PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MELALUI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DENGAN METODE FOCUS GROUP DISCUSSION DI SMA/SMK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENYUSUN PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
MELALUI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS
SEKOLAH DENGAN METODE FOCUS GROUP DISCUSSION
DI SMA/SMK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

MUHADIS MAHAMERU
NIM. 8146132050

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016


ABSTRAK

MUHADIS MAHAMERU. Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam
Menyusun Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Supervisi Manajerial
Pengawas Sekolah Dengan Metode Focus Group Discussion di SMA/SMK
Kabupaten Kepulauan Anambas. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan, 2016.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan kemampuan kepala
sekolah dalam menyusun panduan kegiatan ekstrakurikuler melalui supervisi
manajerial pengawas sekolah dengan metode focus group discussion di
SMA/SMK Kabupaten Kepulauan Anambas. Subjek penelitian ini adalah kepala
sekolah pada SMA/SMK Negeri di Kabupaten Kepulauan Anambas berjumlah 5
orang kepala sekolah. Subjek ditentukan dengan cara purposive. Instrumen
penelitian untuk mengetahui kemampuan kepala sekolah dalam menyusun
program kegiatan ektrakurikuler digunakan pedoman daftar cocok dengan jumlah
butir sebanyak 7. Sedangkan untuk mengamati kegiatan metode focus group
discussion untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam meyusun
program kegiatan ektrakurikuler digunakan pedoman daftar cocok dengan jumlah
butir sebanyak 23. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah
dengan dua siklus. Hasil penelitian adalah penilaian kemampuan kepala sekolah

dalam menyusun panduan kegiatan ektrakurikuler pada siklus I yaitu dengan nilai
63,43% dan pada siklus II yaitu dengan nilai 84,57% dan tergolong kategori baik.
Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa penerapan supervisi pengawas
sekolah dengan metode focus group discussion dapat meningkatkan kemampuan
kepala sekolah dalam menyusun panduan kegiatan ekstrakurikuler di SMA/SMK
Kabupaten Kepulauan Anambas. Implikasi dari penelitian ini secara khusus
ditujukan kepada supervisor yaitu menerapkan metode focus group discussion
untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan
kegiatan ektrakurikuler.

Kata kunci : Kemampuan Kepala Sekolah, Supervisi Manajerial Metode Focus
Group Discussion, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler

i

ABSTRACT
MUHADIS MAHAMERU. Upgrades Principal in Extracurricular Activities
Guide Sorting Through Managerial Supervision Supervisors Method Focus Group
Discussion in High School / Vocational School Kepulauan Anambas District.
Thesis. Graduate Program, State University of Medan, 2016.


The purpose of this study is to determine the ability of an increase in the principal
guidelines on extracurricular activities through managerial supervision by school
inspectors focus group discussion method in SMA / SMK Kepulauan Anambas
District. The subject of this research is the principal at the high school / vocational
school in Kepulauan Anambas District 5 school principals. The subject is
determined by purposive. The research instrument to determine the ability of the
principal to arrange extracurricular activities program is a list of guidelines to
match the number of grains of 7. The method for observing the activities focus
group discussions to improve the ability of school principals in extracurricular
activities program sequence used guidelines list match the number of points by
23. this study used action research school with two cycles. The result is an
assessment of the ability of principals in extracurricular activities drew the first
cycle with the value 63.43% and in the second cycle with the value 84.57% and
belongs to both categories. Based on the analysis concluded that the application of
the regulatory supervision of schools by the method of focus group discussions
can increase the ability of school principals in preparing guidance extracurricular
activities in high school/vocational Kepulauan Anambas District. The implication
of this research is specifically directed to the supervisor to apply the method of
focus group discussion to improve the ability of the principal to arrange

extracurricular activities guide.

