10 POLITIK HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI LEMBAGA JUDICIAL REVIEW
POLITIK HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI
SEBAGAI LEMBAGA JUDICIAL REVIEW
Liky Faizal
Abstrak
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara baru hasil amandemen ke tiga UndangUndang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga yang mandiri di bidang
yudisial.
Kewenangan Judicial
review diberikan
kepada
Mahkamah
Konstitusi. Mahkamah Konstitusi diberikan kewenangan untuk menguji Undang-Undang
terhadap Undang-Undang Dasar. Dari sini dapat dilihat bahwa salah satu politik hukum
yang melatar belakangi lahirnya ide pembentukan Mahkamah Konstitusi ialah sebagai
upaya antisipasi terhadap produk-produk penguasa yang dapat merugikan kepentingan
masyarakat. Oleh sebab itu Mahkamah Konstitusi diharapkan dapat melakukan kontrol
dengan berbagai kewenangannya terhadap berbagai kebijakan dan produk hukum
pemerinatah berupa peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah agar
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang tertuang dalam UUD 1945.
Keywords: politik hukum, mahkamah konstitusi
LEGAL POLITICS CONSTITUTIONAL COURTS
AS JUDICIAL REVIEW AGENCIES
Liky Faizal
Abstract
The Constitutional Court is a new State institution resulting from the third amendment of
the 1945 Constitution. The Constitutional Court is an independent institution in the
judicial sector. The authority of Judicial Review is given to the Constitutional Court. The
Constitutional Court is authorized to review the Act against the Constitution. From this it
can be seen that one of the legal politics behind the birth of the idea of the establishment of
the Constitutional Court is as an effort to anticipate the products of the authorities that can
harm the interests of society. Therefore, the Constitutional Court is expected to exercise
control with various authorities against various policies and products of governmental law
in the form of legislation issued by the government so as not to conflict with the principles
contained in the 1945 Constitution.
Keywords: political law, constitutional court
yang menghendaki perubahan melalui
A. Latarbelakang
Dalam
era
reformasi
sistem
dewasa
amandemen.[2] Sebagai
dari reformasi
ini
nasional tahun
buah
1998,
perubahan terhadap UUD 1945 ada yang
Undang-Undang Dasar Negara Republik
menghendaki perubahan total dan ada
Indonesia tahun 1945 telah mengalami
10
perubahan sebanyak empat perubahan,
Mengingat
banyak peraturan
yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan
setingkat undang-undang
2002.[3]
substansinya
yang
bertentangan
dengan
peraturan yang lebih tinggi (UUD atau
Dengan perubahan-perubahan
itu,
Ketetapan MPR). Selain itu hal tersebut
pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam
UUD
pergeseran
1945
dan
juga
mengalami
pemberdayaan
serta rakyat dalam sistem ketatanegaraan
sebagai realisasi kehidupan yang lebih
format kelembagaan serta mekanisme
antara
upaya
masayarakat dalam meningkatkan peran
perubahan mendasar,
sehingga mengubah pula corak dan
hubungan
sebagai
demokratis.
lembaga-lembaga
negara. Dengan adanya amandemen
Mahkamah
UUD 1945 terdapat organ negara yang
lembaga negara baru hasil amandemen
sebelumnya ada dihapuskan misalnya,
ke tiga Undang-Undang Dasar 1945.
Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Dalam pasal 12C hasil perubahan ke
yang sebelumnya diatur dalam pasal 16
tiga Undang-Undang Dasar 1945, ide
BAB VI ditiadakan dari naskah Undang-
pembentukan
Undang Dasar. Di samping itu, ada pula
diadopsikan ke dalam konstitusi negara
organ negara yang sebelumnya tidak ada
sebagai organ konstitusiaonal baru yang
justru diadakan menurut ketentuan yang
sederajat
baru, seperti Dewan Perwakilan Daerah
Mahkamah Agung. Fungsi Mahkamah
(DPD), Mahkamah Konstitusi (MK),
Konstitusi
dan Komisi Yudisial (KY).[4]
secara konstitusional sejak tahun 2003,
Salah
satu
fundamental
pokok
dalam
Konstitusi merupakan
Mahkamah
Konstitusi
kedudukannya
itu
bahkan
dengan
dilembagaan
perubahan
yang
yaitu dengan ketentuan pasal III Aturan
UUD
pasca
Peralihan
yang
menyatakan
reformasi ialah dibentuknya lembaga
Mahkamah
baru
Mahkamah
selambat lambatnya pada 17 Agustus
pemegang
2003 dan sebelum dibentuk segala
Agung
sebagai
sebagai
sandingan
lembaga
Konstitusi
bahwa
dibentuk
kekuasaan kehakiman yaitu, Mahkamah
kewenangannya
Konstitusi. Hal tersebut berawal dari
Mahkamah
adanya tuntutan untuk dibentuknya suatu
Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu
lembaga yang berwenang melakukan p
lembaga
engujian terhadap undang-undang.
kehakiman di Indonesia tentunya tidak
11
dilakukan
oleh
Agung.[5] Terbentuknya
pemegang
kekuasaan
terjadi begitu saja. Sudah barang tentu
Yamin
tersebut
seiring digagasnya hal tersebut terdapat
kepastian hukum.
mengarah
kepada
tujuan-tujuan dan politik hukum yang
Tetapi ide M. Yamin tersebut belum
melandasinya. Berdasarkan uraian di
dapat
atas persoalan dalam tulisan ini yaitu
Konstitusi
Orang
yang
paling menentang adalah Prof. Soepo
bagaimana politik hukum pembentukan
Mahkamah
diterima.
mo.
sebagai
Ia
membantah
diadakannya
wewenang pengujian undang-undang,
lembaga Judicial Review?
dengan
dua
alasan
sebagai
berikut. Pertama, UUD yang sedang
B. PEMBAHASAN
disusun pada saat itu (yang kemudian
1. Politik Hukum dalam Pembentukan
menjadi
Mahkamah Konstitusi
mempergunakan
ide
dibentuknya
mengenai
sebuah
Indonesia
melaksanakan trias
Mahkamah
para
Persiapan
dengan
Kemerdekaan
BPUPK
tidak
efektif.[6]Ide
pembentukan
mewujudkan kehidupan ketatanegaraan
berpendapat
yang demokratis membawa implikasi
terhadap
diberi wewenang untuk menguji apakah
banyaknya
ketentuan-
ketentuan fundamental dalam UUD
undang-undang yang dibuat oleh DPR
1945 sebelum perubahan yang dirubah.
tidak bertentangan dengan UUD, hukum
Seperti
adat yang diakui, atau syariat agama
ditinggalkannya
supremasi
Islam.Walaupun tidak secara eksplisit
keharusan
Indonesia
yang salah satu agendanya adalah
bahwa Mahkamah Agung (MA) perlu
disebutkan
hukum
Mahkamah Konstitusi baru. Reformasi
Yamin yang merupakan salah satu
dari
ahli
politica. Kedua,
sehingga ditakutkan tidak akan berjalan
(BPUPK) tahun 1945. Ketika itu M.
anggota
politica.
memiliki pengalaman mengenai hal itu
merdeka. Seperti
ketika sidang Badan Peneyelidik UsahaUsaha
teori trias
tidak
hanya terdapat pada negara-negara yang
perlu
Konstitusi telah sejak lama diwacanakan
sebelum
1945)
Menurutnya kewenangan semacam itu
Dalam perjalanan ketatanegaraan
Indonesia,
UUD
sebagi
membentuk
parlemen
pelaku
prinsip
yang dianggap
kedaulatan
rakyat
sepenuhnya dan sebagai penjelmaan
sebuah Mahkamah Konstitusi tetapi
seluruh
secara implisit substansi pendapat M.
12
rakyat
yang
mempunyai
kedudukan
tertinggi
dengan
pembentukan MK mendapat respon
kekuasaan yang tidak terbatas.
positif dan menjadi salah satu materi
perubahan UUD yang diputuskan oleh
Perubahan
UUD
1945
terjadi setelah reformasi
yang
tidak
MPR.
lagi
Setelah
melalui
proses
pembahasan yang mendalam, cermat,
menempatkan MPR sebagai lembaga
dan
tertinggi
perubahan
menjadi kenyataan dengan disahkannya
keempat (tahun 2002), dalam struktur
Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C UUD
kelembagaan
Indonesia
1945 yang menjadi bagian Perubahan
terdapat delapan buah organ negara
Ketiga UUD 1945 pada Sidang Tahunan
yang mempunyai kedudukan sederajat
(ST) MPR 2001, tanggal 9 November
yang
menerima
2001. Dengan disahkannya dua pasal
kewenangan konstitusonal dari UUD.
tersebut, maka Indonesia menjadi negara
Artinya MPR bukan lagi satu-satunya
ke-78 yang
pelaku kedaulatan rakyat yang diatur
menjadi negara pertama pada abad ke-
dalam
21 yang membentuk lembaga kekuasaan
negara.
Pasca
Republik
secara
UUD.
langsung
Selain
itu,
juga
bermunculan ide-ide dan ide-ide agar
demokratis,
akhirnya
membentuk
ide MK
MK
dan
kehakiman tersebut.[7]
tradisi pengujian peraturan perundangundangan perlu ditingkatkan tidak hanya
Pada praktiknya, tidak ada keseragaman
terbatas
di negara-negara di dunia ini mengenai
pada
peraturan
di
bawah
undang-undang melainkan juga atas UU
kewenangan
terhadap UUD. Kewenangan melakukan
melainkan disesuaikan dengan sejarah
pengujian
itu
dan kebutuhan masing-masing negara.
diberikan kepada sebuah mahkamah
Ada konstitusi negara yang menyatukan
tersendiri di luar Mahkamah Agung
fungsi Mahkamah Konstitusi kedalam
(MA). Atas dasar pemikiran itu, adanya
Mahkahah Agung, adapula konstitusi
MK yang berdiri sendiri di samping MA
negara yang memisahkannya sehingga
menjadi sebuah keniscayaan.
dibentuk
UU
terhadap
UUD
Mahkamah
dua
badan
Konstitusi,
kekuasaan
kehakiman yaitu MA dan MK.[8]
Lembaga
merupakan
Mahkamah
Konstitusi
Berdasarkan
fenomena
perkembangannya,
tentang
sejarah
pembentukan Mahkamah Konstitusi di
baru dalam dunia ketatanegaraan.
