BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Perdagangan adalah suatu yang terhormat didalam ajaran Islam, karena itu cukup banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang menyebut dan menjelaskan norma-norma perdagangan.
Penghargaan Nabi Muhammad terhadap perdagangan sangat tinggi, bahkan beliau sendiri adalah seorang aktivis perdagangan mancanegara yang sangat handal dan terkenal. Sejak usia
muda kiprah dalam dunia perdagangan sangat bagus, sehingga beliau dikenal luas di Yaman, Syiria, Yordania, Iraq, Basrah dan kota-kota perdagangan lainnya di Jazirah Arab.
Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Ashbahani, Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan yang apabila mereka berbicara
tidak berdusta, jika berjanji tidak menyalahi, jika dipercaya tidak khianat, jika membeli tidak mencela produk, jika menjual tidak memuji-muji barang dagangan, jika berhutang tidak
melambatkan pembayaran, jika memiliki piutang tidak mempersulit””HR. Baihaqi dan dikeluarkan oleh As-Ashbahani
Rosulullah telah memberikan contoh dalam membangun masyarakat Madinah melalui kegiatan ekonomi dan perdaganga. Spirit reformasi yang dipraktekkan Nabi Muhammad
SAW bersama para sahabatnya dalam berhijrah, harus kita tangkap dan aktualisasikan dalam konteks kekinian, suatu konteks zaman yang penuh ketidakadilan ekonomi, rawan krisis
moneter, kemiskinan dan pengangguran yang masih menggurita dibawah system dan dominasi ekonomi kapitalisme.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, maka sesuai dengan Standar Kompetensi kelas VII Semester I Sejarah Kebudayaan Islam yakni “Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW
periode Madinah”. Maka dapat dirumuskan berbagai rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaiman deskripsi sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat
melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan? 2. Apa saja ibrah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat
melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan untuk masa kini dan yang akan datang? 3. Bagaimana semangat perjuangan Nabi dan para sahabat di Madinah yang harus kita
teladani?
BAB II PEMBAHASAN