Penerapan Teknik Produksi Bersih Pada Usaha Perikanan Tuna (Studi Kasus Kapal Longline di PPS Cilacap)

PENERAPAN TEKNIK PRODUKSI BERSIH PADA
USAHA PERIKANAN TUNA
(STUDI KASUS KAPAL LONGLINE DI PPS CILACAP)

ANDIKHA PRATAMA PUTRA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Teknik
Produksi Bersih pada Usaha Perikanan Tuna (Studi Kasus Kapal Longline di PPS
Cilacap) adalah benar karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2015
Andikha Pratama Putra
NIM C44100039

ABSTRAK
ANDIKHA PRATAMA PUTRA. Penerapan Teknik Produksi Bersih pada Usaha
Perikanan Tuna (Studi Kasus Kapal Longline di PPS Cilacap). Dibimbing oleh
MUSTARUDDIN dan JULIA EKA ASTARINI.
Tuna adalah ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di Indonesia dan
di dunia. Operasi penangkapan tuna terdiri dari persiapan penangkapan, operasi
penangkapan, penanganan hasil tangkapan, dan pemasaran hasil tangkapan.
Produksi bersih adalah usaha berupa pencegahan awal, pengurangan terbentuknya
limbah dan pemanfaatan limbah melalui daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pola penyediaan perbekalan, mutu hasil tangkapan, dan pola
penanganan sisa komponen operasi pada kapal longline. Metode penelitian ini
adalah studi kasus dalam penerapan teknik produksi bersih pada operasi
penangkapan tuna. Metode analisis yang digunakan meliputi diagram pareto, peta
kendali mutu, diagram sebab akibat, analisis sisa air bersih, es dan umpan, serta
deskriptif mengenai perbekalan. Hasil diagram pareto menunjukkan warna daging
pucat, mata pudar, daging kurang kenyal sebagai cacat yang dominan pada hasil

tangkapan tuna. Penyebab cacat dikelompokkan menjadi empat faktor utama,
yaitu nelayan, metode penanganan, sarana dan material. Peta kendali np
menunjukkan kegiatan produksi usaha perikanan tuna masih dalam batas
pengendalian. Komponen yang mempunyai sisa setelah operasi penangkapan
antara lain umpan sebanyak 50 dus, es sebanyak 50 balok, dan air bersih sebesar
725 liter. Sisa umpan dapat diolah menjadi bentuk yang lain. Sisa es dan sisa air
bersih dapat digunakan untuk mencuci tuna hasil tangkapan dan mencuci kapal
setelah operasi penangkapan.
Kata kunci: Kapal Longline, PPS Cilacap, Produksi Bersih, Tuna

ABSTRACT
ANDIKHA PRATAMA PUTRA. Application of Cleaner Production Technique
on Tuna Fishing Effort (Case Study of Longline Ship in PPS Cilacap). Supervised
by MUSTARUDDIN and JULIA EKA ASTARINI.
Tuna is the fish that have high economical value in entire world, especially
Indonesia. Tuna fishing operation consists of fishing preparation, fishing
operation, handling of the catches , and distribution of the catches. Cleaner
production is the effort performed in early prevention, waste reduction and
utilization of waste through recycling. This study is aimed to analyzing the supply
pattern, catches quality, and pattern of remaining components handling in longline

ship. Method of this study is a case study in application of cleaner production in
tuna fishing operation. The analysis methods used are pareto’s diagram, map of
quality control, fishbone diagram, the analysis about remainings of waters, ices,
and baits, and descriptive analysis about supplies. Pareto diagram result that pale’s
meat colour, faded eyes and less-chewy meat are the dominant defects in tuna
catches result. The defect cause is gruped in four main factors, namely fishermen,
handling methods, facilities, and material. np control map shows that tuna fishing
effort is still in the control limits. The components that remains after fishing
operation are baits as much 50 boxes, ices as much 50 blocks, and waters as much
725 liters. The bait remains can be processed to other forms.
Keywords: Longline Ship, PPS Cilacap, Cleaner Production, Tuna