Dalam
uraian
atas maka setidaknya ada tiga hal yang
ide
13
menjadi
latar
belakang
pembentuk
tentang Mahkamah Konstitusi[11] juga
Konstitusi,
disebutkan
bahwa:
yaitu: Pertama, ada kekosongan hukum
Konstitusi
merupakan
atau
lembaga
Mahkamah
lebih
peraturan
tepatnya
kekosongan
perundang-undangan
negara
yang
“Mahkamah
salah
satu
melakukan
yang
kekuasaan kehakiman yang merdeka
berkenaan dengan pengujian undang-
untuk menyelenggarakan peradilan guna
undang terhadap UUD 1945. Kedua,
menegakkan hukum dan keadilan.”
kekosongan
undangan
peraturan
yang
perundangdengan
Dari kedua undang-undang di atas dapat
konflik
dilihat bahwa Mahkamah Konstitusi
kewenangan di antara lembaga negara
merupakan lembaga yang mandiri di
yang ada.[9] Ketiga, berkenaan dengan
bidang yudisial. Kedudukan mahkamah
alasan
dasar
konstitusi sebagai pelaku kekuasaan
dalam
kehakiman dalam sistem kelembagaan
kemungkinan
berkenaan
timbulnya
yang
pemberhentian
menjadi
presiden
masajabatannya.[10]
negara
di
Indonesia
sebagai
2. Kedudukan Mahkamah Konstitusi
Kedudukan
peradilan
terhadap perkara-perkara ketatanegaraan
Mahkamah
ketiga
lembaga
yang menyelenggarakan
tertentu yang diatur menurut ketentuan
Konstitusi dalam pasal 24 ayat (2)
perubahan
dimaksudkan
pasal 7B jo. Pasal 24C perubahan ketiga
Undang-Undang
UUD 1945.[12] Jadi, pasca perubahan
Dasar 1945 dinyatakan bahwa:
ketiga UUD 1945 kekuasaan kehakiman
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
dilaksanakan oleh dua lembaga yaitu,
sebuah Mahkamah Agung dan badan
Mahkamah
peradilan lain yang berada di bawahnya
Mahkamah Konstitusi (MK). Artinya
dalam
antara MA dan MK memiliki kedudukan
lingkungan
peradilan
umum,
Agung
(MA)
dan
yang sejajar.
lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan
tata uasaha negara, dan oleh sebuah
Kekuasaan kehakiman di Indonesia
Mahkamah Konstitusi.”
menganut sistem bifurkasi (Bifurcation
Selanjutnya
dalam
BABII
System). Di mana kekuasaan kehakiman
Pasal2
terbagi dalam 2 cabang, yaitu cabang
Undang-Undang Nomor 24Tahun 2003
peradilan biasa (Ordinary Court) yang
14
berpuncak pada Mahkamah Agung dan
suatu
cabang
undangan bertentangan atau tidak
peradilan
konstitusi
yang
peraturan
perundang-
dijalankan oleh Mahkamah Konstitusi
dengan
peraturan
yang
lebih
yang secara struktural berkedudukan
tinggi.[14] Menurut Prof. Mahfud
sejajar.[13]
MD, hal ini didasarkan pada alasan
bahwa hukum adalah produk politik
Wewenang Mahkamah
Konstitusi
yang
pasti
tidak
steril
dari
sebagaimana diatur dalam pasal 24C
kepentingan-kepentingan
UUD 1945 yaitu:
anggota lembaga yang membuatnya
1) Mengadili pada tingkat pertama dan
sehingga
sangat
terakhir yang putusannya bersifat
mengandung
final untuk
penyimpangan.
undang
menguji undang-
terhadap
potensial
penyimpangan-
Udang-Undang
Dasar.
3) Memutus sengketa
2) Wewenang
yang
Mahkamah
dimiliki
Konstitusi
untuk
kewenangannya
Undang
UUD,
kewenangan
disebut
istilah judicial
kewenangan
lembaga negara yang
menguji undang-undang terhadap
sering
politik
dengan
review. Secara
oleh Undang-
Dasar.
Suatu
sengketa
lembaga
negara dapat menjadi
wewenang
teoritik maupun praktek dikenal dua
Mahkamah
Konstitusi
apabila
macam pengujian, yaitu pengujian
memenuhi
syarat-syarat
sebagai
formal (formale toetsingsrecht) dan
berikut;[15]
pengujian secara materiil (meteriele
(1)Merupakan sengketa kewenangan
toetsingsrecht). Pengujian formal
antarlembaga
ialah pengujian dengan cara menilai
(2) Keweangannya
apakah produk legislatif dibuat
diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, dan
sesuai dengan prosedur atau tidak
(3) Lembaga
negara
tersebut
dan mengidentifikasi apakah suatu
memiliki kepentingan lansung
kekuasaan
terhadap
berhak
megeluarkan
kewenangan
peraturan tertentu. Adapun yang
dipersengketakan.
dimaksud dengan pengujian materiil
Kewenangan
ialah
Konstitusi
pengujian
dengan
cara
menyelidiki dan menilai apakah
dimaksudkan
15
yang
Mahkamah
dalam
hal
ini
untuk
menyelesaikan
perselisihan
dari kewenangan ini adalah uji
hukum atas suatu kewenangan
sahih atas penghitungan suara
lembaga negara. Artinya esensi
pemilihan
kewenangan
merupakan
nasional. Bila ada permohonan
cerminan suatu fungsi kontrol
yang diajukan pemohon maka
dari badan peradilan terhadap
kebenaran dari penetapan hasil
penyelenggaraan kekuasaan oleh
pemilihan umum oleh Komisi
lembaga negara yaitu dengan
Pemilihan Umum (KPU) akan
menempatkan kekuasaan yang
diperiksa
menjadi kewenangan lembaga
Mahkamah Konstitusi. Adapun
negara
dengan
yang
lingkup
permohonan
ini
sesuai
proporsi ruang
kekuasaan yang diatur menurut
umum
dan
secara
diputus
berhak
oleh
mengajukan
tersebut
adalah
sebagai berikut:[16]
UUD.
1) Perorangan warga Negara
4). Memutus pembubaran partai politik,
Implikasi
dari
wewenang
Indonesia
ini
suatu
Putusan
partai
Mahkamah
anggota
Dewan Perwakilan Daerah.
berkaitan erat dengan eksistensi dan
keabsahan
calon
2) Pasangan
calon
Presiden
politik.
dan Wakil Presiden peserta
Konstitusi
pemilu Presiden dan Wakil
terhadap
Presiden.
pembubaran suatu partai politik b
3) Partai politik peserta pemilu.
erimplikasi pada tidak diakuinya
keberadaan
partai
politik
Di
yang
sebaliknya.
Mahkamah
bahwa Mahkamah Konstitusi memilki
juga
merupakan
syarat
mutlak
pemerintah
untuk
membubarkan
wewenang
Pasal 24C UUD 1945 juga disebutkan
Putusan
Konstitusi
mempunyai
sebagaimana dijelaskan di atas, dalam
bersangkutan secara hukum begitu
juga
samping
kewajiban
bagi
mengenai
memutus
dugaan
pendapat
DPR
pelanggaran
yang
dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil
partai poltik tertentu.
Presiden. Putusan Mahkamah konstitusi
5).
dalam hal ini dapat menjadi dasar hukum
Memutus perselisihan tentang
bagi DPR dalam mengundang MPR
hasil pemilihan umum. Esensi
untuk mengadakan rapat paripurna guna
16
meminta
pertanggungjawaban
Presiden/Wakil
Presiden.
masa lalu nyaris hilang kepercayaan
Selanjutnya
masyarakat terhadap kesungguhan dan
dapat menjadi pertimbangan MPR untuk
sikap adil lembaga-lembaga dan para
memberhentikan
pejabat
atau
tidak
pemerintah
selaku
penegak
Presiden/Wakil Presiden dalam masa
hukum, hampir di semua lini dan level,
jabatannya.
untuk benar-benar menegakkan keadilan
dan berpihak kepada rakyat. Gelegar
3) Politik Hukum Pembentukan
kekhawatiran ini jelas jelas dapat dibaca
Mahkamah Konstitusi
Pemikiran
pembentukan
dalam Tap MPR RI Tahun 1999 tentang
GBHN yang menilai kinerja aparat
Mahkamah
penegak hukum di pengadilan, bahkan
Konstitusi mulai mendapat tanggapan
juga kalangan TNI dan kepolisian,
yang begitu kuat pasca bergulirnya
sebuah dokumen politik resmi yang
reformasi yang salah satu agendanya
adalah
mewujudkan
dapat dibaca oleh semua orang baik
kehidupan
dalam negeri maupun luar negeri.
ketatanegaraan yang demokratis. Hal
tersebut membawa implikasi terhadap
banyaknya
Prof. Jimly mengatakan bahwa dalam
ketentuan-ketentuan
fundamental dalam UUD 1945 sebelum
perubahan yang dirubah. Salah satu
hasil
perubahan
dibentuknya
tersebut
Mahkamah
bagi
ialah
Agung
dalam memegang kekuasaan kehakiman
(MK)
dalam
bangsa
Indonesia
pemisahan
kekuasaan
mengandalkan
prinsip checks
balance sebagai
pengganti
supremasi
di Indonesia. Kehadiran Mahkamah
Konstitusi
keempat,
sampai
dengan
telah
sistem ketatanegaraan. Antara lain prinsip
Konstitusi
Mahkamah
pertama
mengadopsi prinsip-prinsip baru dalam
sebagai suatu lembaga baru sebagai
sandingan
perubahan
MPR
yang
yang
and
sistem
berlaku
sebelumnya. Oleh karena itu, perlu
sistem
diadakan hal-hal sebagaiberikut:
kenegaraan
Indonesia juga merupakan
upaya
mereformasi
ketatanegaraan
yang
sebuah
1)
kehidupan
Perlu diadakan mekanisme untuk
memutus
menuntut
yang
sengketa
mungkin
kewenangan
terjadi
antar
penegakkan hukum secara adil dan
lembaga-lembaga yang mempunyai
demokratis. Demikian gelegar tuntutan
kedudukan
itu, karena pada tatanan kekuasaan di
kewenangannya diatur dalam UUD;
17
sederajat
yang
2)
Perlu dilembagakan adanya
Terbentuknya
Mahkamah Konstitusi
peranan hukum dan hakim yang
tidak
dari
dapat
dan
ketatanegaraan Indonesia pra reformasi.
produk-produk keputusan politik
Salah satunya yaitu, ada kekosongan
yang hanya mendasarkan diri pada
pengaturan pengujian (judicial review)
prinsip the
mengontrol
majority. Karena
fungsi Judicial
proses
terlepas
fakta
sejarah
rule
of
terhadap undang-undang. Hal ini secara
itu
fungsi-
tidak langsung telah menguntungkan
review atas
kekuasaan, karena produk perundang-
konstitusionalitas undang-undang
undangan
dan proses pengujian hukum atas
penguasa tidak akan ada yang dapat
tuntutan pemberhentian terhadap
mengganggu gugat. Kondisi semacam
Presiden dan/atau Wakil Presiden
itu pada masa orde baru dinilai sangat
dikaitkan dengan fungsinya;
menguntungkan kekuasaan (eksekutif)
3)
karena mayoritas anggota DPR berasal
Diperlukan
mekanisme
berbagai
adanya
untuk
memutuskan
persengketaan
dari
yang
partai
dibuat
yang
oleh
berkuasa.
para
Segala
yang
macam rancangan undang-undang yang
dapat
berasal dari lembaga eksekutif hampir
proses
dapat dipastikan selalu disetujui oleh
peradilan biasa, seperti sengketa
DPR. Sehingga terlihat lembaga DPR
hasil pemilu dan pembubaran
hanya dijadikan boneka para penguasa
partai
saja.
timbul
yang
diselesaikan
tidak
melalui
politik.
