UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATI KA SI SWA DENGAN PE NERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE
INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh :
DEVI HANDAYANI
NIM : 4111111005
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Devi Handayani dilahirkan di kota Lubuk Pakam, pada tanggal 06 Desember
1992. Dibesarkan oleh Ayahanda tercinta (Alm.) Legiono dan Ibunda tercinta
bernama Ngadiyem. Merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Pada tahun
1999, penulis masuk SD Negeri 104244 Jati Sari, dan lulus pada tahun 2005. Pada
tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di MTs. Negeri Lubuk Pakam, dan
lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED
READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP
NEGERI 3 LUBUK PAKAM
Devi Handayani (NIM 4111111005)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Cooperative Integrated Reading and Composition. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2015/2016 yang
berjumlah 36 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus. Pada setiap akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dari
analisis data diperoleh nilai rata-rata siswa pada siklus 1 adalah 54,93 atau tingkat
kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria rendah dengan 25
siswa atau 69,44% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan
pada siklus 2 nilai rata-rata siswa adalah 78,54 atau tingkat kemampuan
pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria sedang dimana banyak siswa
yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 31 orang atau 86,11% dari
seluruh siswa. Berdasarkan nilai rata-rata siswa pada siklus 2 disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan. Dari hasil
pengamatan, pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition di kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading and Composition dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Lubuk Pakam.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated
Reading and Composition di Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam TA
2015/ 2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini, Bapak Dr. Edy Surya, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd,
dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M. Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Bapak Drs.Waminton Rajagukguk, M.Pd, selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama
perkuliahan.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED,
Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy
Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si
selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu
dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam
dan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak MHD. JUHUM, M.Pd selaku Kepala Sekolah yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP
Negeri 3 Lubuk Pakam. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Aswin, S.Pd
v
selaku guru bidang studi Matematika kelas VIII-B yang telah banyak membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada (Alm) Legiono
dan Ibunda tercinta Ngadiyem orangtua penulis yang telah mengasuh,
membimbing, mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta
dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya hingga skripsi ini selesai.
Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayahanda dan
Ibunda, Aamiin. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu
dan memberi motivasi Alfreda, Rokaya, Sarifah, Aulia, dan Desi. Terima kasih
juga untuk teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Sei Rampah, keluarga posko ,
terutama kepada sahabat saya Rokaya Maria Nainggolan yang telah banyak
memberikan bantuan, semangat, dan motivasi. Tak lupa terima kasih spesial
kepada teman-teman seperjuangan Mat Dik B 2011 yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu, membangkitkan semangat
dan memotivasi untuk sukses bersama.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan,
Juni 2016
Penulis,
Devi Handayani
NIM. 4111111005
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
xi
Daftar Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
10
1.3 Batasan Masalah
10
1.4 Rumusan Masalah
10
1.5 Tujuan Penelitian
11
1.6 Manfaat Penelitian
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
12
2.1 Kerangka Teoritis
12
2.1.1
Pengertian Belajar Pembelajaran Matematika
12
2.1.1.1 Pengertian Belajar
12
2.1.1.2 Pembelajaran Matematika
14
2.1.2
Masalah Dalam Matematika
15
2.1.3
Pemecahan Masalah Matematika
17
2.1.4
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
18
2.1.5
Pengertian Model Pembelajaran
22
2.1.6
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
23
2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 23
2.1.6.2 Komponen- komponen Model Pembelajaran
vii
Kooperatif Tipe CIRC
24
2.1.6.3 Kegiatan pokok Pembelajaran CIRC dalam
memecahkan masalah
25
2.1.6.4 Penerapan model pembelajaran CIRC
26
2.1.6.5 Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran CIRC
27
2.2 Kerangka Konseptual
27
2.3 Hipotesis Tindakan
28
BAB III METODE PENELITIAN
29
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
29
3.1.1
Lokasi Penelitian
29
3.1.2
Waktu Penelitian
29
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
29
3.2.1
Subjek Penelitian
29
3.2.2
Objek Penelitian
29
3.3 Jenis Penelitian
29
3.4 Prosedur Penelitian
30
3.5 Alat Pengumpul Data
37
3.5.1 Obsevasi
37
3.5.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
37
3.6 Teknik Analisis Data
38
3.6.1 Reduksi Data
38
3.6.2 Paparan Data
39
3.6.3 Penarikan Kesimpulan
42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
44
4.1 Hasil Penelitian
44
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
44
4.1.1.1 Permasalahan I
44
4.1.1.2 Rencana Tindakan Siklus I
47
viii
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
49
4.1.1.4 Observasi I
50
4.1.1.5 Analisis Data I
55
4.1.1.6 Refleksi I
58
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
60
4.1.2.1 Permasalahan II
60
4.1.2.2 Rencana Tindakan Siklus II
60
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
62
4.1.2.4 Observasi II
63
4.1.2.5 Analisis Data II
70
4.1.2.6 Refleksi II
73
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
80
5.1 Kesimpulan
80
5.2 Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
82
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Matematika Siswa Kelas VII-B
4
Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada Tes Diagnostik
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
5
6
Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya
Tabel 2.2 Tahap Pelaksanaan Metode TAPPS
21
Tabel 3.1 Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
39
Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah
41
Tabel 3.3 Pedoman Untuk Melihat Lembar Observasi
42
Tabel 4.1 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada
Tes Diagnostik
44
Tabel 4.2 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada Tes Diagnostik
45
Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa pada Tes Diagnostik
46
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
50
Tabel 4.5 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada TKPM I
55
Tabel 4.6 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM I
56
Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM I
57
Tabel 4.8 Alternatif Penyelesaian Siklus II berdasarkan kesulitan siswa
pada siklus I
60
Tabel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
66
Tabel 4.10 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada TKPM II
70
Tabel 4.11 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM II
71
Tabel 4.12 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM II
71
x
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus 1 dan Siklus 2
74
Tabel 4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tiap Tindakan
76
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
