BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Jatiasih adalah satu diantara Dua belas Kecamatan yang ada di Kota Bekasi, terletak di sebelah
Barat Kota Bekasi dengan luas wilayah 2.459,669 Hektar, dengan jumlah penduduk 95.643 jiwa. Kecamatan ini
merupakan kecamatan yang mampu mengembangkan kemampuannya di bidang pembangunan, baik pembangunan fisik maupun
pembangunan non fisik, sebagai wilayah penyanggah di timur Ibu Kota Metropolitan Jakarta. Bekasi sebagai kota
yang , berkembang dan terus berbenah diri dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya, melalui sektor pelayanan
yang memadai. Tidak terkecuali di Kecamatan Jatiasih yang merupakan lokasi penelitian dari penulis, yang sebagian
masyarakatnya dijadikan responden oleh Penulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang
merupakan Kepala Wilayah Kecamatan Jatiasih yaitu Bapak Sugeng Sutanto, menurut Beliau Kecamatan Jatiasih pun
tidak mau ketinggalan dan selalu bersaing dengan kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah Kota Bekasi,
terutama pada sektor Pembangunan Fisik dan Non Fisik yang utamanya adalah sektor pelayanan prima terhadap
masyarakat. Pelayanan tersebut berimbas atau mempunyai dampak positip terhadap masyarakat sehingga kesadaran
masyarakat Kecamatan Jatiasih terus meningkat terutama dalam pensertipikatan tanah yang dimiliki oleh warga
Jatiasih yang rata-rata masih berbentuk girik dan berpotensi dapat menimbulkan sengketa tanah. Yang mana
Lurah dan Camat mempunyai Peranan yang besar dalam pendaftaran tanah untuk pertama kali tanah bekas Hak
Milik Adat.
30
A.1. Posisi Geografis Kecamatan Jatiasih.
Secara Geografis Kecamatan Jatiasih terletak 5 lima Kilometer dari Kota Bekasi yang membentang dari
timur ke barat, dibatasi oleh Kalimalang yang merupakan sungai kebanggaan masyarakat bekasi dan Masyarakat
Jakarta, karena sebagai salah satu Daerah Aliran Sungai DAS yang diprioritaskan sebagai percontohan proyek
program kali bersih di daerah Jabotabek oleh Pemerintah Pusat.
30
Suigeng Sutanto, Camat Jatiasih, wawancara tanggal 23 Mei 2007.
Jalur Selatan Kecamatan Jatiasih merupakan jalur potensial bagi penduduk Jatiasih, untuk melakukan
transaksi perdagangan menuju pusat Kota Bekasi maupun menuju Jakarta. Sebagai Ibukota Kecamatan yang terus
berkembang, jalur selatan Kecamatan Jatiasih adalah salah satu jalur yang dapat dijangkau oleh Sentra-Sentra
Industri dan Pertanian, seperti dari Kecamatan Cikarang yang merupakan Kawasan Industri Maju dari arah timur dan
Kawasan Industri Pulogadung dari arah barat.
A.2. Batas Administrasi
Secara adminstratif Kecamatan Jatiasih terbagi dalam 6 enam kelurahan, yaitu :
- Kelurahan Jatisari;
- Kelurahan Jatiluhur;
- Kelurahan Jatirasa;
- Kelurahan Jatiasih
- Kelurahan Jatikramat dan
- Kelurahan Jatimekar.
Yang secara keseluruhan terletak berbatasan dengan : -
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Selatan
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan
Jakasampurna -
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan
Bekasi timur
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jatiasih.
NO
Kelurahan Jumlah penduduk
Jiwa Luas
KM2 Kepadatan
JiwaKM2
1 Jatisari 10.521
541 19,45
2 Jatiluhur 9.489
410 23,14
3 Jatirasa 12.797
274 46,70
4 Jatiasih 15.928
309 51,55
5 Jatimekar 22.564
470 48
6 Jatikramat 24.344
456 53,39
Sumber : Monograpi Kecamatan Jatiasih Tahun 2007
A.3. Jumlah Penduduk
Dari hasil Laporan, Dinas Sosial dan Kependudukan Kecamatan Jatiasih, pada bulan Desember tahun 2006
tercatat bahwa penduduk Kecamatan Jatiasih berjumlah
95.643 jiwa terdiri dari 47.302 jiwa penduduk laki-laki dan 48.341 jiwa penduduk perempuan.
Jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kelurahan Jatiluhur dengan jumlah penduduk 9.489 jiwa,
dengan perincian 4.341 jiwa penduduk laki-laki dan 5.158 jiwa penduduk perempuan, dan jumlah penduduk yang paling
banyak di Kelurahan Jatikramat dengan jumlah penduduk 24.344 jiwa, dengan perincian 11.090 jiwa penduduk laki-
laki dan 13.254 jiwa penduduk perempuan. Lihat Tabel 1.
A.4. Pendidikan
Dari data yang diperoleh yang bersumber dari Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jatiasih diperoleh data
mengenai tingkat pendidikan masyarakat Jatiasih, namun pada dasarnya pendidikan Formal maupun Non Formal bukan
masalah baru bagi penduduk Kecamatan Jatiasih. Banyak generasi muda penduduk Jatiasih mengenyam
pendidikan tinggi seperti di Jakarta, Bandung, dan Semarang dalam rangka meningkatkan Sumber Daya manusia
SDM yang mampu bersaing secara kualitas menuju Jatiasih yang maju sesuai harapan masyarakatnya.
Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Tingkat pendidikan.
Tamat No Kelurahan
Tidak Belum
Sekolah Tidak
Tamat SD Sederajat
SD SLTP SLTA
AKADEMI UNIVERSITAS
1 Jatisari 5213 215 2.620
1.778 607 22
66 2 Jatiluhur 398
116 7.884
660 350 41
40 3 Jatirasa 4.481
580 1425 2430 2912 271
190 4 Jatiasih 13.256 150
215 600 1475 232
5 Jatimekar 19.641 1.803 546 331 210
24 9
6 Jatikramat 20.178 1.562 630
645 420 30
39
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jatiasih Tahun 2007
B.Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Bekas Hak Milik Adat
Dari hasil wawancara dengan 6 enam responden yang dilakukan oleh penulis yaitu responden yang telah
melaksanakan pendaftaran tanah bekas Hak Milik Adat yaitu :
1. Hasan Basri, Pekerjaan Swasta, Alamat Kampung
Cikunir RT.01 RW.01 Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih-Bekasi. C.No.452 terletak di Blok Kampung
Cikunir.
2. Haji Ardi, Pekerjaan Wiraswasta, Alamat Kampung
Jatikramat RT. 02 Rw. 01, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih-Bekasi. C. No.397 terletak di
Blok Kampung Jatikramat. 3.
Imawan Eko Setiadi, Pekerjaan Swasta, Alamat Kampung Kebantenan RT. 02 Rw.08 Kelurahan Jatiasih,
Kecamatan Jatiasih-bekasi. C.No.656 terletak di Blok Kampung Kebantenan.
4. Dimyati, Pekerjaan Pensiunan ABRI, Alamat Kampung
Kebantenan RT.03 Rw.08 Kelurahan Jatiasih, Kecamatan Jatiasih-Bekasi. C.No.1654 terletak di
Blok Kampung kebantenan. 5.
Effendi, Pekerjaan Wiraswasta, Alamat Kampung Pondok Benda RT.07 RW.03 Kelurahan Jatirasa,
Kecamatan Jatiasih-Bekasi. C.No.223 terletak di Blok Kampung Benda.
6. Suparman, Wiraswasta, Alamat Kampung Pondok Benda
RT.07 RW.03 Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih- Bekasi. C.No.311 terletak di Blok Kampung Benda.