Perkara-perkara
Menurut
Mahfud
semacam ini berkaitan erat dengan
dan Judicial
hak dan kebebasan para warga
pada alasan bahwa
negara dalam dinamika sistem
produk politik yang pasti tidak steril dari
politik demokratis yang dijamin
kepentingan-kepentingan
oleh UUD. Karena itu, fungsi-
anggota
fungsi penyelesain sengketa atas
sehingga sangat potensial mengandung
hasil
penyimpangan-penyimpangan.
pemilihan
umum
dan
review juga
perlunya
didasarkan
hukum
adalah
politik
lembaga yang membuatnya
pembubaran partai politik juga
dikaitkan
dengan
Oleh sebab itu, diperlukan suatu
kewenangan
lembaga
MK.
untuk
mengawasi
produk-
produk hukum agar sejalan dan tidak
bertentangan
18
dengan
UUD
sebagai
sebuah
konstitusi
dijunjungtinggi.
yang
Proses
harus
kewenangannya
menafsirkan
kebijakan
terhadap
dan
berbagai
produk
konstitusi untuk kemudian dituangkan
pemerinatah
ke
dan
perundang-undangan yang dikeluarkan
yang
pemerintah agar tidak bertentangan
lebih rendah adalah proses politik.
dengan prinsip-prinsip yang tertuang
Kekuatan-kekuatan
dalam UUD 1945.
dalam
peraturan
peraturan
hukum
perundang-undangan
politik
dan
berupa
hukum
peraturan
kelompok-kelompok kepentingan saling
berpacu
untuk
mempengaruhi
Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa
hasil
pembentukan
akhir suatu bentuk penafsiran. Dalam
pada
konteks ini, yang berlaku adalah logika
politik.
semua
golongan
untuk
mencapai
turut
serta
mufakat.
politik
kalangan merupakan rezim kekuasaan
yang sangat otoriter pada akhirnya
dipaksa
karena kekuatan-kekuatan politik saling
mundur
menginginkan
berbeda “haluan tafsirnya”, berbeda
kehidupan
isinya dalam memandang persoalan-
tersebut
persoalan bangsa dan negara.
oleh
yang
tercapai
pasca
Pada akhirnya salah satu politik hukum
melakukan
perubahan
yang melatarbelakangi
terhadap
sistem
Konstitusi
yang
menuju
demokratis. Hal
dimana
ide
rakyat
perubahan
reformasi
Mahkamah
kekuasaan
Rezim Orde Baru yang dinilai banyak
penafsiran atas konstitusi dapat terjadi
pembentukan
latar
juga terjadi di Indonesia, pemerintahan
Perbedaan
lahirnya
memiliki
otoriter menuju demokratis.[17] Hal ini
pada
penafsiran hukum. Betapapun
diajak
perubahan
banyak
warna
negara
umum adalah berawal dari suatu proses
politik yang paling dominanlah yang
memberikan
setiap
Konstitusi
belakang yang beragam, namun secara
Kekuatan
pada akhirnya akan lebih
Mahkamah
bergulirnya
pemerintah
besar-besaran
ketatanegaaran
Indonesia. Demokratisasi yang diusung
ialah sebagai upaya antisipasi terhadap
reformasi
produk-produk
yang
baru dalam sistem ketatanegaraan yaitu,
kemungkinan besar diselewengkan dan
paradigma rakyat diberdayakan bukan
dapat
rakyat
penguasa
berdampak
negatif
rakyat. Harapan dapat
kontrol
dengan
terhadap
membawa
diperdayakan.
paradigma
Perubahan-
melakukan
perubahan fundamental terhadap UUD
berbagai
1945 banyak mengadopsi paradigma ini.
19
Salah
satunya
adalah
pembentukan
bertanggung
Konstitusi.
Pembentukan
kelemahan sistem konstitusi yang ada,
Mahkamah Konstitusi yang salah satu
Mahkamah Konsitusi berperan sebagai
wewenangnya
adalah
penafsir agar spirit konstitusi selalu
melakukan Judicial review merupakan
hidup dan mewarnai keberlangsungan
bentuk implementasi paradigma rakyat
bernegara dan bermasyrakat.[18]
Mahkamah
jawab
dan
ditengah
diberdayakan. Artinya rakyat diberi
Mahkamah Konstitusi salah satu hasil
keleluasaan untuk berpartisipasi dan
perkembangan pemikiran hukum dan
berperan serta dalam menata sistem
ketatanegaraan
ketatanegaraan
dengan
20. Sebagai
diperbolehkannya mengajukan gugatan
terhadap
produk-produk
abad
pengawal
sebagai
dari
ke-
penafsir
pemikiran
tersebut, visi dari Mahkamah Konstitusi
adalah
lain dapat diketahui bahwa politik
tegakanya
konstitusi
dalam
rangka mewujudkan cita-cita negara
hukum lain dibalik lahirnya Mahkamah
sebagai
dan
konstitusi. Berangkat
undangan dan lain sebagainya. Dari sisi
ialah
lembaga
konstitusi
hukum
pemerintah berupa peraturan perundang-
Konstitusi
modern
hukum dan demokrasi demi kehidupan
upaya
kebangsaan
diberdayakaannya rakyat dalam sistem
dan
kenegaraan
yang
bermartabat.[19]
ketatanegaraan Indonesia sebagai wujud
kehidupan yang demokratis.
Kewenangan
untuk
4) Kewenangan Judicial
Mahkamah
memutus
Konstitusi
perselisihan
hasil pemilu,
review Mahkamah Konstitusi
juga dapat disebut sebagai pengawal
Dalam
sistem
ketatanegaraan
proses demokratisasi (the guardian of
Mahkamah
Konstitusi
the process of democratization) dengan
dikonstruksikan: sebagai
pengawal
cara menyediakan sarana dan jalan
konstitusi yang berfungi menegakan
hukum untuk menyelesaikan perbedaan
keadilan
konstitusional
pendapat
kehidupan
masyarakat.
ditengah
diantara
penyelenggaraan
Mahkamah
pemilu dengan peserta pemilu yang
Konstitusi bertugas mendorong dan
dapat memicu terjadinya konflik politik
menjamin agar konstitusi dihormati dan
bahkan
dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat.
negara
secara
konsisten
dan
20
konflik
sosial
ditengah
Judicial review terdiri dari dua kata,
merupakan norma hukum yang bersifat
yaitu: kata yang menunjukkan makna
mengatur
Pengadilan
keberlakuaanya tidak bersifat individual
dan
memandang,
kembali”.
kata
yang berarti
menilai, serta
Secara
menguji
(regelling)
yang
(berlaku umum). Peraturan perundang-
sederhana Judicial
undangan
juga
merupakan
norma
review dapat diartikan sebagai ”hak
hukum yang bersifat abstrak, baru
untuk menguji oleh lembaga peradilan”.
kemudian apabila diwujudkan dalam
Dalam ranah Ilmu Hukum, Judicial
suatu
review selalu
putusan
berkaitan
dengan
hak
keputusan
(beschikking)
pengadilan
(vonnis)
atau
akan
menguji norma atau produk hukum
menjadi norma hukum yang bersifat
tertulis
konkrit.
yang
dibentuk
oleh
negara. Judicial review pada prinsipnya
merupakan
lembaga
upaya
yudisial
pengujian
terhadap
Istilah
oleh
undang dalam arti formil dan undangundang dalam arti materiil. Undang-
kekuasaan legislatif, eksekutif ataupun
undang dalam arti formil merupakan
yudikatif. Dengan demikian penggunaan
peraturan
istilah Judicial review akan memberikan
makna
oleh
putusan
pengadilan,
pengadilan,
Undang-Undang Republik Indonesia.
berupa
Sedangkan undang-undang dalam arti
bersifat
materiil
upaya
hukum
adalah
semua
perundang-undangan
ini dilakukan melalui prosedur upaya
baik
yang
atau yang lebih dikenal dengan nama
penghakiman). Pengujian produk hukum
hukum,
perundang-undangan
dibentuk oleh DPR bersama Presiden,
antara Legislative
review(pengujian Produk hukum yang
dibentuk
dapat
menunjukkan dua makna, yaitu: undang-
produk
hukum yang ditetapkan oleh cabang
pembedaan
undang-undang
peraturan
tertulis
yang
dibentuk oleh lembaga negara atau
biasa
pejabat negara yang berwenang. Pasal 7
(Banding dan Kasasi) maupun upaya
ayat
hukum luar biasa (Peninjauan Kembali).
(1)
UU
No.10
Tahun
2004
disebutkan bahwa jenis dan hirarki
Peraturan
perundang-undangan
peraturan perundang-undangan terdiri
adalah peraturan tertulis yang dibentuk
dari: 1). UUD 1945, 2). UU/Perpu, 3).
oleh lembaga negara atau pejabat negara
Peraturan Pemerintah, 4). Peraturan
yang berwenang dan mengikat secara
Presiden,
umum. Peraturan perundang-undangan
Ketentuan dalam ayat (1) tentang jenis
21
5).