Keywords : Ability Headmaster, Supervision Management Method Focus Group
Discussion Guide Extracurricular Activities

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat kasih
dan anugerahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang
berjudul: Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Menyusun Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
Dengan Metode Focus Group Discussion di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan
Anambas.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterimakasih kepada

semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi
dalam menyelesaikan tesis ini. Dengan rasa tulus dan hormat penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1) Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah,
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang telah memberikan beasiswa bagi penulis sehingga dapat
menimba ilmu di Universitas Negeri Medan.
2) Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku rektor Universitas Negeri Medan dan
semua staf pengajar yang telah memberikan fasilitas dan pembelajaran selama
penulis belajar di Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

iii

3) Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
4) Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis untuk kreatif dan tetap bersemangat
selama penyusunan tesis.
5) Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya kepada

penulis dengan sepenuh hati.
6) Prof. Dr. Siman, M.Pd, sebagai nara sumber yang telah memberikan banyak
ilmu untuk kesempurnaan tesis ini
7) Dr. Saut Purba, M.Pd, sebagai nara sumber yang telah memberikan banyak
ilmu untuk kesempurnaan tesis ini.
8) Dr. Darwin, M.Pd, sebagai nara sumber sekaligus ketua program AP.
Kepengawasan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
9) Ibunda tercinta beserta keluarga besar di Solo. Terima kasih atas doa-doa
yang tidak pernah berhenti memohon yang terbaik untuk putranya.
10) Keluarga baru di Medan, Atok dan ibu Nurleli; Habibullah Hasibuan dan
Kak Fany.
11) Teman-teman seperjuangan AP. Kepengawasan angkatan ketiga, banyak
pembelajaran yang penulis dapat dari kalian semua.
Medan, 8 Juni 2016

Muhadis Mahameru

iv

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
B. Identifikasi Masalah ...............................................................
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
D. Rumusan Masalah ..................................................................
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
F. Manfaat Penelitian .................................................................
BAB II KAJIAN TEORETIS,
DAN KERANGKA BERPIKIR ............................................
A. KajianTeoretis ........................................................................
1. Hakikat Kemampuan Kepala Sekolah
Dalam Menyusun Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler .....

a. Kemampuan Kepala Sekolah .....................................
b. Program Ekstrakurikuler ............................................
2. Hakikat Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah .............
B. Kerangka Berpikir..................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................

1
1
11
11
12
12
12

14
14
14
14
18
30

48
50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...............................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
B. Subjek Penelitian ....................................................................
C. Definisi Operasional Variabel.................................................
D. Prosedur Penelitian .................................................................
E. Kriteria Keberhasilan ..............................................................
F. Instrumen Penelitian/Alat Pengumpulan Data ........................
G. TeknikAnalisis Data................................................................
H. Indikator Keberhasilan ............................................................
I. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................

51
51
51
51
57
65

66
69
70
71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................
1. Kondisi Awal (Prasiklus) ..................................................
2. Siklus I ..............................................................................
3. Siklus II .............................................................................
B. Pembahasan.............................................................................

72
72
72
77
85
90

v


BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................
A. Kesimpulan .............................................................................
B. Implikasi .................................................................................
C. Saran .......................................................................................

96
96
96
97

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................

99
102

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Tabel Indikator Keberhasilan.................................................

66

Tabel 3.2. Tabel Kisi-kisi Daftar Kemampuan Kepala Sekolah
dalam Program Kegiatan Ekstrakurikuler dengan
Metode FGD ..........................................................................

66

Tabel 3.3. Tabel Kisi-kisi Daftar Cocok Kemampuan Kepala Sekolah
Dalam Menyusun PanduanProgram Kegiatan
Ekstrakurikuler.......................................................................

69

Tabel 3.4. Tabel Kisi-kisi Keterlaksanaan Langkah-langkah
Supervisi Manajerial ..............................................................
Tabel 4.1

Skor Penilaian Observasi Panduan Program Kegiatan
Ekstrakurikuler.......................................................................

Tabel 4.2

80

Persentase Perbandingan Nilai Pada Data Awal
(Prasiklus) dan Siklus I ..........................................................

Tabel 4.4

74

Skor Penilaian Observasi Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler (Siklus I) .......................................

Tabel 4.3

69

83

Skor Penilaian Observasi Panduan Program Kegiatan
Ekstrakurikuler (Siklus II) .....................................................

87

Tabel 4.5

Persentase Perbandingan Nilai Pada Siklus I dan Siklus II ...

89

Tabel 4.6

Skor Persentase Keseluruhan Rata-rata Pengamatan
Tindakan Pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ....................

vii

92

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kemmis&Mc. Taggart ..........

viii

58

DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik

4.1. Skor Penilaian Observasi Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler (Prasiklus) ................................

Grafik

4.2. Skor Penilaian Observasi Panduan Kegiatan
Ekstrakurikuler (Siklus I) ..................................................

