan Diwek dan Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Beberapa selanjutnya sumber data sekunder ialah sumber data yang didapatkan peneliti yang diperoleh dari literature yang dipelajari maupun

11

Muhammad Faruk dan Djaati, 2005 Metode Penelitian Sosial. Jakarta; PTIK Press & Restu Agung, hal 35


(5)

dokumen-dokumen lain yang didapatkan dari internet maupun dari lokasi penelitian terkait.

1.7.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditujukan dan berkaitan dengan ketepatan serta cara-cara dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Peneliti memakai teknik wawancara terarah (guided interview)

dengan harapan agar pengumpulan data lebih terarah sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Guided Interview atau wawancara terarah dilakukan dengan tanya jawab secara langsung terkait pokok permasalahan objek dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya. Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mengamati fakta-fakta yang terjadi dilapangan lalu melakukan pencatatan mengenai fakta yang ditemukan tersebut.

Pada teknik dokumentasi, peneliti mengumpulkan data-data tertulis. Seperti halnya catatan, arsip-arsip atau dokumen dan bahan-bahan yang berkaitan dengan objek penelitian. Dengan melakukan segala rangkaian metode tersebut peneliti dapat mendapatkan data-data yang lebih valid dan mendapatkan gambaran jelas terkait Pergeseran fungsi Camat pasca pelaksanaan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa di Kecamatan Diwek.


(6)

Selanjutnya akan dijelaskan teknik analisa data yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik analisa data yang digunakan peneliti pada penelitian adalah teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai sumber informasi dan data yang kemudian digeneralisasikan yakni dengan reduksi data, display data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

Reduksi merupakan proses pengumpulan data penelitian, yakni dimana dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan dan atau menggolongkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara, observasi maupun dokumentasi kepada subyek penelitian yang memiliki relevansi dengan rumusan masalah atau data yang diinginkan yang terkait dengan judul penelitian. Tahap selanjutnya adalah penyajian data atau display data, yang dimana dalam hal ini merupakan langkah kedua setelah reduksi data yang dilakukan peneliti. Dalam penyajian data ini, data yang diperoleh akan diorganisir agar dapat memberikan deskripsi ke arah pengambilan kesimpulan. Tahap terakhir adalah kesimpulan dan verifikasi data yang dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah. Penarikan kesimpulan ini bermaksud pula untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang ada sehinga nantinya dapat ditemukan permasalahan apa yang ada dalam penelitian yang dilakukan dan dipertimbangkan lagi kepada berbagai pihak mengenai data-datayang diperoleh dilapangan.