LEMBAGA YANG BERKOMPETEN DALAM JUDICIAL REVIEW YURISPRUDENSI DI INDONESIA

(1)

i

LEMBAGA YANG BERKOMPETEN DALAM JUDICIAL REVIEW YURISPRUDENSI DI INDONESIA

PENULISAN HUKUM

OLEH : AINUR ROCHMAN

08400044

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(2)

ii

PENULISAN HUKUM

LEMBAGA YANG BERKOMPETEN DALAM JUDICIAL REVIEW YURISPRUDENSI DI INDONESIA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar kesarjanaan

Dalam bidang Ilmu Hukum

OLEH : AINUR ROCHMAN

08400044

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Lembaga Yang Berkompeten Dalam Judicial Review Yurisprudensi di Inodonesia. Shalawat serta salam selalu tertuju kepada baginda Rasuluallah Muhammad SAW Sang Revolusioner pembawa rahmat bagi umat muslim dan seluruh alam semesta.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Skripsi ini mungkin tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta kelapangan pemikiran serta rizki yang begitu melimpah dalam pembuatan tugas akhir ini. 2. Ibu Sofiatun, selaku orang tua yang selalu memberikan dukungan dan

Do’a untuk menyelesaikan gelar kesarjanaan penulis

3. Bapak DR. Muhajir Effendy M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh gelar kesarjanaan di kampus putih tercinta ini; 4. Bapak DR. Sulardi, SH., M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang sekaligus seagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan fasilitas dan dukungan pada penyusunan skripsi ini;

5. Bapak DR. Surya Anoraga, SH., M.H selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memotivasi dan meluangkan waktu serta memberikan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

7. Seluruh Staff TU Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah sabar melayani selama masa perkuliahan hingga akhir.


(6)

vi

8. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang secara keseluruhan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah bersama-sama berjuang dalam segala hal.

Semoga amal baik dari semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT atas keikhlasan membantu penulis dalam penyususnan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas bahwa penulis sebagai manusia yang senantiasa memiliki sifat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Salam hormat,

Malang, 15 Agustus 2015 Penulis,


(7)

vii DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

Ungkapan Pribadi : ... v

ABSTRAKSI ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat dan Kegunaan ... 14

E. Metode Penelitian ... 16

F. Rencana Sistematika Penulisan ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 21

A. Tinjauan Umum Sistem Hukum Indonesia ... 21

1. Sistem Hukum Eropa Kontinental ... 23

2. Sistem Hukum Anglo Saxon ... 25

B. Tinjauan Umum Tentang Upaya Hukum Menurut KUHAP ... 26

1. Upaya Hukum Biasa ... 27

a. Perlawanan (Verzet) ... ... 27

b. Banding ... ... 29

c. Kasasi ... ... 30

2. Upaya Hukum Luar Biasa ... 35

a. Kasasi demi kepentingan umum ... ... 35


(8)

viii

C. Tinjauan Umum Tentang Jenis-Jenis Putusan Dalam KUHAP ... 40

1. Putusan Bebas ... 42

2. Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum ... 44

3. Putusan Pemidanaan ... 46

D. Tinjauan Umum Pengertian Judicial Review ... 47

1. Arti Hak Menguji Formal ... 48

2. Hak Menguji Material ... 49

E. Tinjauan Umum Tentang Asas Kepastian Hukum ... 49

F. Tinjauan Umum Tentang Yurisprudensi Di Indonesia ... 51

G. Tinjauan Umum Tentang Mahkamah Agung Republik Indonesia ... 54

1. Fungsi Peradilan ... 56

2. Fungsi Pengawasan ... 57

3. Fungsi Mengatur ... 57

4. Fungsi Nasehat ... 57

5. Fungsi Administratif ... 58

6. Fungsi Lain-Lain... 58

H. Tinjauan Tentang Mahkamah Konstitusi Di Indonesia ...58

I. Tinjauan Umum Tentang Constitutional Complaint Di Indonesia..60

BAB III PEMBAHASAN ... 64

A. Lembaga Peradilan Yang Memiliki Kompetensi Judicial Riview Atas Yurisprudensi Di Indonesia ... 64

BAB IV PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

INDEKS ... 91

LAMPIRAN ... 93


(9)

ix

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdul Hakim. (et.al.,). 1986. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan-Peraturan Pelaksana. Jakarta. Penerbit Djambatan

Ahmad Mujahidin. 2007. Peradilan Satu Atap Di Indonesia. Bandung. Penerbit Refika Aditama.

A. Hamzah dan Irdan Dahlan. 1987. Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana. Jakarta. Penerbit PT. Bina Aksara

Barda Nawawi Arief. 1990. Perbandingan Hukum Pidana. Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada.

Dudu Iswara Machmudin, 2001. Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Cetakan ke: 1. Bandung. Refika Aditama, , ,

Djoko Prakoso. 1985. Kedudukan Justisiabel di Dalam KUHAP. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia

Fernando M. Manulang. 2007. Menggapai Hukum Berkeadilam. Jakarta. Kompas

Hans Kelsen. 2010. Teori hukum murni dasar-dasar ilmu hukum normative terjemahan The fure of teory Barkely. University of California press 1978. Bandung. Nusa Media, ,

Harun M. Husein. 1992. Kasasi Sebagai Upaya Hukum. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika.