Grafik

4.3

84

4.4. Skor Penilaian Observasi Panduan Kegiatan
Ekstrakurikuler (Siklus II).................................................

Grafik

82

Persentase Perbandingan Nilai Pada Data
Awal (Prasiklus) dan Siklus I............................................

Grafik

76

4.5

88

Persentase Perbandingan Nilai Pada
Siklus I dan Siklus II .........................................................

90
93

Grafik

4.6

Persentase Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ......................

Grafik

4.7

Skor Persentase Keseluruhan Rata-rata
Pengamatan Tindakan Pada Prasiklus, Siklus I
dan Siklus II ......................................................................

ix

94

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Lembar Penilaian Observasi Kemampuan
Kepala Sekolah dalam Proses Menyusun Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Metode FGD ...............

Lampiran 2.

Lembar Penilaian Observasi Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler ..................................................

Lampiran 3.

Lampiran 4.

102

105

Lembar Penilaian Observasi Mengidentifikasi
Permasalahan Supervisi Manajerial .................................

108

Lembar Rencana Kegiatan Penelitian ...............................

109

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembukaan Undang–undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu setiap warga negara
Republik Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis,
agama dan gender.
Tantangan dalam pendidikan adalah menyiapkan peserta didik untuk
hidup di zaman millennium ketiga, hal ini disebabkan karena pada zaman
tersebut sebagian besar apa yang terjadi dan kondisinya belum dikenal, penuh
persaingan yang luar biasa, penuh perubahan serta penuh tantangan.
Masalah pokok pendidikan kita dewasa ini adalah peningkatan mutu
pada setiap jenis, jenjang dan jalur pendidikian. Oleh sebab itu, pemerintah
menetapkan delapan standar nasional pendidikan yakni: (1) standar isi, (2)
standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan
(PP. No. 19 Tahun 2005). Standar nasional pendidikan sebagaimana
dikemukakan di

atas,

pada hakekatnya menjadi arah dan tujuan

penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan
harus menjadi acuan sekaligus kriteria dalam menetapkan keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan.

1

2

Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru,
sarana dan prasarana serta pembiayaan terpenuhi sebagai syaratnya. Guru
sebagai tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks,
sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai
peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang
bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang profesional.
Tenaga kependidikan mempunyai peran yang sangat strategis
dalam membentuk sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan
peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan yang profesional akan
melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga menghasilkan tamatan
yang lebih bermutu. Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak
akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya,
adapun salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan pengembangan
profesionalisme. Hal ini dibutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai
peran penting dalam hal ini adalah kepala sekolah yang merupakan pimpinan
pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung
dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
Supervisor merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya
peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah yang kompetitif. Pengawasan
atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan
kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara
individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses
dan hasil pembelajaran.

3

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi
manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas
sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,
pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan
sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial,
pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator
dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah,
(2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi
sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator
terhadap pemaknaan hasil pengawasan.
Supervisi manajerial pada saat ini diberi tambahan tugas berupa
implementasi kurikulum 2013 serentak di seluruh sekolah di Indonesia.
Pengawas harus melakukan konsentrasi supervisi manajerial bukan saja
tentang pengelolaan dan administrasi pelaksanaan kurikulum lama (KTSP
2006), tetapi harus melakukan supervisi pada implementasi Kurikulum 2013.
Supervisi manajerial yang berkaitan langsung dengan terselenggaranya
Kurikulum 2013, di antaranya :
a. Manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik.
b. Manajemen ekstrakulikuler wajib dan pilihan
c. Administrasi buku guru dan buku siswa.
d. Analisis ratio PTK dalam program peminatan.
e. Manajemen keuangan.