31
Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes
Diagnostik
46
Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
TKPM I
57
Gambar 4.11 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
TKPM II
Gambar 4.12 Deskripsi Perubahan Nilai Rata-rata kelas tiap Siklus
72
73
Gambar 4.21 Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa pada tes kemampuan pemecahan maslah siklus I
dan siklus II
75
Gambar 4.22 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tiap Tindakan
77
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus I)
84
Lampiran 2
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus I)
90
Lampiran 3
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus II)
96
Lampiran 4
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus II)
102
Lampiran 5
: Lembar Aktivitas Siswa 1
108
Lampiran 6
: Lembar Aktivitas Siswa 2
113
Lampiran 7
: Lembar Aktivitas Siswa 3
117
Lampiran 8
: Lembar Aktivitas Siswa 4
122
Lampiran 9
: Kisi-Kisi Tes Diagnostik
126
Lampiran 10 : Tes Diagnostik
127
Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik
128
Lampiran 12 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
130
Lampiran 13 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
131
Lampiran 14 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
133
Lampiran 15 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
134
Lampiran 16 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
137
Lampiran 17 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
138
Lampiran 18 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II
140
Lampiran 19 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II
Lampiran 20 : Lembar Observasi Guru Siklus I
( Pertemuan 1)
Lampiran 21 : Lembar Observasi Guru Siklus I
( Pertemuan 2)
Lampiran 22 : Lembar Observasi Guru Siklus II
( Pertemuan 1)
Lampiran 23 : Lembar Observasi Guru Siklus II
141
144
145
146
xiii
( Pertemuan 2)
147
Lampiran 24 : Skor kemampuan pemecahan masalah siswa
148
Lampiran 25 : Hasil Tes Diagnostik
149
Lampiran 26 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
150
Lampiran 27 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
151
Lampiran 28 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
152
Lampiran 29 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II
153
Lampiran 30 : Dokumentasi
154
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pendidikan berperan dalam menjamin kelangsungan hidup dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, seseorang akan
mendapatkan ilmu pengetahuan dan menuju kepada keberhasilan.
Pentingnya pendidikan tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
No.20 tahun 2003.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdasarkan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika juga memegang peranan
penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika sebagai
salah satu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.
Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2010:253) bahwa :
Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk
memecahkan masalah sehari – hari, sarana mengenal pola hubungan dan
generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, serta
sarana untuk menghasilkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
1
2
Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut
Cockroft (dalam Abdurrahman, 2010:253) mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Selain itu, Paling (dalam Abdurrahman, 2010:252) juga menyatakan bahwa:
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan.
Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa
pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut Liebeck dalam Abdurrahman (2010:253) “ada dua macam hasil belajar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics
calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan
hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner dalam Abdurrahman
(2010:253) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya
mencakup tiga elemen “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan
masalah”.
Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam
kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2005, memaparkan
standar matematika sekolah meliputi standar isi atau materi (mathematical
content) dan standar proses (mathematical processes). Standar proses meliputi
pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and
proof), koneksi (connection), komunikasi (communication), dan representasi
(representation). Menurut NCTM bahwa baik standar materi maupun standar
3
proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman dasar yang
sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga menegaskan
bahwa pemecahan masalah merupakan integrasi dalam pembelajaran matematika,
sehingga hal tersebut tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.
Karena dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika
maka
akan
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata. Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu
kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru di semua
tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian yang
paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh
Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:
Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam
pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa
menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian
menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual
akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi
intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan
penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Oleh karena itu, pemecahan masalah ini sudah seharusnya mendapat
perhatian khusus, mengingat peranannya dalam mengembangkan dimensi kognitif
siswa. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau
sering disebut dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah
matematika menurut Polya (1973:5) yaitu: 1) Understanding the problem
(memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang
tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang
harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih
4
operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian),
yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan
yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola
atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3) Carrying
out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah
dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (memeriksa hasil
yang diperoleh), yaitu memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, mencari hasil itu
dengan cara yang lain, dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan
untuk soal-soal lainnya.
Kenyataan
menunjukkan
bahwa
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa Indonesia tergolong rendah berdasarkan hasil survei pada
pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir,
kemampuan siswa Indonesia sangat rendah, Indonesia menempati peringkat ke-61
dari 65 negara peserta pemeringkatan. Hasil belajar yang ditunjukkan Indonesia
juga belum memuaskan. Hasil studi Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMMS) pada tahun 2011, nilai rata-rata siswa untuk matematika
386 dengan rata-rata skor internasional 500. Dengan nilai itu, Indonesia berada
diposisi ke-38 dari 63 negara. Nilai tersebut mengalami penurunan 11 angka dari
hasil pada tahun 2007. Tentu saja nilai matematika siswa Indonesia secara
signifikan berada di bawah nilai rata-rata internasional dan belum mencapai hasil
yang diharapkan.
Kondisi secara umum tentang hasil belajar matematika yang masih rendah
ini juga terjadi pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata matematika untuk kelas
VIII-B sebagai berikut.
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Matematika Siswa Kelas VIII-B
No.