Pada umumnya ke 6 enam responden tersebut dengan Kesadaran sendiri mendaftarkan tanah bekas Hak Milik
Adat yang mereka miliki, karena mempunyai beberapa alasan pertama tanah yang mereka miliki tidak dalam sengketa,
kedua menjamin kepastian hukum, ketiga apabila telah jadi sertifikat bisa dijaminkan ke bank. Sedangkan tatacara
pendaftaran tanah ke 6 Enam responden telah sepakat telah diserahkan kepada petugas yang berwenang dalam hal
ini Kantor Pertanahan Kota Bekasi. Dari ke 6 enam responden tersebut di atas tidak
ada satupun yang menerangkan secara rinci mengenai biaya yang telah mereka keluarkan, oleh karena itu menurut
pendapat Penulis bahwa para responden telah menyadari pentingnya bukti tertulis berupa sertipikat atau surat
atas tanah, tanpa harus memikirkan biaya yang telah mereka keluarkan. Karena ke 6 enam responden tersebut
berpendapat prosedur dan biaya pembuatan sertipikat dan kelengkapannya telah dianggap wajar dan tidak memberatkan
para responden.
31
31
Hasan Basri, H.Ardi, Imawan Eko Setiadi, Dimyati, Effendi, Suparman. Responden wawancara tanggal 21 Mei 2007
Pelaksanaan pendaftaran tanah berdasarkan pada
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah yang menggantikan Peraturan
Pemerintah No.10 Tahun 1961. Menurut PP tersebut pendaftaran tanah dilakukan dengan asas sederhana,
aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Sistem yang dipakai masih menggunakan sistem
negatip yang mengandung unsur positip, karena akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat bukti yang kuat, disamping adanya campur tangan pemerintah dalam proses penerbitan sertipikat
tersebut. Menurut Bapak Parjio, Kepala Subseksi Pendaftaran
Tanah Girik pada Kantor Pertanahan Kota Bekasi, bahwa proses pendaftaran tanah, baik secara sporadik maupun
sistematik di wilayah Jatiasih pada Kantor Pertanahan Kota Bekasi, pada umumnya telah berjalan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, yaitu PP No.24 tahun 1997 dan PMNAKa BPN No.3 tahun 1997. Permohonan pendaftaran
tanah secara sporadik atau disebut juga permohonan hak biasa menurutnya adalah meliputi permohonan untuk
mendaftar hak baru, hak lama, atau pengukuran untuk keperluan tertentu sesuai Pasal 73 PMNAKa BPN No.3
tahun 1997. Hak-hak baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak mulai berlakunya PP
241997. Sedangkan hak-hak lama yaitu hak-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak yang ada pada
waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut PP 101961.
32
Permohonan hak tersebut dapat diajukan oleh pemohon sendiri, atau melalui
Pejabat Pembuat Akta TanahPPAT. Dalam hal pendaftaran tanah yang dilakukan oleh PPAT adalah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No.37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Dalam
Pasal 2 ayat 1 PP tersebut dinyatakan bahwa :
“PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta
sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah…”
33
32
Boedi Harsono, op. cit., hal. 491
33
Indonesia C, Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, PP.No. 37 tahun 1998, LN No. 52 Tahun
1998, TLN No. 3746, Pasal 2.
Setelah membuat Akta perbuatan hukum yang dimaksud dalam Pasal di atas, contohnya akta jual beli,
selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta jual beli yang bersangkutan,
PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor
Pertanahan untuk didaftar. Hal ini diatur dalam Pasal 40 PP 24 tahun 1997. Dokumen-dokumen yang dimaksud
dalam Pasal ini adalah : 1.Surat permohonan pendaftaran peralihan hak yang
ditandatangani oleh penerima hak atau kuasanya; 2.Surat kuasa tertulis dari penerima hak kepada PPAT
yang bersangkutan; 3.Akta PPAT tentang perbuatan hukum pemindahan hak
yang bersangkutan; 4.Bukti identitas para pihak;
5.Bukti lunas PBB tahun terakhir; 6.Pajak Penjual SSP dan Pajak Pembeli SSB.
