MAKNA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BAGI GURU SMA NEGERI KABUH KECAMATAN KABUH KABUPATEN JOMBANG

(1)

MAKNA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BAGI GURU SMA NEGERI KABUH KECAMATAN KABUH KABUPATEN JOMBANG

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh gelar magister sosiologi

Program Studi Magister Sosiologi

LILIK EKO CAHYANINGSIH NIM : 201110270211025

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2014


(2)

MAKNA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BAGI GURU SMA NEGERI KABUH KECAMATAN KABUH KABUPATEN JOMBANG

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh gelar magister sosiologi

Program Studi Magister Sosiologi

LILIK EKO CAHYANINGSIH NIM : 201110270211025

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2014


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tesis dengan judul Makna Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Guru SMA Negeri Kabuh Kecamatan kabuh Kabupaten Jombang dapat terselesaikan.

Penyusunan tesis ini bertujuan untuk melengkapi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Sosiologi dalam bidang Politik pada Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Muhammadiyah Malang.

Terselesaikannya tesis ini tidak lepas dari dorongan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material, oleh karenanya penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr Wahyudi., M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih., M.Si. selaku pembimbing pendamping, yang secara ikhlas dengan penuh kesabaran meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini, semoga Allah SWT senantiasa merahmati beliau.

2. Dewan Penguji: Bapak Dr Wahyudi., M.Si, Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih., M.Si, Bapak Drs. Rinikso Kartono, M.Si, dan Ibu Dra. Juli Astutik, M.Si atas masukan dan kekritisannya sehingga tesis ini dapat diluruskan.

3. Bapak Drs. Rinikso Kartono, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Sosiologi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang senantiasa mendorong dan memotivasi guna terselesaikannya tesis ini.


(4)

4. Bapak Drs Joko Rumpoko, M.M. selaku Kepala SMA Negeri Kabuh, Jombang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian kepada sekolah yang beliau pimpin.

5. Bapak dan Ibu Guru Bidang Studi SMA Negeri Kabuh Jombang yang telah bersedia diwawancarai dan telah banyak memberikan informasi yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan peneliti.

6. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan Magister Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan bekal kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak/Ibu staf Tata Usaha dan petugas Perpustakaan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu demi terselesaikannya tesis ini.

8. Teman-teman Magister Sosiologi yang telah memberikan dukungan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan tesis ini, semoga semua amal beliau mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.

Akhirnya, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Malang, 23 Januari 2014 Penulis


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada Ayahanda Soedjatmo Sastroatmadja dan

Ibundaku Tasmidjah tercinta Kepada suami saya tercinta Hariyono

Yang telah memberi semangat dan kehangatan cinta

Kepada tiga buah hati saya yang selalu menabur kasih sayang dan kebahagiaan Andrie Eko Hariadi, Dwi Novita Ariyaningtyas, dan Ferdy Tri Hariawan

serta menantu saya Siti Muawanah

MOTTO

Fikirkan Hal-hal yang Paling Hebat

dan Engkau Berkesempatan untuk Menjadi Orang Hebat Tetapkan Akal Pada Hal-hal Tertinggi


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

PERSEMBAHAN ... ix

MOTTO ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Penelitian terdahulu ... 11

B. Kajian Pustaka ... 12

1. Makna Pendidikan Karakter ... 12

2. Pendekatan Pendidikan Karakter ... 24

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter . 36

4. Deskripsi Keluarga ... 40

5. Peran Keluarga dalam Proses Pembentukan Kepribadian .. 41

C. Landasan Teori ... 42

D. Kerangka Pemikiran ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 45

B. Tempat Penelitian ... 46

C. Sumber Data Penelitian ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Teknik Analisis Data ... 48

F. Teknik Keabsahan Data ... 49

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA Negeri Kabuh ... 52

B. Pemaknaan Pendidikan Karakter Bangsa bagi Guru Bidang Studi ... 60


(7)

C. Tindakan Guru dalam Realisasi/Implementasi Pendidikan

Karakter Bangsa pada Siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang ... 80

D. Wujud/Hasil Pendidikan Karakter Bangsa dalam Sikap dan Perilaku Siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang ... 84

E. Tabel Hasil Pemaknaan, Tindakan, dan Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Guru Bidang Studi ... 103

F. Implikasi Teori ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Zaenul Fitri. (2012). ReinventingHuman Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Akhmad Muhaimin Azzet. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia; Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan kemajuan Bangsa. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Anwar Arifin. (2003). Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang SISDIKNAS. Jakarta: Depag RI.