Peraturan
Daerah.
tersebut
masih
ketentuan
ayat
diperluas
(4),
keberadaan
dengan
(rechtsorde)
yang mengakui
antara
jenis dan hierarki satu dengan yan lainn
peraturan-peraturan
ya. Artinya
antara Grundnorm
perundang-undangan lain selain jenis
(Pancasila) General norm (Peraturan
peraturan sebagaimana diuraikan dalam
Perundang-undangan)
ayat (1), misalnya Peraturan Menteri,
norm(keputusan)
Peraturan Gubernur, Peraturan DPRD,
tertib hukum, dalam arti tidak saling
dan lain sebagainya.
bertentangan.
review terhadap
Judicial
perundang-perundangan
peraturan
Dalam
sebagaimana
tetap
pengujian
materiil
dan concrete
berada
selain
tercakup
pada
pengujian
empat
arti,
diuraikan di atas dapat berupa uji
yang pertama apakah bentuk peraturan
materiil
perundang-undangan tersebut telah tepat
(pengujian
terhadap
isi
peraturan) dan uji formil (pengujian
atau
terhadap
pembentukan,
pembentukannya telah dilakukan secara
peraturan).
tepat atau belum, yang ketiga, apakah
Kewenangan Judicial review peraturan
lembaga pembentuk UU telah tepat atau
perudang- undangan di atas menurut
belum, dan yang keempat adalah apakah
Undang-Undang Dasar Negara Republik
format peraturan perundang- undangan
Indonesia
tersebut
prosedur
format/bentuk
1945
diberikan
kepada
belum, kedua apakah
telah
tepat
prosedur
atau
tidak.
Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah
Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat
Agung. Mahkamah Konstitusi diberikan
dua jenis pengujian UU oleh Mahkamah
kewenanagan untuk menguji Undang-
Konstitusi, yaitu: Pengujian Materiil dan
Undang
Pengujian Formil Undang-Undang.
terhadap
Undang-Undang
Dasar, sedangkan Mahkamah Agung
Sedangkan pengujian atas peraturan lain
diberikan kewenangan untuk menguji
Peraturan
bawah
Perundang-undangan
Undang-Undang
di
di
Peraturan
terhadap
Presiden,
Undang-Undang. Kewenangan Judicial
bentangan
sinkron,
dan
Pemerintah,
Peraturan
seperti
Peraturan
Daerah,
dan
diuji di Mahkamah Agung dengan
Peraturan
berpedoman pada Perma No. 1 tahun
Perundang- undangan dan Keputusan
yang harmoni,
undang-undang
Peraturan Perundang-undangan lainnya,
review pada dasarnya berfungsi untuk
menjadikan
bawah
1999 tentang Gugatan Uji Materiil.
tertib
Pengujian undang-undang saat ini lebih
22
dikenal dengan istilah judicial review,
merupakan
walaupun pada prinsipnya istilah ini
melanggar konstitusi, yang oleh karena
mengandung pengertian
itu
yang lebih
luas penjenjangan
peraturan
perundang‐undangan
banyak
tersebut
dipengaruhi
juga
produk
dapat
politik
tidak
melanggar
hak
konstitusionalitas warga negara. Artinya
keberadaan judicial review atas UU m
sedikit
erupakan perwujudan check and balan
oleh stufenbao
Theory yang dikenalkan oleh penganut
ces dalam
rangka
menjaga
Kelsenian.
keseimbangan antara produk politik
DPR bersama dengan Presiden yang
Djimly[20] dalam
Kewenangan
bukunya
Antar
Sengketa
berwujud UU dengan hak konstitusional
Lembaga
warga negara yang harus dilindungi oleh
Negara, menjelaskan “jika sebelumnya
negara.[21]
UUD 1945 memang menganut faham
pembagian kekuasaan, maka setelah
Undang-undang sebagai produk politik
perubahan keempat, prinsip pembagian
sangat mungkin isinya dapat melenceng
kekuasan yang bersifat vertical itu tidak
jauh dari bintang pemandu (politik
lagi dianut oleh UUD 1945. Sekarang,
hukum) Indonesia yang telah digariskan
meskipun bukan dalam pengertian trias
dalam
politica ala Montesquieu, UUD 1945
dijabarkan dalam UUD 45. Sangat
menganut paham pemisahan kekuasaan
mungkin suatu UU bertentangan dengan
berdasarkan
and
UUD, karena konfigurasi politik dalam
lembaga-lembaga
parlemen memiliki kepentingan yang
prinsip check
balances antar
nilai-nilai
Pancasila
dan
berbeda-beda (hidden agenda), pesanan-
Negara.
pesanan Pasal dari kelompok tertentu,
Pengujian UU terhadap UUD diberikan
tekanan
kepada Mahkamah Konstitusi sebagai
negara
yang
asing,
atau bahkan ketidakfahaman DPR dan
lembaga yudikatif yang sejajar dengan
lembaga
pihak
Pemerintah sendiri dalam memaknai
lainnya
Politik Hukum Nasional.
pada prinsipnya merupakan perwujud
an dari prinsip check and balances d
Dalam mengartikan seberapa pentingkah
alam sistem ketatanegaraan RI. Tugas
Pengujian UU terhadap UUD, perlu juga
pokok Mahkamah Konstitusi dalam
mendalami apa yang dijadikan alasan
kaitannya dengan Judicial review adalah
oleh John Marshall sebagai Hakim
untuk
Agung
menjaga
agar
UU
yang
23
Amerika
Serikat
yang pertama kali di dunia melalukan
Judicial
terhadap
review
yaitu Judiciary
substansinya
MK
UU,
dalam
sistem
RI merupakan
ketatanegaraan
bentuk
dari
Act (1789)
karena
sistem separation
bertentangan
dengan
check and balances. Sedangkan makna
of
power
dengan
konstitusi. Menurut Marshall,
dilembagakannya Judicial review dalam
undang‐undang pertama di Amerika
sistem
Serikat
untukmenegakan asas negara hukum
yang
kemudian
dijadikan
perundang‐undangan
sekaligus
wewenang mengintepretasi
konstitusi. Hakim
Daftar Pustaka
Aminudin
Fatkhurrohman,
Dian,
Sirajudin, Memahami Keberadaan
Mahkamah Konstitusi
di Indonesia, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2004
bersumpah
jika ada peraturan yang bertentangan
dengan konstitusi maka hakim harus
Asshiddiqie,
Jimly,Undang-Undang
dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dan Undang-Undang
Republik Indonesia No.24 tahun
2003
tentang
Mahkamah
Konstitusi, Jakarta:
2005
melakukan pengujian terhadap peraturan
tersebut. Konstitusi adalah the supreme
of the land sehingga harus ada peluang
terhadap
peraturan
yang
dibawahnya agar isi konstitusi tidak
dilanggar. Hakim tidak boleh menolak
perkara,
sehingga
kalau
ada
Daulay,
Ikhsan
Rosyada
Parluhutan, MahkamahKonstitusi;
Memahami
Keberadaannya
Dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
yang
mengajukan Judicial review permintaan
tersebut harus dipenuhi.
C. Kesimpulan
Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara
Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2007
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan :
“politik
hukum
adalah
dan
menjunjung tinggi Konstitusi, sehingga
pengujian
RI
dan negara demokrasi”.
preseden hukum bagi kewenangan uji
materiil
ketatanegaraan
yang
Latif,
melatarbelakangi lahirnya Mahkamah
Konstitusi, sebagai upaya antisipasi
Abdul, Mahkamah
Konstitusi
dalam Mewujudkan Negara Hukum
Demokrasi,
Yogyakarta:
Total Media, 2007
terhadap produk-produk hukum yang
Mahfud Moh., MD, Membangun Politik
Hukum, Menegakkan Konstitusi,
Jakarta: LP3ES, 2006
diselewengkan oleh pembuat undangundang
dan
kepentingan
dapat
merugikan
masyarakat”. Kedudukan
24
Nurtjahjo, Hendra, Politik Hukum Tata
Negara Indonesia, Depok: Pusat
Studi
Hukum
Tata Negara
FHUI, 2004
[7]Jimly Ashiddiqie, Konstitusi dan
Konstitusionalisme
Indonesia, (Jakarta:
Mahkamah
Konstitusi RI, 2004), h.194.
Soedarsono, Sewarsa Berjubah Merah,
dalam
buku
Refly
Harun
Dkk, Menjaga
Denyut
Konstitusi Refleksi Satu Tahun
Mahkamah
Agung, Jakarta:
Konstitusi Press, 2004
[8]Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara
Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persad,2007), h.204‐205.
Thaib,
Dahlan, Kedaulatan
Negara
Hukum
Konstitusi, Yogyakarta:
2000
[9]Abdul Latif, Mahkamah Konstitusi
dalam Mewujudkan Negara
Hukum Demokrasi, (Yogyakarta:
Total Media, 2007), h.12.
Rakyat,
dan
Liberty,
[10]Ibid, hal.14.
[11]Lihat Undang‐Undang Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
[1] Dosen Fakultas Syariah UIN Raden
Intan Lampung
[2]Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat,
Negara
Hukum
dan
Konstitusi,(Yogyakarta:, Liberty,
2000), h. 28
[12]Ikhsan
Rosyada
Parluhutan
Daulay, Mahkamah
Konstitusi;
Memahami
Keberadaannya
dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h.25.
[3]Hendra Nurtjahjo, Politik Hukum
Tata Negara Indonesia, (Depok:
Pusat
Studi
Hukum
Tata
Negara
FHUI, 2004), h.14
[13]Fatkhurrohman, Dian Aminudin dan
Sirajudin, Memahami
Keberadaan
Mahkamah
Konstitusi di
Indonesia,
(Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2004), h. 62.
[4]Jimly Asshiddiqie, Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia tahun 1945 dan
Undang-Undang Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia
2005),h. iii.
[14]Moh. Mahfud, MD, Membangun
Politik Hukum, Menegakkan
Konstitusi,
(Jakarta:
LP3ES,2006), h. 37.
[5]Dalam Pasal III Aturan Peralihan yang
disahkan dalam Sidang Tahun
2002,
dinyatakan:
“Mahkamah kewenangannya
dilakukan
oleh
Mahkamah
Agung”.
[16]Fatkhurrohman,Op.Cit, l. 50.
[17]Ni’matul
Huda, Politik
Ketatanegaraan
Indonesia:
Kajian Terhadap Dinamika
Perubahan
UUD1945,
(Yogyakarta: FHUII Press, 2003)
,h.223.
[6]IkhsanRosyadaParluhutanDaulay,Mah
kamahKonstitusi;MemahamiKebe
radaannyaDalamSistem Ketatan
egaraanRepublikIndonesia,(Jakart
a:PT.RinekaCipta,2006),h.25.
25
[18]Jimly Ashiddiqie, Sengketa
Kewenangan Konstitusional
Lembaga Negara, cetakan
ketiga,(Jakarta: Konstitusi Press,
2006), h. 95.
Konstitusi
Refleksi
Satu
Tahun Mahkamah Agung,(Jakarta:
Konstitusi Press, 2004), h.
119‐120.
[20]Jimly Assidiqqie, Op.Cit, h. 105.
[19]Soedarsono, Sewarsa
Berjubah
Merah, dalam buku Refly Harun
Dkk, Menjaga
Denyut
[21]Abdul Latif, Op.Cit, h. 159‐160.
