FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI LATAR BELAKANG PERILAKU IMMORAL PADA MAHASISWA

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI LATAR BELAKANG

PERILAKU IMMORAL PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Disusun Oleh : Nahdiyah Ilma Rahman

06810030

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI LATAR BELAKANG

PERILAKU IMMORAL PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi sebagai Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun Oleh : Nahdiyah Ilma Rahman

06810030

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Faktor-faktor Yang Menjadi Latar Belakang Perilaku Immoral Pada Mahasiswa

Nama Peneliti : Nahdiyah Ilma Rahman No. Induk Mahasiswa : 06810030

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : 30 November-15 Desember 2010 Tanggal Ujian : 22 Januari 2011

Malang, 27 Januari 2011

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Tanggal : 22 Januari 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua penguji : Dra. Iswinarti, M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Ari Firmanto, S.Psi ( )

2. Hudaniah, S.Psi.,M.Si ( )

3. Diana Savitri H, S.Psi.,M.Psi ( )

MENGESAHKAN Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nahdiyah Ilma Rahman Nim : 06810030

Fakultas : Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Menyatakan bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul:

“Faktor-faktor Yang Menjadi Latar Belakang Perilaku Immoral Pada Mahasiswa”

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali penulisan dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebut sumbernya.

2. Hasil tulis karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalty non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui, Malang, 27 Januari 2011 Kepala Program Studi Yang Menyatakan


(6)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT pemilik dan penguasa alam semesta beserta isinya. Segala ucap syukur kapada-Nya atas hidayah, kasih sayang, kemudahan serta nikmat-nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya. Hanya dengan seizin-Nya lah akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Menjadi Latar Belakang Perilaku Immoral Pada Mahasiswa” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan, suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya.

Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu penulisan ini juga dimaksudkan supaya pembaca bisa memahami faktor-faktor yang menjadi latar belakang perilaku immoral pada mahasiswa, sehingga penulis mohon saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis banyak melibatkan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dra. Iswinarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing I atas waktu yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Ari Firmanto, S.Psi selaku Dosen Pembimbing II yang juga bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingannya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Wali yang telah memberikan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Harta yang paling berharga dalam hidupku, (alm.) ayahanda terkasih H. Siradjuddin Rahman yang semasa hidupnya telah memberikan perhatian dan


(7)

henti-hentinya memberikan do’a serta memberikan motivasi dan dukungan materi maupun spiritual dengan penuh kesabaran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua kakakku (Bachrul Ilmi Rahman dan Haris Rifai Rahman) serta adikku (Syu’ur Mubarik Rahman) yang selalu memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Untuk seseorang yang tulus setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini…rasa sayang ini tak’kan pernah putus untuk seseorang yang selalu ku panggil”abang”Andin Deni Rahmadi, yang juga senantiasa bersedia membantu, memberikan dukungan, serta bersedia menjadi tempat sharing bagi penulis dikala suka maupun duka... terima kasih Engkau telah menghadirkan dirinya untukku.

8. Sahabat-sahabatku tercinta Puji Lestari, Nuraina Puspita, Edelwis Suar Atma atas persahabatan yang indah kurang lebih selama empat tahun ini.

9. Teman-teman kos Titu : Ratna, Rury, Ika, Dani, Tyas, Anis, Witri, K’Icha yang selalu meramaikan kos dengan canda tawanya.

10. Serta semua pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga bantuan, dukungan, serta motivasi yang diberikan mendapat ridho dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, AMIN.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Malang, 27 Januari 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Perilaku Immoral ... 7

1. Pengertian Perilaku Immoral ... 7

2. Faktor-faktor yang Menyebabakan Perilaku Immoral ... 10

3. Macam-macam Perilaku Immoral ... 19

B.Mahasiswa ... 20

1. Pengertian Mahasiswa (Dewasa Awal) ... 20

2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal ... 21

C.Perilaku Immoral Mahasiswa ... 21

D.Dampak Perilaku Immoral Pada Mahasiswa ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 25

B.Batasan Istilah ... 26

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

D.Lokasi Penelitian ... 27

E.Metode Pengumpulan Data ... 27

F. Prosedur Penelitian ... 29


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi dan Analisa Data ... 31

B.Ringkasan Hasil Penelitian ... 43

C.Pembahasan ... 46

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 52

B.Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Responden Berdasarkan Usia ... 31