Bagong Suyanto, 2008. Metode Penelitian Sosial:Berbagai alternative Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada media Group.

Darmiyati Zuchri. (2010. Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensip: Terintegrasi dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Sekolah. Yogyakarta: UNY Press.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia( Edisi ketiga). Jakarta : Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : PT Grasindo.

Drever, James. (2004). Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.

George Ritzer, dauglas . J.Goodman. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Hasbullah. (1997). Dasar-dasarlImuPendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hermawan Kertajaya. (2010). Grow With Character: The Model Marketing. Jakarta PT. Gramedia Pusaka Utama.

Huberman (1992). Analisis Data Kualitatif, diterjemahkan oleh Miles & Huberman terjemahan Tjetjep R.R.


(9)

Kartono. (1998). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.

Maslow, Abraham. (1943). a Theory of Human Motivation. New York: VDM Publishing.

Mead, George H. (1943). Mind, Self and Society: from The Standpoint of a Social Behaviorist. London: the University of Chicago Press.

Moleong J Lexy, (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muchlas Samani dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

M. Furqon Hidayatullah. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.Surakarta,Yuma Pustaka.

Ngainun Naim (2012). Character Building, OptimalisasiPeran Pendidikan dalam pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.

Novan Ardy Wiyani. (2012). Pedagogia,Manajemen Pendidikan Karakter,Jogjakarta, PT Pustaka Insan Madani. Anggota IKAPI.

Rachmad K. Dwi Susilo. (2008). 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ratnamegawangi.(2003).Pendidikan Karakter untuk membangun Masyarakat Madani. Jakarta: IPPK Indonesia Heritage foundatiom.

Rutlann, Adam. (2009). Children and Social Elusion: Morality, Prejudice, and group Identity, New York: Blackwell Publishing.

Sa’dun Akbar. (2011). Revitalisasi Pendidikan karakter Pendidikan Dasar, Teks Pidato Pengukuhan Guru Besar. Malang : Universitas Malang.

Said Hamid Hasan Dkk. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Soerjono Soekanto.(1990).Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta.


(10)

Suharsimi Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka cipta.

Sutopo H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Thomas Lickona (2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Troyer, Howard William. (1946). Ned Ward of Grub Street: a Study of Subliterary London in the Eighteenth Century. New York: Barnes and Noble.


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan suatu unit pelaksana teknis, yang terdiri dari sarana dan prasarana yang melibatkan individu-individu yang memiliki berbagai latar belakang. Individu tersebut memiliki kekhasan masing-masing sebagai pribadi. Hal ini terjadi karena setiap individu berasal dari berbagai macamsuku, pendidikan, budaya, maupun status sosial ekonomi yang berbeda.Sekolah melibatkan kepala sekolah, guru, staf tata usaha sekolah, dan siswa yang dapat dikatakan sebagai kelompok yang memiliki dinamika tersendiri. Begitu pula setiap orang memiliki tujuan atau keinginan yang hendak dicapai, sehingga dalam berinteraksi tertentu akan diwarnai oleh ciri-ciri individu masing-masing.

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan merupakan bagian terbesar dalam kehidupan, sehingga tidak mungkin dihindari.Sebagai individu, seseorang memiliki kebutuhan, keinginan, harapan, rasa sayang dan lain sebagainya yang tentunya semua ini ingin mendapatkan pemenuhan agar individu tersebut merasa puas dan selalu merasa bahagia. Begitu pula didalam berinteraksi dengan orang lain perlu adanya suatu etika yang di dalamnya mengandung unsur-unsur tentang berperilaku yang sopan atau baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku,


(12)

2 yang penerapannya sesuai dengan yang ditanamkan dalam pendidikan karakter bangsa di sekolah.

Pendidikan karakter sesungguhnya telah tercermin dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan tanggung jawab”. Dijelaskan juga dalam pasal 3 yang

menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter disekolah, sangatlah penting dan juga harus ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan yang pelaksanaannya baik dilakukan secara spontan, terencana, maupun melalui keteladanan.Dari mana pikiran itu tercipta, bisa melalui proses abstraksi dari apa yang dilihat, hubungan pergaulan yang dirasa, dan pengetahuan yang didengar dari guru-guru.