26
SEBAGAI LEMBAGA JUDICIAL REVIEW
Liky Faizal
Abstrak
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara baru hasil amandemen ke tiga UndangUndang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga yang mandiri di bidang
yudisial.
Kewenangan Judicial
review diberikan
kepada
Mahkamah
Konstitusi. Mahkamah Konstitusi diberikan kewenangan untuk menguji Undang-Undang
terhadap Undang-Undang Dasar. Dari sini dapat dilihat bahwa salah satu politik hukum
yang melatar belakangi lahirnya ide pembentukan Mahkamah Konstitusi ialah sebagai
upaya antisipasi terhadap produk-produk penguasa yang dapat merugikan kepentingan
masyarakat. Oleh sebab itu Mahkamah Konstitusi diharapkan dapat melakukan kontrol
dengan berbagai kewenangannya terhadap berbagai kebijakan dan produk hukum
pemerinatah berupa peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah agar
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang tertuang dalam UUD 1945.
Keywords: politik hukum, mahkamah konstitusi
LEGAL POLITICS CONSTITUTIONAL COURTS
AS JUDICIAL REVIEW AGENCIES
Liky Faizal
Abstract
The Constitutional Court is a new State institution resulting from the third amendment of
the 1945 Constitution. The Constitutional Court is an independent institution in the
judicial sector. The authority of Judicial Review is given to the Constitutional Court. The
Constitutional Court is authorized to review the Act against the Constitution. From this it
can be seen that one of the legal politics behind the birth of the idea of the establishment of
the Constitutional Court is as an effort to anticipate the products of the authorities that can
harm the interests of society. Therefore, the Constitutional Court is expected to exercise
control with various authorities against various policies and products of governmental law
in the form of legislation issued by the government so as not to conflict with the principles
contained in the 1945 Constitution.
Keywords: political law, constitutional court
yang menghendaki perubahan melalui
A. Latarbelakang
Dalam
era
reformasi
sistem
dewasa
amandemen.[2] Sebagai
dari reformasi
ini
nasional tahun
buah
1998,
perubahan terhadap UUD 1945 ada yang
Undang-Undang Dasar Negara Republik
menghendaki perubahan total dan ada
Indonesia tahun 1945 telah mengalami
10
perubahan sebanyak empat perubahan,
Mengingat
banyak peraturan
yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan
setingkat undang-undang
2002.[3]
substansinya
yang
bertentangan
dengan
peraturan yang lebih tinggi (UUD atau
Dengan perubahan-perubahan
itu,
Ketetapan MPR). Selain itu hal tersebut
pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam
UUD
pergeseran
1945
dan
juga
mengalami
pemberdayaan
serta rakyat dalam sistem ketatanegaraan
sebagai realisasi kehidupan yang lebih
format kelembagaan serta mekanisme
antara
upaya
masayarakat dalam meningkatkan peran
perubahan mendasar,
sehingga mengubah pula corak dan
hubungan
sebagai
demokratis.
lembaga-lembaga
negara. Dengan adanya amandemen
Mahkamah
UUD 1945 terdapat organ negara yang
lembaga negara baru hasil amandemen
sebelumnya ada dihapuskan misalnya,
ke tiga Undang-Undang Dasar 1945.
Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Dalam pasal 12C hasil perubahan ke
yang sebelumnya diatur dalam pasal 16
tiga Undang-Undang Dasar 1945, ide
BAB VI ditiadakan dari naskah Undang-
pembentukan
Undang Dasar. Di samping itu, ada pula
diadopsikan ke dalam konstitusi negara
organ negara yang sebelumnya tidak ada
sebagai organ konstitusiaonal baru yang
justru diadakan menurut ketentuan yang
sederajat
baru, seperti Dewan Perwakilan Daerah
Mahkamah Agung. Fungsi Mahkamah
(DPD), Mahkamah Konstitusi (MK),
Konstitusi
dan Komisi Yudisial (KY).[4]
secara konstitusional sejak tahun 2003,
Salah
satu
fundamental
pokok
dalam
Konstitusi merupakan
Mahkamah
Konstitusi
kedudukannya
itu
bahkan
dengan
dilembagaan
perubahan
yang
yaitu dengan ketentuan pasal III Aturan
UUD
pasca
Peralihan
yang
menyatakan
reformasi ialah dibentuknya lembaga
Mahkamah
baru
Mahkamah
selambat lambatnya pada 17 Agustus
pemegang
2003 dan sebelum dibentuk segala
Agung
sebagai
sebagai
sandingan
lembaga
Konstitusi
bahwa
dibentuk
kekuasaan kehakiman yaitu, Mahkamah
kewenangannya
Konstitusi. Hal tersebut berawal dari
Mahkamah
adanya tuntutan untuk dibentuknya suatu
Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu
lembaga yang berwenang melakukan p
lembaga
engujian terhadap undang-undang.
kehakiman di Indonesia tentunya tidak
11
dilakukan
oleh
Agung.[5] Terbentuknya
pemegang
kekuasaan
terjadi begitu saja. Sudah barang tentu
Yamin
tersebut
seiring digagasnya hal tersebut terdapat
kepastian hukum.
mengarah
kepada
tujuan-tujuan dan politik hukum yang
Tetapi ide M. Yamin tersebut belum
melandasinya. Berdasarkan uraian di
dapat
atas persoalan dalam tulisan ini yaitu
Konstitusi
Orang
yang
paling menentang adalah Prof. Soepo
bagaimana politik hukum pembentukan
Mahkamah
diterima.
mo.
sebagai
Ia
membantah
diadakannya
wewenang pengujian undang-undang,
lembaga Judicial Review?
dengan
dua
alasan
sebagai
berikut. Pertama, UUD yang sedang
B. PEMBAHASAN
disusun pada saat itu (yang kemudian
1. Politik Hukum dalam Pembentukan
menjadi
Mahkamah Konstitusi
mempergunakan
ide
dibentuknya
mengenai
sebuah
Indonesia
melaksanakan trias
Mahkamah
para
Persiapan
dengan
Kemerdekaan
BPUPK
tidak
efektif.[6]Ide
pembentukan
mewujudkan kehidupan ketatanegaraan
berpendapat
yang demokratis membawa implikasi
terhadap
diberi wewenang untuk menguji apakah
banyaknya
ketentuan-
ketentuan fundamental dalam UUD
undang-undang yang dibuat oleh DPR
1945 sebelum perubahan yang dirubah.
tidak bertentangan dengan UUD, hukum
Seperti
adat yang diakui, atau syariat agama
ditinggalkannya
supremasi
Islam.Walaupun tidak secara eksplisit
keharusan
Indonesia
yang salah satu agendanya adalah
bahwa Mahkamah Agung (MA) perlu
disebutkan
hukum
Mahkamah Konstitusi baru. Reformasi
Yamin yang merupakan salah satu
dari
ahli
politica. Kedua,
sehingga ditakutkan tidak akan berjalan
(BPUPK) tahun 1945. Ketika itu M.
anggota
politica.
memiliki pengalaman mengenai hal itu
merdeka. Seperti
ketika sidang Badan Peneyelidik UsahaUsaha
teori trias
tidak
hanya terdapat pada negara-negara yang
perlu
Konstitusi telah sejak lama diwacanakan
sebelum
1945)
Menurutnya kewenangan semacam itu
Dalam perjalanan ketatanegaraan
Indonesia,
UUD
sebagi
membentuk
parlemen
pelaku
prinsip
yang dianggap
kedaulatan
rakyat
sepenuhnya dan sebagai penjelmaan
sebuah Mahkamah Konstitusi tetapi
seluruh
secara implisit substansi pendapat M.
12
rakyat
yang
mempunyai
kedudukan
tertinggi
dengan
pembentukan MK mendapat respon
kekuasaan yang tidak terbatas.
positif dan menjadi salah satu materi
perubahan UUD yang diputuskan oleh
Perubahan
UUD
1945
terjadi setelah reformasi
yang
tidak
MPR.
lagi
Setelah
melalui
proses
pembahasan yang mendalam, cermat,
menempatkan MPR sebagai lembaga
dan
tertinggi
perubahan
menjadi kenyataan dengan disahkannya
keempat (tahun 2002), dalam struktur
Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C UUD
kelembagaan
Indonesia
1945 yang menjadi bagian Perubahan
terdapat delapan buah organ negara
Ketiga UUD 1945 pada Sidang Tahunan
yang mempunyai kedudukan sederajat
(ST) MPR 2001, tanggal 9 November
yang
menerima
2001. Dengan disahkannya dua pasal
kewenangan konstitusonal dari UUD.
tersebut, maka Indonesia menjadi negara
Artinya MPR bukan lagi satu-satunya
ke-78 yang
pelaku kedaulatan rakyat yang diatur
menjadi negara pertama pada abad ke-
dalam
21 yang membentuk lembaga kekuasaan
negara.
Pasca
Republik
secara
UUD.
langsung
Selain
itu,
juga
bermunculan ide-ide dan ide-ide agar
demokratis,
akhirnya
membentuk
ide MK
MK
dan
kehakiman tersebut.[7]
tradisi pengujian peraturan perundangundangan perlu ditingkatkan tidak hanya
Pada praktiknya, tidak ada keseragaman
terbatas
di negara-negara di dunia ini mengenai
pada
peraturan
di
bawah
undang-undang melainkan juga atas UU
kewenangan
terhadap UUD. Kewenangan melakukan
melainkan disesuaikan dengan sejarah
pengujian
itu
dan kebutuhan masing-masing negara.
diberikan kepada sebuah mahkamah
Ada konstitusi negara yang menyatukan
tersendiri di luar Mahkamah Agung
fungsi Mahkamah Konstitusi kedalam
(MA). Atas dasar pemikiran itu, adanya
Mahkahah Agung, adapula konstitusi
MK yang berdiri sendiri di samping MA
negara yang memisahkannya sehingga
menjadi sebuah keniscayaan.
dibentuk
UU
terhadap
UUD
Mahkamah
dua
badan
Konstitusi,
kekuasaan
kehakiman yaitu MA dan MK.[8]
Lembaga
merupakan
Mahkamah
Konstitusi
Berdasarkan
fenomena
perkembangannya,
tentang
sejarah
pembentukan Mahkamah Konstitusi di
baru dalam dunia ketatanegaraan.