4

f. Hubungan sekolah dan masyarakat.
g. Layanan kusus peminatan.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam
tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam program
kurikuler. Panduan kegiatan ekstrakurikuler merupakan program kurikuler
yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa
panduan

kegiatan

ekstrakurikuler

merupakan

perangkat

operasional

(supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan
dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang baik dan penting karena
memberikan nilai tambah bagi para siswa dan dapat menjadi barometer
perkembangan/kemajuan sekolah yang sering kali diamati oleh orangtua
siswa maupun masyarakat dengan adanya kegiatan ekstra tersebut diharapkan
suasana sekolah menjadi lebih hidup.
Menurut Sulisyowati (2012:60) pengembangan diri merupakan
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari
kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan diri

merupakan upaya

5

pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan
kehidupan sosial, kegiatan belajar dan pengembangan karir serta kegiatan
ekstrakulikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan
perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler dan intrakurikuler.
Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat
mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan
ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti
oleh para siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di
sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan
memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas
wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai.
Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002: 291) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang 10 tertulis
di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib.
Kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan
kegiatan sesuai dengan bakat dan minat mereka. Berdasarkan penjelasan
tentang

ekstrakurikuler

tersebut,

maka

dapat

disimpulkan

bahwa

ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran yang dilakukan, baik di
sekolah ataupun di luar sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan

6

memperkaya pengetahuan siswa, mengenal hubungan antar berbagai
pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat.
Saputra, Yudha (1998: 6) mendefinisikan kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan di luar jam pelajaran sekolah biasa yang dilakukan di sekolah
atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa
mengenai hubungan antar pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta
melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler
merupakan program yang berupa pengayaan dan perbaikan yang berkaitan
dengan kegiatan intrakurikuler.
Kegiatan

ekstrakurikuler

merupakan

perangkat

operasional

(supplement dan complement) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan
dalam rencana kerja tahunan atau kalender pendidikan satuan pendidikan.
Pengawas dapat merekam data program ekstrakurikuler dengan cara
membaca program ekstrakurikuler yang disusun oleh sekolah. Di dalam
panduan kegiatan ekstrakurikuler tersebut harus tergambar pengelolaan
kepala sekolah, meliputi penentuan ekstrakurikuler pilihan, mengembangkan
kegiatan pramuka, pemilihan pembina dan pelatih handal, menentukan tehnis
pelaksanaan

ekstrakurikuler

dan

pembiayaannya.

Pengawas

harus

memberikan pembimbingan kepada kepala sekolah agar penyusunan panduan
ekstrakurikuler mengacu pada petunjuk pelaksanaan ekstrakurikuler dalam
Permendikbud No. 81A Lampiran III.
Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspekaspek pengelolaan dan administrasi Sekolah yang berfungsi sebagai
pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran salah satunya adalah

7

penyusunan program pengembangan diri melalui ekstrakurikuler. Supervisi
manajerial dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: monitoring dan
evaluasi, FGD, metode Delphi, dan Workshop.
Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan
secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, komite
sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan
refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor
penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk
ini dapat berbentuk focus group discussion (FGD), yang melibatkan unsurunsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan
dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan FGD adalah untuk
menyatukan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan)
sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional
yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini
adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan,
untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
Agar FGD dapat berjalan efektif, maka diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Sebelum FGD dilaksanakan, semua peserta sudah mengetahui maksud
diskusi serta permasalahan yang akan dibahas.
2) Peserta FGD hendaknya mewakili berbagai unsur, sehingga diperoleh
pandangan yang beragam dan komprehensif.
3) Pimpinan FGD

hendaknya

akomodatif

dan berusaha menggali

pikiran/pandangan peserta dari sudut pandangan masing-masing unsur.

8

4) Notulen hendaknya benar-benar teliti dalam mendokumentasikan usulan
atau pandangan semua pihak.
5) Pimpinan FGD hendaknya mampu mengontrol waktu secara efektif, dan
mengarahkan pembicaraan agar tetap fokus pada permasalahan.
6) Apabila dalam satu pertemuan belum diperoleh kesimpulan atau
kesepakatan, maka dapat dilanjutkan pada putaran berikutnya. Untuk ini
diperlukan catatan mengenai hal-hal yang telah dan belum disepakati.
Pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi manajerial dengan
metode focus group discussion (FGD) dalam penyusunan panduan kegiatan
ekstrakurikuler dilaksanakan dengan unsur-unsur yang terlibat diantaranya
kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang akademik/kurikulum, wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan, guru, pembina kegiatan ekstrakurikuler dan
pelatih kegiatan ekstrakurikuler.
Pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan melalui implementasi
kurikulum 2013 dengan salah satu implementasinya ialah meningkatkan
kegiatan ekstrakurikuler juga wajib dilaksanakan di kabupaten Kepulauan
Anambas. Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan salah satu kabupaten
yang terletak di provinsi Kepulauan Riau.
Kabupaten Kepulauan Anambas terletak antara 2010’0”-3040’0” LU
s/d 105015’0”-106045’0” BT (Sumber: UU No. 33 Tahun 2008). Sebagai
wilayah kepulauan, kabupaten Kepulauan Anambas memiliki karakteristik
yang berbeda dengan wilayah lainnya, hal ini dikarenakan sebagian besar
wilayahnya terdiri dari lautan dan pulau-pulau yang tersebar di perairan Laut
Natuna dan Laut Cina Selatan. Wilayah administrasi kabupaten Kepulauan