Tabel 2 : Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

Tabel 3 : Responden Berdasarkan Agama ... 32

Tabel 4 : Responden Berdasarkan Tempat Kuliah ... 32

Tabel 5 : Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah ... 33

Tabel 6 : Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ... 33

Tabel 7 : Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah ... 34

Tabel 8 : Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu ... 34

Tabel 9 : Data Perilaku Immoral Mahasiswa Berdasarkan 30 Responden Mahasiswa/Mahasiswi ... 35

Tabel 10 : Data Perilaku Immoral Yang Dilakukan Mahasiswa Berdasarkan Responden Mahasiswa/Mahasiswi ... 36

Tabel 11 : Data Jumlah Responden Mengenai Keadaan Status Orangtua... 37

Tabel 12 : Data Jumlah Responden Mengenai Pengasuhan Orangtua dalam Keluarga ... 36

Tabel 13 : Data Jumlah Responden Mengenai Penerapan Disiplin dalam Keluarga ... 37

Tabel 14 : Data Jumlah Responden Mengenai Hal Yang Dilakukan Ketika Menghadapi Masalah ... 38

Tabel 15 : Data Jumlah Responden Mengenai Status Ekonomi Keluarga ... 38

Tabel 16 : Data Jumlah Responden Mengenai Cara Memenuhi Kebutuhan Materi ... 39

Tabel 17 : Data Jumlah Responden Mengenai Kehidupan Keberagamaan dalam Keluarga ... 39

Tabel 18 : Data Jumlah Responden Mengenai Frekuensi Dalam Melakukan Tindakan Yang Melanggar Ajaran Agama ... 40


(11)

Tabel 19 : Data Jumlah Responden Mengenai Tipe Teman Yang Dipilih ... 40 Tabel 20 : Data Jumlah Responden Mengenai Keadaan Perilaku

Pertemanannya ... 40 Tabel 21 : Data Jumlah Responden Berdasarkan Faktor-Faktor Yang

Menjadi Latar Belakang Perilaku Immoral Pada Mahasiswa (Berdasarkan Teori) ... 41 Tabel 22 : Data Jumlah Responden Berdasarkan Faktor-Faktor Yang

Menjadi Latar Belakang Perilaku Immoral Pada Mahasiswa (Berdasarkan Pendapat Responden) ... 42 Tabel 23 : Ringkasan Hasil Penelitian ... 43 Tabel 24 : Data Responden Mengenai Jenis Perilaku Immoral Yang Dilakukan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Blue Print Indicator Immoral ... 57

Lampiran 2. Blue Print Faktor Latar Belakang Internal Terjadinya Perilaku Immoral pada Mahasiswa ... 58

Lampiran 3. Blue Print Faktor Latar Belakang Eksternal Terjadinya Perilaku Immoral pada Mahasiswa ... 59

Lampiran 4. Angket Penelitian ... 60

Lampiran 5. Data Perilaku Immoral Berdasarkan Pendapat Responden ... 67

Lampiran 6. Data Perilaku Immoral Yang Pernah Dilakukan Mahasiswa ... 68

Lampiran 7. Data Responden Mengenai Faktor-Faktor Yang Menjadi Latarbelakang Perilaku Immoral Ditinjau Dari Aspek Keluarga ... 69

Lampiran 8. Data Responden Mengenai Faktor-Faktor Yang Menjadi Latarbelakang Perilaku Immoral Ditinjau Dari Aspek Kehidupan Keberagamaan Dalam Keluarga ... 70

Lampiran 9. Data Responden Mengenai Faktor-Faktor Yang Menjadi Latarbelakang Perilaku Immoral Ditinjau Dari Aspek Kelompok Pertemanan ... 71

Lampiran 10. Data Responden Mengenai Faktor-Faktor Yang Menjadi Latarbelakang Perilaku Immoral Ditinjau Dari Aspek Lingkungan Sekitar ... 72


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar, Muhammad. (2006). Psikologi remaja. Bandung : Penerbit Pustaka Setia

Ant. (2008). Polisi ringkus mahasiswa Bandar judi. Diperoleh dari http://www.gatra. com/2008-12-24/artikel-php?id=121308

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Budiningsih, Asri. (2004). Pembelajaran moral. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia.