PENERAPAN TEKNIK PRODUKSI BERSIH PADA
USAHA PERIKANAN TUNA
(STUDI KASUS KAPAL LONGLINE DI PPS CILACAP)

ANDIKHA PRATAMA PUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Penerapan Teknik Produksi Bersih Pada Usaha Perikanan Tuna
(Studi Kasus Kapal Longline di PPS Cilacap)
Nama
: Andikha Pratama Putra
NIM
: C44100039
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh


Dr Mustaruddin, STP
Pembimbing I

Julia Eka Astarini, SPi MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
perikanan tuna, dengan judul Penerapan Teknik Produksi Bersih pada Usaha
Perikanan Tuna (Studi Kasus Kapal Longline di PPS Cilacap).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Mustaruddin, STP dan Ibu

Julia Eka Astarini, SPi, MSi selaku pembimbing, Dr Am Azbas Taurusman, SPi,
Msi selaku dosen penguji serta Ibu Retno Muninggar, SPi, ME selaku komisi
pendidikan yang telah banyak memberi saran. Selain itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada semua pihak di Unit Pengelola Teknis (UPT) PPS Cilacap,
pengurus kapal longline di PPS Cilacap, dan nelayan-nelayan di PPS Cilacap yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya serta kepada teman-teman khususnya PSP 47 dan pihak-pihak yang
tidak dapat disebutkan lainnya yang telah memberi dukungannya. Atas segala
kekurangan yang ada penulis menerima segala masukan dan saran yang
membangun.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Andikha Pratama Putra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan dan Alat

3

Metode Penelitian

3


Pengumpulan data primer

3

Pengumpulan data sekunder

3

Analisis Data

4

Analisis deskriptif

4

Analisis diagram pareto

4


Analisis peta kendali mutu

5

Analisis diagram sebab akibat

6

Pola Penanganan Sisa Komponen Operasi

7

Analisis sisa air bersih

7

Analisis sisa es

7


Analisis umpan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Keadaan Umum di PPS Cilacap

8

Perbekalan Nelayan Longline di PPS Cilacap

9

Kondisi Ikan Tuna yang Didaratkan oleh Kapal Longline

10

Analisis Peta Kendali np Ikan Tuna

11

Faktor Penyebab Cacat Ikan Tuna

13

Penerapan Produksi Bersih untuk Penanganan Produk dan
Sisa Komponen Operasi

20

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR TABEL
1 Perbekalan kapal longline di PPS Cilacap
2 Proporsi tipe cacat dengan jumlah ikan tuna
3 Perhitungan peta kendali np untuk ikan tuna
4 Penggunaan umpan pada kapal longline
5 Penggunaan es pada kapal longline
6 Penggunaan air bersih pada kapal longline

10
10
10
17
18
19

DAFTAR GAMBAR
1 Peta Lokasi Penelitian
2 Diagram Sebab Akibat
3 Diagram pareto cacat hasil tangkapan PPS Cilacap
4 Peta kendali np mutu ikan tuna
5 Penanganan ikan tuna pada kapal longline di PPS Cilacap

2
6
11
12
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pengujian organoleptik pada ikan tuna di PPS Cilacap
2 Contoh perhitungan peta kendali np ikan tuna pada kapal longline di
PPS Cilacap
3 Diagram sebab akibat cacat ikan tuna
4a Perhitungan hook rate ikan tuna Kapal Andalas I
4b Perhitungan hook rate ikan tuna Kapal Ilham Putra 5
4c Perhitungan hook rate ikan tuna Kapal Berkah Jaya
4d Perhitungan hook rate ikan tuna Kapal Berkat Sahabat II
4e Perhitungan kebutuhan air bersih (JA) Kapal Andalas I
4f Perhitungan kebutuhan air bersih (JA) Kapal Ilham Putra 5
4g Perhitungan kebutuhan air bersih (JA) Kapal Berkah Jaya
4h Perhitungan kebutuhan air bersih (JA) Kapal Berkat Sahabat II