Dalam
uraian
atas maka setidaknya ada tiga hal yang
ide
13
menjadi
latar
belakang
pembentuk
tentang Mahkamah Konstitusi[11] juga
Konstitusi,
disebutkan
bahwa:
yaitu: Pertama, ada kekosongan hukum
Konstitusi
merupakan
atau
lembaga
Mahkamah
lebih
peraturan
tepatnya
kekosongan
perundang-undangan
negara
yang
“Mahkamah
salah
satu
melakukan
yang
kekuasaan kehakiman yang merdeka
berkenaan dengan pengujian undang-
untuk menyelenggarakan peradilan guna
undang terhadap UUD 1945. Kedua,
menegakkan hukum dan keadilan.”
kekosongan
undangan
peraturan
yang
perundangdengan
Dari kedua undang-undang di atas dapat
konflik
dilihat bahwa Mahkamah Konstitusi
kewenangan di antara lembaga negara
merupakan lembaga yang mandiri di
yang ada.[9] Ketiga, berkenaan dengan
bidang yudisial. Kedudukan mahkamah
alasan
dasar
konstitusi sebagai pelaku kekuasaan
dalam
kehakiman dalam sistem kelembagaan
kemungkinan
berkenaan
timbulnya
yang
pemberhentian
menjadi
presiden
masajabatannya.[10]
negara
di
Indonesia
sebagai
2. Kedudukan Mahkamah Konstitusi
Kedudukan
peradilan
terhadap perkara-perkara ketatanegaraan
Mahkamah
ketiga
lembaga
yang menyelenggarakan
tertentu yang diatur menurut ketentuan
Konstitusi dalam pasal 24 ayat (2)
perubahan
dimaksudkan
pasal 7B jo. Pasal 24C perubahan ketiga
Undang-Undang
UUD 1945.[12] Jadi, pasca perubahan
Dasar 1945 dinyatakan bahwa:
ketiga UUD 1945 kekuasaan kehakiman
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
dilaksanakan oleh dua lembaga yaitu,
sebuah Mahkamah Agung dan badan
Mahkamah
peradilan lain yang berada di bawahnya
Mahkamah Konstitusi (MK). Artinya
dalam
antara MA dan MK memiliki kedudukan
lingkungan
peradilan
umum,
Agung
(MA)
dan
yang sejajar.
lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan
tata uasaha negara, dan oleh sebuah
Kekuasaan kehakiman di Indonesia
Mahkamah Konstitusi.”
menganut sistem bifurkasi (Bifurcation
Selanjutnya
dalam
BABII
System). Di mana kekuasaan kehakiman
Pasal2
terbagi dalam 2 cabang, yaitu cabang
Undang-Undang Nomor 24Tahun 2003
peradilan biasa (Ordinary Court) yang
14
berpuncak pada Mahkamah Agung dan
suatu
cabang
undangan bertentangan atau tidak
peradilan
konstitusi
yang
peraturan
perundang-
dijalankan oleh Mahkamah Konstitusi
dengan
peraturan
yang
lebih
yang secara struktural berkedudukan
tinggi.[14] Menurut Prof. Mahfud
sejajar.[13]
MD, hal ini didasarkan pada alasan
bahwa hukum adalah produk politik
Wewenang Mahkamah
Konstitusi
yang
pasti
tidak
steril
dari
sebagaimana diatur dalam pasal 24C
kepentingan-kepentingan
UUD 1945 yaitu:
anggota lembaga yang membuatnya
1) Mengadili pada tingkat pertama dan
sehingga
sangat
terakhir yang putusannya bersifat
mengandung
final untuk
penyimpangan.
undang
menguji undang-
terhadap
potensial
penyimpangan-
Udang-Undang
Dasar.
3) Memutus sengketa
2) Wewenang
yang
Mahkamah
dimiliki
Konstitusi
untuk
kewenangannya
Undang
UUD,
kewenangan
disebut
istilah judicial
kewenangan
lembaga negara yang
menguji undang-undang terhadap
sering
politik
dengan
review. Secara
oleh Undang-
Dasar.
Suatu
sengketa
lembaga
negara dapat menjadi
wewenang
teoritik maupun praktek dikenal dua
Mahkamah
Konstitusi
apabila
macam pengujian, yaitu pengujian
memenuhi
syarat-syarat
sebagai
formal (formale toetsingsrecht) dan
berikut;[15]
pengujian secara materiil (meteriele
(1)Merupakan sengketa kewenangan
toetsingsrecht). Pengujian formal
antarlembaga
ialah pengujian dengan cara menilai
(2) Keweangannya
apakah produk legislatif dibuat
diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, dan
sesuai dengan prosedur atau tidak
(3) Lembaga
negara
tersebut
dan mengidentifikasi apakah suatu
memiliki kepentingan lansung
kekuasaan
terhadap
berhak
megeluarkan
kewenangan
peraturan tertentu. Adapun yang
dipersengketakan.
dimaksud dengan pengujian materiil
Kewenangan
ialah
Konstitusi
pengujian
dengan
cara
menyelidiki dan menilai apakah
dimaksudkan
15
yang
Mahkamah
dalam
hal
ini
untuk
menyelesaikan
perselisihan
dari kewenangan ini adalah uji
hukum atas suatu kewenangan
sahih atas penghitungan suara
lembaga negara. Artinya esensi
pemilihan
kewenangan
merupakan
nasional. Bila ada permohonan
cerminan suatu fungsi kontrol
yang diajukan pemohon maka
dari badan peradilan terhadap
kebenaran dari penetapan hasil
penyelenggaraan kekuasaan oleh
pemilihan umum oleh Komisi
lembaga negara yaitu dengan
Pemilihan Umum (KPU) akan
menempatkan kekuasaan yang
diperiksa
menjadi kewenangan lembaga
Mahkamah Konstitusi. Adapun
negara
dengan
yang
lingkup
permohonan
ini
sesuai
proporsi ruang
kekuasaan yang diatur menurut
umum
dan
secara
diputus
berhak
oleh
mengajukan
tersebut
adalah
sebagai berikut:[16]
UUD.
1) Perorangan warga Negara
4). Memutus pembubaran partai politik,
Implikasi
dari
wewenang
Indonesia
ini
suatu
Putusan
partai
Mahkamah
anggota
Dewan Perwakilan Daerah.
berkaitan erat dengan eksistensi dan
keabsahan
calon
2) Pasangan
calon
Presiden
politik.
dan Wakil Presiden peserta
Konstitusi
pemilu Presiden dan Wakil
terhadap
Presiden.
pembubaran suatu partai politik b
3) Partai politik peserta pemilu.
erimplikasi pada tidak diakuinya
keberadaan
partai
politik
Di
yang
sebaliknya.
Mahkamah
bahwa Mahkamah Konstitusi memilki
juga
merupakan
syarat
mutlak
pemerintah
untuk
membubarkan
wewenang
Pasal 24C UUD 1945 juga disebutkan
Putusan
Konstitusi
mempunyai
sebagaimana dijelaskan di atas, dalam
bersangkutan secara hukum begitu
juga
samping
kewajiban
bagi
mengenai
memutus
dugaan
pendapat
DPR
pelanggaran
yang
dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil
partai poltik tertentu.
Presiden. Putusan Mahkamah konstitusi
5).
dalam hal ini dapat menjadi dasar hukum
Memutus perselisihan tentang
bagi DPR dalam mengundang MPR
hasil pemilihan umum. Esensi
untuk mengadakan rapat paripurna guna
16
meminta
pertanggungjawaban
Presiden/Wakil
Presiden.
masa lalu nyaris hilang kepercayaan
Selanjutnya
masyarakat terhadap kesungguhan dan
dapat menjadi pertimbangan MPR untuk
sikap adil lembaga-lembaga dan para
memberhentikan
pejabat
atau
tidak
pemerintah
selaku
penegak
Presiden/Wakil Presiden dalam masa
hukum, hampir di semua lini dan level,
jabatannya.
untuk benar-benar menegakkan keadilan
dan berpihak kepada rakyat. Gelegar
3) Politik Hukum Pembentukan
kekhawatiran ini jelas jelas dapat dibaca
Mahkamah Konstitusi
Pemikiran
pembentukan
dalam Tap MPR RI Tahun 1999 tentang
GBHN yang menilai kinerja aparat
Mahkamah
penegak hukum di pengadilan, bahkan
Konstitusi mulai mendapat tanggapan
juga kalangan TNI dan kepolisian,
yang begitu kuat pasca bergulirnya
sebuah dokumen politik resmi yang
reformasi yang salah satu agendanya
adalah
mewujudkan
dapat dibaca oleh semua orang baik
kehidupan
dalam negeri maupun luar negeri.
ketatanegaraan yang demokratis. Hal
tersebut membawa implikasi terhadap
banyaknya
Prof. Jimly mengatakan bahwa dalam
ketentuan-ketentuan
fundamental dalam UUD 1945 sebelum
perubahan yang dirubah. Salah satu
hasil
perubahan
dibentuknya
tersebut
Mahkamah
bagi
ialah
Agung
dalam memegang kekuasaan kehakiman
(MK)
dalam
bangsa
Indonesia
pemisahan
kekuasaan
mengandalkan
prinsip checks
balance sebagai
pengganti
supremasi
di Indonesia. Kehadiran Mahkamah
Konstitusi
keempat,
sampai
dengan
telah
sistem ketatanegaraan. Antara lain prinsip
Konstitusi
Mahkamah
pertama
mengadopsi prinsip-prinsip baru dalam
sebagai suatu lembaga baru sebagai
sandingan
perubahan
MPR
yang
yang
and
sistem
berlaku
sebelumnya. Oleh karena itu, perlu
sistem
diadakan hal-hal sebagaiberikut:
kenegaraan
Indonesia juga merupakan
upaya
mereformasi
ketatanegaraan
yang
sebuah
1)
kehidupan
Perlu diadakan mekanisme untuk
memutus
menuntut
yang
sengketa
mungkin
kewenangan
terjadi
antar
penegakkan hukum secara adil dan
lembaga-lembaga yang mempunyai
demokratis. Demikian gelegar tuntutan
kedudukan
itu, karena pada tatanan kekuasaan di
kewenangannya diatur dalam UUD;
17
sederajat
yang
2)
Perlu dilembagakan adanya
Terbentuknya
Mahkamah Konstitusi
peranan hukum dan hakim yang
tidak
dari
dapat
dan
ketatanegaraan Indonesia pra reformasi.
produk-produk keputusan politik
Salah satunya yaitu, ada kekosongan
yang hanya mendasarkan diri pada
pengaturan pengujian (judicial review)
prinsip the
mengontrol
majority. Karena
fungsi Judicial
proses
terlepas
fakta
sejarah
rule
of
terhadap undang-undang. Hal ini secara
itu
fungsi-
tidak langsung telah menguntungkan
review atas
kekuasaan, karena produk perundang-
konstitusionalitas undang-undang
undangan
dan proses pengujian hukum atas
penguasa tidak akan ada yang dapat
tuntutan pemberhentian terhadap
mengganggu gugat. Kondisi semacam
Presiden dan/atau Wakil Presiden
itu pada masa orde baru dinilai sangat
dikaitkan dengan fungsinya;
menguntungkan kekuasaan (eksekutif)
3)
karena mayoritas anggota DPR berasal
Diperlukan
mekanisme
berbagai
adanya
untuk
memutuskan
persengketaan
dari
yang
partai
dibuat
yang
oleh
berkuasa.
para
Segala
yang
macam rancangan undang-undang yang
dapat
berasal dari lembaga eksekutif hampir
proses
dapat dipastikan selalu disetujui oleh
peradilan biasa, seperti sengketa
DPR. Sehingga terlihat lembaga DPR
hasil pemilu dan pembubaran
hanya dijadikan boneka para penguasa
partai
saja.
timbul
yang
diselesaikan
tidak
melalui
politik.
