PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 17 MEDAN T.A 2015/2016.

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI
KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP
NEGERI 17 MEDAN T.A 2015/2016

Oleh:
Whyta Leli P Damanik
NIM. 4122111023
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i


ii

RIWAYAT HIDUP

Whyta Leli P Damanik dilahirkan di Kotapinang, 13 September 1994.
Ayah bernama M. Damanik, Ibu bernama M. br Manurungdan merupakan anak ke
tiga dari lima bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk TK Swasta RGM
Kotapinang dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis masuk SD
Swasta RGM Kotapinang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Kotapinang dan lulus pada tahun 2009.
Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 1 Kotapinang dan lulus pada tahun
2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI

KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP
NEGERI 17 MEDAN T.A 2015/2016
Whyta Leli P Damanik (4122111023)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan pembelajaran konvensional pada materi kubus dan
balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/2016.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimen dengan
populasi seluruh siswa SMP Negeri 17 Medan. Sampel dipilih melalui
teknik random sampling, diperoleh kelas VIII-5 sebagai kelompok
eksperimen A yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan kelas VIII-9 sebagai kelompok eksperimen B yang diajar melalui
pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode tes dan metode observasi. Untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini dilakukan test, dengan test essay
sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli baik yang kelas
eksperimen A maupun kelas eksperimen B. Data dianalisis dengan uji
normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis menggunakan
uji-t.

Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi
yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari
analisis data pada kelas eksperimen A diperoleh rata-rata pretes 41,3125
dan simpangan baku pretes 11,42278 sedangkan nilai rata-rata postest
84,18 dan simpangan baku postest 10,30. Pada kelas eksperimen B
diperoleh nilai rata-rata pretes 38,875 dan simpangan baku pretes
8,928931, sedangkan nilai rata-rata postest 75,75 dan simpangan baku
postest 10,08.
Berdasarkan hasil perhitungan data postes siswa diperoleh pada dk
dan
. Karena
62 dan α = 0,05 diperoleh
maka Ho ditolak dan

diterima.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen A
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen B

dengan pembelajaran konvensional.

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan anugrah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pembelajaran
Konvensional pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 17 Medan
T.A 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNIMED.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. W.
Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr. Syafari,
M.Pd, dan Bapak Drs. W. L Sihombing, M.Pd selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selama
ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
di rektorat, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy
Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D
selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penghargaan ini
juga disampaikan kepada Bapak Drs. Pelan Tarigan selaku Kepala Sekolah,
Bapak Hasan Basri, S,Pd selaku wakil kepala sekolah dan Ibu Darwani Harahap,
S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika dan guru mata pelajaran matematika

v

lainnya di SMP Negeri 17 Medan yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang
telah banyak membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda M.

Damanik dan Ibunda M.br Manurung yang selalu setia memberikan dukungan,
doa, bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan
pendidikan di UNIMED. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada kedua
Abangku Heri Suhendra Damanik dan Polar Yanto Damanik, serta kepada kedua
Adikku tersayang Pandi Laba Halomoan Damanik dan Ester Natalia Adventa
Damanik yang juga setia memberikan dukungan, semangat dan doa.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku yaitu
Hasian Napitu dan Riski Setia Ayu, yang selalu memberikan doa, mendukung dan
menemani penulis dalam suka maupun duka. Terimakasih juga kepada teman
seangkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, khususnya
buat kelas Dik C 2012 atas dukungan dan doanya. Terima kasih juga buat temanteman Kost Berlina Rubi Yanti Situmorang dan Monalisa Simatupang serta
teman-teman PPLT di SMK Negeri 1 Sei Rampah, adik-adik junior dan kakakkakak senior di Jurusan Matematika yang selalu memberi doa dan mendukung
penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Juni 2016
Penulis,