Tahun Ajaran
Nilai Rata-rata
1
2011/2012
69,69
2
2012/2013
70,12
3
2013/2014
69,93
5
Nilai rata-rata diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata matematika
siswa kelas di VIII-B selama tiga tahun terakhir belum begitu memuaskan, belum
mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 70. Mencapai kentuntasan
pada tahun ajaran 2012/2013 tetapi selisihnya dengan KKM sangat kecil dan tidak
selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa terjadi masalah dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.
Didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3
Lubuk Pakam pada tanggal 15 Maret 2015 juga menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini terlihat pada
saat peneliti memberikan tes diagnostik kepada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3.
Tes yang diberikan berupa tes berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah pada materi Kubus dan Balok, berikut adalah hasil
kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes yang diberikan.
Tabel 1.1. Masalah Nyata yang Dialami Siswa
No
Soal
1
2
Hasil Pekerjaan Siswa
Analisis Kesalahan
1. Siswa salah dalam
menuliskan apa yang
diketahui di soal.
2. Siswa salah dalam
merencanakan
3. Siswa salah dalam
menyelesaikan soal
1. Siswa salah dalam
merencanakan
penyelesaian masalah
2. Siswa salah dalam
penyelesaian masalah
6
Dari keterangan di atas ditemukan kendala pada kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Berikut
adalah deskripsi tingkat kemampuan siswa dari indikator tes pemecahan masalah
pada tes diagnostik yang disajikan pada tabel 1.2. berikut:
Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Diagnostik
Langkah-langkah Pemecahan
Masalah
Memahami Masalah
Merencanakan Penyelesaian Masalah
Melaksanakan Penyelesaian Masalah
Memeriksa Kembali
Banyak
Siswa
25
16
14
5
Persentase Jumlah
Siswa
69,44 %
44,44 %
38,89 %
13,89 %
Dalam setiap langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan
dalam kemampuan sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil
kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematika tersebut adalah sebagian siswa masih menganggap bahwa matematika
itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga siswa cenderung tidak ingin mencoba
untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan soal. Bahkan ada siswa
beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang paling menakutkan
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Abdurrahman (2010:252) menjelaskan:
“ Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan
bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang berkesulitan
belajar maupun bagi yang tidak berkesulitan belajar”. Tidak mengherankan bahwa
siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Jika kita lihat kenyataan
yang terjadi, guru menuntut siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
menyelesaikan masalah tetapi jarang guru mengajarkan bagaimana siswa
seharusnya menyelesaikan masalah tersebut. Guru kurang memperhatikan cara
mengajar dan metode apa yang cocok dipilih pada suatu materi tertentu. Tidak ada
variasi dalam metode yang dibawakan sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan
kurang termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Hal ini tergambar
7
dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Saat peserta didik
diberi kesempatan bertanya, sedikit sekali dari peserta didik yang bertanya,
akibatnya peserta didik yang belum jelas tidak dapat terdeteksi oleh guru.
Diperparah lagi sebagian peserta didik hanya mencatat dan mendengarkan guru
saja. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 65) bahwa:
Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani
mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan
kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus
diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah
pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang
diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami
maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan
mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari
siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
Padahal menurut Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs dinyatakan
bahwa ” Metode pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya
dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi”.
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran yang dilakukan masih
menggunakan pembelajaran langsung secara klasikal, konsep dan aturan
matematika diberikan dalam bentuk jadi dari guru ke siswa, pemberian contohcontoh, interaksi satu arah, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab,
pemberian tugas di rumah. Peneliti tidak menemukan siswa belajar secara
berkelompok. Selama kegiatan pembelajaran siswa mendengarkan penjelasan
guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa sungkan bertanya pada guru
dan temannya (khususnya siswa yang lemah) walaupun diberi dorongan dan
motivasi. Siswa yang pintar lebih senang bekerja sendiri dan jika mengalami
8
kesulitan langsung bertanya kepada guru tanpa melewati hasil diskusi dalam
kelompoknya. Guru melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin dengan
menggunakan rumus dan aturan-aturan yang ada dalam materi yang diajarkan,
kurang mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi
baru yang sedang diajarkan. Pembelajaran cenderung tidak bermakna bagi siswa.
Hal tersebut mengindikasikan kurangnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
Kubus dan Balok merupakan materi yang tidak hanya membutuhkan
kemampuan untuk berhitung tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk
memahami soal cerita sehingga siswa mengetahui apa yang terlebih dahulu harus
dikerjakan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang ada. Akan tetapi masih
banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari soal-soal khususnya
didalam pemecahan masalah pada materi Kubus dan Balok. Hal ini diakibatkan
karena dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi
konsep dan keterampilan siswa dalam suatu situasi baru atau situasi berbeda.
Sedangkan siswa cenderung hanya menggunakan rumus-rumus yang ada tanpa
memahami konsepnya terlebih dahulu. Sehingga jika diberikan soal yang berbeda
dari soal yang sebelumnya siswa sulit mengerjakan soal tersebut. Soal-soal yang
diberikan pada materi Aritmatika Sosial merupakan soal cerita yang dapat melatih
kemampuan pemecahan masalah siswa.
Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
guru bidang studi matematika kelas VIII-B SMP Negeri 3 yang mengatakan
bahwa:
Dalam proses pembelajaran matematika sebagian besar siswa tidak aktif,
jarang di antara mereka yang mau bertanya, ataupun memberi tanggapan.