H. Rusli Muhammad. 2007. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Bandung . Penerbit PT Citra Aditya Bakti

Jimly asshiddiqie dan ali safa’at. 2006. Teori Hukum Hans Kelsen. Jakarta .Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Leden Marpaung. 1995. Proses Penanganan perkara pidana Bagian Kedua. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika

Leden Marpaung . 1995. Putusan Bebas Masalah dan Pemecahannya. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika

Lilik Mulyadi. 2007. Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktik, Teknik Penyusunan dan Permasalahannya. Bandung. Penerbit Citra Aditya Bakti


(10)

x

M.Marwan & P.Jimmy. Kamus Hukum. 2009. Surabaya. Reality publisher. Ni’matul huda. 2012. Hukum tata negara edisi revisi. Jakarta. Raja grafindo P.A.F Lamintang dan Lamintang. 2010. Pembahasan KUHAP menurut ilmu

pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika.

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Pontang Moerad. 2005. Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam Perkara Pidana. Bandung. P.T Alumni

R. Soesilo. Hukum Acara Pidana Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana Bagi Penegak Hukum. Bogor. Penerbit Politeia

Soedirdjo (I). 1984. Kasasi Dalam Perkara Pidana. Jakarta. Penerbit Akademika Pressindo.

Soekarno. 1978. Dalih Verkapte Ontslag van Rechtvervolging. Pengayoman. Nomor: 6. Tahun III. Juli

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta. Rajawali Pers

Sri Soemantri. 1997. Hak Uji Materil di Indonesia. Bandung. penerbit Alumni. Moeljatno. 2002. Asas-Asas hukum Pidana. Jakarta. Rhineka Cipta

Suryono Sutarto. 2004. Hukum Acara Pidana. Semarang. Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Soeroso. 2002. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. penerbit Sinar Grafika Wasis S.P. 2002. Pengantar Ilmu Hukum. Malang. UMM Press

Wirjono Prodjodikoro. 1977. Hukum Acara Pidana di Indonesia Cetakan Ketujuh. Bandung. Penerbit Sumur

_______. Pedoman Penulisan Hukum. 2012. Fakultas Hukum UMM Makalah

Jimmy Hari Budiyamo. 2009. Tinjauan Perbedaan Amara Sislem Hukum Civil Law (EROPA Kontinentalj dengan Common Law (Anglo Saxon). Yogyakana. Makalah Hukum Bisnis. Program Pasca Sarjana Magister dan Manajeman, Universitas Gadjah Mada


(11)

xi

Hans Kelsen, Pure Theory of Law, 1967, dikutip kembali oleh deni indrayana. Negara Hukum Indonesia Pasca Soeharto : Transisi Menuju Demokrasi vs Korupsi. Jurnal Konstitusi volume 1 nomor 1, juli 2004

Peraturan perundang-undangan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang

Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

Undang Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang tentang perubahan atas undang undang nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Keputusan Menteri Kehakiman No. M 14. PW.07.03. Tahun 1983 tentang tambahan pedoman pelaksanaan KUHAP Butir 19

Internet:

Luffi Chakim. Kewenangan Constitutional Complaint. http://www.lutfichakim.com. diakses 19 agustus 2015

Muhammad Aji. Yurisprudensi sebagai sumber hukum. http://muhammadajid81. blogspot.com/2012/12/yurisprudensi-sebagai-sumber-hukum-dan.html, diakses tanggal 21 Mei 2015

M. Ibadur Rahman. Upaya Hukum. http://id.netlog.com, diakses 4 desember 2012.

Muhammad Riza. Syarat-syarat dan Prosedur Yurisprudensi. http:// muhammadriza23.blogspot.com/2013/12/syarat-syarat-dan-prosedur-yurisprudensi.html, diakses 20 April 2015

Hary Rizky. Constitutional complaint. http:// harryrizki.blogspot.com/2013/02/-complaint.html diakses 19 Agustus 2015

Yuda Eka. Piramida Hukum Naisoanl Indonesia. http:// yudaeka793.blogspot.com. piramida-hukum-nasional-indonesia.html, diakses 30 juli 2015

_______. Pengertian Judicial Review. http://cukupsudah.wordpress.com/2010/02/14/ pengertian-judicial-review/, 30 oktober 2014.

_______. Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia. http:// id.wikipedia.org/wiki/Yurisprudensi_Mahkamah_Agung_Republik_Indon esia, diakses 20 mei 2015

_______. https://www.mahkamahagung.go.id/pr2news.asp?bid=7, diakses 30 juli 2015


(12)

xii

_______. Teori Hukum. https://teorihukum.wordpress.com/ diakses 30 juli 2015

http://id.netlog.com/m_ibadur_rahman/blog/blogid=12684

http://cukupsudah.wordpress.com/2010/02/14/pengertian-judicial-review/

http://id.wikipedia.org/wiki/Yurisprudensi_Mahkamah_Agung_Republik_Indones ia

http://muhammadajid81.blogspot.com/2012/12/yurisprudensi-sebagai-sumber-hukum-dan.html

https://www.mahkamahagung.go.id/pr2news.asp?bid=7

http://muhammadriza23.blogspot.com/2013/12/syarat-syarat-dan-prosedur-yurisprudensi.html

http://yudaeka793.blogspot.com/2014/06/piramida-hukum-nasional-indonesia.html

https://teorihukum.wordpress.com/

http://www.lutfichakim.com/2011/12/kewenangan-constitutional-complaint-ius_19.html http://harryrizki.blogspot.com/2013/02/constitutional-complaint.html


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum merupakan keseluruhan peraturan-peraturan dimana tiap-tiap orang yang bermasyarakat wajib mentaatinya. Dapat juga berarti sistem peraturan untuk meguasai tingkah laku manusia dalam masyarakat atau bangsa1. Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan hukum, seperti istilah yang sering kita dengar sebagai ubi societas, ibi ius, yang berarti “dimana ada masyarakat disitu ada

hukum”. Hukum diperlukan oleh masyarakat untuk mengatur masyarakat itu

sendiri. Berawal dari sinilah kemudian dalam Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 pasal 1 ayat (3) yang berbunyi, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