Whyta Leli P Damanik
NIM. 4113311015

vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii


Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Identifikasi Masalah

7

1.3. Batasan Masalah

7

1.4. Rumusan Masalah

7

1.5. Tujuan Penelitian

7


1.6. Manfaat Penelitian

8

1.7. Defenisi Operasional

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis

10

2.1.1. Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
Matematika

10

2.1.2. Masalah dalam Matematika


12

2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika

14

2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

16

2.1.5. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika

17

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif

18

2.2.1. Landasan Pemikiran

18

vii

2.2.2. Tujuan dan Implikasi Positif Pembelajaran Kooperatif

19

2.2.3. Sintaks Pembelajan Kooperatif

20

2.3. Pembelajaran Kooperatif STAD

21

2.3.1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
STAD

24

2.3.1.1. Kelebihan Model Pembelajaran STAD

24

2.3.1.2. Kekurangan Model Pembelajaran STAD

25

2.4. Pembelajaran Konvensional
2.4.1. Sintaks Pembelajaran Konvensional
2.5. Materi Pelajaran
2.5.1. Pengertian Kubus

25
26
27
27

2.5.1.1. Sifat-sifat Kubus

29

2.5.1.2. Jaring-jaring Kubus

29

2.5.1.3. Luas Permukaan Kubus

31

2.5.1.4. Volume Kubus

31

2.5.2. Pengertian Balok

32

2.5.2.1. Sifat-sifat Balok

34

2.5.2.2. Jaring-jaring Balok

35

2.5.2.3. Luas Permukaan Balok

36

2.5.2.4. Volume Balok

37

2.6. Kerangka Konseptual

37

2.7. Penelitian Yang Relevan

39

2.8. Hipotesis Penelitian

40

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

41

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

41

3.2.1. Populasi Penelitian

41

3.2.2. Sampel Penelitian

41

3.3. Variabel Penelitian

41

3.4. Jenis dan Desain Penelitian

42

viii

3.5. Prosedur Penelitian

42

3.6. Instrumen Penelitian

44

3.7. Validasi Ahli Terhadap Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah
3.8. Teknik Analisis Data

47
47

3.8.1. Untuk Menghitung Mean

47

3.8.2. Untuk Menghitung Simpangan Baku

48

3.8.3. Untung Menghitung Varians

48

3.8.4. Uji Normalitas

48

3.8.5. Uji Homogenitas

49

3.8.6. Hipotesis Penelitian

50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

52

4.1.1. Hasil Pretes Matematika Siswa

52

4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B

54

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian

58

4.2.1. Uji Normalitas Data

58

4.2.2. Uji Homogenitas

59

4.2.3. Uji Hipotesis

60

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

64

5.2 Saran

64

DAFTAR PUSTAKA

65

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH

27

Gambar 2.2. Diagonal Bidang Kubus

27

Gambar 2.3. HB merupakan Diagonal Ruang Kubus ABCD.EFGH

27

Gambar 2.4. ACGE nerupakan Bidang Diagonal Kubus
ABCD.EFGH

27

Gambar 2.5. Kubus ABCD.EFGH

29

Gambar 2.6. Jaring-jaring Kubus ABCD.EFGH

30

Gambar 2.7. Jaring-jaring Kubus yang Diperoleh

30

Gambar 2.8. Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus

31

Gambar 2.9. Kubus dan Jaring

31

Gambar 2.10. Kubus Satuan

32

Gambar 2.11. Diagonal Bidang

32

Gambar 2.12. Diagonal Ruang

32

Gambar 2.13. Balok

33

Gambar 2.14. Bidang Diagonal

34

Gambar 2.15. Balok ABCD.EFGH

34

Gambar 2.16. Alur Pembuatan Jaring-jaring Balok

35

Gambar 2.17. Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok

36

Gambar 2.18. Balok dan Jaring

36

Gambar 2.19. Balok-balok Satuan

37

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

44

Gambar 4.1. Histogram Nilai Pretes Kelas Eksperimen A dan Kelas

54

Eksperimen B
Gambar 4.2. Histogram Nilai Postes Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B

56

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1.

Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal

5

Tabel 2.1.

Alternatif Pemberian Skor Pemecahan Masalah

17

Tabel 2.2.

Langkah-langkah Tipe Pembelajaran Kooperatif

20

Tabel 2.3.

Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

22

Tabel 2.4.

Perhitungan Skor Perkembangan

23

Tabel 2.5.

Sintaks Pembelajaran Konvensional

26

Tabel 3.1.

Desain Penelitian

42

Tabel 3.2.

Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah

45

Tabel 4.1

Data Pretes Kelas Eksperimen A dan B

52

Tabel 4.2

Predikat Pretes Kelas Eksperimen A

53

Tabel 4.3

Predikat Pretes Kelas Eksperimen B

54

Tabel 4.4

Data Postes Kelas Eksperimen A dan B

55

Tabel 4.5

Predikat Postes Kelas Eksperimen A

55

Tabel 4.6

Predikat Postes Kelas Eksperimen B

56

Tabel 4.7

Data Postes Aspek Pemecahan Masalah Kelas

57

Eksperimen A Dan Kelas Eksperimen B
Tabel 4.8

Ringkasan Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kedua Kelas

57

Tabel 4.9

Ringkasan Rata-rata Nilai Postes Aspek Pemecahan

57

Masalah Kelas Eksperimen A
Tabel 4.10

Ringkasan Rata-rata Nilai Postes Aspek Pemecahan

58

Masalah Kelas Eksperimen B
Tabel 4.11

Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data

58

Tabel 4.12

Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pemecahan

58

Masalah
Tabel 4.13

Data Hasil Uji Homogenitas

60

Tabel 4.14

Data Hasil Uji Homogenitas Aspek Pemecahan Masalah

60

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

RPP I Kelas Eksperimen A

67

Lampiran 2

RPP II Kelas Eksperimen A

72

Lampiran 3

RPP III Kelas Eksperimen A

76

Lampiran 4

RPP I KelasEksperimen B

80

Lampiran 5

RPP II Kelas Eksperimen B

83

Lampiran 6

RPP III Kelas Eksperimen B

86

Lampiran 7

Lembar Aktivitas Siswa I

89

Lampiran 8

Lembar Aktivitas Siswa II

92

Lampiran 9

Lembar Aktivitas Siswa III

99

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS I

106

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian LAS II

109

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS III

116

Lampiran 13 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah

122

Lampiran 14 Soal Pretes

124

Lampiran 15 Soal Postes

127

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Soal Pretes

130

Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Soal Postes

134

Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

139

(Pretes)
Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

141

(Postes)
Lampiran 20 Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen A dan

143

Kelas Eksperimen B
Lampiran 21 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen A dan

147

Kelas Eksperimen B
Lampiran 22 Data Postes Aspek Pemecahan Masalah Matematika

148

Siswa Kelas Eksperimen A
Lampiran 23 Data Postes Aspek Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas Eksperimen B

149

xii

Lampiran 24 Perhitungan Rata-rata, Varians, dan Simpangan Baku

150

Siswa Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B
Lampiran 25 Perhitungan Uji Normalitas Data

157

Lampiran 26 Perhitungan Uji Homogenitas Data

166

Lampiran 27 Perhitungan Uji Hipotesis

169

Lampiran 28 Dokumentasi Penelitian

178

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, pendidikan memegang peran penting karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Mengacu pada konsep pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang, maka
dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, pendidikan hendaknya melihat jauh
kedepan dan memikirkan apa yang dihadapi peserta didik di masa yang akan
datang. Buchori ( dalam Trianto, 2011:5) mengungkapkan: “Pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu
profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.”
Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas
dari peranan matematika. Matematika memegang peranan penting, karena
matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan juga sistematis.. Matematika juga merupakan sarana berpikir untuk
menumbuh kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif, kritis dan
rasional yang harus dibina sejak dini. Seperti yang diungkapkan oleh Cockroft
(dalam Abdurrahman, 2012:204) :
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) Selalu
digunakan dalam berbagai segi kehidupan; (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan
sarana komunikasi yang kuat;
(4) Dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan
kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran kekurangan; dan
(6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah
yang menantang.
Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak sejalan
dengan tanggapan siswa. Karena pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang
menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit, sehingga siswa kurang
1