Perkara-perkara
Menurut
Mahfud
semacam ini berkaitan erat dengan
dan Judicial
hak dan kebebasan para warga
pada alasan bahwa
negara dalam dinamika sistem
produk politik yang pasti tidak steril dari
politik demokratis yang dijamin
kepentingan-kepentingan
oleh UUD. Karena itu, fungsi-
anggota
fungsi penyelesain sengketa atas
sehingga sangat potensial mengandung
hasil
penyimpangan-penyimpangan.
pemilihan
umum
dan
review juga
perlunya
didasarkan
hukum
adalah
politik
lembaga yang membuatnya
pembubaran partai politik juga
dikaitkan
dengan
Oleh sebab itu, diperlukan suatu
kewenangan
lembaga
MK.
untuk
mengawasi
produk-
produk hukum agar sejalan dan tidak
bertentangan
18
dengan
UUD
sebagai
sebuah
konstitusi
dijunjungtinggi.
yang
Proses
harus
kewenangannya
menafsirkan
kebijakan
terhadap
dan
berbagai
produk
konstitusi untuk kemudian dituangkan
pemerinatah
ke
dan
perundang-undangan yang dikeluarkan
yang
pemerintah agar tidak bertentangan
lebih rendah adalah proses politik.
dengan prinsip-prinsip yang tertuang
Kekuatan-kekuatan
dalam UUD 1945.
dalam
peraturan
peraturan
hukum
perundang-undangan
politik
dan
berupa
hukum
peraturan
kelompok-kelompok kepentingan saling
berpacu
untuk
mempengaruhi
Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa
hasil
pembentukan
akhir suatu bentuk penafsiran. Dalam
pada
konteks ini, yang berlaku adalah logika
politik.
semua
golongan
untuk
mencapai
turut
serta
mufakat.
politik
kalangan merupakan rezim kekuasaan
yang sangat otoriter pada akhirnya
dipaksa
karena kekuatan-kekuatan politik saling
mundur
menginginkan
berbeda “haluan tafsirnya”, berbeda
kehidupan
isinya dalam memandang persoalan-
tersebut
persoalan bangsa dan negara.
oleh
yang
tercapai
pasca
Pada akhirnya salah satu politik hukum
melakukan
perubahan
yang melatarbelakangi
terhadap
sistem
Konstitusi
yang
menuju
demokratis. Hal
dimana
ide
rakyat
perubahan
reformasi
Mahkamah
kekuasaan
Rezim Orde Baru yang dinilai banyak
penafsiran atas konstitusi dapat terjadi
pembentukan
latar
juga terjadi di Indonesia, pemerintahan
Perbedaan
lahirnya
memiliki
otoriter menuju demokratis.[17] Hal ini
pada
penafsiran hukum. Betapapun
diajak
perubahan
banyak
warna
negara
umum adalah berawal dari suatu proses
politik yang paling dominanlah yang
memberikan
setiap
Konstitusi
belakang yang beragam, namun secara
Kekuatan
pada akhirnya akan lebih
Mahkamah
bergulirnya
pemerintah
besar-besaran
ketatanegaaran
Indonesia. Demokratisasi yang diusung
ialah sebagai upaya antisipasi terhadap
reformasi
produk-produk
yang
baru dalam sistem ketatanegaraan yaitu,
kemungkinan besar diselewengkan dan
paradigma rakyat diberdayakan bukan
dapat
rakyat
penguasa
berdampak
negatif
rakyat. Harapan dapat
kontrol
dengan
terhadap
membawa
diperdayakan.
paradigma
Perubahan-
melakukan
perubahan fundamental terhadap UUD
berbagai
1945 banyak mengadopsi paradigma ini.
19
Salah
satunya
adalah
pembentukan
bertanggung
Konstitusi.
Pembentukan
kelemahan sistem konstitusi yang ada,
Mahkamah Konstitusi yang salah satu
Mahkamah Konsitusi berperan sebagai
wewenangnya
adalah
penafsir agar spirit konstitusi selalu
melakukan Judicial review merupakan
hidup dan mewarnai keberlangsungan
bentuk implementasi paradigma rakyat
bernegara dan bermasyrakat.[18]
Mahkamah
jawab
dan
ditengah
diberdayakan. Artinya rakyat diberi
Mahkamah Konstitusi salah satu hasil
keleluasaan untuk berpartisipasi dan
perkembangan pemikiran hukum dan
berperan serta dalam menata sistem
ketatanegaraan
ketatanegaraan
dengan
20. Sebagai
diperbolehkannya mengajukan gugatan
terhadap
produk-produk
abad
pengawal
sebagai
dari
ke-
penafsir
pemikiran
tersebut, visi dari Mahkamah Konstitusi
adalah
lain dapat diketahui bahwa politik
tegakanya
konstitusi
dalam
rangka mewujudkan cita-cita negara
hukum lain dibalik lahirnya Mahkamah
sebagai
dan
konstitusi. Berangkat
undangan dan lain sebagainya. Dari sisi
ialah
lembaga
konstitusi
hukum
pemerintah berupa peraturan perundang-
Konstitusi
modern
hukum dan demokrasi demi kehidupan
upaya
kebangsaan
diberdayakaannya rakyat dalam sistem
dan
kenegaraan
yang
bermartabat.[19]
ketatanegaraan Indonesia sebagai wujud
kehidupan yang demokratis.
Kewenangan
untuk
4) Kewenangan Judicial
Mahkamah
memutus
Konstitusi
perselisihan
hasil pemilu,
review Mahkamah Konstitusi
juga dapat disebut sebagai pengawal
Dalam
sistem
ketatanegaraan
proses demokratisasi (the guardian of
Mahkamah
Konstitusi
the process of democratization) dengan
dikonstruksikan: sebagai
pengawal
cara menyediakan sarana dan jalan
konstitusi yang berfungi menegakan
hukum untuk menyelesaikan perbedaan
keadilan
konstitusional
pendapat
kehidupan
masyarakat.
ditengah
diantara
penyelenggaraan
Mahkamah
pemilu dengan peserta pemilu yang
Konstitusi bertugas mendorong dan
dapat memicu terjadinya konflik politik
menjamin agar konstitusi dihormati dan
bahkan
dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat.
negara
secara
konsisten
dan
20
konflik
sosial
ditengah
Judicial review terdiri dari dua kata,
merupakan norma hukum yang bersifat
yaitu: kata yang menunjukkan makna
mengatur
Pengadilan
keberlakuaanya tidak bersifat individual
dan
memandang,
kembali”.
kata
yang berarti
menilai, serta
Secara
menguji
(regelling)
yang
(berlaku umum). Peraturan perundang-
sederhana Judicial
undangan
juga
merupakan
norma
review dapat diartikan sebagai ”hak
hukum yang bersifat abstrak, baru
untuk menguji oleh lembaga peradilan”.
kemudian apabila diwujudkan dalam
Dalam ranah Ilmu Hukum, Judicial
suatu
review selalu
putusan
berkaitan
dengan
hak
keputusan
(beschikking)
pengadilan
(vonnis)
atau
akan
menguji norma atau produk hukum
menjadi norma hukum yang bersifat
tertulis
konkrit.
yang
dibentuk
oleh
negara. Judicial review pada prinsipnya
merupakan
lembaga
upaya
yudisial
pengujian
terhadap
Istilah
oleh
undang dalam arti formil dan undangundang dalam arti materiil. Undang-
kekuasaan legislatif, eksekutif ataupun
undang dalam arti formil merupakan
yudikatif. Dengan demikian penggunaan
peraturan
istilah Judicial review akan memberikan
makna
oleh
putusan
pengadilan,
pengadilan,
Undang-Undang Republik Indonesia.
berupa
Sedangkan undang-undang dalam arti
bersifat
materiil
upaya
hukum
adalah
semua
perundang-undangan
ini dilakukan melalui prosedur upaya
baik
yang
atau yang lebih dikenal dengan nama
penghakiman). Pengujian produk hukum
hukum,
perundang-undangan
dibentuk oleh DPR bersama Presiden,
antara Legislative
review(pengujian Produk hukum yang
dibentuk
dapat
menunjukkan dua makna, yaitu: undang-
produk
hukum yang ditetapkan oleh cabang
pembedaan
undang-undang
peraturan
tertulis
yang
dibentuk oleh lembaga negara atau
biasa
pejabat negara yang berwenang. Pasal 7
(Banding dan Kasasi) maupun upaya
ayat
hukum luar biasa (Peninjauan Kembali).
(1)
UU
No.10
Tahun
2004
disebutkan bahwa jenis dan hirarki
Peraturan
perundang-undangan
peraturan perundang-undangan terdiri
adalah peraturan tertulis yang dibentuk
dari: 1). UUD 1945, 2). UU/Perpu, 3).
oleh lembaga negara atau pejabat negara
Peraturan Pemerintah, 4). Peraturan
yang berwenang dan mengikat secara
Presiden,
umum. Peraturan perundang-undangan
Ketentuan dalam ayat (1) tentang jenis
21
5).