Fizi. (2009). Kampus dan sarang narkoba. Diperoleh dari http://www.kompas.com/data-olahan/2009/11/02/7531-kampus-dan-sarang-narkoba.html

Hadiwardoyo, Al Purwa. (1990). Moral dan masalahnya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Haryadi, Dwi. (2009). Trend pornografi dan upaya kriminalisasinya. Diperoleh dari http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Trend%20Pornografi%20dan %20Upaya%20Kriminalisasinya&&nomorurut_artikel=389

Ikhwanuddin. (2004). Mahasiswa dan seks bebas. Diperoleh dari http://www.kompas.com/read.php.cnt=xml.2004.01.3.19370080&channel=1 &mn=20&idx=27

Indayani, Susi. (2008). Skripsi kematangan beragama dan perilaku seksual

berpacaran pada mahasiswa. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Kerlinger. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mahasiswa universitas nomensen tawuran. (2010). Diperoleh dari http://bataviase.co.id/node/ 07042010/160045

Meiliyana, Dwi. (2008). Persepsi tentang religiusitas pada mahasiswa pengguna

NAPZA. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Minum berat oleh mahasiswa banyak menimbulkan bahaya serius. (2004). Diperoleh dari http://www.news-medical.net/news/2004/08/03/49/Indonesia.aspx? page=2


(14)

Perilaku seksual berpacaran. Diperoleh dari http://www.waspada.co.id/forum/topickita/2008/07/

Perilaku seks pranikah pada pengguna cyber sex.(2008). Diperoleh dari http://www. radarbanjarmasin.co.id/topic/2008/09/10/

Poespoprodjo. (1986). Filsafat moral. Bandung : Penerbit Remadja Karya. Poerwanti, Endang. (2000). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang : UMM Press. Pornografi akibatkan perilaku seks menyimpang.(2003). Diperoleh dari

http://www.ajangkita.com/2003/forum/viewtopic.php?p=535703

Santrock, John. (2002). Life-span development jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sikap dan perilaku mahasiswa. (2009,September). Diperoleh dari

http://www.wordpress.com/2009/09/07/newtopic.bdb?b735603. Singarimbun dan Effendi. (1987). Metode penelitian survei. Jakarta : LP3ES.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Penyimpangan sosial. Diperoleh dari http ://www.wordpress.com/2008/07/08/penyimpangan-sosial/

Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Solomon, Robert. (1987). Etika. Jakarta : Penerbit Erlangga.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Globalisasi telah menimbulkan pengaruh yang sangat luas dalam dimensi masyarakat. Malcolm Waters, mengemukakan bahwa ada tiga dimensi proses globalisasi, yaitu: globalisasi ekonomi, globalisasi politik, dan globalisasi budaya. Globalisasi yang merupakan universalisasi nilai-nilai, menyebabkan kearifan lokal menjadi luntur. Hal ini menyangkut dengan moral bangsa yang juga akan terpengaruh dengan moral luar yang tentunya akan lebih kuat mempengaruhi karena dalam globalisasi, negara-negara majulah yang akan menguasai. Dalam rangka pembangunan untuk meningkatkan daya saing, diperlukan suatu bentuk moral yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa dan falsafah hidup bangsa timur yang terkenal dengan sopan santun dan keramahtamahannya. Hal yang semacam inilah yang perlu dimiliki mahasiswa.

Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda yang juga merupakan warga negara hendaknya memberikan rasa percaya pada masyarakat, bahwa merekalah yang menggantikan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini di kemudian hari. Peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki sikap dan perilaku yang positif. Mahasiswa harus memiliki sikap dan perilaku kreatif, kritis, kooperatif, dan etis. Sikap dan perilaku ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era global.

Fakta yang terjadi saat ini adalah banyak mahasiswa telah kehilangan moral. Sering kita lihat atau kita dengar perilaku immoral yang dilakukan oleh para mahasiswa baik dari media cetak, media elektronik, media online, atau bahkan kita saksikan langsung dalam kehidupan nyata sekitar kehidupan kita. Seperti tawuran antar geng, tawuran antar mahasiswa, mengonsumsi miras (narkoba), pemerkosaan, seks bebas, pencabulan, dan pencurian.