2

berminat dalam belajar matematika. Abdurrahman (2012 : 202) menyatakan
bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika
merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar dan lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal tersebut
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi
matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya Departemen
Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru
matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar
siswa melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional

untuk

kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun ternyata prestasi belajar
matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMSS (Trend in
International Mathematics and Science Study) http://litbang.kemdikbud.go.id/,
Survei Internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa SMP Kelas VIII,
yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memperlihatkan
bahwa skor yang diraih Indonesia masi dibawah skor rata-rata internasional. Hasil
studi TIMSS 2003, Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara peserta
dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor rata-rata internasional 467. Hasil studi
TIMSS 2007, Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan
skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru,
yaitu hasil studi 2011, indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta
dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Jika
dibandingkan dengan negara ASEAN misal Singapura dan Malaysia, Posisi
Indonesia masih dibawah negara-negara tersebut. Hasil studi TIMSS 2003,
Singapura dan Malaysia berada di peringkat 1 dan 10 dengan skor rata-rata 605
dan 508. Hasil studi 2007, singapura dan Malaysia berada si peringkat 3 dan 20
dengan skor rata-rata 593 dan 474. Hasil studi TIMSS 2011, Singapura dan
Malaysia berada di peringkat 2 dan 26 dengan skor rata-rata 611 dan 440.

3

Fakta diatas sebagai bukti bahwa prestasi siswa Indonesia khususnya di
bidang studi matematika masih rendah dan kurang memuaskan, salah satunya
disebabkan karena kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah.
Pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan
siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah (Problem Solving), berdasarkan hasil belajar
matematika yang semacam itu maka Lerner (dalam Abdurrahman, 2012:204)
mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup
tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah
seorang guru bidang studi matematika (Darwani Harahap, S.Pd) di SMP Negeri
17 Medan (Senin, 18 Januari 2016) menyatakan bahwa “Siswa mengalami
kesulitan jika diberi soal yang bervariasi dan berbeda dari contoh yang diberikan.
Hal ini disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta
kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Selain itu, model pembelajaran
yang diterapkan tidak bervariasi dan masih menggunakan pembelajaran
konvensional karena kurangnya pemahaman terhadap model-model pembelajaran
sehingga membuat siswa malas dan menjadi cepat bosan dalam proses
pembelajaran.” Kepada beberapa siswa juga diadakan wawancara. Mereka
menyatakan bahwa “Matematika merupakan pelajaran yang sulit, kurang diminati,
membosankan dan hanya terdapat beberapa siswa saja yang turut aktif dalam
proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang monoton dan
terkesan menegangkan. Sejalan dengan pendapat Trianto (2011:5) mengemukakan
bahwa:
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta
didik. Hal ini dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa
masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil
kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak
menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana
seharusnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih
substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih

4

memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak
didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam
proses berpikirnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut ternyata model pembelajaran yang
digunakan oleh guru secara umum masih bersifat teacher oriented. Sebagian besar
kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan
dan memberikan informasi tentang konsep-konsep dari materi yang diajarkan
sementara siswa hanya mendengarkan dan membahas soal dari guru akibatnya
siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Armanto ( dalam Herman, 2007:48)
menyatakan bahwa “tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum
bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia.” Selanjutnya Herman
menambahkan bahwa “Pembelajaran matematika yang bercirikan: berpusat pada
guru, guru menjelaskan matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk),
siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban
yang benar, dan aktivitas kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat dan
menyalin.”