23
24
25
26
26
26
27
27
27
28
28

PENDAHULUAN
Usaha perikanan mempunyai tiga komponen penting, yaitu nelayan
(fisherman), kapal (fishing vessel), dan alat tangkap (fishing gear). Komponenkomponen tersebut bekerja dalam suatu sistem yang dibantu oleh komponenkomponen pendukung lainnya untuk menjadi suatu sistem operasi penangkapan
yang berjalan selama ini.
Ikan tuna adalah salah satu jenis sumberdaya ikan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi di dunia dan di Indonesia. Di Indonesia, ikan tuna menempati
urutan ke-4 (empat) dalam volume produksi perikanan tangkap di laut setelah
tongkol, cakalang, dan udang (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012). Ikan
tuna yang ditangkap di Indonesia dan menjadi komoditas utama adalah tuna mata
besar atau bigeye tuna, madidihang atau yellowfin tuna, tuna sirip biru selatan atau
southern bluefin tuna, dan tuna albakora atau albacora tuna. Ikan tuna yang sudah
didaratkan dapat dipasarkan dalam bentuk ikan segar ataupun dalam bentuk
olahan dengan tujuan pasar lokal ataupun diekspor ke pasar internasional.
Penangkapan tuna di PPS Cilacap didominasi oleh alat tangkap rawai tuna
atau tuna longline. Kapal rawai tuna yang dominan di PPS Cilacap adalah kapal
inboard engine dengan ukuran 30 GT hingga 50 GT (Pusat Informasi Pelabuhan
Perikanan 2014).
Kegiatan usaha perikanan tuna terdiri dari persiapan perbekalan, operasi
penangkapan, penanganan hasil tangkapan dan pemasaran hasil tangkapan.
Kegiatan penangkapan yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu nelayan, alat
tangkap, dan kapal didukung oleh komponen-komponen lainnya, seperti air
bersih, BBM (Bahan Bakar Minyak), es, perbekalan, umpan, dan sebagainya
Penanganan yang sesuai dengan prinsip produksi bersih dapat membantu nelayan
sehingga usaha perikanan tuna yang dijalankan lebih menguntungkan. Produksi
bersih menurut Afmar (1998) adalah usaha untuk mencegah terbentuknya limbah.
Usaha tersebut berupa pencegahan awal (source reduction), pengurangan
terbentuknya limbah (waste reduction), dan pemanfaatan limbah melalui daur
ulang (recycle). Input dalam usaha produksi bersih adalah komponen-komponen
pedukung dalam kegiatan penangkapan seperti es, air bersih dan umpan. Usaha
perikanan tuna yang menerapkan teknik produksi bersih akan lebih efisien dalam
kegiatan operasinya, kualitas hasil tangkapan akan lebih baik dan memanfaatkan
kembali sisa komponen operasi yang digunakan sehingga sisa komponen tersebut
tidak mencemari lingkungan.
Kegiatan usaha penangkapan tuna modern pada saat ini diharapkan
berjalan secara efisien dan tidak mencemari lingkungan. Komponen-komponen
pendukung operasi penangkapan seperti, es, air bersih, dan umpan yang dibawa
oleh nelayan biasanya hanya dimanfaatkan ketika operasi penangkapan. Oleh
karena itu, penelitian mengenai pemanfaatan dari komponen-komponen tersebut
serta penanganan sisa dari komponen-komponen tersebut berupa bahan yang tidak
terpakai atau limbah selama operasi penangkapan. Informasi yang didapatkan
dapat berguna untuk operasi penangkapan yang lebih efisien, efektif, aman, dan
ramah lingkungan.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pola penyediaan perbekalan pada unit penangkapan ikan tuna
(kapal longline);
2. Menganalisis mutu hasil tangkapan ikan tuna pada kapal longline; dan
3. Menganalisis pola penanganan sisa komponen operasi penangkapan ikan tuna
pada kapal longline (umpan, air bersih, dan es).
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan setelah kegiatan penelitian ini dilakukan, antara
lain:
1. Penulis dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di perkuliahan secara
langsung;
2. Membantu nelayan tuna longline untuk melakukan operasi penangkapan yang
lebih efisien, efektif, aman, dan ramah lingkungan;
3. Mempermudah Pemerintah Daerah setempat untuk pengambilan kebijakan
terkait teknik operasi dalam pengelolaan usaha perikanan tuna dan lainnya; dan
4. Bahan informasi untuk penelitian perikanan tangkap berikutnya dan
kepentingan lainnya yang relevan.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April
2014 di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, Kabupaten Cilacap, Propinsi
Jawa Tengah.