9

Anambas menurut UU No. 33 Tahun 2008 yang memuat pulau-pulau besar
dan kecil serta pulau terluar dengan batas wilayah adalah :
Sebelah Utara

: Laut Cina Selatan

Sebelah Selatan

: Kepulauan Tembelan

Sebelah Barat

: Laut Cina Selatan

Sebelah Timur

: Laut Natuna

Dari hasil verifikasi penamaan pulau yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum Departemen Dalam Negeri, kabupaten
Kepulauan Anambas mempunyai 283 pulau, termasuk didalamnya 5 pulau
terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Pulau-pulau
tersebut satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh perairan. Pada gugusan
beberapa pulau kondisi daratannya berbukit-bukit dan landai di bagian
pantainya. Dari jumlah pulau yang ada sekitar 26 pulau berpenghuni dan 212
pulau belum berpenghuni, termasuk didalamnya 5 pulau terluar.
Pembagian wilayah administratif kabupaten Kepulauan Anambas
berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2008 terdiri dari 6 kecamatan, 2
kelurahan dan 32 desa. Ditambah dengan 1 kecamatan yaitu Kecamatan
Siantan Tengah yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten
Natuna Nomor 17 Tahun 2008. Berdasarkan keputusan tersebut letak masingmasing Ibukota Kecamatan :
No
1
2
3
4
5
6
7

Nama Kecamatan
Siantan
Jemaja
Palmatak
Jemaja Timur
Siantan Selatan
Siantan Tengah
Siantan Timur

Ibu Kota Kecamatan
Tarempa
Letung
Tebang Ladan
Ulu Maras
Air Bini
Air Asuk
Nyamuk

10

Kondisi wilayah kabupaten Kepulauan Anambas untuk melakukan
pergerakan antar wilayah kecamatan hanya dapat dilalui dengan tranportassi
laut. Sedangkan untuk melakukan perjalanan ke provinsi dapat melalui
transportasi laut dan udara. Berdasarkan kondisi kabupaten Kepulauan
Anambas saat ini dengan permasalahan di bidang ekonomi, infrastruktur,
sumberdaya manusia termasuk kapasitas aparatur, serta sosial budaya
masyarakat, dan dengan memperhatikan isu-isu strategis daerah, maka
peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang menjadi prioritas namun
pelaksanaannya perlu kerja yang lebih keras lagi.
Peningkatan mutu pendidikan di kabupaten Kepulauan Anambas
juga tidak dapat lepas dari peran pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru
dalam menjalankan kegiatan pendidikan. Permasalahan yang terjadi pada
kepala sekolah di kabupaten Kepulauan Anambas antara lain kepala sekolah
belum memahami dan menguasai apa yang menjadi tanggung jawabnya yang
berkenaan dengan peningkatan kemampuan manajerialnya. Salah satu
diantaranya adalah di kabupaten Kepulauan Anambas belum ada kepala SMA
atau SMK yang sudah menyusun buku panduan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolahnya. Hal ini merupakan permasalahan yang perlu penanganan segera
oleh pengawas sekolah. Untuk itu perlu dilakukan supervisi manajerial yang
dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap kepala sekolah yang ada di
Kabupaten Kepulauan Anambas untuk membantu mereka mengatasi masalah
yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan manajerialnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, diyakini bahwa dengan menerapkan
supervisi manajerial oleh pengawas terhadap kepala sekolah maka