Kegiatan

pembelajaran

seperti

ini

tidak

mengakomodasi

pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran, koneksi,
dan komunikasi matematika. Akibatnya kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah.
Selanjutnya peneliti memberikan tes awal kemampuan pemecahan
masalah kepada 27 siswa SMP Negeri 17 Medan dalam bentuk soal uraian. Soal
yang digunakan yaitu:
1. Whyta ingin membuat kerangka balok yang memiliki ukuran panjang 10 cm,
lebar 5 cm, dan tinggi 7 cm dengan kawat besi. Jika Whyta memiliki kawat
besi sepanjang 3 m, berapa banyak kerangka balok yang dapat dibuat Whyta
dan berapa sisa kawat besi yang dimiliki Whyta ?
2. Penampung air berbentuk kubus dengan panjang 4 m. Arum ingin penampung
air baru berbentuk kubus yang dapat menampung 61 m3 air lebih besar dari
pada penampung air sebelumnya. Berapa panjang rusuk penampung air yang
baru ?

5

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang melakukan kesalahan
dan menyelesaikan soal uraian di atas, seperti pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
No
1

Hasil Pekerjaan Siswa

Analisis Kesalahan
Tidak

mampu

melaksanakan
pemecahan

masalah

dimana

siswa

tersebut
menggunakan rumus
yang tidak tepat.
Siswa juga kurang
mampu
mengonversikan
satuan dengan tepat.
2

Tidak

mampu

melaksanakan
pemecahan

masalah

dimana

siswa

tersebut

tidak

memahami

soal

dengan baik.
Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan 29,63% (8 siswa) yang
tidak mampu memahami masalah, 62,96% (17 siswa) yang tidak mampu
merencanakan penyelesaian, dan 77,77% (21 siswa) yang tidak mampu
menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali jawaban penyelesaian. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa masih rendah. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan
konsep matematika yang akan digunakan, siswa mengalami kesulitan dalam
mengaitkan antara yang diketahui dengan yang ditanya dari soal dan banyak siswa

6

yang mengalami kesulitan dalam memisalkan mengubah kalimat soal kedalam
kalimat matematika (membuat model), dan kurangnya pengetahuan dasar yang
seharusnya dimiliki untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Juga
disebutkan dalam Minarni (2013):
Rendahnya kemampuan Pemecahan Masalah Matematik telah
menarik perhatian banyak peneliti di berbagai belahan dunia.
Sebagai peneliti menemukan kesulitan siswa memecahkan masalah
diakibatkan oleh minimnya pengetahuan dasar matematik yang
seharusnya dimiliki siswa, serta tidak terampilnya siswa memilih dan
menerapkan pengetahuan (aplying knowleadge) yang dimilikinya
untuk menyelesaikan tugas memecahkan masalah.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang direncanakan adalah melalui penerapan pembelajaran
Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Rusman (dalam
Istarani, 2015: 55) menyatakan bahwa “Dalam STAD, siswa dibagi dalam
kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin
dan sukunya”.
Dengan menerapkan model pembelajaran STAD, suasana belajar yang
ditimbulkan akan lebih terasa menyenangkan karena siswa belajar dan saling
bertukar pikiran dengan temannya sendiri. Selain itu, diharapkan juga siswa bisa
berpikir kreatif melalui interaksi dengan teman sehingga dapat menyelesaikan
masalah yang sistematis.
Dari beberapa kutipan di atas menjelaskan begitu penting arti dan
peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka peneliti perlu
melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas
VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/2016.”

7

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah:
1.

Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Negeri 17
Medan masih rendah.

2.

Pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan yang masih
bersifat konvensional.

3.

Kurangnya minat siswa Indonesia dalam belajar matematika.

4.

Prestasi belajar siswa Indonesia dalam bidang studi matematika masih
rendah.

1.3. Batasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan
masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada: Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri
17 Medan pada materi kubus dan balok masih rendah,sehingga menjadi kendala
dalam proses pembelajaran matematika dan pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran yang efektif dan bervariasi.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional pada pokok materi kubus
dan balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/2016?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui
perbedaan

kemampuan

pemecahan

masalah

matematika

siswa

dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional pada materi
kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan T.A 2015/2016.