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

3
Bahan dan Alat
Bahan yang diteliti didalam penelitian ini adalah unit penangkapan ikan
beserta kelengkapannya dan hasil tangkapan dari unit penangkapan yang
beroperasi di PPS Cilacap. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain
kuesioner, komputer/laptop, alat tulis, timbangan, kamera, dan alat ukur.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Tujuan dari metode studi kasus ini adalah memberikan gambaran detail tentang
latar belakang, sifat-sifat, karakter, sifat yang diamati oleh penulis (Nazir 1988).
Aspek yang ditekankan dalam penelitian ini adalah menerapkan prinsipprinsip teknik produksi bersih pada kegiatan usaha mulai dari penyediaan
perbekalan, penanganan mutu dalam proses hingga penanganan sisa komponen
operasi penangkapan. Prinsip ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses
produksi/proses penangkapan berjalan baik dengan tidak ada dampak negatif yang
ditimbulkannya. Aspek lainnya yang ditekankan adalah penanganan sisa limbah,
es, dan umpan dalam operasi penangkapan longline di PPS Cilacap.
Pengumpulan data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh penulis di
lapangan. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik wawancara dan pengamatan
langsung di PPS Cilacap. Wawancara dilakukan kepada 5 orang nelayan kapal
longline, 2 orang penyedia perbekalan, dan 3 orang pegawai PPS Cilacap.
Penentuan nelayan yang akan diwawancarai menggunakan purposive sampling.
Pengamatan langsung dilakukan dengan cara mengamati pola penyediaan
perbekalan, mengamati pola penanganan hasil tangkapan ikan tuna di kapal
longline, dan mengamati pola penanganan sisa komponen operasi penangkapan
(dalam penelitian ini dibatasi pada umpan, air bersih, dan es). Sampel kapal yang
dijadikan obyek penelitian adalah kapal longline dengan ukuran >30 GT sebanyak
2 buah kapal dan kebutuhan riil menandakan ada sisa air bersih
Selain diketahui sisa air bersih, diketahui juga penggunaan air bersih oleh
nelayan melalui wawancara dengan nelayan.
Analisis sisa es
Analisis sisa es digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan es dalam
kegiatan penangkapan ikan mempunyai sisa atau tidak. Kebutuhan es ideal dalam
kegiatan penangkapan tuna adalah 1:1. Rasio ini menandakan untuk mengawetkan
1 kilogram tuna membutuhkan 1 kilogram es. Untuk menentukan kebutuhan riil
dari penggunaan es didapatkan dari wawancara. Untuk mengetahui sisa es dari
hasil kegiatan penangkapan ikan tuna dapat diketahui melalui rumus berikut:

8
Analisis umpan
Analisis sisa umpan digunakan untuk mengetahui penggunaan umpan dalam
kegiatan penangkapan ikan tuna mempunyai sisa atau tidak. Kebutuhan umpan
dalam kegiatan penangkapan ikan tuna dapat diketahui melalui analisis efektivitas
umpan dan analisis kebutuhan umpan.
Analisis efektivitas umpan menandakan bahwa penggunaan umpan pada
kegiatan penangkapan ikan tuna apakah sesuai untuk menangkap tuna atau tidak.
Selain itu, analisis efektivitas juga menghitung rasio dalam menangkap ikan tuna
dengan menggunakan alat tangkap dan umpan yang digunakan dalam kegiatan
penangkapan. Untuk mengetahui rasio tersebut, dapat menggunakan rumus hook
rate, yaitu:

keterangan: LP
E
P

= Laju Pemancingan (Hook Rate)
= Jumlah ikan tuna yang tertangkap
= Jumlah pancing yang digunakan dan diberi umpan