Pada materi Kubus dan Balok jika diberikan soal cerita terkait pemecahan
masalah, nilai yang diperoleh siswa cenderung lebih rendah dibanding soal
objektif. Dari jawaban yang diberikan siswa dapat dilihat bahwa sebagian
besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang
diberikan ke dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga mengalami
kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka cenderung
mengambil kesimpulan untuk melakukan operasi hitung pada bilanganbilangan yang ada dalam soal cerita tanpa memahami dan memikirkan apa
yang diminta dalam soal.
9
Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Dan berdasarkan observasi tersebut
juga diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada
guru. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2010:38) bahwa:
Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemecahan
peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah
metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konvensional yang
menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
pendengar.
Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran
yang tepat agar siswa dapat memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga hasil
belajar pun meningkat. Disamping itu metode pembelajaran yang digunakan harus
dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi
pengetahuan mereka. Sebagaimana dinyatakan Slameto (2010:36) bahwa:
Penerimaan penalaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak
akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan
lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif
maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.
Dengan demikian, kemampuan guru dalam memilih metode penyajian
materi merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Agar
pembelajaran matematika lebih berhasil, maka guru harus bisa mengkondisikan
siswanya untuk belajar aktif. Karena pembelajaran yang menyebabkan siswa
belajar aktif akan lebih dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman
siswa dibandingkan dengan belajar pasif (mengingat dan latihan) sehingga
kemampuan pemecahan masalah siswa pun meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diterapkannya suatu model
pembelajaran yang khusus mengarahkan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk
Pakam kepada peningkatan kemampuan pemecahan masalah kubus dan balok.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya
keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam
10
memecahkan masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Readding and Composition). CIRC merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif, yaitu siswa belajar secara berkelompok dan guru
memberikan materi untuk dipahami siswa, setelah itu guru memberikan kartu
masalah kemudian siswa membacakn masalah sementara anggota kelompok lain
memikirkan
cara
penyelesaiannya,mendiskusikannya,kemudia
mempresentasikannya di depan kelas.
Dengan kata lain model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini
diasumsikan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan
siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah dari masalah di dalam
kehidupan sehari-hari pada materi kubus dan balok. Sehingga siswa akan
termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan
gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian
dengan judul:“Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Cooperative Integrated Reading and Composition di Kelas VIII SMP Negeri
3 Lubuk Pakam TA 2015/ 2016”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat
diidentifikasi beberapa masalah antara lain:
1. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga kurang
mendukung siswa untuk aktif.
4. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan
masalah.
5. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan
masalah pada materi kubus dan balok.
11
1.3 Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti
membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi kubus dan balok Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2014 /
2015.
1.4 Rumusan Masalah
1.
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Apakah Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe CIRC Dapat
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2015 / 2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk
Pakam.
1.6 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang
diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam pembelajaran sebagai calon guru.
2. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu
alternatif pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan model
pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC.
12
3. Bagi siswa
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
4. Bagi sekolah
Penelitian
ini
memberikan
suatu
alternatif
pengajaran
untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan metode
pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan bab IV, kesimpulan pada
penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative
Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Hal ini dapat
dilihat melalui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
secara klasikal sebesar 16,67% dari 69,44% pada siklus I menjadi 86,11% pada
siklus II. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa yang mencapai peningkatan dalam
memenuhi kriteria tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
sebanyak 25 siswa sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa. Ratarata nilai siswa pada siklus I adalah 67,98 dan meningkat pada siklus II dengan
rata-rata nilai siswa adalah 78,54.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan
kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah khususnya pada soal cerita,
melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menerapkan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Cooperative
Integrated
Reading
and
Composition sebagai salah satu alternatif.
2.
Kepada siswa disarankan untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapat
atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat
mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pembelajaran
matematika.
3.
Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Lubuk Pakam, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang
80
81
relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa.
4.
Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang
sama, hendaknya lebih memperhatikan proses dan alokasi waktu pelaksanaan
model ini dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar penelitian
selanjutnya semakin berhasil.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2010), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Barkley, E., (2012), Colaborative Learning Techniques, Penerbit Nusa Media,
Bandung.
Barkley, E., (2010), Student Engagement Techniques: A handbook for Collage
Faculty, First Eixtion, San Fransisco.
David, J., (2004), Learning to Solve Problem An Intructional Design Guide,
Pfeiffer, San Francisco.
Djamarah, S., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Hamalik, O., (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
http://abdurrazzaq.com/538/model-pembelajaran-tipe-circ.html
(Diakses
tanggal
19
Maret 2015)
http://muhfida.com/pembelajaran-kooperatif.tipe-circ (Diakses tanggal 19 Maret 2015)
Huda, Miftahul, (2011), Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Penerbit UM Press, Malang.
Kunandar, (2007), Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Penerbit Raja
Grafindo Persanda, Jakarta..
83
NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8
Mathematics, Reston VA, United States.
Nurwulandari, A., (2013), Pengembangan Karakter Dan Pemecahan Masalah
Peserta Didik Melalui Pembelajaran Matetika Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) Berbantuan Kartu Permasalahan Kelas VII Pada
Materi Segiempat, UNNES, Semarang, Skripsi tidak diterbitkan.
Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method,
Princeton University Press, New Jersey.
Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media, Bandung.
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo,
Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Slavin, R. E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa
Media, Bandung
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Pustaka Pelajar, Bandung.
Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Trianto, (2011), Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep
Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara,
Jakarta.
Whimbey, A., (1999), Problem Solving & comprehension, Lawrence Erlbaum
Associates, London.