Perilaku immoral yang dilakukan oleh mahasiswa, semakin hari justru semakin menjadi-jadi. Misalnya, kasus video adegan mesum yang pelakunya adalah mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang mengalami masalah kehidupan seks terus


(16)

2

bertambah akibat pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari kontrol yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaan baik dari orang tua maupun mendapatkannya sendiri dari pengajian-pengajian agama. Sementara itu tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua semakin bertambah longgar sehingga makin banyak mahasiswa yang terjebak ke dalam pola hidup seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima, baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.

Contoh gejala terjadinya hubungan seks sebelum menikah, yang saat ini sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan dan fenomena tersebut tidak hanya terjadi di kota-kota besar namun sudah mulai merambah ke kota-kota kecil. Hal ini dikarenakan lingkungan sekitar yang tercipta sudah tidak lagi tabu dengan kegiatan sex bebas tersebut. Berita disebuah Harian Kompas (3 Januari 2004) menyebutkan adanya mahasiswa di kota Malang yang mempunyai prinsip sex just for fun atau sex in the car, yaitu hubungan seks yang dilakukan di dalam mobil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indayani (2008) terhadap 15 mahasiswa berusia 18 tahun-22 tahun menyatakan bahwa mahasiswa telah berani melakukan perilaku seks dalam berpacaran seperti berciuman, necking, petting, dan bahkan ada yang mengaku sudah berhubungan seks dengan pacarnya hingga hamil.

Suatu fenomena free sex yang sering terjadi di kalangan para pemuda sebelum menikah justru banyak dilakukan oleh sepasang individu yang berpacaran. Meskipun tidak semua individu berpacaran melakukan hal tersebut, tetapi dari fakta itu menunjukan bahwa hal tersebut cukup mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Faktor ekstern seperti bujukan atau permintaan pacar merupakan motivasi untuk melakukan hubungan seksual dan hal ini menempati posisi keempat setelah rasa ingin tahu, agama atau keimanan yang kurang kuat serta terinspirasi dari film dan media massa. Selain itu, seringnya mengakses situs-situs porno atau melihat gambar maupun menonton hal-hal yang berbau pornografi dapat menjadi faktor terjadinya sex pra nikah di kalangan mahasiswa. Fakta menyebutkan bahwa pada tahun 2006 berdasarkan data Internet Pornography Statistic, Indonesia menempati peringkat ketujuh pengakses kata ”sex” di internet. Sementara data Googletrends posisi Indonesia meningkat pada peringkat kelima ditahun 2007. Dan menurut


(17)

3

Googletrends, justru ditahun 2008 dan 2009 Indonesia masuk tiga besar, yaitu diperingkat tiga. Data Googletrends menunjukkan tujuh besar daerah di Indonesia yang paling banyak mengakses istilah ”sex”. Peringkat tujuh besar tersebut dimulai dari subregions Yogyakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Timur, Bali dan ditutup oleh Jawa Barat. Apabila diamati daerah-daerah akses cyberporn

tersebut merupakan pusat mahasiswa dan pelajar menuntut ilmu. Hal yang sangat ironis bahwa ternyata daerah pusat pendidikan yang menjadi tempat pertama perkembangan teknologi informasi, justru banyak yang kena dampak negative dari pesatnya perkembangan teknologi dan informasi tersebut.

Selain perilaku seks bebas atau yang lebih dikenal dengan istilah free sex, perilaku mengkonsumsi narkoba juga banyak dilakukan oleh kaum intelektual kita. Fakta yang terjadi saat ini, memperlihatkan bahwa kasus pengguna narkoba di kalangan mahasiswa di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Faizi

(Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa di sebuah Universitas negeri) hasil riset

Badan Narkotika Nasional tahun 2008 menunjukkan, kasus pemakai narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa mencapai 1.073.642 orang, bahkan total penyalahgunaan narkoba bagi pelajar dan mahasiswa di Indonesia hampir 30 persen dari 3.000.200 orang. Maraknya pemakaian NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di kalangan mahasiswa akhir-akhir ini adalah suatu fenomena rusaknya moral generasi muda yang perlu segera ditangani dan dituntaskan keberadaannya. Hal ini mengingat begitu pentingnya kedudukan mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa yang nantinya akan melanjutkan kepemimpinan dan pembangunan di tanah air tercinta ini.