7.Sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan Lebih lanjut dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa PPAT
wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai hal tersebut kepada pihak yang bersangkutan. Jadi PPAT wajib
dengan segera menyampaikan akta yang dibuatnya kepada Kantor Pertanahan agar dapat dilaksanakan proses
pendaftarannya oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat. Setelah berkas tersebut masuk, Kantor Pertanahan
melakukan kegiatan : 1.
Menerima dan meneliti dokumen-dokumen tersebut kemudian memberikan tanda terima berkas kepada
pemohon sesuai Pasal 103 ayat 4 PMNAKa BPN No.3 tahun 1997;
2. Mencatat peralihan hak karena jual beli tersebut
dalam buku tanah Pasal 105 ayat 1 PMNA NO.3 tahun 1997;
3. Mencoret nama pemegang hak lama dalam buku tanah
Pasal 105 ayat 1a PMNA 3 tahun 1997; 4.
Nomor hak dan identitas lain dari tanah yang dialihkan dicoret dari daftar nama pemegang hak lama
dan nomor hak dan identitas tersebut dituliskan pada daftar nama penerima hak Pasal 105 ayat 1d PMNA 3
tahun 1997; 5.
Menyerahkan sertipikat hak tersebut kepada pemegang hak yang baru atau kuasanya Pasal 105 ayat 4 PMNA 3
tahun 1997.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Parjio, tersebut di atas, pendaftaran tanah untuk
pertama kali atas tanah-tanah bekas hak milik adat di wilayah Kecamatan Jatiasih, melalui proses yang disebut
Permohonan Pengakuan atau Penegasan Hak Atas Tanah. Dalam hal ini pemohon harus melengkapi dokumen sebagai
berikut: 1.
Kartu identitas pemohon KTP; 2.
Kartu Keluarga pemohon; 3.
Surat bukti kepemilikan, berupa girik, akta jual beli, akta hibah, dan lain-lain;
4. Surat keterangan riwayat tanah dari kelurahan
setempat yang berisi riwayat tanah milik adat yang bersangkutan dengan segala perubahan-
perubahan yang terjadi; 5.
Foto Copi Letter C dilegalisir lurah; 6.
Foto Copi Akta Jual Beli bila Ada; 7.
Surat pernyataan pemilik tanah yang terakhir, bahwa ia sebagai pemilik tanah yang sebenarnya
atas bidang tanah tersebut,dan jaminan bahwa : a.
Tanah tersebut tidak dalam sengketa dengan pihak manapun;
b. Tanah tersebut tidak sedang dalam
jaminan atau sitaan Bank; c.
Belum pernah dimohonkan penerbitan sertipikat hak atas tanah.
8. Surat pernyataan dari Lurah bahwa tanah
tersebut tidak dalam sengketa; 9.
Peta bidang tanah baru yang dikeluarkan oleh Kantor pertanahan setempat NIB;
10. Bukti pembayaran Pajak Bumi Dan BangunanSPPT
PBB tahun berjalan. Sejak Januari 1995, harus dilengkapi juga dengan :
11. Bukti pembayaran Pajak Penghasilan PPh oleh
penjual; dan 12.
Bukti pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB oleh pembeli sejak
Januari 1998.
34
Setelah berkas permohonan tersebut masuk ke kantor Pertanahan, segera dibentuk Panitia sesuai dengan
Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional, SK.BPN No.12 tahun 1992 tentang Surat Penetapan
34
Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan Bapak Asep Maulani Koordinator Permohonan Hak dan Informasi Kantor Pertanahan Kota
Bekasi., tanggal 16 Mei 2007.
Susunan Panitia A. Panitia A inilah yang kemudian bertugas melakukan kegiatan:
1.Pengumpulan dan Penelitian Data Fisik sesuai Pasal 19-23 PP No.24 tahun 1997:
a. mendatangi lokasi tanah;
b. menetapkan batas-batas bidang tanah berdasarkan
petunjuk pemohon dan para pemegang hak atas tanah yang berbatasan;
c. pengukuran dan pemetaan bidang tanah.
2.Penelitian dokumen Data yuridis sesuai Pasal 83 PMNAKa.BPN No.3 tahun 1997.