MATEMATI KA SI SWA DENGAN PE NERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE
INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh :
DEVI HANDAYANI
NIM : 4111111005
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Devi Handayani dilahirkan di kota Lubuk Pakam, pada tanggal 06 Desember
1992. Dibesarkan oleh Ayahanda tercinta (Alm.) Legiono dan Ibunda tercinta
bernama Ngadiyem. Merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Pada tahun
1999, penulis masuk SD Negeri 104244 Jati Sari, dan lulus pada tahun 2005. Pada
tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di MTs. Negeri Lubuk Pakam, dan
lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED
READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP
NEGERI 3 LUBUK PAKAM
Devi Handayani (NIM 4111111005)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Cooperative Integrated Reading and Composition. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2015/2016 yang
berjumlah 36 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus. Pada setiap akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dari
analisis data diperoleh nilai rata-rata siswa pada siklus 1 adalah 54,93 atau tingkat
kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria rendah dengan 25
siswa atau 69,44% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan
pada siklus 2 nilai rata-rata siswa adalah 78,54 atau tingkat kemampuan
pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria sedang dimana banyak siswa
yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 31 orang atau 86,11% dari
seluruh siswa. Berdasarkan nilai rata-rata siswa pada siklus 2 disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan. Dari hasil
pengamatan, pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition di kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading and Composition dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Lubuk Pakam.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated
Reading and Composition di Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam TA
2015/ 2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini, Bapak Dr. Edy Surya, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd,
dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M. Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Bapak Drs.Waminton Rajagukguk, M.Pd, selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama
perkuliahan.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED,
Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy
Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si
selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu
dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam
dan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak MHD. JUHUM, M.Pd selaku Kepala Sekolah yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP
Negeri 3 Lubuk Pakam. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Aswin, S.Pd
v
selaku guru bidang studi Matematika kelas VIII-B yang telah banyak membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada (Alm) Legiono
dan Ibunda tercinta Ngadiyem orangtua penulis yang telah mengasuh,
membimbing, mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta
dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya hingga skripsi ini selesai.
Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayahanda dan
Ibunda, Aamiin. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu
dan memberi motivasi Alfreda, Rokaya, Sarifah, Aulia, dan Desi. Terima kasih
juga untuk teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Sei Rampah, keluarga posko ,
terutama kepada sahabat saya Rokaya Maria Nainggolan yang telah banyak
memberikan bantuan, semangat, dan motivasi. Tak lupa terima kasih spesial
kepada teman-teman seperjuangan Mat Dik B 2011 yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu, membangkitkan semangat
dan memotivasi untuk sukses bersama.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan,
Juni 2016
Penulis,
Devi Handayani
NIM. 4111111005
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
xi
Daftar Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
10
1.3 Batasan Masalah
10
1.4 Rumusan Masalah
10
1.5 Tujuan Penelitian
11
1.6 Manfaat Penelitian
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
12
2.1 Kerangka Teoritis
12
2.1.1
Pengertian Belajar Pembelajaran Matematika
12
2.1.1.1 Pengertian Belajar
12
2.1.1.2 Pembelajaran Matematika
14
2.1.2
Masalah Dalam Matematika
15
2.1.3
Pemecahan Masalah Matematika
17
2.1.4
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
18
2.1.5
Pengertian Model Pembelajaran
22
2.1.6
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
23
2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 23
2.1.6.2 Komponen- komponen Model Pembelajaran
vii
Kooperatif Tipe CIRC
24
2.1.6.3 Kegiatan pokok Pembelajaran CIRC dalam
memecahkan masalah
25
2.1.6.4 Penerapan model pembelajaran CIRC
26
2.1.6.5 Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran CIRC
27
2.2 Kerangka Konseptual
27
2.3 Hipotesis Tindakan
28
BAB III METODE PENELITIAN
29
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
29
3.1.1
Lokasi Penelitian
29
3.1.2
Waktu Penelitian
29
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
29
3.2.1
Subjek Penelitian
29
3.2.2
Objek Penelitian
29
3.3 Jenis Penelitian
29
3.4 Prosedur Penelitian
30
3.5 Alat Pengumpul Data
37
3.5.1 Obsevasi
37
3.5.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
37
3.6 Teknik Analisis Data
38
3.6.1 Reduksi Data
38
3.6.2 Paparan Data
39
3.6.3 Penarikan Kesimpulan
42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
44
4.1 Hasil Penelitian
44
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
44
4.1.1.1 Permasalahan I
44
4.1.1.2 Rencana Tindakan Siklus I
47
viii
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
49
4.1.1.4 Observasi I
50
4.1.1.5 Analisis Data I
55
4.1.1.6 Refleksi I
58
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
60
4.1.2.1 Permasalahan II
60
4.1.2.2 Rencana Tindakan Siklus II
60
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
62
4.1.2.4 Observasi II
63
4.1.2.5 Analisis Data II
70
4.1.2.6 Refleksi II
73
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
80
5.1 Kesimpulan
80
5.2 Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
82
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Matematika Siswa Kelas VII-B
4
Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada Tes Diagnostik
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
5
6
Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya
Tabel 2.2 Tahap Pelaksanaan Metode TAPPS
21
Tabel 3.1 Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
39
Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah
41
Tabel 3.3 Pedoman Untuk Melihat Lembar Observasi
42
Tabel 4.1 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada
Tes Diagnostik
44
Tabel 4.2 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada Tes Diagnostik
45
Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa pada Tes Diagnostik
46
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
50
Tabel 4.5 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada TKPM I
55
Tabel 4.6 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM I
56
Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM I
57
Tabel 4.8 Alternatif Penyelesaian Siklus II berdasarkan kesulitan siswa
pada siklus I
60
Tabel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
66
Tabel 4.10 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada TKPM II
70
Tabel 4.11 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM II
71
Tabel 4.12 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pada TKPM II
71
x
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus 1 dan Siklus 2
74
Tabel 4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tiap Tindakan
76
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