Selain maraknya fenomena penggunaan narkotika dikalangan mahasiswa, maraknya masalah penggunaan alcohol dikalangan mahasiswa juga tak kalah banyaknya. Fakta yang diperoleh dari National Institute on Alkoholisme dan Penyalahgunaan Alkohol menyebutkan bahwa sekitar 1.400 mahasiswa berusia 18 hingga 24 tahun meninggal setiap tahun dari insiden yang berkaitan dengan alkohol, termasuk kecelakaan kendaraan. 500.000 lainnya terluka di bawah pengaruh alkohol, dan sekitar 600.000 mahasiswa diserang oleh mahasiswa lainnya yang telah meminum minuman beralkohol. Lebih dari 70.000 mahasiswa diperkosa dalam insiden yang berkaitan dengan alkohol. Sekitar 400.000 mahasiswa memiliki


(18)

4

hubungan seks tanpa kondom dibawah pengaruh alkohol, menempatkan mereka pada risiko kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit menular seksual. Selain itu, depresi dan usaha bunuh diri yang banyak dilakukan oleh orang-orang yang minum

alcohol dalam kadar yang banyak di perguruan tinggi serta masalah kesehatan fisik

yang berkaitan dengan alkohol timbul dalam 150.000 mahasiswa per tahun.

Selain penggunaan narkotika dan minuman beralkohol, ada juga perilaku immoral mahasiswa lainnya misalnya perkelahian, tawuran, maupun demo anarkis mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia tidak kalah banyaknya. Contoh fakta yang terjadi tentang perkelahian atau tawuran mahasiswa misalnya pada pemberitaan di sebuah surat kabar Suara Karya 07 April 2010 bahwa terjadi tawuran kelompok mahasiswa di kampus perguruan tinggi swasta Medan yang diduga hanya karena masalah main sepak bola sehingga perlu menurunkan petugas polisi yang sempat kewalahan mendamaikan perkelahian mahasiswa tersebut.

Selain tawuran maupun perkelahian mahasiswa, ada juga kasus perilaku immoral terkait perjudian dikalangan mahasiswa. Fakta yang terjadi misalnya pada peristiwa yang dimuat oleh sebuah majalah yang menyebutkan bahwa aparat Polres Kudus meringkus seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Kudus, Jawa Tengah, yang menjadi bandar judi karena tergoda oleh penghasilan besar yang mencapai Rp 800.000/hari.

Banyaknya fakta yang terungkap mengenai berbagai jenis perilaku immoral yang dilakukan oleh mahasiswa, membuat kita merasa miris dan prihatin. Hal itu terjadi, salah satunya karena faktor kemanjaan hidup dalam lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pola dan gaya hidup. Jika sejak kecil mereka telah terbiasa hidup dalam budaya yang sarat kemanjaan dalam lingkungan keluarga, maka tidak heran ketika setelah dewasa pun akan mengadopsi pola dan gaya hidup yang telah mereka terapkan sejak kecil. Seiring dengan makin maraknya pola hidup konsumtiv, materialis, dan hedonis, anak-anak muda masa kini memiliki kecenderungan untuk berpikir praktis dan pragmatis. Sehingga kaum muda sudah tidak lagi menghargai proses dan kerja keras. Kondisi itu diperparah dengan miskinnya keteladanan orang tua dan kaum elite yang secara sosial mestinya bisa menjadi anutan.


(19)

5

Selain itu, kemerosotan moral mahasiswa juga banyak dipengaruhi oleh faktor kondisi social-budaya dalam masyarakat sekitarnya. Lingkungan sosial yang buruk adalah bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan perubahan sosial yang negatif. Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar mahasiswa adalah anak kost yang tentunya jauh dari pengawasan orang tua. Mayoritas kost memang memiliki penajaga, atau yang disebut induk semang. Namun, ada pula kost yang tidak disertai penjaga. Sehingga lingkungan seperti inilah yang juga dapat menyebabkan munculnya rasa bebas bertindak dari mahasiswa yang kost tersebut.