Selain itu, untuk mengetahui analisis penggunaan umpan secara riil
dilakukan wawancara kepada nelayan untuk mengetahui banyaknya umpan yang
dibawa saat kegiatan penangkapan. Untuk mengetahui hasil tangkapan yang
didapatkan oleh nelayan secara riil dapat dilakukan dengan pengamatan langsung
ataupun wawancara kepada nelayan. Melalui cara-cara tersebut, dapat diketahui
apakah ada sisa umpan hasil kegiatan penangkapan ikan tuna atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum di PPS Cilacap
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap mulai dibangun pada tahun
1991 oleh Tim Pelaksana Pembangunan berdasarkan SK. Menko Ekuin dan
Wasbang Nomor Kep.09/M.EKUIN/1990 tanggal 24 Maret 1990. Tim Pelaksana
Pembangunan tersebut terdiri dari 11 Instansi yang terkait dan Pertamina yang
bertindak sebagai penyandang dana. Gagasan pembangunan telah diawali sejak
tahun 1980-an oleh Direktorat Jenderal Perikanan untuk mengembangkan TPI
Sentolokawat yang terhambat perkembangannya karena berada satu jalur dengan
alur pelayaran kapal tanker Pertamina. Dengan demikian, lokasi pembangunan
PPS Cilacap dipindahkan ke lokasi yang baru agar tidak mengganggu lalu lintas
kapal tanker Pertamina.
Pembangunan PPS Cilacap selesai pada tahun 1994 dan diuji coba
operasionalnya pada 20 Mei 1994 sampai 24 Mei 1995. Peresmian penggunaan
dilaksanakan pada 18 November 1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Lokasi
PPS Cilacap yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia yaitu pada
WPP 573 dan WPP 571 memiliki sumber daya ikan (SDI) yang cukup melimpah
terutama ikan pelagis besar dan kecil serta udang dengan tingkat pemanfaatan
yang relatif moderat. Pemanfaatan SDI pada tahun 2012 menunjukkan di Perairan
Samudera Indonesia yang menjadi fishing ground nelayan Cilacap, kelompok ikan

9
pelagis besar baru dimanfaatkan sebesar 291.64 ton atau 79.63% dari potensi
lestari sebesar 366.26 ton per tahun. Potensi dari ikan pelagis kecil yang baru
dimanfaatkan sebesar 313.904 ton atau 59.61% dari potensi lestari sebesar 526.57
ton per tahun (KKP 2013). Jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan di PPS
Cilacap antara lain tuna, cakalang, hiu, paruh panjang, dan udang (KKP 2012).
Perbekalan Nelayan Longline di PPS Cilacap
Kapal longline yang beroperasi di PPS Cilacap beroperasi antara 2-6 bulan
di lautan. Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan longline tentu
membutuhkan perbekalan melaut seperti BBM (Bahan Bakar Minyak) yaitu solar,
oli dan juga sembako. Perbekalan melaut lainnya yang berhubungan dengan teknis
penangkapan ikan seperti air bersih, es, dan umpan akan dibahas dengan
menggunakan analisis yang berbeda. Kapal longline yang menjadi obyek dalam
penelitian ini adalah kapal dengan ukuran 30 GT sebanyak 2 buah. Kapal longline dengan ukuran 30 GT yang menjadi
obyek penelitian adalah kapal Berkah Jaya dengan ukuran 59 GT dan kapal
Berkat Sahabat II dengan ukuran 70 GT. Menurut Nurani dan Wisudo (2007),
perbekalan dalam operasi penangkapan meliputi BBM (solar), oli, umpan,
perbekalan makanan, air tawar, gas, minyak tanah dan keperluan perbekalan
lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, komponen-komponen
perbekalan tersebut didapatkan dengan cara membeli di sekitar PPS Cilacap.
BBM yaitu solar dibeli melalui SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan)
yang berada di kompleks PPS Cilacap. Selain itu, oli juga didapatkan dari SPBN.
Perbekalan lainnya seperti sembako didapatkan dari pasar yang berada dalam
sekitar wilayah PPS Cilacap. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan,
jumlah perbekalan yang dibawa dalam satu kali trip dapat dikelompokkan
berdasarkan GT kapal dan lama trip yang dilakukan. Kapal longline dengan
ukuran 30 GT memiliki kemiripan dengan membawa 10000 ℓ
solar, 200 ℓ oli dan sembako dengan total harga masing-masing sebesar 20 000
000 rupiah.
Perbekalan tersebut dibeli oleh pemilik kapal longline tersebut, sehingga
nelayan hanya menjalankan operasi penangkapan saja. Pada Tabel 1 dijelaskan
nama kapal, perbekalan, unit perbekalan, harga per satuan, total harga, sumber
perbekalan, lama trip, dan ukuran GT (Gross Tonnage). Prinsip produksi bersih
dapat diterapkan pada pengadaan perbekalan kapal longline yaitu dengan
membawa perbekalan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan sehingga tidak