31
Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes
Diagnostik
46
Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
TKPM I
57
Gambar 4.11 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
TKPM II
Gambar 4.12 Deskripsi Perubahan Nilai Rata-rata kelas tiap Siklus
72
73
Gambar 4.21 Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa pada tes kemampuan pemecahan maslah siklus I
dan siklus II
75
Gambar 4.22 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tiap Tindakan
77
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus I)
84
Lampiran 2
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus I)
90
Lampiran 3
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus II)
96
Lampiran 4
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus II)
102
Lampiran 5
: Lembar Aktivitas Siswa 1
108
Lampiran 6
: Lembar Aktivitas Siswa 2
113
Lampiran 7
: Lembar Aktivitas Siswa 3
117
Lampiran 8
: Lembar Aktivitas Siswa 4
122
Lampiran 9
: Kisi-Kisi Tes Diagnostik
126
Lampiran 10 : Tes Diagnostik
127
Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik
128
Lampiran 12 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
130
Lampiran 13 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
131
Lampiran 14 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
133
Lampiran 15 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
134
Lampiran 16 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
137
Lampiran 17 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
138
Lampiran 18 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II
140
Lampiran 19 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II
Lampiran 20 : Lembar Observasi Guru Siklus I
( Pertemuan 1)
Lampiran 21 : Lembar Observasi Guru Siklus I
( Pertemuan 2)
Lampiran 22 : Lembar Observasi Guru Siklus II
( Pertemuan 1)
Lampiran 23 : Lembar Observasi Guru Siklus II
141
144
145
146
xiii
( Pertemuan 2)
147
Lampiran 24 : Skor kemampuan pemecahan masalah siswa
148
Lampiran 25 : Hasil Tes Diagnostik
149
Lampiran 26 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
150
Lampiran 27 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
151
Lampiran 28 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
152
Lampiran 29 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II
153
Lampiran 30 : Dokumentasi
154
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pendidikan berperan dalam menjamin kelangsungan hidup dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, seseorang akan
mendapatkan ilmu pengetahuan dan menuju kepada keberhasilan.
Pentingnya pendidikan tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
No.20 tahun 2003.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdasarkan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika juga memegang peranan
penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika sebagai
salah satu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.
Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2010:253) bahwa :
Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk
memecahkan masalah sehari – hari, sarana mengenal pola hubungan dan
generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, serta
sarana untuk menghasilkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
1
2
Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut
Cockroft (dalam Abdurrahman, 2010:253) mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Selain itu, Paling (dalam Abdurrahman, 2010:252) juga menyatakan bahwa:
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan.
Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa
pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut Liebeck dalam Abdurrahman (2010:253) “ada dua macam hasil belajar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics
calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan
hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner dalam Abdurrahman
(2010:253) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya
mencakup tiga elemen “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan
masalah”.
Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam
kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2005, memaparkan
standar matematika sekolah meliputi standar isi atau materi (mathematical
content) dan standar proses (mathematical processes). Standar proses meliputi
pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and
proof), koneksi (connection), komunikasi (communication), dan representasi
(representation). Menurut NCTM bahwa baik standar materi maupun standar
3
proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman dasar yang
sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga menegaskan
bahwa pemecahan masalah merupakan integrasi dalam pembelajaran matematika,
sehingga hal tersebut tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.
Karena dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika
maka
akan
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata. Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu
kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru di semua
tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian yang
paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh
Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:
Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam
pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa
menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian
menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual
akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi
intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan
penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Oleh karena itu, pemecahan masalah ini sudah seharusnya mendapat
perhatian khusus, mengingat peranannya dalam mengembangkan dimensi kognitif
siswa. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau
sering disebut dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah
matematika menurut Polya (1973:5) yaitu: 1) Understanding the problem
(memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang
tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang
harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih
4
operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian),
yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan
yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola
atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3) Carrying
out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah
dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (memeriksa hasil
yang diperoleh), yaitu memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, mencari hasil itu
dengan cara yang lain, dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan
untuk soal-soal lainnya.
Kenyataan
menunjukkan
bahwa
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa Indonesia tergolong rendah berdasarkan hasil survei pada
pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir,
kemampuan siswa Indonesia sangat rendah, Indonesia menempati peringkat ke-61
dari 65 negara peserta pemeringkatan. Hasil belajar yang ditunjukkan Indonesia
juga belum memuaskan. Hasil studi Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMMS) pada tahun 2011, nilai rata-rata siswa untuk matematika
386 dengan rata-rata skor internasional 500. Dengan nilai itu, Indonesia berada
diposisi ke-38 dari 63 negara. Nilai tersebut mengalami penurunan 11 angka dari
hasil pada tahun 2007. Tentu saja nilai matematika siswa Indonesia secara
signifikan berada di bawah nilai rata-rata internasional dan belum mencapai hasil
yang diharapkan.
Kondisi secara umum tentang hasil belajar matematika yang masih rendah
ini juga terjadi pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata matematika untuk kelas
VIII-B sebagai berikut.
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Matematika Siswa Kelas VIII-B
No.