Panitia A meneliti data yuridis bidang tanah dan membuat kesimpulan mengenai data yuridis yang
bersangkutan, dilanjutkan dengan pengisian Daftar isian 201, berisi Risalah Penelitian data Yuridis
dan Penetapan batas. Selanjutnya Daftar Isian tersebut diserahkan kepada Kepala Seksi Pengukuran
dan Pendaftaran Tanah, yang akan menyiapkan pengumuman data fisik dan data yuridis tersebut.
Pengumuman itu berlangsung selama 60 hari, untuk memberi kesempatan bagi yang berkepentingan
mengajukan keberatan atas data fisik dan data
yuridis mengenai bidang tanah yang dimohon pendaftarannya sesuai Pasal 86 ayat 2 PMNA No.3
tahun 1997. Setelah jangka waktu pengumuman berakhir,
maka data fisik dan data yuridis tersebut disahkan oleh Kepala Kantor pertanahan dengan Berita Acara
Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis Daftar Isian 202, sesuai Pasal 87 PMNA No.3 tahun 1997.
Berdasarkan Berita acara pengesahan tersebut, maka dilakukan Penegasan Konversi dan Pengakuan Hak
Pasal 88 PMNA NO.3 tahun 1997, yang kemudian dibukukan dalam buku tanah Pembukuan Hak, sesuai
Pasal 89 PMNA No.3 tahun 1997. Untuk selanjutnya diberikan surat tanda bukti haknya kepada pemohon
dengan penerbitan Sertipikat hak atas tanah tersebut Pasal 91 PMNA No.3 tahun 1997.
Proses Penerbitan Sertipikat
Proses Penerbitan sertipikat menurut peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dapat digambarkan dengan skema
sebagai berikut : Pemasangan dan Pengukuran
Titik Kerangka dasar Tehnik 1 Penetapan Tanda-Tanda Batas
Bidang-Bidang Tanah 3
Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Tanah 2
Pengkuran Bidang-Bidang Tanah 4
Pembuatan Peta Pendaftaran Tanah 5
Pembuatan Daftar Tanah dan Surat Ukur 7
Pengumpulan dan Penelitian Data Yuridis 6
Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis 8
Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis 9
Pembukuan Hak Atas Tanah Dalam Buku Tanah 10
Pembuatan Daftar Nama 11
Sertipikat
Penjelasan skema : 1.Diawali dengan pengumpulan dan pengolahan data fisik
berupa kegiatan untuk memperoleh data mengenai letak,batas-batas bidang tanah, luas bidang tanah,
ada tidaknya bangunan diatasnya dan satuan rumah susun yang didaftar. Untuk pengumpulan dan
pengelohan data fisik, dilakukan pengukuran dan pemetaan yang meliputi kegiatan:
a.Pemasangan dan pengukuran titik kerangka dasar teknik; --- 1
b.Pembuatan peta dasar pendaftaran; --- 2 c.Penetapan batas-batas bidang tanah; --- 3
d.Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah;--4 e. Pembuatan peta pendaftaran; --- 5
f. Pembuatan daftar tanah dan surat ukur; --- 7 Pengukuran bidang tanah dalam pendaftaran tanah
secara sistematik dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan peta dasar pendaftaran. Pengukuran bidang
tanah secara sporadik di daerah yang tidak tersedia peta dasar pendaftaran namun terdapat titik dasar
teknik nasional dengan jarak kurang dari 2 dua kilometer dari bidang tanah tersebut, diikatkan ke
titik dasar teknik nasional tersebut, bila tidak tersedia atau jauh dari titik dasar teknik nasional
harus dibuat titik dasar teknik orde 4 lokal disekitar bidang tanah yang akan diukur sebanyak 2
dua titik atau lebih yang berfungsi sebagai titik ikat pengukuran bidang tanah dalam sistem koordinat
lokal. Jika dalam wilayah pendaftaran sporadik belum
ada peta dasar pendaftaran, dapat digunakan peta lain, sepanjang peta tersebut memenuhi syarat
pembuatan peta dasar pendaftaran. Jika peta lain itu tidak ada, maka pembuatan peta dasar pendaftaran
dilakukan bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang bersangkutan.