Sebagai warga Negara Indonesia, pemuda dan pemudi tentunya sudah mengetahui dan memahami bahwa gaya hidup yang digambarkan melalui perilaku-perilaku yang demikian (mengkonsumsi narkoba, melakukan free sex, dan sebagainya) sangat tidak sesuai dengan adat ketimuran yang diusung oleh bangsa Indonesia yang juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Dan fakta-fakta yang terjadi ini sudah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan. Sehingga ini menjadi urusan yang sangat penting untuk dicari jalan keluarnya karena gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya sehingga nantinya ini berdampak bagi citra diri suatu bangsa.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi perilaku immoral pada mahasiswa agar seluruh lapisan masyarakat bisa mengetahui dan ikut berperan dalam mengurangi serta memberantas perilaku immoral yang dilakukan terutama oleh mahasiswa.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku immoral mahasiswa ?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi perilaku immoral mahasiswa.


(20)

6

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Memberikan wacana baru dan informasi tambahan terhadap ilmu psikologi secara umum, khususnya psikologi pendidikan dan perkembangan mengenai factor-faktor yang menjadi latar belakang perilaku immoral yang sering terjadi di kalangan mahasiswa.

2. Manfaat praktis

Sebagai masukan dan informasi bagi para orangtua dan para pendidik agar lebih memperhatikan dan memberikan pengawasan serta memberikan bimbingan bagi anak-anak dan para didiknya agar mereka bisa mengurangi dan tidak melakukan perilaku immoral.


(1)

1 A.Latar Belakang

Globalisasi telah menimbulkan pengaruh yang sangat luas dalam dimensi masyarakat. Malcolm Waters, mengemukakan bahwa ada tiga dimensi proses globalisasi, yaitu: globalisasi ekonomi, globalisasi politik, dan globalisasi budaya. Globalisasi yang merupakan universalisasi nilai-nilai, menyebabkan kearifan lokal menjadi luntur. Hal ini menyangkut dengan moral bangsa yang juga akan terpengaruh dengan moral luar yang tentunya akan lebih kuat mempengaruhi karena dalam globalisasi, negara-negara majulah yang akan menguasai. Dalam rangka pembangunan untuk meningkatkan daya saing, diperlukan suatu bentuk moral yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa dan falsafah hidup bangsa timur yang terkenal dengan sopan santun dan keramahtamahannya. Hal yang semacam inilah yang perlu dimiliki mahasiswa.

Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda yang juga merupakan warga negara hendaknya memberikan rasa percaya pada masyarakat, bahwa merekalah yang menggantikan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini di kemudian hari. Peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki sikap dan perilaku yang positif. Mahasiswa harus memiliki sikap dan perilaku kreatif, kritis, kooperatif, dan etis. Sikap dan perilaku ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era global.

Fakta yang terjadi saat ini adalah banyak mahasiswa telah kehilangan moral. Sering kita lihat atau kita dengar perilaku immoral yang dilakukan oleh para mahasiswa baik dari media cetak, media elektronik, media online, atau bahkan kita saksikan langsung dalam kehidupan nyata sekitar kehidupan kita. Seperti tawuran antar geng, tawuran antar mahasiswa, mengonsumsi miras (narkoba), pemerkosaan, seks bebas, pencabulan, dan pencurian.

Perilaku immoral yang dilakukan oleh mahasiswa, semakin hari justru semakin menjadi-jadi. Misalnya, kasus video adegan mesum yang pelakunya adalah mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang mengalami masalah kehidupan seks terus


(2)

bertambah akibat pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari kontrol yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaan baik dari orang tua maupun mendapatkannya sendiri dari pengajian-pengajian agama. Sementara itu tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua semakin bertambah longgar sehingga makin banyak mahasiswa yang terjebak ke dalam pola hidup seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima, baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.

Contoh gejala terjadinya hubungan seks sebelum menikah, yang saat ini sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan dan fenomena tersebut tidak hanya terjadi di kota-kota besar namun sudah mulai merambah ke kota-kota kecil. Hal ini dikarenakan lingkungan sekitar yang tercipta sudah tidak lagi tabu dengan kegiatan sex bebas tersebut. Berita disebuah Harian Kompas (3 Januari 2004) menyebutkan adanya mahasiswa di kota Malang yang mempunyai prinsip sex just for fun atau sex in the car, yaitu hubungan seks yang dilakukan di dalam mobil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indayani (2008) terhadap 15 mahasiswa berusia 18 tahun-22 tahun menyatakan bahwa mahasiswa telah berani melakukan perilaku seks dalam berpacaran seperti berciuman, necking, petting, dan bahkan ada yang mengaku sudah berhubungan seks dengan pacarnya hingga hamil.