8

1.6. Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya
sebagai berikut :
1.

Bagi siswa
Sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa

2.

Bagi calon guru/ guru matematika
Sebagai

sumber

informasi

dalam

menentukan

alternatif

model

pembelajaran pada materi kubus dan balok.
3.

Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam
menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan
datang.

1.7. Defenisi Operasional
1. Model Student Teams Acievement Division (STAD) adalah model
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam tim belajar
beranggotakan 4 - 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Langkah - langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD antara lain (1) Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, (2) Menyajikan informasi, (3) Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok- kelompok belajar, (4) Membimbing kelompok
bekerja dan belajar, (5) Evaluasi, dan (6) Memberikan penghargaan.
2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang pada umumnya
dilakukan sehari-hari dan lebih menekankan pada latihan mengerjakan
soal atau drill dengan mengulang prosedur serta lebih banyak
menggunakan rumus atau algoritma tertentu. Adapun lamgkah-langkah
pembelajaran konvensional yaitu: (1) Diawali oleh guru memberikan
informasi, (2) Menerangkan konsep, (3) Siswa bertanya, (4) Guru
memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum, (5) Memberikan
contoh aplikasi konsep, (6) Meminta siswa untuk mengerjakan di papan

9

tulis (siswa bekerja secara individual atau bekerja sama dengan teman
yang duduk disampingnya), (7) Siswa mencatat materi yang diterangkan
dan diberikan tugas rumah.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika secara tertulis adalah
kemampuan atau kesanggupan dalam membangun suatu kretivitas,
pengertian dan imajinasi yang digunakan untuk menghadapi masalah
matematis secara tertulis dan menyelesaikannya. Indikator kemampuan
pemecahan masalah antara lain (1) mampu memahami masalah, (2)
mampu

merencanakan

penyelesaian,

(3)

mampu

melaksanakan

perhitungan, dan (4) mampu memeriksa kembali proses dan hasil.

64

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan temuan di lapangan yang
diuraikan pada bagian sebelumnya, hasil pengujian taraf signifikan

dan

dk = n1 + n2 – 2 = 62 dengan thitung = 3,31 dan ttabel = 1,669. Dengan demikian thitung
> ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen A dengan
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen B pada
materi Kubus dan Balok di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan
beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan
dengan hasil penelitian ini, antara lain :
1.

Kepada siswa, khususnya siswa SMP Negeri 17 Medan disarankan untuk
saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam memecahkan
masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.

2.

Kepada Guru matematika, dapat menjadikan pembelajaran kooperatif tipe
STAD ataupun pembelajaran konvensional sebagai salah satu alternatif dalam
memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

3.

Kepada peneliti lanjutan, hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
pokok bahasan Kubus dan Balok.

64

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Anak berkesulitan belajar, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Herman, H., (2007), Paradigma Baru Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Penerbit UM Press. IKIP Malang.
Husna., Ikhsan, M., dan Fatimah, Siti., (2013), Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TipeThinkPair-Share (Tps), Jurnal Peluang 1 : 84.
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Istarani., (2015), 50 Tipe Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, Penerbit
Media Persada, Medan.
............, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persada,
Medan.
Jihad, Asep., (2013), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Multi Pressindo,
Yogyakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2011), Survei Internasional TIMSS,
http://litbang.kemdikbud.go.id/. (Accessed 20 Januari 2015)
Nazir, M., (2009), Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bandung.
Sabri, Ahmad., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Quantum Teaching,
Ciputat.
Slameto., (2013), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengruhi, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana., (2008), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Supryanti., (2012), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta

66

Susanto., (2012), Model-Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit PAU-PPAI,
Jakarta
Trianto., (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif-Progresif, Penerbit
Kencana, Jakarta.
............., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit
Kencana, Jakarta.