Penetapan batas bidang-bidang tanah --- 3 diusahakan berdasarkan kesepakatan antara para pihak
yang berkepentingan dan penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaannya wajib dilakukan pemegang
hak atas tanah yang bersangkutan. Persetujuan penetapan batas di atas dituangkan dalam Berita
Acara yang ditandatangani oleh yang memberikan persetujuan. Jika dalam penetapan batas tidak
diperoleh kata sepakat antara pihak-pihak yang berbatasan, maka pengukuran tersebut untuk sementara
dilakukan berdasarkan batas-batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas bidang tanah yang
bersangkutan, seperti tembok atau tanda-tanda lain yang menunjukkan batas penguasaan tanah oleh yang
bersangkutan. Apabila ada tanda-tanda semacam ini, maka persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang
berbatasan tidak mutlak diperlukan. Dalam gambar ukur hasil pengukuran sementara tersebut diberi
catatan atau tanda bahwa batas bidang tanah tersebut baru merupakan batas sementara dan dibuat Berita
Acara. Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya diukur dan hasilnya dipetakan pada
peta dasar pendaftaran. Dengan dipetakannya bidang- bidang tanah pada peta dasar pendaftaran ini maka
selanjutnya peta dasar pendaftaran menjadi peta pendaftaran --- 5.
Dari peta pendaftaran berdasarkan data dari masing-masing bidang tanah selanjutnya dibuat daftar
tanah dan surat ukur --- 7.
2.Untuk keperluan penelitian data yuridis bidang- bidang tanah dikumpulkan alat-alat bukti mengenai
kepemilikan atau pengusaan tanah, baik bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis berupa
keterangan saksi dan atau keterangan yang bersangkutan yang ditunjukkan oleh pemegang hak atas
tanah atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan. Pengumpulan data yuridis ini
diperlukan dalam rangka pembuktian hak. --- 6 yang meliputi kegiatan :
a. Pembuktian hak baru; b. Pembuktian hak lama;
Data yuridis berupa alat bukti tertulis untuk membuktikan hak baru adalah berupa :
a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang
berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku, apabila
pemberian hak tersebut berasal dari tanah Negara atau tanah Hak Pengelolaan dan asli akta
PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang Hak Milik kepada penerima hak yang
bersangkutan; apabila mengenai Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas tanah Hak Milik;
b. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan
pemberian hak pengelolaan oleh Pejabat yang berwenang;
c. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf; d. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan
dengan akta pemisahan; e. Pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta
pemberian hak tanggungan. Data yuridis untuk pembuktian hak lama yang
berasal dari konversi, dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut, berupa, bukti
tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia
Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran
tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak lain yang
membebaninya.
35
Bukti tertulis untuk keperluan konversi hak lama ini sama dengan bukti tertulis
35
Indonesia B, op. cit., Pasal 24 ayat 1
untuk pendaftaran tanah menurut PP 101961, hanya dalam hal bukti tertulis tidak lengkap atau tidak
ada lagi, pembuktian kepemilikan itu dapat dilakukan dengan keterangan saksi atau pernyataan dari yang
bersangkutan. Dalam hal tidak ada atau tidak lagi tersedia
secara lengkap pembuktian kepemilikan, pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan
fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya
36
dengan syarat:
a. Penguasaan dan penggunaan tanah tersebut
dilakukan dengan itikad baik, secara nyata dan terbuka;
b. Penguasaan dan penggunaan tanah tersebut tidak
diganggu gugat dan diakui serta dibenarkan oleh oleh masyarakat hukum adat atau desakelurahan
yang bersangkutan; c.
Hal-hal tersebut , yaitu penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan serta tidak
36
Indonesia B, Ibid., Pasal 24 ayat 2
adanya gangguan, diperkuat oleh kesaksian orang- orang yang dapat dipercaya.