Suatu fenomena free sex yang sering terjadi di kalangan para pemuda sebelum menikah justru banyak dilakukan oleh sepasang individu yang berpacaran. Meskipun tidak semua individu berpacaran melakukan hal tersebut, tetapi dari fakta itu menunjukan bahwa hal tersebut cukup mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Faktor ekstern seperti bujukan atau permintaan pacar merupakan motivasi untuk melakukan hubungan seksual dan hal ini menempati posisi keempat setelah rasa ingin tahu, agama atau keimanan yang kurang kuat serta terinspirasi dari film dan media massa. Selain itu, seringnya mengakses situs-situs porno atau melihat gambar maupun menonton hal-hal yang berbau pornografi dapat menjadi faktor terjadinya sex pra nikah di kalangan mahasiswa. Fakta menyebutkan bahwa pada tahun 2006 berdasarkan data Internet Pornography Statistic, Indonesia menempati peringkat ketujuh pengakses kata ”sex” di internet. Sementara data Googletrends posisi Indonesia meningkat pada peringkat kelima ditahun 2007. Dan menurut


(3)

Googletrends, justru ditahun 2008 dan 2009 Indonesia masuk tiga besar, yaitu diperingkat tiga. Data Googletrends menunjukkan tujuh besar daerah di Indonesia yang paling banyak mengakses istilah ”sex”. Peringkat tujuh besar tersebut dimulai dari subregions Yogyakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Timur, Bali dan ditutup oleh Jawa Barat. Apabila diamati daerah-daerah akses cyberporn tersebut merupakan pusat mahasiswa dan pelajar menuntut ilmu. Hal yang sangat ironis bahwa ternyata daerah pusat pendidikan yang menjadi tempat pertama perkembangan teknologi informasi, justru banyak yang kena dampak negative dari pesatnya perkembangan teknologi dan informasi tersebut.

Selain perilaku seks bebas atau yang lebih dikenal dengan istilah free sex, perilaku mengkonsumsi narkoba juga banyak dilakukan oleh kaum intelektual kita. Fakta yang terjadi saat ini, memperlihatkan bahwa kasus pengguna narkoba di kalangan mahasiswa di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Faizi (Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa di sebuah Universitas negeri) hasil riset Badan Narkotika Nasional tahun 2008 menunjukkan, kasus pemakai narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa mencapai 1.073.642 orang, bahkan total penyalahgunaan narkoba bagi pelajar dan mahasiswa di Indonesia hampir 30 persen dari 3.000.200 orang. Maraknya pemakaian NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di kalangan mahasiswa akhir-akhir ini adalah suatu fenomena rusaknya moral generasi muda yang perlu segera ditangani dan dituntaskan keberadaannya. Hal ini mengingat begitu pentingnya kedudukan mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa yang nantinya akan melanjutkan kepemimpinan dan pembangunan di tanah air tercinta ini.

Selain maraknya fenomena penggunaan narkotika dikalangan mahasiswa, maraknya masalah penggunaan alcohol dikalangan mahasiswa juga tak kalah banyaknya. Fakta yang diperoleh dari National Institute on Alkoholisme dan Penyalahgunaan Alkohol menyebutkan bahwa sekitar 1.400 mahasiswa berusia 18 hingga 24 tahun meninggal setiap tahun dari insiden yang berkaitan dengan alkohol, termasuk kecelakaan kendaraan. 500.000 lainnya terluka di bawah pengaruh alkohol, dan sekitar 600.000 mahasiswa diserang oleh mahasiswa lainnya yang telah meminum minuman beralkohol. Lebih dari 70.000 mahasiswa diperkosa dalam insiden yang berkaitan dengan alkohol. Sekitar 400.000 mahasiswa memiliki


(4)

hubungan seks tanpa kondom dibawah pengaruh alkohol, menempatkan mereka pada risiko kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit menular seksual. Selain itu, depresi dan usaha bunuh diri yang banyak dilakukan oleh orang-orang yang minum alcohol dalam kadar yang banyak di perguruan tinggi serta masalah kesehatan fisik yang berkaitan dengan alkohol timbul dalam 150.000 mahasiswa per tahun.

