Lulusan FH, Wisudawan Terbaik UMM
Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id
Lulusan FH, Wisudawan Terbaik UMM
Tanggal: 2011-12-02
Prahesti Sekar Kumandhani
Mengangkat tema skripsi problematika Peraturan Undang-undang (Perpu) dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia, Prahesti Sekar Kumandhani, meraih predikat
wisudawan terbaik UMM periode ini. Dia memperoleh IPK 3,84 dan dinyatakan tertinggi di
Fakultas Hukum sekaligus terbaik tingkat universitas. “Saya tidak menyangka karena
hanya menargetkan terbaik fakultas saja,” akunya.
Dalam temuan skripsinya, lulusan yang akrab disapa Hesti, ini mengkhawatirkan
Perpu justru membahayakan eksistensi Negara karena apa yang menjadi Perpu
merupakan keputusan subyektif pemerintah. “Perpu seharusnya hanya dikeluarkan
apabila benar-benar mendesak, misalnya ketika DPR tak bisa menjalankan fungsi
legislasinya,” ungkap Hesti. Sebaliknya jika dikeluarkan oleh Presiden pada kondisi
normal justru bisa mematikan fungsi negara sendiri.
Hesti lahir di Jombang pada 16 Februari 1989 dari pasangan Untung Suprayitno,
S.Pd, M.Si dan Khomsiatun. Sejak kecil dia dididik di lingkungan pendidikan. Itulah
sebabnya obsesi masa depannya adalah bisa memiliki sebuah lembaga pendidikan.
“Pendidikan itu merupakan proses penyadaran manusia, selain itu orang berilmu akan
diangkat derajadnya oleh Allah,” terangnya. Untuk itu, dia ingin melanjutkan ke jenjang
S-2.
Selama kuliah, Hesti dikenal tekun belajar dan gemar membaca dan traveling. Dia
tergabung dan aktif dalam Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi). Meski
demikian, Hesti tak pernah meninggalkan kuliah. “Justru dengan aktivitas organisasi,
saya bisa lebih giat belajar,” kilahnya. (bib/nas)
page 1 / 1
Arsip Berita
www.umm.ac.id
Lulusan FH, Wisudawan Terbaik UMM
Tanggal: 2011-12-02
Prahesti Sekar Kumandhani
Mengangkat tema skripsi problematika Peraturan Undang-undang (Perpu) dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia, Prahesti Sekar Kumandhani, meraih predikat
wisudawan terbaik UMM periode ini. Dia memperoleh IPK 3,84 dan dinyatakan tertinggi di
Fakultas Hukum sekaligus terbaik tingkat universitas. “Saya tidak menyangka karena
hanya menargetkan terbaik fakultas saja,” akunya.
Dalam temuan skripsinya, lulusan yang akrab disapa Hesti, ini mengkhawatirkan
Perpu justru membahayakan eksistensi Negara karena apa yang menjadi Perpu
merupakan keputusan subyektif pemerintah. “Perpu seharusnya hanya dikeluarkan
apabila benar-benar mendesak, misalnya ketika DPR tak bisa menjalankan fungsi
legislasinya,” ungkap Hesti. Sebaliknya jika dikeluarkan oleh Presiden pada kondisi
normal justru bisa mematikan fungsi negara sendiri.
Hesti lahir di Jombang pada 16 Februari 1989 dari pasangan Untung Suprayitno,
S.Pd, M.Si dan Khomsiatun. Sejak kecil dia dididik di lingkungan pendidikan. Itulah
sebabnya obsesi masa depannya adalah bisa memiliki sebuah lembaga pendidikan.
“Pendidikan itu merupakan proses penyadaran manusia, selain itu orang berilmu akan
diangkat derajadnya oleh Allah,” terangnya. Untuk itu, dia ingin melanjutkan ke jenjang
S-2.
Selama kuliah, Hesti dikenal tekun belajar dan gemar membaca dan traveling. Dia
tergabung dan aktif dalam Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi). Meski
demikian, Hesti tak pernah meninggalkan kuliah. “Justru dengan aktivitas organisasi,
saya bisa lebih giat belajar,” kilahnya. (bib/nas)
page 1 / 1