PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

(2)

ABSTRACT

INFLUENCE OF MANAGERIAL COMPETENCE AND SUPERVISION COMPETENCE BY PRINCIPAL TOWARD EDUCATION TEACHER PERFORMANCE OF JUNIOR SCHOOL IN DISTRICT TANGGAMUS

By USMAN

This study aimed to determine: (1) influence of principal managerial competency toward the teacher performance of Junior School Education in Tanggamus, ( 2 ) influence of principal supervision competency toward the teacher performance of Junior School Education in Tanggamus, (3) influence of Co-working Principal and Vice Principal managerial competence and supervision competencies together on educational teacher performance of Junior School .

This research is quantitative correlation-approach. Data collection techniques are done through questionnaire by employing 40 people. Hypothesis testing used both analysis of product-moment correlation and analysis of multiple regressions to determine the influence of independent variables to the dependent variable at 95% confidence level (a = 0, 05).

The results showed that the first, the principal managerial competence contribute positively to the education teacher performance at the Junior School in Tanggamus, amount to 78.0 %. The second, principal supervision-competencies provide both positive and significant influence to the teacher performance of Junior School Education in Tanggamus, amount to 79.6 %. The last, co-working of managerial competence and supervision competencies between Principal and Vice Principal contribute positively and significantly to the teacher performance of education at Junior School, amount to 80.5 %.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN TANGGAMUS

OLEH USMAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus, (2) pengaruh kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus, (3) pengaruh kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan jumlah sampel 40 orang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment dan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95% (a=0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus sebesar 78,0% (2) kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP negeri di Kabupaten Tanggamus sebesar 79,6% (3) secara bersama-sama kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus sebesar 80,5 %.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATAPENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……… 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Kegunaan Penelitian ... 7

1.5.1. Kegunaan Teoritis ... 7

1.5.2. Kegunaan Praktis ... 7

1.5.3. Ruang Lingkup penelitian……… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja……… 10

2.1.1. Penilaian Kinerja ... 13

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .. 17

2.2 Kompetensi Kepala Sekolah ... 20

2.2.1. Tugas Pokok Kepala Sekolah ... 21

2.3 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ... 22

2.4 Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah ... 24

2.5 Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru 27 2.6 Kerangka Pikir ... 31

2.6.1 Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Guru (Y).……….. 31

2.6.2 Pengaruh Kompetensi Super Visi KepalaSekolah terhadap Kinerja Guru (Y) ……… 32


(8)

2.7 Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.2. Metode Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1. Populasi ... 36

3.3.2. Sampel ... 37

3.4. Variabel Penelitian ... 39

3.4.1. Variabel Bebas (independent Variable) ... 39

3.4.2. Variabel Terikat (Dependen Variable) ... 39

3.4.3. Variabel Kinerja guru (Y) ... 39

3.4.4. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) .... 40

3.4.5. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah (X2) ... 40

3.5. Teknik Pengumpulan data ... 42

3.5.1. Teknik Angket (Kuesioner) ... 42

3.5.2. Kisi-kisi Instrumen ... 44

3.5.3. Teknik Dokumentasi ... 46

3.6. Uji Coba Instrumen ... 46

3.6.1. Uji Kesahihan Instrumen (Validitas) ... 47

3.6.2. Uji Kehandalan Instrumen (Reabilitas) ... 49

3.7. Teknik Analisis Data ... 51

3.7.1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 51

3.7.2. Pengujian Hipotesis ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 57

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

4.2.1. Kinerja Guru (Y) ... 58

4.2.2. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1)… 59 4.2.3. Kinerja Supervisi Kepala Sekolah (X2)……….. 61

4.3. Pengujian Persyaratan Analisis ... 62

4.3.1. Uji Normalitas data ... 63

4.4. Analisis Tabel ... 64

4.4.1. Analisis Tabel Tunggal ... 64

4.5. Pengujian Hipotesis ... 65

4.5.1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 65

4.5.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 68

4.5.3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 69

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71 4.6.1. Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala


(9)

Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 72 4.6.2. Pengaruh Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 74 4.6.3. Kontribusi Kompetensi Manajerial dan Supervisi Kepala Sekolah secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru SMPN Kabupaten Tanggamus ... 76 4.7. Keterbatasan Penelitian……… 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……….. 79 5.2. Implikasi ………. 79 5.2.1. Meningkatkan Kompetensi Manajerial Sekolah.. 80 5.2.2. Meningkatkan Kompetensi Supervisi kepala sekolah81 5.3. Saran……… 81 5.3.1. Dinas pendidikan Kabupaten Tanggamus……… 82

5.3.2. Kepala Sekolah……… 82

5.3.3. Guru ……… 83

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang Masalah

Upaya perbaikan di bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika diawali dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik kecuali dikelola secara baik. Bahkan dapat dikatakan, tidak ada lembaga sekolah yang buruk, yang ada hanyalah sekolah yang dikelola dengan kinerja dibawah standar.

Kepala sekolah menjadi kunci utama dan tokoh sentral untuk mewujudkan perbaikan kinerja manajemen sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini seiring dengan diberikannya wewenang yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola rumahtangganya sendiri. Sekolah menjadi lembaga otonom yang penyelenggaraannya tetap berada pada koridor Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas). Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong diwujudkannya visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah memiliki peran penting dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajerial dan


(11)

2

kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.

Terhadap seluruh sekolah yang berhasil selalu ditunjuk bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kunci keberhasilan. Perbedaan sekolah yang baik dengan sekolah yang buruk dilihat dari baik-buruknya kinerja kepala sekolah, tidak ada sekolah yang baik tanpa dipimpin oleh kepala sekolah yang baik.

Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas tambahan sebagai pemimpin di sekolah. Tugas kepala sekolah sebagai manajer berkaitan dengan masalah administratif dan pengawasan, sehingga dalam melaksanakan tugasnya diperlukan kemampuan dan keterampilan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengevaluasi.

Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan efektif. Input manajemen itu meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan atau limitasi yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.

Diperlukan keterampilan manajerial tertentu untuk melaksanakan tugas-tugas manajerial kepala sekolah. Menurut Paul Hersey dalam (Wahjosumidjo;2002) paling tidak ada tiga macam keterampilan manajerial yang diperlukan yaitu: (1) Keterampilan konsep; (2) Ketrampilan manusiawi/sosial; (3) Keterampilan teknik.


(12)

Keberhasilan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga yang dipimpinnya tidak terlepas dari kompetensi dan kemampuannya memainkan tugas, peran, dan fungsinya sebagai kepala sekolah. Menurut Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, kompetensi kepala sekolah terdiri dari lima dimensi yaitu: Kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Standar tersebut mengharapkan seluruh kepala sekolah di Indonesia memiliki kompetensi yang layak sebagai kepala sekolah. Sehingga terwujud profil kepala sekolah sebagai manajer yang ideal, mempunyai konsep, dan mampu mewujudkan harmonisasi antar personil sekolah dan masyarakat. Partisipasi dan kepedulian masyarakat tidak diartikan orang tertentu sebagai pungutan dan “campurtangan orang luar”. Sebaliknya jika standar tersebut diabaikan maka kebiasaan kepala sekolah dan guru yang hanya “bermain aman” dan lebih senang dengan kegiatan-kegiatan rutinitas yang tidak memerlukan tantangan akan sulit dihilangkan yang pada gilirannya tidak ada perubahan-perubahan atau inovasi baru yang terjadi di sekolah.

Penataan sistem rekrutmen kepala sekolah perlu dilakukan secara sistematik agar diperoleh calon kepala sekolah yang memenuhi standar seperti yang diharapkan. Fenomena yang tampak saat ini, rekrutmen kepala sekolah tampak semrawut dan mengabaikan syarat-syarat kecakapan maupun persyaratan formal. Faktor “kedekatan”dan uang justru nampak disodorkan kehadapan publik. Sehingga acapkali muncul kepermukaan, kepala sekolah ditolak oleh warga sekolah dengan berbagai alasan yang beragam. Hal ini menunjukkan ada persepsi beragam warga


(13)

4

sekolah terutama tenaga pendidik terhadap kepala sekolah sebagai akibat kompetensi kepala sekolah yang diragukan yang tentu akan berakibat pada kinerja guru.