Peraturan
Daerah.
tersebut
masih
ketentuan
ayat
diperluas
(4),
keberadaan
dengan
(rechtsorde)
yang mengakui
antara
jenis dan hierarki satu dengan yan lainn
peraturan-peraturan
ya. Artinya
antara Grundnorm
perundang-undangan lain selain jenis
(Pancasila) General norm (Peraturan
peraturan sebagaimana diuraikan dalam
Perundang-undangan)
ayat (1), misalnya Peraturan Menteri,
norm(keputusan)
Peraturan Gubernur, Peraturan DPRD,
tertib hukum, dalam arti tidak saling
dan lain sebagainya.
bertentangan.
review terhadap
Judicial
perundang-perundangan
peraturan
Dalam
sebagaimana
tetap
pengujian
materiil
dan concrete
berada
selain
tercakup
pada
pengujian
empat
arti,
diuraikan di atas dapat berupa uji
yang pertama apakah bentuk peraturan
materiil
perundang-undangan tersebut telah tepat
(pengujian
terhadap
isi
peraturan) dan uji formil (pengujian
atau
terhadap
pembentukan,
pembentukannya telah dilakukan secara
peraturan).
tepat atau belum, yang ketiga, apakah
Kewenangan Judicial review peraturan
lembaga pembentuk UU telah tepat atau
perudang- undangan di atas menurut
belum, dan yang keempat adalah apakah
Undang-Undang Dasar Negara Republik
format peraturan perundang- undangan
Indonesia
tersebut
prosedur
format/bentuk
1945
diberikan
kepada
belum, kedua apakah
telah
tepat
prosedur
atau
tidak.
Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah
Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat
Agung. Mahkamah Konstitusi diberikan
dua jenis pengujian UU oleh Mahkamah
kewenanagan untuk menguji Undang-
Konstitusi, yaitu: Pengujian Materiil dan
Undang
Pengujian Formil Undang-Undang.
terhadap
Undang-Undang
Dasar, sedangkan Mahkamah Agung
Sedangkan pengujian atas peraturan lain
diberikan kewenangan untuk menguji
Peraturan
bawah
Perundang-undangan
Undang-Undang
di
di
Peraturan
terhadap
Presiden,
Undang-Undang. Kewenangan Judicial
bentangan
sinkron,
dan
Pemerintah,
Peraturan
seperti
Peraturan
Daerah,
dan
diuji di Mahkamah Agung dengan
Peraturan
berpedoman pada Perma No. 1 tahun
Perundang- undangan dan Keputusan
yang harmoni,
undang-undang
Peraturan Perundang-undangan lainnya,
review pada dasarnya berfungsi untuk
menjadikan
bawah
1999 tentang Gugatan Uji Materiil.
tertib
Pengujian undang-undang saat ini lebih
22
dikenal dengan istilah judicial review,
merupakan
walaupun pada prinsipnya istilah ini
melanggar konstitusi, yang oleh karena
mengandung pengertian
itu
yang lebih
luas penjenjangan
peraturan
perundang‐undangan
banyak
tersebut
dipengaruhi
juga
produk
dapat
politik
tidak
melanggar
hak
konstitusionalitas warga negara. Artinya
keberadaan judicial review atas UU m
sedikit
erupakan perwujudan check and balan
oleh stufenbao
Theory yang dikenalkan oleh penganut
ces dalam
rangka
menjaga
Kelsenian.
keseimbangan antara produk politik
DPR bersama dengan Presiden yang
Djimly[20] dalam
Kewenangan
bukunya
Antar
Sengketa
berwujud UU dengan hak konstitusional
Lembaga
warga negara yang harus dilindungi oleh
Negara, menjelaskan “jika sebelumnya
negara.[21]
UUD 1945 memang menganut faham
pembagian kekuasaan, maka setelah
Undang-undang sebagai produk politik
perubahan keempat, prinsip pembagian
sangat mungkin isinya dapat melenceng
kekuasan yang bersifat vertical itu tidak
jauh dari bintang pemandu (politik
lagi dianut oleh UUD 1945. Sekarang,
hukum) Indonesia yang telah digariskan
meskipun bukan dalam pengertian trias
dalam
politica ala Montesquieu, UUD 1945
dijabarkan dalam UUD 45. Sangat
menganut paham pemisahan kekuasaan
mungkin suatu UU bertentangan dengan
berdasarkan
and
UUD, karena konfigurasi politik dalam
lembaga-lembaga
parlemen memiliki kepentingan yang
prinsip check
balances antar
nilai-nilai
Pancasila
dan
berbeda-beda (hidden agenda), pesanan-
Negara.
pesanan Pasal dari kelompok tertentu,
Pengujian UU terhadap UUD diberikan
tekanan
kepada Mahkamah Konstitusi sebagai
negara
yang
asing,
atau bahkan ketidakfahaman DPR dan
lembaga yudikatif yang sejajar dengan
lembaga
pihak
Pemerintah sendiri dalam memaknai
lainnya
Politik Hukum Nasional.
pada prinsipnya merupakan perwujud
an dari prinsip check and balances d
Dalam mengartikan seberapa pentingkah
alam sistem ketatanegaraan RI. Tugas
Pengujian UU terhadap UUD, perlu juga
pokok Mahkamah Konstitusi dalam
mendalami apa yang dijadikan alasan
kaitannya dengan Judicial review adalah
oleh John Marshall sebagai Hakim
untuk
Agung
menjaga
agar
UU
yang
23
Amerika
Serikat
yang pertama kali di dunia melalukan
Judicial
terhadap
review
yaitu Judiciary
substansinya
MK
UU,
dalam
sistem
RI merupakan
ketatanegaraan
bentuk
dari
Act (1789)
karena
sistem separation
bertentangan
dengan
check and balances. Sedangkan makna
of
power
dengan
konstitusi. Menurut Marshall,
dilembagakannya Judicial review dalam
undang‐undang pertama di Amerika
sistem
Serikat
untukmenegakan asas negara hukum
yang
kemudian
dijadikan
perundang‐undangan
sekaligus
wewenang mengintepretasi
konstitusi. Hakim
Daftar Pustaka
Aminudin
Fatkhurrohman,
Dian,
Sirajudin, Memahami Keberadaan
Mahkamah Konstitusi
di Indonesia, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2004
bersumpah
jika ada peraturan yang bertentangan
dengan konstitusi maka hakim harus
Asshiddiqie,
Jimly,Undang-Undang
dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dan Undang-Undang
Republik Indonesia No.24 tahun
2003
tentang
Mahkamah
Konstitusi, Jakarta:
2005
melakukan pengujian terhadap peraturan
tersebut. Konstitusi adalah the supreme
of the land sehingga harus ada peluang
terhadap
peraturan
yang
dibawahnya agar isi konstitusi tidak
dilanggar. Hakim tidak boleh menolak
perkara,
sehingga
kalau
ada
Daulay,
Ikhsan
Rosyada
Parluhutan, MahkamahKonstitusi;
Memahami
Keberadaannya
Dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
yang
mengajukan Judicial review permintaan
tersebut harus dipenuhi.
C. Kesimpulan
Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara
Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2007
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan :
“politik
hukum
adalah
dan
menjunjung tinggi Konstitusi, sehingga
pengujian
RI
dan negara demokrasi”.
preseden hukum bagi kewenangan uji
materiil
ketatanegaraan
yang
Latif,
melatarbelakangi lahirnya Mahkamah
Konstitusi, sebagai upaya antisipasi
Abdul, Mahkamah
Konstitusi
dalam Mewujudkan Negara Hukum
Demokrasi,
Yogyakarta:
Total Media, 2007
terhadap produk-produk hukum yang
Mahfud Moh., MD, Membangun Politik
Hukum, Menegakkan Konstitusi,
Jakarta: LP3ES, 2006
diselewengkan oleh pembuat undangundang
dan
kepentingan
dapat
merugikan
masyarakat”. Kedudukan
24
Nurtjahjo, Hendra, Politik Hukum Tata
Negara Indonesia, Depok: Pusat
Studi
Hukum
Tata Negara
FHUI, 2004
[7]Jimly Ashiddiqie, Konstitusi dan
Konstitusionalisme
Indonesia, (Jakarta:
Mahkamah
Konstitusi RI, 2004), h.194.
Soedarsono, Sewarsa Berjubah Merah,
dalam
buku
Refly
Harun
Dkk, Menjaga
Denyut
Konstitusi Refleksi Satu Tahun
Mahkamah
Agung, Jakarta:
Konstitusi Press, 2004
[8]Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara
Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persad,2007), h.204‐205.
Thaib,
Dahlan, Kedaulatan
Negara
Hukum
Konstitusi, Yogyakarta:
2000
[9]Abdul Latif, Mahkamah Konstitusi
dalam Mewujudkan Negara
Hukum Demokrasi, (Yogyakarta:
Total Media, 2007), h.12.
Rakyat,
dan
Liberty,
[10]Ibid, hal.14.
[11]Lihat Undang‐Undang Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
[1] Dosen Fakultas Syariah UIN Raden
Intan Lampung
[2]Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat,
Negara
Hukum
dan
Konstitusi,(Yogyakarta:, Liberty,
2000), h. 28
[12]Ikhsan
Rosyada
Parluhutan
Daulay, Mahkamah
Konstitusi;
Memahami
Keberadaannya
dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h.25.
[3]Hendra Nurtjahjo, Politik Hukum
Tata Negara Indonesia, (Depok:
Pusat
Studi
Hukum
Tata
Negara
FHUI, 2004), h.14
[13]Fatkhurrohman, Dian Aminudin dan
Sirajudin, Memahami
Keberadaan
Mahkamah
Konstitusi di
Indonesia,
(Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2004), h. 62.
[4]Jimly Asshiddiqie, Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia tahun 1945 dan
Undang-Undang Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia
2005),h. iii.
[14]Moh. Mahfud, MD, Membangun
Politik Hukum, Menegakkan
Konstitusi,
(Jakarta:
LP3ES,2006), h. 37.
[5]Dalam Pasal III Aturan Peralihan yang
disahkan dalam Sidang Tahun
2002,
dinyatakan:
“Mahkamah kewenangannya
dilakukan
oleh
Mahkamah
Agung”.
[16]Fatkhurrohman,Op.Cit, l. 50.
[17]Ni’matul
Huda, Politik
Ketatanegaraan
Indonesia:
Kajian Terhadap Dinamika
Perubahan
UUD1945,
(Yogyakarta: FHUII Press, 2003)
,h.223.
[6]IkhsanRosyadaParluhutanDaulay,Mah
kamahKonstitusi;MemahamiKebe
radaannyaDalamSistem Ketatan
egaraanRepublikIndonesia,(Jakart
a:PT.RinekaCipta,2006),h.25.
25
[18]Jimly Ashiddiqie, Sengketa
Kewenangan Konstitusional
Lembaga Negara, cetakan
ketiga,(Jakarta: Konstitusi Press,
2006), h. 95.
Konstitusi
Refleksi
Satu
Tahun Mahkamah Agung,(Jakarta:
Konstitusi Press, 2004), h.
119‐120.
[20]Jimly Assidiqqie, Op.Cit, h. 105.
[19]Soedarsono, Sewarsa
Berjubah
Merah, dalam buku Refly Harun
Dkk, Menjaga
Denyut
[21]Abdul Latif, Op.Cit, h. 159‐160.
26