Seorang pendidik yang baik setidaknya sadarbahwa penglihatan, perasaan, dan pendengaran biasanya bersifat sequence atau berurutan. Seorang anak akan


(13)

3 sulit menerima tuturan-tuturan bijak yang didengarnya dari sang guru kalau dia melihat tindakan dan merasakan hubungan yang tidak baik dari gurunya. Oleh karena itu, penting untuk meneladankan nilai-nilai kebaikan dalam perilaku sehari-hari agar para siswa-siswi melihat, menciptakan hubungan yang baik agar mereka merasa, dan mengarahkan mereka pada suatu hal yang baik dan benar agar mereka mau mendengar dan melakukan.

Apa yang dilihat anak memberi andil yang cukup besar dalam melahirkan pikiran untuk berperilaku. Oleh karena itu, dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, pendidikan karakter harus dimasukkan. Dalam kurikulum muatan lokal misalnya, seorang guru bisa saja mengajak anak-anak didik ke luar kelas untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mendidik dari lingkungan.Bukankah prinsip dari kurikulum ini adalah untuk memperkenalkan pada anak mengenai wawasan budaya bangsa, lingkungan, dan keterampilan daerah. Namun, sekolah hanyalah tangan kedua. Pada dasarnya yang paling berpengaruh dalam membetuk karakter anak adalah keluarga.

Upaya membangun karakter bangsa sejak dini melalui jalur pendidikan dianggap sebagai langkah yang tepat.Mulai tahun pelajaran 2010/2011, pendidikan karakter telah diselipkan kedalam struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Setiap sekolah merumuskan bagaimana konsep pendidikan karakter yang tertuang dalam kurikulum sekolah masing-masing.

Hal penting yang mendasari pendidikan karakterdi sekolah adalah penanaman nilai karakter bangsa tidak akan berhasil jika melalui pemberian informasi dan doktrin belaka. Karakter bangsa yang diterapkan pada siswa antara


(14)

4 lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, mengharagai prestasi, bersahabat/komunikatif,cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, pedulisosial dan tanggung jawab. Perlu metode pembiasaan dan keteladanan dari semua unsur pendidikandisekolah untuk menanamkan karakter pada diri anak.

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun dan mempertahankan jati diri bangsa. Pendidikan karakter di Indonesia perlu diberi perhatian lebih karena selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, tetapi mengabaikan pendidikan karakter.Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan.Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang.Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat karena manusia sesungguhnya dapat dididik dan harus sejak dini.Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu tidak dapat diubah.Perubahan karakter mengandaikan suatu perjuangan yang berat dan suatu latihan yang terus-menerus untuk menghidupkan nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Era keterbukaan informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain, mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaan yang dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yang dianggap tidak cocok dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.


(15)

5 Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik, dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangatbelajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan, menumbuhkan/menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya, menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran, menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatan untuk memanfaatkannnya, menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas belajar, dan menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani. (M. Furqon Hidayatullah, 2010:5).

Selanjutya Slamet Imam Santoso (dalam Furqon 1981:33) mengemukakan bahwa tujuan tiap pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh-kuat dalam jiwa pelajar, supaya mereka kelak dapat bertahan dalam masyarakat, juga mengemukakan bahwa pendidikan bertugas


(16)

6 mengembangkan potensi individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. Dengan demikian, pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan.

Guru yang memiliki makna”digugu dan ditiru” (dipercaya dan dicontoh) secara tidak langsung juga memberikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Oleh karena itu, profil dan penampilan guru seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat membawa peserta didiknya ke arah pembentukan karakter yang kuat. Dalam konteks ini guru berperan sebagai teladan peserta didiknya.

Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup berhenti pada memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun sistem keyakinan dan karakter kuat setiap peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya.

Pendidikan di sekolah tidak lagi cukup hanya dengan mengajar peserta didik membaca, menulis, dan berhitung, kemudian lulus ujian, dan nantinya mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik untuk mampu memutuskan apa yang benar dan salah. Sekolah juga perlu membantu orang tua untuk menemukan tujuan hidup setiap peserta didik.