Suatu negara yang berdasarkan atas hukum harus menjamin

persamaan-persamaan “equality” setiap individu, termasuk kebebasan setiap individu untuk menggunakan hak asasinya. Hal ini merupakan conditio sine quanon, mengingat bahwa negara hukum sebagai akhir perjuangan individu untuk melepaskan dirinya dari keterikatan serta tindakan sewenang-wenang penguasa. Adnan Buyung Nasution mengatakan bahwa negara hukum merupakan dasar dari suatu peradilan yang merdeka. Tanpa itu akan terjadi tindakan kekacauan dan pelanggaran hak asasi.2

Negara hukum yang sebagaimana telah diamanatkan dalam konstitusi Indonesia harus berjalan sesuai dengan koridornya. Sifat hukum adalah mengatur dan memaksa, sehingga barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap

1

M.Marwan & P.Jimmy. kamus hukum. 2009. Surabaya. Reality publisher. Hal 258 2

Pontang Moerad. 2005. Pembentukan hukum melalui putusan pengadilan dalam perkara pidana.


(14)

2 hukum wajib mempertanggungjawabkannya secara hukum dan dapat dikenai hukuman / sanksi sesuai dengan pelanggarannya. Hukum mempunyai kekuatan mengikat kepada tiap-tiap orang. Agar hukum itu tetap ditaati, terjaga dan dihormati, maka kualitas hukum harus diajaga.

Hukum yang berkualitas adalah hukum yang mengandung nilai-nilai keadilan bagi seluruh masyarakat dan sesuai dengan kehendak / aspirasi mereka, sebab hukum yang baik maka akan menjamin kepastian hak dan kewajiban secara seimbang kepada tiap-tiap orang. Menurut Gustav Radbruch, tujuan hukum harus berorientasi pada tiga hal, yaitu (1) kepastian hukum, (2) keadilan dan (3) daya guna. Tuntutan utama dalam hukum adalah Kepastian. Oleh karena nya, hukum harus ditaati karena kepastiannya. Keadilan cukup apabila pada kasus sama diterapkan hukum yang sama. Daya guna hukum menyangkut tiga sasaran penting yaitu, individu, masyarakat dan budaya. Ketiga hal tersebut merupakan kebutuhan manusia mutlak yang harus dijamin dan dijaga oleh hukum.3

Muladi4 berpendapat bahwa pengertian negara hukum harus dairtikan secara dinamis dalam kerangka komparasi dalam konsep Supremacy of General Law yang berkembang di Eropa Kontinental. Didalam sistem Anglo-Saxon asas star decisis memungkinkan hakim untuk membentuk hukum (judge made law). Dilain pihak prinsip rechstaat lebih dekat kepada prinsip Supremacy of General Law didalam sistem Eropa Kontinental, yang pada dasarnya tidak memungkinkan hakim untuk menciptakan hukum.

3

Wasis S.P. 2002. Pengantar Ilmu Hukum. Malang. UMM Press. Hal 23

4


(15)

3 Menurut Michael Bagden, terdapat lima sistem hukum di dunia yaitu : Civil Law (Eropa Kontinental), Common Law (Anglo Saxon), Socialist Law, Islamic Law dan Chinese Law.5 Indonesia termasuk kedalam rumpun keluarga Civil Law (Eropa Kontinental).6 Dalam sistem ini dikenal namanya kodifikasi. Ini merupakan salah satu karakteristik dari sistem Civil Law, yang menyatakan bahwa hukum harus hukum undang-undang. Akibatnya putusan hakim secara teoritis hanya mengikat pada kasus yang bersangkutan dan tidak mempunyai kekuatan mengikat hakim yang lain.7 Demikian pula dengan hakim bawahan, putusannya tidak terikat dengan hakim yang diatasnya atau yang lebih tinggi. Hakim mempunyai kebebasan untuk memberikan putusan yang dirasakan adil. Akan tetapi dalam praktiknya, walaupun tidak ada keterikatan hakim bawahan untuk mengikut putusan hakim yang lebih tinggi.

Berbicara tentang negara hukum bila tidak dapat dan mampu dalam mengetahui sumber hukum dari sebuah negara dalam kaitannya dengan penerapan aturan hukumnya maka tidak akan ada sebuah kejelasan tentang dari mana hukum itu berasal. Karena, sesuai dengan pernyataan di atas apabila terdapat masyarakat maka pasti butuh yang namanya hukum sehingga hukum berperan sebagai alat pemaksa dan kontrol sosial agar suatu masyarakat dapat hidup saling berdampingan dengan aman dan tertib sesuai dengan tujuan hukum itu sendiri. Sedangkan, yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat dimana dapat ditemukan hukum, yakni hukum yang mempunyai kekuatan mengatur dan

5

Ibid, Hal 25

6

Barda Nawawi Arief. 1990. Perbandingan hukum Pidana. Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada.

Hal 22 7


(16)

4 memiliki sifat memaksa untuk ditaati. Hukum yang demikian akan dilengkapi dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya. Sumber Hukum sendiri dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.

A. 1. Sumber Hukum dalam arti Materil

Sumber hukum dalam arti materil menurut algra adalah tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum. misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, hubungan sosial ekonomi, tradisi, dll. 8

A. 2. Sumber hukum dalam arti formal

Masih menurut Algra, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dalam arti formil ialah merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal9. Sedangkan Van Apeldoorn memberikan pendapatnya tentang sumber hukum dalam arti formal ialah bahwa sumber dilihat dari cara terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.10 Agar dapat berupa peraturan tentang tingkah laku, maka harus dituangkan dalam bentuk undang-undang, kebiasaan dan traktat atau perjanjian antar negara.