37
Kebenaran alat-alat bukti di atas baik pendaftaran secara sistematik maupun secara sporadik
ditulis dalam suatu daftar isian. 3.Daftar isian tersebut bersama-sama dengan peta
bidang tanah yang bersangkutan diumumkan selama 30 hari untuk pendaftaran tanah secara sistematik di
Kantor Panitia Ajudikasi dan Kantor Kelurahan dan 60 hari untuk pendaftaran tanah secara sporadik di
Kantor Pertanahan dan Kantor Kelurahan letak tanah yang bersangkutan.---8. Jika dalam tenggang waktu
pengumuman ada pihak yang mengajukan keberatan mengenai data fisik dan data yuridis yang diumumkan,
keberatan tersebut diusahakan segera diselesaikan secara musyawarah mufakat. Mufakat yang terjadi
dituangkan dalam Berita Acara penyelesaian Sengketa dan dilakukan perubahan-perubahan pada peta bidang
tanah dan atau daftar isian sesuai mufakat tersebut. Bila gagal mencapai mufakat, Ketua Panitia Ajudikasi
atau Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan secara
37
Boedi Harsono, op. cit., hal.495
tertulis kepada pihak yang berkeberatan untuk mengajukan perselisihan tersebut ke pengadilan. Bila
tenggang waktu pengumuman telah berakhir, data fisik dan data yuridis tersebut disahkan dengan Berita
Acara Pengesahan oleh Ketua Panitia Ajudikasi untuk pendaftaran tanah secara sistematik dan oleh Kepala
Kantor Pertanahan untuk pendaftaran tanah secara spordik. --- 9 Berita Acara Pengesahan tersebut
di atas selanjutnya dijadikan dasar untuk pembukuan hak atas tanah dalam buku tanah, pengakuan hak atas
tanah atau pemberian hak atas tanah. --- 10. 4.
Pembukuan hak di atas dilakukan berdasarkan alat bukti dan Berita Acara Pengesahan dengan ketentuan
sebagai berikut : a. Apabila data fisik dan data yuridisnya sudah
lengkap dan tidak ada yang disengketakan; b.Apabila data fisik atau data yuridisnya belum
lengkap, dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dengan catatan mengenai hal-hal yang belum
lengkap; c.Apabila data fisik dan atau data yuridisnya
disengketakan tetapi diajukan gugatan
kepengadilan yang dilakukan pembukuanya dalam buku tanah dengan catatan mengenai adanya
sengketa tersebut dan kepada pihak yang keberatan diberitahukan oleh Ketua Panitia Ajudikasi untuk
pendaftaran tanah secara sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan untuk pendaftaran tanah secara
sporadik untuk mengajukan gugatan kepengadilan mengenai data yang disengketakan dalam waktu 60
enam puluh hari dalam pendaftaran tanah secara sporadik dihitung sejak disampaikannya
pemberitahuan tersebut; d.Apabila data fisik dan atau data yuridisnya
disengketakan dan diajukan gugatan kepengadilan tetapi tidak ada perintah dari pengadilan untuk
status quo dan tidak ada putusan penyitaan dari pengadilan, pembukaunya dilakukan dalam buku
tanah dengan catatan mengenai adanya sengketa tersebut dan hal-hak yang disengketakan;
e.Apabila data fisik atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan kepengadilan serta ada
perintah untuk status quo atau putusan penyitaan dari pengadilan, pembukuannya dilakukan dalam
buku tanah dengan mengosongkan nama pemegang haknya dan hal-hal lain yang disengketakan serta
m,encatat didalamnya adanya sita atau perintah status quo tersebut;
5.Setelah pembukuan hak dalam buku tanah selesai, dilakukan pembuatan daftar nama --- 11 dan
pembuatan sertipikat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 bentuk sertipikat tidak dirinci
secara jelas, hanya dijelaskan bahwa sertipikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang
bersangkutan sesuai dengan data fisik dan yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah. Jadi bentuk
sertipikat menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 hanya disyaratkan berisi data yuridis dan
data fisik yang telah didaftar dalam buku tanah, tidak ditetapkan dalam bentuk tertentu.
C. Hambatan dan Penyelesaian Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Tanah