Di tengah-tengah perkembangan dunia yang begitu cepat dan semakin kompleks dan canggih, prinsip-prinsip pendidikan untuk membangun etika, nilai dan karakter peserta didik tetap harus dipegang. Akan tetapi perlu dilakukan


(17)

7 dengan cara yang berbeda atau kreatif sehingga mampu mengimbangi perubahan kehidupan.

Guru harus memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi, di sisi lain, pendidikan juga harus mampu membukakan mata hati peserta didik untuk mampu melihat masalah-masalah bangsa dan dunia, seperti kemiskinan, kelaparan, kesenjangan, ketidak-adilan, dan persoalan lingkungan hidup.

Peserta didik harus diarahkan untuk mampu mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus diajarkan untuk memiliki beban atau panggilan hidup untuk menjadi bagian dari pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan dunia.

Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah.

Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik


(18)

8 dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat.

Pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Tiga hal prinsipal tersebut menurut Rajasa, 2007 (dalam Masnur Muslich, 2011:3) adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivitas karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak tatanan masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh.

2. Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobolisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa.

3. Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek diatas yakni re-aktivitas sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif, ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah.

Pendidikan karakter bangsa juga sudah diimplementasikan di SMA Negeri Kabuh melalui pembiasaan, yang diantaranya setiap kali datang ke sekolah sampai pintu gerbang sekolah, siswa turun dari kendaraan motornya, kemudian bersalam-salaman dengan kepala sekolah, wakasek, dan guru piket yang setiap hari selalu menyambut kedatangan siswa-siswinya, ini sesuai dengan pembiasaan 4


(19)

9 S,yaitusenyum, sapa, salam, salaman dengan semua warga sekolah, dan setiap hari juga dibiasakan untuk berbaris didepan kelas dan berjabat tangan dengan bapak atau ibu guru yang ada jam pertama sebelum masuk ke kelas msing-masing. Disamping itu pendidikan karakter bangsa juga diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam dengan mendeskripsikan makna pendidikan karakter bangsa bagi guru SMA Negeri Kabuh, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut, yaitu :

1. Bagaimana pemaknaan pendidikan karakter bangsa bagi guru SMA Negeri Kabuh, jombang.

2. Bagaimana tindakan guru dalam realisasi/implementasi pendidikan karakter bangsa pada siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang.

3. Bagaimana wujud/hasil Pendidikan Karakter Bangsa dalam sikap dan perilaku siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang.

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini :

1. Mendeskripsikan makna pendidikan karakter bangsa bagi guru SMA Negeri Kabuh, Jombang.


(20)

10 2. Menggambarkan tindakan guru dalam realisasi/implementasi

pendidikan karakter bangsa pada siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang. 3. Menunjukkan wujud/hasil Pendidikan Karakter Bangsa dalam sikap

dan perilaku siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis: Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan karakter bangsa utamanya pada siswa sebagai generasi penerus bangsa.

2. Kegunaan praktis: berguna dalam menunjukkan perilaku semua warga sekolah yang belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh falsafah Pancasila dan juga untuk mengembangkan pendidikan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila. 3. Merupakan sumbangan informasi dan pemikiran yang berharga bagi

peneliti lain yang berminat untuk mengkaji masalah yang sama di waktu mendatang.

4. Bagi penulis, disamping merupakan sarana latihan yang bersifat pengembangan teori yang diperoleh dengan kenyataan yang ada di lapangan, juga merupakan tugas akhir penyelesaian studi Magister di bidang sosiologi, bidang kajian utama sosiologi politik, Universitas Muhammadiyah Malang.


(1)

5 Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik, dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangatbelajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan, menumbuhkan/menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya, menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran, menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatan untuk memanfaatkannnya, menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas belajar, dan menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani. (M. Furqon Hidayatullah, 2010:5).

Selanjutya Slamet Imam Santoso (dalam Furqon 1981:33) mengemukakan bahwa tujuan tiap pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh-kuat dalam jiwa pelajar, supaya mereka kelak dapat bertahan dalam masyarakat, juga mengemukakan bahwa pendidikan bertugas


(2)

6 mengembangkan potensi individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. Dengan demikian, pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan.