Dalam bingkai konsep negara hukum, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah Hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Oleh karena itu, jargon yang sering kita dengar untuk

menyebut prinsip negara hukum adalah “the rule of law, not of man”. Yang

8

Soeroso. 2002. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. penerbit Sinar Grafika. Hal 118 9

Ibid

10


(17)

5 disebut pemerintahan pada pokonya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang

-perorangan yang bertindak sebagai „wayang‟ dari skenario sistem yang mengaturnya.

Gagasan negara hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan. Dikembangkan juga dengan menata Supra Struktur dan Infra Struktur kelembagaan politik, ekonomi, dan sosial yang tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Maka dari itu, sistem hukum itu perlu dibagun „law making‟ dan

ditegakkan „law enforcing‟ sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya.

Hal ini sebagaimana telah tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan yang redaksionalnya sebagai berikut :

Pasal 7

(1) Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas a. Undang-Undang Dasar NRI tahun 1945

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang d. Peraturan Pemerintah

e. Peraturam Presiden

f. Peraturan Daerah Provinsi dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.11

Hierarki peraturan perundang-undangan sejatinya telah melalui berbagai fase dalam perkembangannya menuju kesempurnaan. Fase tersebut dapat kita lihat mulai dari tahun 1966 dengan dikeluarkannya Tap MPRS XX tahun 1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib hukum republik indonesia dan Tata urutan peraturan perundangan Republik Indonesia. Dalam Tap

11


(18)

6 MPRS tersebut menyebutkan bahwa Tata Urutan / Hirarki Peraturan Perundangan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Dasar 1945 2. Ketetapan MPR

3. Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang 4. Peraturan Pemerintah

5. Keputusan Presiden

6. Peraturan-peraturan pelaksananya, seperti: - Peraturan Menteri

- Instruksi Menteri - Dan lain-lainnya

Fase perkembangan sekaligus perubahan berikutnya terjadi pada tahun 2000 dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang. Kalau selama ini Peraturan Daerah (Perda) tidak dimasukkan dalam tata urutan peraturan perundang-undangan, setelah lahirnya Ketetapan MPR No. II Tahun 2000, Perda ditempatkan dalam tata urutan tersebut setelah Keputusan Presiden.

Lengkapnya, tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia setelah tahun 2000 adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Dasar 1945

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 3. Undang-undang

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang 5. Peraturan Pemerintah

6. Keputusan Presiden 7. Peraturan Daerah12

12

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang


(19)

7 Perubahan tentang hirarki peraturan perundang undangan kembali terjadi pada tahun 2004. Dengan diundangkannya UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Pada pasal 1 butir 2 dalam UU tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Dilihat dari sisi materi muatannya, peraturan perundang-undangan bersifat mengatur (regelling) secara umum dan abstrak, tidak konkrit dan individual seperti keputusan penetapan. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-Undangan menurut Pasal 7 ayat 1 UU Nomor 10 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu), 3. Peraturan Pemerintah,

4. Peraturan Presiden, dan 5. Peraturan Daerah.

Peraturan Daerah terdiri atas Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, dan Peraturan Desa.

Dari berbagai perubahan tentang hirarki peraturan perundang undangan tersebut yang dimulai pada tahun 1966 dengan dikeluarkannya Tap MPRS no. XX tahun 1966 kemudian berubah lagi dengan dikeluarkannya Ketatapan MPR no III tahun 2000 dan dirubah lagi dengan diundangkannya UU no 10 tahun 2004, hingga akhirnya pada tahun 2011 kembali Hirarki Peraturan Perundang undangan tersebut berubah untuk kesekian kalinya dengan diundangkannya UU no. 12 tahun 2011.


(20)

8 Berbagai penyempurnaan sistem ketatanegaraan di Indonesia tidak lepas dari semangat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dari segi aturan atau Hukumnya. Penyempurnaan demi penyempurnaan dilakukan dari fase ke fase guna menemukan formulasi ideal yang nantinya akan bermuara pada tujuan Hukum itu sendiri yakni dapat memberi Rasa Adil, Pasti dan Manfaat bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Guna menjamin tegaknya Konstitusi yang menjadi dasar sekaligus pondasi

dari aturan hukum yang berkedudukan paling tinggi „supreme of law‟ maka

dibentuk pula suatu Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai „the guardian’

dan sekaligus „the ultimate interpreter of constitution’ di Indonesia. Mahkamah Konstitusi sendiri muncul dalam sistem Hukum Tata Negara di Indonesia sebagai cabang kekuasaan Yudikatif bersama dengan Mahkamah Agung sebagai pemegang otoritas Kekuasaan Kehakiman di Indonesia pasca Amandemen ke III Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada tanggal 19 November 2001. Semenjak pasca diamandemennya Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tersebut lebih khusus amandemen ke III Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman maka telah secara Yuridis ataupun Legal Formal

keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai „the guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate interpreter of constitution’ diakui oleh Konstitusi kita. Disini Mahkamah Konstitusi memiliki Kewenangan yang diatur dalam pasal 24C ayat (1) dan (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menggariskan wewenang Mahkamah Konstitusi sebagai berikut :


(21)

9 1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang undang terhadap undang undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilu. 2. Mahakamah Konstitusi wajib memberi putusan atas pendapat Dewan

Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran presiden dan/ atau wakil presiden menurut undang undang dasar.13

Secara khusus, wewenang Mahkamah Konstitusi tersebut diatur lagi dalam pasal 10 Undang Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dengan rincian sebagai berikut :

1. Menguji Undang Undang terhadap Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3. Memutus pembubaran partai politik

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum

5. Mahakamah Konstitusi wajib memberi putusan atas pendapat DPR bahwa presiden dan/ atau wakil presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/ atau wakil presiden sebagai mana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.14

Sudah jelas bahwa salah satu dari wewenang Mahkamah Konstitusi adalah menguji Undang Undang terhadap Undang Undang Dasar. Dalam sumber hukum Formil yang dianut di Indonesia selain undang-undang, ada juga Yurisprudensi atau juga bisa disebut putusan hakim yang juga dapat dijadikan sebagai dasar hukum. Secara singkat dan sederhana, pengertian yurisprudensi adalah keputusan Hakim. Oleh karena itu, Yurisprudensi sebagai sumber hukum berarti hukum yang bersumberkan pada keputusan-keputusan Hakim (case law). Secara lengkap

13

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

14

Undang Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang tentang perubahan atas undang undang nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi


(22)

10 pengertian yurisprudensi adalah keputusan hakim yang diikuti oleh hakim lain pada masa sesudahnya dalam peristiwa / kasus yang sama.15

Pengertian mengikuti putusan hakim yang lalu, tidak diartikan sama persis. Yang diikuti bisa bagian pertimbangan putusan (konsideran) atau juga bisa hukumannya (diktum). Sebab, tergantung pada keadaan yang mungkin sudah berbeda. Dilihat dari sejarahnya, Eksistensi atas berlakunya yurisprudensi sebagai sumber hukum berbeda dalam tiap negara yang mengikuti sistem hukum yang juga berbeda. Untuk negara-negara yang tunduk pada sistem hukum anglo saxon, yurisprudensi sebagai sumber hukum berkembang dengan pesat. Sebab dalam sistem itu jarang memberlakukan hukum-hukum tertulis, kecuali pada yang dianggap penting dan pokok, seperti Konstitusi / UUD.

Sedangkan untuk negara-negara yang tunduk pada sistem hukum eropa kontinental, yurisprudensi mula-mula tidak diakui sebagai sumber hukum. Karena pada sistem itu yang disebut hukum adalah peraturan tertulis saja (aliran legisme). Tetapi karena menyadari bahwa hukum tertulis banyak mengandung kelemahan, maka yurisprudensi diterima juga sebagai sumber hukum. Hanya saja tidak ditempatkan sebagai sumber hukum utama (elementer), melainkan baru digunakan apabila hukum tertulis benar-benar tidak mengatur masalah / kasus itu (ini yang diberlakukan dalam sistem hukum di Indonesia).

Yurisprudensi yang dalam sistem hukum di Indonesia bukanlah merupakan sebagai sumber hukum yang utama, melainkan hanya dapat berfungsi apabila dalam sumber hukum tertulis (Lex scripta) tidak mengatur kasus / masalah tersebut.

15


(23)

11 Anehnya meski telah diatur demikian, penerapan pemberlakuan hukum dalam sistem hukum di Indonesia masih muncul kerancuan hukum. Pada praktiknya salah satu contoh anomali penerapan Yurisprudensi di Indonesia dapat dilihat dari beberapa putusan Mahkamah Agung yang membolehkan terhadap putusan bebas (Vrijspraak) jaksa penuntut umum dapat melakukan upaya hukum kasasi terhadapnya.

Sedangkan dalam pasal 244 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

menyebutkan “Terdapat putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahakamah Agung kecuali terhadap putusan bebas”.

Jelas sudah, berdasarkan rumusan redaksional pasal 244 KUHAP tersebut pada kalimat terakhir bagian akhir, secara yuridis normatif KUHAP telah menutup jalan bagi jaksa penuntut umum untuk mengajukan upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas.

Dalam praktek peradilan pidana akhirnya terjadi perkembangan yang diawali oleh pihak Eksekutif, yakni pada saat itu oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan Menteri Kehakiman RI nomor: M. 14-PW. 07. 03 tanggal 10 desember 1983 tentang tambahan pedoman pelaksanaan

KUHAP yang dalam butir 19 pada lampiran ditetapkan bahwa “terhadap putusan

bebas tidak dapat dimintakan banding tetapi berdasarkan situasi, kondisi dan demi hukum, keadilan dan kebenaran, terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi. Hal ini akan didasarkan pada Yurisprudensi.”16

16

Abdul Hakim. (et.al.,). 1986. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana dan


(24)

12 Keberadaan yurisprudensi yang keluarnya didasarkan pada keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M. 14-PW. 07. 03 tahun 1983 tersebut dalam bidang substansi masih selalu menjadi wacana dan perdebatan kalangan teoritisi maupun praktisi. Berikut adalah beberapa fakta yuridis mengenai yurisprudensi Mahkamah Agung yang mengabulkan permohonan Jaksa Penuntut Umum terhadap Kasasi atas putusan bebas, diantaranya :

1. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 275 K/Pid/1983, atas nama terdakwa Raden Sonson Natalegawa.

2. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 579 K/Pid/1983 atas nama Moses Mairulli.

3. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 812 K/Pid/1984 atas nama Drs. Muhir Saleh.

4. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1164 K/pid/1985 atas nama Tony Gozal.

5. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 864 K/Pid/1986 atas nama Ricky Susanto.17

Yurisprudensi di atas adalah sebagai contoh kasus-kasus dari sebagaian kecil upaya jaksa penuntut umum mengajukan kasasi terhadap putusan hakim yang mengandung pembebasan (Vrijspraak) dan dikabulkan oleh Mahkamah Agung.

Ikhwal diafirmasinya upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas tidak lain disandarkan kepada asas hukum yang mendalilkan bahwa peraturan yang tidak adil tidak perlu dipatuhi (ius contra legem). Selanjutnya secara definitif asas tersebut dipositifkan di dalam Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman No. M.14-PW.07.03. Tahun 1983 Tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP. Namun persoalannya adalah tidak sesederhana itu, di dalam era reformasi hukum yang berobsesi untuk mewujudkan paradigma negara hukum yang demokratis

17

Leden Marpaung . 1995. Putusan Bebas Masalah dan Pemecahannya. Jakarta. Penerbit Sinar


(25)

13 dengan bersendikan prinsip trias politika, yakni prinsip cheks and balances, maka legalitas yurisprudensi tetap (yurisprudensi yang wajib diikuti oleh hakim yang kemudian, sebab telah dirujuk berulang-ulang dan penerapannya berlangsung efektif) sebagai dasar pijakan untuk mengesampingkan produk hukum undang-undang (KUHAP) patut dipertanyakan validitasnya. Pada masa lalu ijtihad atau rechtvinding yang dilakukan oleh MA melalui instrumen yurisprudensi untuk mengisi kevakuman hukum bahkan kerapkali menganulir materi peraturan setingkat undang-undang berdasar dalil ius contra legem memang dapat dimaklumi. Pasalnya, sistem hukum ketatanegaraan kita sebelum era reformasi tidak mengenal pranata uji materi terhadap peraturan setingkat UU. Instrumen review itupun kalau ada baru sebatas kepada peraturan di bawah UU, dan yang memiliki otoritas untuk melakukannya tidak lain adalah MA. Oleh karena itu wajar jika kemudian MA tidak saja berperan sekedar corong UU belaka, melainkan berinisiatif untuk melakukan temuan dan terobosan hukum melalui keputusan-keputusannya di pengadilan (judge made law).

Namun saat ini legal reasoning yang digunakan untuk menjustifikasi yurisprudensi MA atas dasar ius contra legem dapat mengabaikan UU, jelas sudah tidak relevan lagi bahkan inskonstitusional. Sebab menurut konstitusi, UU hanya dapat dianulir oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan bukan oleh MA. Hal ini juga bertentangan dengan semangat Asas Kepastian Hukum sebagaimana tertuang

dalam Konstitusi kita yang terdapat dalam pasal 28D ayat (1) “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”.


(26)

14 Maka berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penulisan hukum yang akan mengulas tentang

permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan pada latar belakang dengan judul “Lembaga yang berkompeten dalam Judisial Review Yurisprudensi di Indonesia

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : Lembaga manakah yang memiliki kompetensi Judisial Review atas Yurisprudensi di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui lembaga yang memiliki kompetensi dalam hal Judisial Review atas yurisprudensi.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini akan berguna dan memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum pidana maupun hukum perdata baik secara umum maupun secara khusus tentang legal standing Yurisprudensi dalam sistem hukum di Indonesia.


(27)

15 2. Secara Praktis

a. Bagi penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya akan menjadi pengetahuan baru guna menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat, dan juga sebagai prasyarat akademis untuk mendapat gelar kesarjanaan bidang ilmu hukum.

b. Bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memahami permasalahan yang terjadi dalam sistem hukum baik secara teori maupun praktik sehingga pada akhirnya nanti akan muncul kesadaran kritis dan gerakan moral masyarakat madani untuk peduli serta mendorong upaya penegakkan hukum yang berkesesuaian dengan peraturan perundang – undangan yang belaku di Indonesia.

c. Bagi penegak hukum

Dengan adanya penelitian ini diharapkan para penegak hukum (Polisi, Jaksa, Hakim dan Advokat) dalam sistem peradilan pidana dapat mengembangkan cakrawala berfikirnya dengan lebih memahami lebih dalam sumber hukum formil baik yang diatur dalam Undang Undang secara tertulis maupun yang tidak tertulis.

d. Bagi mahasiswa

Diharapkan semua mahasiswa dapat memperoleh wawasan baru mengenai hal tersebut diatas sehingga nantinya apabila terjun dalam masyarakat dapat turut serta berkontribusi dalam menegakkan hukum melalui keahlian dan pemahaman atas instrumen hukum dalam rangka penegakkan hukum dalam sistem peradilan pidana.


(28)

16 E. Metode Penelitian

Dalam penulisan hukum ini, penulis memilih jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif (Normatif Legal Research) adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.18 Jenis penelitian hukum normatif juga didasarkan atas penelusuran sumber-sumber referensi ilmiah dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan obyek penelitian.

1. Pendekatan

Penulisan hukum ini menggunakan pendekatan yuridis normatif,19 yaitu dengan menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.20 Dalam proses analisa datanya, pendekatan yuridis normatif ini dilakukan dengan model pendekatan undang-undang (statute approach), yakni dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.21 Dalam penulisan hukum ini, kasus yang diangkat penulis akan dianalisa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Seain itu penulis dalam penulisan ini juga melakukan pendekatan konseptual (conceptual approach) dengan melakukan penelitian tentang konsep hukum yang berasal dari sistem hukum.22 Dalam hal tersebut penulis akan merujuk doktrin-doktrin yang berkembang sesuai dengan objek kajian dalam penulisan ini.

18

Soerjono Soekanto& Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat).

Jakarta. Rajawali Pers. Hal. 13-14.

19

Ibid.