11

kemampuan kepala SMA atau SMK dapat meningkat khususnya kemampuan
manajerial dalam menyusun panduan kegiatan ekstrakurikuler. Untuk itu,
dengan merujuk pada metode-metode dalam pelaksanaan supervisi manajerial
maka yang dianggap relevan dalam upaya meningkatkan kemampuan kepala
SMA atau SMK di kabupaten Kepulauan Anambas yakni dengan menerapkan
supervisi manajerial dengan metode focus group discussion. Sebagaimana
disebutkan di atas maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian
tindakan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam
Menyusun Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Supervisi Manajerial
Pengawas Sekolah Dengan Metode Focus Group Discussion Di SMA/SMK
Kabupaten Kepulauan Anambas”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
di-identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan supervisi manajerial yang
berkaitan langsung dengan terselenggaranya Kurikulum 2013 di kabupaten
Kepulauan Anambas kususnya manajemen ekstrakurikuler belum optimal.
Pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 khususnya penyusunan panduan
kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan Permendikbud No. 81A Tahun 2013
belum dijalankan di SMA dan SMK di Kabupaten Kepulauan Anambas.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dapat dibatasi. Adapun batasan
masalahnya adalah peningkatan kinerja kepala sekolah dalam menyusun

12

program kegiatan ektrakurikuler dengan supervisi manajerial pengawas
sekolah di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan Anambas.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan
masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Apakah kemampuan kepala sekolah dapat meningkat dengan penerapan
model supervisi manajerial dengan metode Focus Group Discussion (FGD)
dalam menyusun program kegiatan ekstrakurikuler ?.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun
program kegiatan ekstrakurikuler dengan penerapan model supervisi
manajerial dengan metode focus group discussion (FGD).

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang di dapat
dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis :
a. Menambah khasanah pengetahuan tentang supervisi manajerial
pengawas sekolah dengan metode focus group discussion (FGD)
dalam meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun
panduan kegiatan ekstarakurikuler.

13

b. Bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut tentang supervisi manajerial
pengawas sekolah dengan metode focus group discussion (FGD)
dalam meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun
panduan kegiatan ekstarakurikuler.
2. Manfaat Praktis :
a. Sebagai bahan masukan bagi pengawas sekolah dalam pelaksanaan
supervisi manajerial dengan metode FGD.
b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan
kemampuannya khususnya dalam menyusun panduan kegiatan
ekstrakurikuler.
c. Sebagai

bahan

masukan

bagi

guru

untuk

meningkatkan

kemampuannya khususnya dalam menyusun program kegiatan
ekstrakurikuler.

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I dan siklus II dapat
disimpulkan bahwa:
1.

melalui supervisi manajerial pengawas sekolah dapat meningkatkan
kemampuan

kepala

sekolah

dalam

menyusun

panduan

kegiatan

ekstrakurikuler melalui metode focus group discussion.
2. Penelitian tindakan yang dilakukan adalah supervisi manajerial dengan
metode focus group discussion. Supervisi manajerial dengan metode focus
group discussion merupakan pedoman bagi pengawas sekolah dalam
memberikan bantuan profesional dalam upaya meningkatkan kemampuan
kepala sekolah dalam menyusun program kegiatan ektrakurikuler.

B. Implikasi
Implikasi ddari hasil penelitian ini dinyatakan berdasarkan hasil dan
simpulan penelitian, diantaranya:
1. Keberhasilan penerapan supervisi manajerial pengawas sekolah dengan
metode focus group discussion dalam menyusun panduan kegiatan
ekstrakurikuler

di

SMA/SMK

Kabupaten

Kepulauan

Anambas

mengimplementasikan perlunya upaya-upaya sosialisasi metode focus group
discussion terhadap para kepala sekolah lain dalam rangka peningkatan
profesionalisme kinerjanya. Implikasi ini tidak terbatas hanya pada (1) kepala
SMA/SMK saja tetapi dapat diterapkan pada kepala sekolah pada jenjang

96

97

yang berbeda, (2) kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan
kegiatan ekstrakurikuler tetapi juga pada aspek-aspek kegiatan lainnya seperti
penyusunan program-program kerja lainnya.
2. Penerapan supervisi manajerial metode focus group discussion terbukti dapat
meningkatkan kemampuan kepala SMA/SMK di Kabupaten Kepulauan
Anambas memungkinkan pula diterapkan untuk implementasi supervisi
manajerial metode-metode lainnya, seperti metode monitoring dan evaluasi,
metode delphi, dan metode workshop.

C. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan para pengawas sekolah agar bersedia melakukan supervisi
manajerial dengan metode focus group discussion sebagai alternatif dalam
rangka peningkatan kemampuan kepala sekolah.
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepala sekolah dapat menerapkan
metode focus group discussion

guna meningkatkan kemampuannya

sehingga lebih efektif dan efisien.
3. Dinas Pendidikan kabupaten Kepulauan Anambas sebaiknya memberikan
pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan terhadap kepala
sekolah sehingga kinerja kepala sekolah akan lebih baik.
4. Dinas Pendidikan kabupaten Kepulauan Anambas sebaiknya memberikan
pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan terhadap pengawas
sekolah sehingga dalam mensupervisi kepala sekolah atau guru maka

98

dapat lebih bervariasi dalam penggunaan pendekatan dan metode yang
dilakukan.
5. Bagi peneliti sendiri kiranya dapat dijadikan suatu ketrampilan serta
pengetahuan untuk menambah wawasan dalam melaksanakan supervisi
manajerial dengan metode focus group discussion.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1999. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Casio, Wayne, F. 1992. Managing Human Resources. Singapore: Mc Graw Hill
Cushway, Barry,dkk. 2000. Perilaku dan Desain Organisasi. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi
Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Fattah. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah (Strategi Pemberdayaan Sekolah
Dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah). Bandung:
Andira
Griffin, R.W. 1987. Management. Boston: Houghton Mifflin Press.
Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hersey Paul, & Kenneth H. Blanchard. 1993. Manaanisational Behavior. New
Jersey: Prentice Hall.
Helmawati. 2014. Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Melalui
Manajerial Skills. Jakarta. Rineka Cipta.
Irwanto. 1998. Focus Group Discussion. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Iskandar. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja
Guru. Jurnal Visi Pendidikan, November 2015: hal.1018-1027.
Karwati, Euis. 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah. Bandung:
Alfabeta.
Kemendikbud Nomor. 20 Tahun 1998, Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.
Mathis, Robert L, & John, H. Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Salemba.
Mink, Oscar G, et al. 1993. Developing High Performance People: The Art of
Coaching. Canada: Addison-Wesley Publisher.

99

100

Mondy, R. Wayne & Premeaux, R. Shane. 1993. Human Resource Management.
Massachusetts: Simon-Schuster Publisher.
Prastowo, Andi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabetha
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010,Tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Tentang Standar
Isi. Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008, Tentang
Pembinaan Kesiswaan. Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru.
Permendiknas Nomor 12
Sekolah/Madrasah.

Tahun

2007,

Tentang

Standar

Pengawas

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009, Tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
Priansa, D.J. 2014. Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Bandung: Alfabeta.
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Saputra, Yudha. 1998. Pengembangan Kegiatan KoEkstrakurikuler. Jakarta:
Depdikbud.
Stolvitch, Harold, D. & Keeps, Erica. 1992. Handbook of Human Performance
Technology. San Fransisco: Jersey-Bass Publisher.
Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
Suryasubrata. 1998. Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya bagi
Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.
Suhardiman, Budi. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.

101

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tim Redaksi. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Undang-Undang No.20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, 2004. Jakarta:
Sinar Grafika.
Usman, M.Uzer. 1993. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdikarya
Williams, EB. 1979. The Scribner-Bantam English Dictionary. Toronto: Bantam
Whitmore, John. 1997. Coaching for performance, Seni mengarahkan untuk
mendongkrak kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wahjusumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM PENGELOLAAN ADMINISTRASI KESISWAAN MELALUI METODE DISKUSI DI KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDARLAMPUNG 2009/2010

0 10 1

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN TANGGAMUS

1 18 72

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

12 102 77

PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN MELALUI KELOMPOK KERJA KEPALA SEKOLAH (KKKS) BERBASIS PENDAMPINGAN DI SEKOLAH BINAAN

0 0 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN MELALUI MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) BERBASIS PENDAMPINGAN DI SEKOLAH BINAAN

0 0 10

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH BINAAN PASAMAN BARAT

1 3 8

PERAN SELF AWARENESS DALAM MEMEDIASI PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU

1 0 9

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK DAN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN TEBAS

0 1 12

IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK OLEH PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SEKOLAH DASAR

2 49 16

KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMITE SEKOLAH PENGARUHNYA TERHADAP BUDAYA ORGANISASI DAN EFEKTIFITAS PENYELENGGARAAN SEKOLAH

0 0 22