Guru yang memiliki makna”digugu dan ditiru” (dipercaya dan dicontoh) secara tidak langsung juga memberikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Oleh karena itu, profil dan penampilan guru seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat membawa peserta didiknya ke arah pembentukan karakter yang kuat. Dalam konteks ini guru berperan sebagai teladan peserta didiknya.

Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup berhenti pada memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun sistem keyakinan dan karakter kuat setiap peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya.

Pendidikan di sekolah tidak lagi cukup hanya dengan mengajar peserta didik membaca, menulis, dan berhitung, kemudian lulus ujian, dan nantinya mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik untuk mampu memutuskan apa yang benar dan salah. Sekolah juga perlu membantu orang tua untuk menemukan tujuan hidup setiap peserta didik.

Di tengah-tengah perkembangan dunia yang begitu cepat dan semakin kompleks dan canggih, prinsip-prinsip pendidikan untuk membangun etika, nilai dan karakter peserta didik tetap harus dipegang. Akan tetapi perlu dilakukan


(3)

7 dengan cara yang berbeda atau kreatif sehingga mampu mengimbangi perubahan kehidupan.

Guru harus memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi, di sisi lain, pendidikan juga harus mampu membukakan mata hati peserta didik untuk mampu melihat masalah-masalah bangsa dan dunia, seperti kemiskinan, kelaparan, kesenjangan, ketidak-adilan, dan persoalan lingkungan hidup.

Peserta didik harus diarahkan untuk mampu mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus diajarkan untuk memiliki beban atau panggilan hidup untuk menjadi bagian dari pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan dunia.

Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah.

Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik


(4)

8 dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat.

Pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Tiga hal prinsipal tersebut menurut Rajasa, 2007 (dalam Masnur Muslich, 2011:3) adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivitas karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak tatanan masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh.

2. Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobolisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa.

3. Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek diatas yakni re-aktivitas sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif, ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah.

Pendidikan karakter bangsa juga sudah diimplementasikan di SMA Negeri Kabuh melalui pembiasaan, yang diantaranya setiap kali datang ke sekolah sampai pintu gerbang sekolah, siswa turun dari kendaraan motornya, kemudian bersalam-salaman dengan kepala sekolah, wakasek, dan guru piket yang setiap hari selalu menyambut kedatangan siswa-siswinya, ini sesuai dengan pembiasaan 4


(5)

9 S,yaitusenyum, sapa, salam, salaman dengan semua warga sekolah, dan setiap hari juga dibiasakan untuk berbaris didepan kelas dan berjabat tangan dengan bapak atau ibu guru yang ada jam pertama sebelum masuk ke kelas msing-masing. Disamping itu pendidikan karakter bangsa juga diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam dengan mendeskripsikan makna pendidikan karakter bangsa bagi guru SMA Negeri Kabuh, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut, yaitu :

1. Bagaimana pemaknaan pendidikan karakter bangsa bagi guru SMA Negeri Kabuh, jombang.

2. Bagaimana tindakan guru dalam realisasi/implementasi pendidikan karakter bangsa pada siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang.

3. Bagaimana wujud/hasil Pendidikan Karakter Bangsa dalam sikap dan perilaku siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini :

1. Mendeskripsikan makna pendidikan karakter bangsa bagi guru SMA Negeri Kabuh, Jombang.


(6)

10 2. Menggambarkan tindakan guru dalam realisasi/implementasi

pendidikan karakter bangsa pada siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang. 3. Menunjukkan wujud/hasil Pendidikan Karakter Bangsa dalam sikap

dan perilaku siswa SMA Negeri Kabuh, Jombang.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis: Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan karakter bangsa utamanya pada siswa sebagai generasi penerus bangsa.

2. Kegunaan praktis: berguna dalam menunjukkan perilaku semua warga sekolah yang belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh falsafah Pancasila dan juga untuk mengembangkan pendidikan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila. 3. Merupakan sumbangan informasi dan pemikiran yang berharga bagi

peneliti lain yang berminat untuk mengkaji masalah yang sama di waktu mendatang.

4. Bagi penulis, disamping merupakan sarana latihan yang bersifat pengembangan teori yang diperoleh dengan kenyataan yang ada di lapangan, juga merupakan tugas akhir penyelesaian studi Magister di bidang sosiologi, bidang kajian utama sosiologi politik, Universitas Muhammadiyah Malang.