20

_______. Pedoman Penulisan Hukum. 2012, Fakultas Hukum UMM. Hal 23.

21

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Hal. 93. 22


(29)

17 2. Jenis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan antara lain adalah : a. Bahan Hukum Primer

Data Primer dalam hal ini antara lain UUD 1945, UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan, UU No. 3 tahun 2009 tentang Peruahan kedua atas Undang Undang No.14 tahun 1985 Tentang Mahkmah Agung. UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.14.PW.07.03 tahun 1983 tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, serta peraturan perundang undangan lainnya dan buku-buku, makalah, hasil penelitian, jurnal, artikel dan lainnya yang sesuai dengan fokus permasalahan dalam penelitian sebagai penunjang untuk melakukan analisis.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa berita-berita yang dimuat dalam media cetak dan elektronik seperti internet, tentang permasalahan dapat dikabulkannya Upaya Hukum Kasasi oleh MA yang diajukan oleh JPU terhadap Putusan bebas (Vrijspraak) pasca dikeluarkannya tentang aturan pelaksana tambahan oleh Menteri Kehakiman.


(30)

18 3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ialah teknik pengumpulan bahan hukum dengan melakukan pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan. Penelusuran pustaka yang paling utama dalam penulisan hukum ini ialah mencari peraturan perundang-undangan mengenai atau yang berkaitan dengan isu yang diteliti23, dengan kata lain yang memiliki relevansi dengan . Penelusuran peraturan perundang-undangan ini memiliki posisi yang pokok bersesuaian dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pendekatan perundang-undangan (staute approach).24

Selain itu penulis juga menggunakan metode pendekatan konseptual (conceptual approach) yang manakala peneliti tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal itu dilakukan karena memang belum atau tidak ada aturan hukum untuk masalh yang dihadapi.25 Oleh karena itu penulis mencoba untuk membangun konsep untuk dijadikan acuan dalam penelitiannya.

Penelurusan pustaka yang lain ialah terkait buku-buku ilmu hukum, artikel hukum, karya ilmu hukum, dan jurnal hukum yang berkaitan dengan putusan hakim/pengadilan (yurisprudensi) yang dijadikan dasar oleh jaksa penuntut umum dalam mengajukan upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas (vrijspraak)

23

Ibid, hal. 194.

24

Ibid.

25


(31)

19 b. Studi Digital Library

Merupakan pengkajian informasi yang berasal dari sumber digital baik berasal dari internet maupun file-file dalam format digital (soft copy), yang berkaitan dengan studi kasus yang diteliti. Sumber informasi dari digital ini dapat berupa pendapat atau komentar, hasil penelitian, dan berita yang diupload melalui situs internet oleh para pihak yang berkompeten dan memiliki relevansi dengan studi kasus yang diteliti.26 4. Analisis Bahan Hukum

Pengolahan data yang telah terkumpul nantinya akan ditunjang dengan Interpretasi Hukum dan dianalisis dengan menggunakan analisis isi (Content Analysis) yaitu analisis mendalam dan kritis terhadap aturan-aturan hukum maupun dari literatur-literatur yang relevan dengan masalah eksistensi Yurisprudensi dalam tata hukum Indonesia pasca putusan menteri kehakiman tahun 1983 sehingga penulisan hukum ini terarah sesuai dengan tujuan studi analisis yang dimaksud.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari penulisan hukum ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

26


(32)

20 Bab II : Dalam bab ini berisi pengertian tentang tinjauan umum dan kajian pustaka mengenai pengertian pengertian, pendapat para ahli tetang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan. Diantaranya adalah Tinjauan umum tentang sistem hukum Indonesia yang meliputi sistem hukum eropa continental dan sistem hukum anglo saxon. Tinjauan umum tentang upaya hukum menurut KUHAP meliputi upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Tinjauan umum tentang jenis-jenis putusan dalam KUHAP meliputi putusan bebas, putusan lepas dari segala tuntuan hukum dan putusan pemidanaan. Tinjauan umum tentang Yudisial Review yang meliputi Hak menguji Formil dan menguji Materiil. Tinjauan umum tentang Asas Kepastian Hukum. Bab III : Dalam bab ini akan dijabarkan data-data hasil analisis penulisan

berkenaan dengan permasalahan yang dimaksud.

Bab IV : Merupakan bab terakhir atau penutup dalam penulisan hukum yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hal-hal yang diuraikan dalam bab-bab sebelumnya.


(1)

15

2. Secara Praktis a. Bagi penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya akan menjadi pengetahuan baru guna menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat, dan juga sebagai prasyarat akademis untuk mendapat gelar kesarjanaan bidang ilmu hukum.

b. Bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memahami permasalahan yang terjadi dalam sistem hukum baik secara teori maupun praktik sehingga pada akhirnya nanti akan muncul kesadaran kritis dan gerakan moral masyarakat madani untuk peduli serta mendorong upaya penegakkan hukum yang berkesesuaian dengan peraturan perundang – undangan yang belaku di Indonesia.

c. Bagi penegak hukum

Dengan adanya penelitian ini diharapkan para penegak hukum (Polisi, Jaksa, Hakim dan Advokat) dalam sistem peradilan pidana dapat mengembangkan cakrawala berfikirnya dengan lebih memahami lebih dalam sumber hukum formil baik yang diatur dalam Undang Undang secara tertulis maupun yang tidak tertulis.

d. Bagi mahasiswa

Diharapkan semua mahasiswa dapat memperoleh wawasan baru mengenai hal tersebut diatas sehingga nantinya apabila terjun dalam masyarakat dapat turut serta berkontribusi dalam menegakkan hukum melalui keahlian dan pemahaman atas instrumen hukum dalam rangka penegakkan hukum dalam sistem peradilan pidana.


