PENDAHULUAN Perbedaan Muscle Activation Pada Otot Tibialis Anterior Dan Triceps Surae Saat Stance Phase Pada Kondisi Flat Foot Dan Normal Foot.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
Hal ini tertuang dalam Al–Qur’an di Surah At-Tin ayat 4 “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Manusia terlahir dengan dibekali empat ektremitas yaitu dua ektremitas
atas yang terdiri dari tangan kanan dan kiri serta dua ektremitas bawah
yang terdiri dari kaki kanan dan kiri. Kombinasi dari gerakan ektremitas
tersebut membuat seseorang dapat melakukan salah satu aktivitas dasar
manusia yaitu berjalan.
Menurut Whittle (2007), siklus berjalan (gait cycle) merupakan
suatu rangkaian fungsional dengan adanya gerakan pada satu anggota
badan (extremitas inferior ). Hal ini berlangsung sejak kaki kanan
menginjak lantai hingga kaki kanan menginjak lantai kembali. Siklus
berjalan (gait cycle) terdiri dari dua fase yaitu fase menapak (stance
phase) dan fase mengayun (swing phase). Stance phase mencakup 60%

dari gait cycle sedangkan swing phase mencakup 40% dari gait cycle
(Lippert, 2006).

Kaki bertanggung jawab penuh pada aktivitas berjalan. Pada kaki
terdapat komponen penting yang disebut arkus kaki. Arkus kaki terbentuk
oleh beberapa unsur penyusun yaitu tulang, sendi, ligamen dan otot. Arkus

1

2

kaki berperan penting mendukung aktivitas berdiri, berjalan, melompat
dan berlari. Untuk mendukung aktivitas tersebut arkus kaki harus
terbentuk dalam keadaan baik. Kelainan pada arkus kaki salah satunya
adalah flat foot. Penelitian yang dilakukan terhadap 940 siswa sekolah
dengan umur 3 – 10 tahun di Colombia ditemukan sebanyak 60%
mengalami flat foot (Enrrique et al., 2012). Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Bhoir et al. (2014), terhadap 80 mahasiswa fisioterapi
dengan umur antara 18 – 25 tahun di India ditemukan sebanyak 11.25%
mengalami flat foot. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria
dan wanita serta tidak terdapat korelasi antara indeks massa tubuh dengan
arch index. Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan yang telah saya


lakukan pada mahasiswa Fisioterapi semester 1, 3 dan 5 di Universitas
Muhammadiyah Surakarta terdapat 20 mahasiswa yang mengalami flat
foot.

Menurut Ridjal (2016), kolaps yang terjadi pada arkus longitudinal
medial kaki pada flat foot mengakibatkan kaki hiperpronasi sehingga berat

badan ditransfer ke depan selama berjalan kaki. Kolaps pada arkus
longitudinal medial kaki juga dapat meregangkan ligamen dan plantar
fascia yang dapat mengakibatkan plantar fasciitis. Kedua hal ini akan

mempengaruhi aktivasi otot tungkai. Pemeriksaan aktivasi otot dapat
menggunakan surface electromyography (SEMG). SEMG merupakan
suatu alat biomekanik yang dapat membandingkan aktivasi otot saat
terjadi kontraksi (Standifird et al., 2010).

3

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Murley et al. (2009),
menunjukan adanya hyperactivity pada otot tibialis anterior saat stance

phase dengan menggunakan surface electromyography (SEMG) pada

kondisi flat foot yang dibandingkan dengan normal foot. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan
Muscle Activation pada Otot Tibialis Anterior dan Triceps Surae saat
Stance Phase dalam kondisi Flat Foot dibandingkan dengan Normal
Foot”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
rumusan masalah yang diambil oleh penulis yaitu :
1. Adakah perbedaan muscle activation pada otot tibialis anterior saat
stance phase pada kondisi flat foot dibandingkan dengan normal foot?

2. Adakah perbedaan muscle activation pada otot gastrocnemius medial
saat stance phase pada kondisi flat foot dibandingkan dengan normal
foot?

3. Adakah perbedaan muscle activation pada otot gastrocnemius lateral
saat stance phase pada kondisi flat foot dibandingkan dengan normal

foot?

4. Adakah perbedaan muscle activation pada otot soleus saat stance
phase pada kondisi flat foot dengan dibandingkan normal foot?

4

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari dilakukannya
penelitian ini sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan muscle activation pada otot tibialis
anterior dan triceps surae saat stance phase dalam kondisi flat foot

dibandingkan dengan normal foot.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perbedaan muscle activation pada otot tibialis
anterior saat stance phase dalam kondisi flat foot dibandingkan

dengan


normal

foot

dengan

menggunakan

Surface

Electromyography (SEMG).

b. Untuk mengetahui perbedaan muscle activation pada otot triceps
surae saat stance phase dalam kondisi flat foot dibandingkan

dengan

normal


foot

dengan

menggunakan

Surface

Electromyography (SEMG).

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis

5

a. Dapat mengetahui perbedaan muscle activation pada otot tibialis
anterior saat stance phase dalam kondisi flat foot dibandingkan

dengan normal foot.

b. Dapat mengetahui perbedaan muscle activation pada otot
gastrocnemius medial saat stance phase dalam kondisi flat foot

dibandingkan dengan normal foot.
c. Dapat mengetahui perbedaan muscle activation pada otot
gastrocnemius lateral saat stance phase dalam kondisi flat foot

dibandingkan dengan normal foot.
d. Dapat mengetahui perbedaan muscle activation pada otot soleus
saat stance phase dalam kondisi flat foot dibandingkan dengan
normal foot.

2. Manfaat Praktis
a. Untuk tim kesehatan, sebagai dasar atau landasan dalam
memberikan promotif, preventif, rehabilitatif pada kondisi flat foot
mengenai pencegahan dan penanganan terkait gangguan yang
ditimbulkan akibat flat foot.
b. Untuk peneliti selanjutnya, sebagai dasar atau landasan maupun
referensi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya terkait
flat foot.