Tahun Ajaran
Nilai Rata-rata
1
2011/2012
69,69
2
2012/2013
70,12
3
2013/2014
69,93
5
Nilai rata-rata diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata matematika
siswa kelas di VIII-B selama tiga tahun terakhir belum begitu memuaskan, belum
mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 70. Mencapai kentuntasan
pada tahun ajaran 2012/2013 tetapi selisihnya dengan KKM sangat kecil dan tidak
selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa terjadi masalah dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.
Didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3
Lubuk Pakam pada tanggal 15 Maret 2015 juga menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini terlihat pada
saat peneliti memberikan tes diagnostik kepada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3.
Tes yang diberikan berupa tes berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah pada materi Kubus dan Balok, berikut adalah hasil
kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes yang diberikan.
Tabel 1.1. Masalah Nyata yang Dialami Siswa
No
Soal
1
2
Hasil Pekerjaan Siswa
Analisis Kesalahan
1. Siswa salah dalam
menuliskan apa yang
diketahui di soal.
2. Siswa salah dalam
merencanakan
3. Siswa salah dalam
menyelesaikan soal
1. Siswa salah dalam
merencanakan
penyelesaian masalah
2. Siswa salah dalam
penyelesaian masalah
6
Dari keterangan di atas ditemukan kendala pada kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Berikut
adalah deskripsi tingkat kemampuan siswa dari indikator tes pemecahan masalah
pada tes diagnostik yang disajikan pada tabel 1.2. berikut:
Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Diagnostik
Langkah-langkah Pemecahan
Masalah
Memahami Masalah
Merencanakan Penyelesaian Masalah
Melaksanakan Penyelesaian Masalah
Memeriksa Kembali
Banyak
Siswa
25
16
14
5
Persentase Jumlah
Siswa
69,44 %
44,44 %
38,89 %
13,89 %
Dalam setiap langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan
dalam kemampuan sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil
kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematika tersebut adalah sebagian siswa masih menganggap bahwa matematika
itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga siswa cenderung tidak ingin mencoba
untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan soal. Bahkan ada siswa
beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang paling menakutkan
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Abdurrahman (2010:252) menjelaskan:
“ Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan
bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang berkesulitan
belajar maupun bagi yang tidak berkesulitan belajar”. Tidak mengherankan bahwa
siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Jika kita lihat kenyataan
yang terjadi, guru menuntut siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
menyelesaikan masalah tetapi jarang guru mengajarkan bagaimana siswa
seharusnya menyelesaikan masalah tersebut. Guru kurang memperhatikan cara
mengajar dan metode apa yang cocok dipilih pada suatu materi tertentu. Tidak ada
variasi dalam metode yang dibawakan sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan
kurang termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Hal ini tergambar
7
dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Saat peserta didik
diberi kesempatan bertanya, sedikit sekali dari peserta didik yang bertanya,
akibatnya peserta didik yang belum jelas tidak dapat terdeteksi oleh guru.
Diperparah lagi sebagian peserta didik hanya mencatat dan mendengarkan guru
saja. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 65) bahwa:
Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani
mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan
kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus
diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah
pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang
diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami
maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan
mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari
siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
Padahal menurut Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs dinyatakan
bahwa ” Metode pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya
dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi”.
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran yang dilakukan masih
menggunakan pembelajaran langsung secara klasikal, konsep dan aturan
matematika diberikan dalam bentuk jadi dari guru ke siswa, pemberian contohcontoh, interaksi satu arah, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab,
pemberian tugas di rumah. Peneliti tidak menemukan siswa belajar secara
berkelompok. Selama kegiatan pembelajaran siswa mendengarkan penjelasan
guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa sungkan bertanya pada guru
dan temannya (khususnya siswa yang lemah) walaupun diberi dorongan dan
motivasi. Siswa yang pintar lebih senang bekerja sendiri dan jika mengalami
8
kesulitan langsung bertanya kepada guru tanpa melewati hasil diskusi dalam
kelompoknya. Guru melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin dengan
menggunakan rumus dan aturan-aturan yang ada dalam materi yang diajarkan,
kurang mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi
baru yang sedang diajarkan. Pembelajaran cenderung tidak bermakna bagi siswa.
Hal tersebut mengindikasikan kurangnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
Kubus dan Balok merupakan materi yang tidak hanya membutuhkan
kemampuan untuk berhitung tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk
memahami soal cerita sehingga siswa mengetahui apa yang terlebih dahulu harus
dikerjakan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang ada. Akan tetapi masih
banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari soal-soal khususnya
didalam pemecahan masalah pada materi Kubus dan Balok. Hal ini diakibatkan
karena dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi
konsep dan keterampilan siswa dalam suatu situasi baru atau situasi berbeda.
Sedangkan siswa cenderung hanya menggunakan rumus-rumus yang ada tanpa
memahami konsepnya terlebih dahulu. Sehingga jika diberikan soal yang berbeda
dari soal yang sebelumnya siswa sulit mengerjakan soal tersebut. Soal-soal yang
diberikan pada materi Aritmatika Sosial merupakan soal cerita yang dapat melatih
kemampuan pemecahan masalah siswa.
Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
guru bidang studi matematika kelas VIII-B SMP Negeri 3 yang mengatakan
bahwa:
Dalam proses pembelajaran matematika sebagian besar siswa tidak aktif,
jarang di antara mereka yang mau bertanya, ataupun memberi tanggapan.
