e. memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan
permukiman yang layak, terutama bagi MBR; f. memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun;
g. menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam
suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu; dan h. memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan
kepemilikan rumah susun.
Pasal 4
Lingkup pengaturan undang-undang ini meliputi: a. pembinaan;
b. perencanaan; c. pembangunan;
d. penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan; e. pengelolaan;
f. peningkatan kualitas; g. pengendalian;
h. kelembagaan; i. tugas dan wewenang;
j. hak dan kewajiban; k. pendanaan dan sistem pembiayaan; dan
l. peran masyarakat.
BAB III PEMBINAAN
Pasal 5
1 Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan rumah susun yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.
2 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh: a. Menteri pada tingkat nasional;
b. gubernur pada tingkat provinsi; dan c. bupatiwalikota pada tingkat kabupatenkota.
Pasal 6
1 Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 meliputi: a. perencanaan;
b. pengaturan; c. pengendalian; dan
d. pengawasan.
2 Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Menteri melakukan koordinasi lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan,
baik vertikal maupun horizontal.
Pasal 7
1 Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a merupakan satu kesatuan yang utuh dari perencanaan pembangunan nasional dan merupakan bagian
integral dari perencanaan pembangunan daerah.
2 Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan tingkat kewenangannya serta melibatkan peran serta masyarakat.
3 Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disusun pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupatenkota dengan memperhatikan kebijakan dan strategi nasional di
bidang rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4 Perencanaan pada tingkat nasional menjadi pedoman untuk menyusun perencanaan
penyelenggaraan pembangunan rumah susun pada tingkat provinsi dan kabupatenkota.
Pasal 8
Pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b meliputi: a. pembangunan;
b. penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan; c. pengelolaan;
d. peningkatan kualitas; e. kelembagaan; dan
f. pendanaan dan sistem pembiayaan.
Pasal 9
Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf c dilakukan untuk menjamin penyelenggaraan rumah susun sesuai dengan tujuannya.
Pasal 10
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf d meliputi pemantauan, evaluasi, dan tindakan koreksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
1 Pemerintah melakukan pembinaan penyelenggaraan rumah susun secara nasional untuk memenuhi tertib penyelenggaraan rumah susun.
2 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan dengan cara: a. koordinasi penyelenggaraan rumah susun;
b. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi; d. pendidikan dan pelatihan;
e. penelitian dan pengembangan; f. pengembangan sistem dan layanan informasi dan komunikasi; dan
g. pemberdayaan pemangku kepentingan rumah susun.
3 Pemerintah melakukan pembinaan penyelenggaraan rumah susun kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupatenkota, dan masyarakat.
4 Pembinaan penyelenggaraan rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dilakukan dengan tujuan:
a. mendorong pembangunan rumah susun dengan memanfaatkan teknik dan teknologi, bahan bangunan, rekayasa konstruksi, dan rancang bangun yang tepat-guna serta
mempertimbangkan kearifan lokal dan keserasian lingkungan yang aman bagi kesehatan;
b. mendorong pembangunan rumah susun yang mampu menggerakkan industri perumahan nasional dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya lokal, termasuk
teknologi tahan gempa; c. mendorong terwujudnya hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat sebagai
sarana pembinaan keluarga; dan
d. mendorong pewujudan dan pelestarian nilai-nilai wawasan nusantara atau budaya nasional dalam pembangunan rumah susun.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IV PERENCANAAN