Selain penggunaan narkotika dan minuman beralkohol, ada juga perilaku immoral mahasiswa lainnya misalnya perkelahian, tawuran, maupun demo anarkis mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia tidak kalah banyaknya. Contoh fakta yang terjadi tentang perkelahian atau tawuran mahasiswa misalnya pada pemberitaan di sebuah surat kabar Suara Karya 07 April 2010 bahwa terjadi tawuran kelompok mahasiswa di kampus perguruan tinggi swasta Medan yang diduga hanya karena masalah main sepak bola sehingga perlu menurunkan petugas polisi yang sempat kewalahan mendamaikan perkelahian mahasiswa tersebut.

Selain tawuran maupun perkelahian mahasiswa, ada juga kasus perilaku immoral terkait perjudian dikalangan mahasiswa. Fakta yang terjadi misalnya pada peristiwa yang dimuat oleh sebuah majalah yang menyebutkan bahwa aparat Polres Kudus meringkus seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Kudus, Jawa Tengah, yang menjadi bandar judi karena tergoda oleh penghasilan besar yang mencapai Rp 800.000/hari.

Banyaknya fakta yang terungkap mengenai berbagai jenis perilaku immoral yang dilakukan oleh mahasiswa, membuat kita merasa miris dan prihatin. Hal itu terjadi, salah satunya karena faktor kemanjaan hidup dalam lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pola dan gaya hidup. Jika sejak kecil mereka telah terbiasa hidup dalam budaya yang sarat kemanjaan dalam lingkungan keluarga, maka tidak heran ketika setelah dewasa pun akan mengadopsi pola dan gaya hidup yang telah mereka terapkan sejak kecil. Seiring dengan makin maraknya pola hidup konsumtiv, materialis, dan hedonis, anak-anak muda masa kini memiliki kecenderungan untuk berpikir praktis dan pragmatis. Sehingga kaum muda sudah tidak lagi menghargai proses dan kerja keras. Kondisi itu diperparah dengan miskinnya keteladanan orang tua dan kaum elite yang secara sosial mestinya bisa menjadi anutan.


(5)

Selain itu, kemerosotan moral mahasiswa juga banyak dipengaruhi oleh faktor kondisi social-budaya dalam masyarakat sekitarnya. Lingkungan sosial yang buruk adalah bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan perubahan sosial yang negatif. Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar mahasiswa adalah anak kost yang tentunya jauh dari pengawasan orang tua. Mayoritas kost memang memiliki penajaga, atau yang disebut induk semang. Namun, ada pula kost yang tidak disertai penjaga. Sehingga lingkungan seperti inilah yang juga dapat menyebabkan munculnya rasa bebas bertindak dari mahasiswa yang kost tersebut.

Sebagai warga Negara Indonesia, pemuda dan pemudi tentunya sudah mengetahui dan memahami bahwa gaya hidup yang digambarkan melalui perilaku-perilaku yang demikian (mengkonsumsi narkoba, melakukan free sex, dan sebagainya) sangat tidak sesuai dengan adat ketimuran yang diusung oleh bangsa Indonesia yang juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Dan fakta-fakta yang terjadi ini sudah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan. Sehingga ini menjadi urusan yang sangat penting untuk dicari jalan keluarnya karena gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya sehingga nantinya ini berdampak bagi citra diri suatu bangsa.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi perilaku immoral pada mahasiswa agar seluruh lapisan masyarakat bisa mengetahui dan ikut berperan dalam mengurangi serta memberantas perilaku immoral yang dilakukan terutama oleh mahasiswa.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku immoral mahasiswa ?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi perilaku immoral mahasiswa.


(6)

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Memberikan wacana baru dan informasi tambahan terhadap ilmu psikologi secara umum, khususnya psikologi pendidikan dan perkembangan mengenai factor-faktor yang menjadi latar belakang perilaku immoral yang sering terjadi di kalangan mahasiswa.

2. Manfaat praktis

Sebagai masukan dan informasi bagi para orangtua dan para pendidik agar lebih memperhatikan dan memberikan pengawasan serta memberikan bimbingan bagi anak-anak dan para didiknya agar mereka bisa mengurangi dan tidak melakukan perilaku immoral.