Pada materi Kubus dan Balok jika diberikan soal cerita terkait pemecahan
masalah, nilai yang diperoleh siswa cenderung lebih rendah dibanding soal
objektif. Dari jawaban yang diberikan siswa dapat dilihat bahwa sebagian
besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang
diberikan ke dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga mengalami
kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka cenderung
mengambil kesimpulan untuk melakukan operasi hitung pada bilanganbilangan yang ada dalam soal cerita tanpa memahami dan memikirkan apa
yang diminta dalam soal.
9
Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Dan berdasarkan observasi tersebut
juga diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada
guru. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2010:38) bahwa:
Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemecahan
peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah
metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konvensional yang
menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
pendengar.
Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran
yang tepat agar siswa dapat memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga hasil
belajar pun meningkat. Disamping itu metode pembelajaran yang digunakan harus
dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi
pengetahuan mereka. Sebagaimana dinyatakan Slameto (2010:36) bahwa:
Penerimaan penalaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak
akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan
lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif
maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.
Dengan demikian, kemampuan guru dalam memilih metode penyajian
materi merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Agar
pembelajaran matematika lebih berhasil, maka guru harus bisa mengkondisikan
siswanya untuk belajar aktif. Karena pembelajaran yang menyebabkan siswa
belajar aktif akan lebih dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman
siswa dibandingkan dengan belajar pasif (mengingat dan latihan) sehingga
kemampuan pemecahan masalah siswa pun meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diterapkannya suatu model
pembelajaran yang khusus mengarahkan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk
Pakam kepada peningkatan kemampuan pemecahan masalah kubus dan balok.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya
keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam
10
memecahkan masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Readding and Composition). CIRC merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif, yaitu siswa belajar secara berkelompok dan guru
memberikan materi untuk dipahami siswa, setelah itu guru memberikan kartu
masalah kemudian siswa membacakn masalah sementara anggota kelompok lain
memikirkan
cara
penyelesaiannya,mendiskusikannya,kemudia
mempresentasikannya di depan kelas.
Dengan kata lain model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini
diasumsikan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan
siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah dari masalah di dalam
kehidupan sehari-hari pada materi kubus dan balok. Sehingga siswa akan
termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan
gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian
dengan judul:“Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Cooperative Integrated Reading and Composition di Kelas VIII SMP Negeri
3 Lubuk Pakam TA 2015/ 2016”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat
diidentifikasi beberapa masalah antara lain:
1. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga kurang
mendukung siswa untuk aktif.
4. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan
masalah.
5. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan
masalah pada materi kubus dan balok.
11
1.3 Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti
membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi kubus dan balok Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2014 /
2015.
1.4 Rumusan Masalah
1.
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Apakah Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe CIRC Dapat
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2015 / 2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk
Pakam.
1.6 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang
diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam pembelajaran sebagai calon guru.
2. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu
alternatif pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan model
pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC.
12
3. Bagi siswa
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
4. Bagi sekolah
Penelitian
ini
memberikan
suatu
alternatif
pengajaran
untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan metode
pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan bab IV, kesimpulan pada
penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative
Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Hal ini dapat
dilihat melalui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
secara klasikal sebesar 16,67% dari 69,44% pada siklus I menjadi 86,11% pada
siklus II. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa yang mencapai peningkatan dalam
memenuhi kriteria tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
sebanyak 25 siswa sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa. Ratarata nilai siswa pada siklus I adalah 67,98 dan meningkat pada siklus II dengan
rata-rata nilai siswa adalah 78,54.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan
kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah khususnya pada soal cerita,
melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menerapkan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Cooperative
Integrated
Reading
and
Composition sebagai salah satu alternatif.
2.
Kepada siswa disarankan untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapat
atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat
mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pembelajaran
matematika.
3.
Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Lubuk Pakam, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang
80
81
relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa.
4.
Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang
sama, hendaknya lebih memperhatikan proses dan alokasi waktu pelaksanaan
model ini dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar penelitian
selanjutnya semakin berhasil.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2010), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Barkley, E., (2012), Colaborative Learning Techniques, Penerbit Nusa Media,
Bandung.
Barkley, E., (2010), Student Engagement Techniques: A handbook for Collage
Faculty, First Eixtion, San Fransisco.
David, J., (2004), Learning to Solve Problem An Intructional Design Guide,
Pfeiffer, San Francisco.
Djamarah, S., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Hamalik, O., (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
http://abdurrazzaq.com/538/model-pembelajaran-tipe-circ.html
(Diakses
tanggal
19
Maret 2015)
http://muhfida.com/pembelajaran-kooperatif.tipe-circ (Diakses tanggal 19 Maret 2015)
Huda, Miftahul, (2011), Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Penerbit UM Press, Malang.
Kunandar, (2007), Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Penerbit Raja
Grafindo Persanda, Jakarta..
83
NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8
Mathematics, Reston VA, United States.
Nurwulandari, A., (2013), Pengembangan Karakter Dan Pemecahan Masalah
Peserta Didik Melalui Pembelajaran Matetika Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) Berbantuan Kartu Permasalahan Kelas VII Pada
Materi Segiempat, UNNES, Semarang, Skripsi tidak diterbitkan.
Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method,
Princeton University Press, New Jersey.
Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media, Bandung.
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo,
Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Slavin, R. E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa
Media, Bandung
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Pustaka Pelajar, Bandung.
Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Trianto, (2011), Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep
Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara,
Jakarta.
Whimbey, A., (1999), Problem Solving & comprehension, Lawrence Erlbaum
Associates, London.