10
terdapat sisa (reduction). Cara ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan
perbekalan yang dibawa dengan menghitung perbekalan yang dibawa pada
kegiatan penangkapan sebelumnya sehingga dapat diketahui jumlah perbekalan
yang akan dibawa pada kegiatan penangkapan selanjutnya.
Tabel 1 Perbekalan kapal longline di PPS Cilacap
Nama
Kapal

Andalas I

Ilham
Putra 5
Berkah
Jaya
Berkat
Sahabat II

Perbekalan

Unit
Perbekalan

BBM (Solar)

6000 L

Harga
per
Satuan
(Rp)
5 500/L

Oli
Sembako

200 L

BBM (Solar)

Total Harga
(Rp)

Sumber
Perbekalan

33 000 000

SPBN

24 000/L

4 800 000
15 000 000

SPBN
Pasar

6000 L

5 500/L

33 000. 000

SPBN

Oli
Sembako

200 L

24 000/L

4 800 000
10 000 000

SPBN
Pasar

BBM (Solar)

10000 L

5 500/L

55 000 000

SPBN

Oli
Sembako

200 L

24 000/L

4 800 000
20 000 000

SPBN
Pasar

BBM (Solar)

10000 L

5 500/L

55 000 000

SPBN

Oli

200 L

24 000/L

4 800 000

SPBN

20 000 000

Pasar

Sembako

Lama
Trip

GT

5-6
Bulan

29

2
Bulan

29

5-6
Bulan

59

6
Bulan

70

Sumber: Diolah dari hasil wawancara (2014)

Kondisi Ikan Tuna yang Didaratkan oleh Kapal Longline
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di PPS Cilacap terhadap
sampel berjumlah 100 ekor tuna, terdapat beberapa cacat pada hasil tangkapan
ikan tuna yang didaratkan di PPS Cilacap. Kondisi cacat yang ditemukan pada
hasil tangkapan ikan tuna antara lain kulit tergores, daging yang kurang kenyal,
warna daging yang pucat, dan mata pudar, kulit tergores, bau tidak segar dan
lendir keruh. Selain itu, terdapat juga kondisi dimana ikan tuna yang tertangkap
berada di bawah standar bobot yang berlaku yaitu 17 kg. Perbandingan tipe cacat
dan jumlah cacat pada hasil tangkapan ikan tuna yang didaratkan di PPS Cilacap
diuraikan pada tabel 2 berikut.

11
Tabel 2 Proporsi tipe cacat dengan jumlah cacat ikan tuna
Tipe Cacat
Warna Daging Pucat
Mata Pudar
Daging Kurang
Kenyal
Berat