(2)

16

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan hukum ini, penulis memilih jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif (Normatif Legal Research) adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.18 Jenis penelitian hukum normatif juga didasarkan atas penelusuran sumber-sumber referensi ilmiah dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan obyek penelitian.

1. Pendekatan

Penulisan hukum ini menggunakan pendekatan yuridis normatif,19 yaitu dengan menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.20 Dalam proses analisa datanya, pendekatan yuridis normatif ini dilakukan dengan model pendekatan undang-undang (statute approach), yakni dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.21 Dalam penulisan hukum ini, kasus yang diangkat penulis akan dianalisa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Seain itu penulis dalam penulisan ini juga melakukan pendekatan konseptual (conceptual approach) dengan melakukan penelitian tentang konsep hukum yang berasal dari sistem hukum.22 Dalam hal tersebut penulis akan merujuk doktrin-doktrin yang berkembang sesuai dengan objek kajian dalam penulisan ini.

18

Soerjono Soekanto& Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta. Rajawali Pers. Hal. 13-14.

19 Ibid. 20

_______. Pedoman Penulisan Hukum. 2012, Fakultas Hukum UMM. Hal 23.

21

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Hal. 93.

22


(3)

17

2. Jenis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan antara lain adalah :

a. Bahan Hukum Primer

Data Primer dalam hal ini antara lain UUD 1945, UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan, UU No. 3 tahun 2009 tentang Peruahan kedua atas Undang Undang No.14 tahun 1985 Tentang Mahkmah Agung. UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.14.PW.07.03 tahun 1983 tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, serta peraturan perundang undangan lainnya dan buku-buku, makalah, hasil penelitian, jurnal, artikel dan lainnya yang sesuai dengan fokus permasalahan dalam penelitian sebagai penunjang untuk melakukan analisis.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa berita-berita yang dimuat dalam media cetak dan elektronik seperti internet, tentang permasalahan dapat dikabulkannya Upaya Hukum Kasasi oleh MA yang diajukan oleh JPU terhadap Putusan bebas (Vrijspraak) pasca dikeluarkannya tentang aturan pelaksana tambahan oleh Menteri Kehakiman.


(4)

18

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ialah teknik pengumpulan bahan hukum dengan melakukan pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan. Penelusuran pustaka yang paling utama dalam penulisan hukum ini ialah mencari peraturan perundang-undangan mengenai atau yang berkaitan dengan isu yang diteliti23, dengan kata lain yang memiliki relevansi dengan . Penelusuran peraturan perundang-undangan ini memiliki posisi yang pokok bersesuaian dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pendekatan perundang-undangan (staute approach).24

Selain itu penulis juga menggunakan metode pendekatan konseptual (conceptual approach) yang manakala peneliti tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal itu dilakukan karena memang belum atau tidak ada aturan hukum untuk masalh yang dihadapi.25 Oleh karena itu penulis mencoba untuk membangun konsep untuk dijadikan acuan dalam penelitiannya.

Penelurusan pustaka yang lain ialah terkait buku-buku ilmu hukum, artikel hukum, karya ilmu hukum, dan jurnal hukum yang berkaitan dengan putusan hakim/pengadilan (yurisprudensi) yang dijadikan dasar oleh jaksa penuntut umum dalam mengajukan upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas (vrijspraak)

23

Ibid, hal. 194.

24 Ibid. 25


(5)

19

b. Studi Digital Library

Merupakan pengkajian informasi yang berasal dari sumber digital baik berasal dari internet maupun file-file dalam format digital (soft copy), yang berkaitan dengan studi kasus yang diteliti. Sumber informasi dari digital ini dapat berupa pendapat atau komentar, hasil penelitian, dan berita yang diupload melalui situs internet oleh para pihak yang berkompeten dan memiliki relevansi dengan studi kasus yang diteliti.26

4. Analisis Bahan Hukum

Pengolahan data yang telah terkumpul nantinya akan ditunjang dengan Interpretasi Hukum dan dianalisis dengan menggunakan analisis isi (Content Analysis) yaitu analisis mendalam dan kritis terhadap aturan-aturan hukum maupun dari literatur-literatur yang relevan dengan masalah eksistensi Yurisprudensi dalam tata hukum Indonesia pasca putusan menteri kehakiman tahun 1983 sehingga penulisan hukum ini terarah sesuai dengan tujuan studi analisis yang dimaksud.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari penulisan hukum ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

26 Ibid.


(6)

20 Bab II : Dalam bab ini berisi pengertian tentang tinjauan umum dan kajian pustaka mengenai pengertian pengertian, pendapat para ahli tetang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan. Diantaranya adalah Tinjauan umum tentang sistem hukum Indonesia yang meliputi sistem hukum eropa continental dan sistem hukum anglo saxon. Tinjauan umum tentang upaya hukum menurut KUHAP meliputi upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Tinjauan umum tentang jenis-jenis putusan dalam KUHAP meliputi putusan bebas, putusan lepas dari segala tuntuan hukum dan putusan pemidanaan. Tinjauan umum tentang Yudisial Review yang meliputi Hak menguji Formil dan menguji Materiil. Tinjauan umum tentang Asas Kepastian Hukum. Bab III : Dalam bab ini akan dijabarkan data-data hasil analisis penulisan

berkenaan dengan permasalahan yang dimaksud.

Bab IV : Merupakan bab terakhir atau penutup dalam penulisan hukum yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hal-hal yang diuraikan dalam bab-bab sebelumnya.