Seringkali ditemukan guru tidak merencanakan pengajarannya, tidak membuat bahan ajar, masuk kelas hanya bermodal sebuah buku bahkan buku ajar kadang-kadang pinjam dengan siswa. Masuk kelas terlambat dan keluar dengan cepat yang berarti jam berdiri efektif di depan kelas tidak bermutu secara kualitas dan kwantitas. Kesalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan sudah pasti akan diikuti dengan kesalahan pada penilaian dan analisis hasil belajar serta tindaklanjutnya. Rendahnya kompetensi dan kinerja guru ini akibat kompleksitas kondisi yang mengelilingi guru. Adapun kondisi yang di maksud adalah;

a) Banyak guru mengajar bukan pada bidang keahliannya. Alasannya pun sangat bervariasi yakni, di sekolah tidak ada guru lulusan bidang studi tertentu dan demi memenuhi beban kerja 24 jam mengajar per minggu sebagai tuntutan untuk memperoleh tunjangan sertifikasi. hal ini senada dengan laporan balitbang diknas (2008) bahwa terdapat 62% guru SD yang tidak layak mengajar dan SMP 29%, sedangkan guru yang tidak sesuai bidangnya mencapai mencapai 31,1%. (SEAMEO,2001).

b) Distribusi guru mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan guru di sekolah sehingga menyebabkan beberapa guru mata pelajaran yang jumlahnya sudah berlebih sementara ada beberapa guru mata poelajaran yang jumlahnya masih sangat kurang atau bahkan tidak ada. Distribusi guru tidak merata, yakni menumpuk di sekolah-sekolah perkotaan dan kekurangan guru di daerah pinggir dan pelosok


(14)

c) Sebaran guru yang tersertifikasi juga menimbulkan masalah tersendiri yang terlihat pada tabel berikut:

No Status

sertifikasi

Jenis pegawai

Jumlah

Negeri Swasta

1 Belum

sertifikasi 3231 1827 5058

2 Tersertifikasi 174 2296 2470

Sumber: Dinas pendidikan Kabupaten Tanggamus 2013

Melihat fenomena persekolahan di negeri kita terutama di Kabupaten Tanggamus, peneliti tertarik untuk meneliti secara rinci terkait dengan kinerja guru utamanya kinerja guru di lingkungan SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus, beberapa variabel yang menarik untuk diteliti diantaranya adalah; faktor kompetensi manejerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diindentifikasi adalah sebagai berikut :

1.2.1. Masih adanya kepala sekolah yang kompetensi manajerialnya dalam upaya peningkatan mutu sekolah tidak sesuai harapan.

1.2.2. Beberapa kepala sekolah yang kompetensi supervisinya tidak teraplikasi dengan baik dalam upaya meningkatkan kinerja guru.

1.2.3. Kepala sekolah belum menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran.


(15)

6

1.2.4. Masih adanya guru tidak membuat bahan ajar.

1.2.5. Masih adanya guru yang melaksanakan proses belajar-mengajar tidak sesuai ketentuan.

1.2.6. Masih adanya guru yang tidak melakukan eavaluasi belajar dengan benar.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah penelitian di atas dirumuskan masalah penelitian adalah rendahnya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus, dengan demikian permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Apakah kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus?

1.3.2. Apakah kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus? 1.3.3. Apakah kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah

secara bersama-sama memberikan kontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru SMPN Kabupaten Tanggamus.

1.4.2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMPN Kabupaten Tanggamus.


(16)

1.4.3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi manajerial dan

kompetensi supervisi kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus.

1.3 Kegunaan Penelitian 1.3.1 Kegunaan Teoritis

Manfaat teoritis yang akan tercapai melalui penelitian ini antara lain:

1.3.1.1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan manajemen dalam konteks pengembangan sumberdaya manusia tantan kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah.

1.3.1.2. Mengkritisi rekrutmen kepala sekolah.

1.3.1.3. Memberikan kontribusi keilmuan dalam rangka pengembangan disiplin ilmu terkait tentang kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah yang dapat meningkatkan kinerja guru pada Kabupaten Tanggamus.

1.3.2 Kegunaan Praktis

Pengayaan wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang kinerja guru dan intervensi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah.

1.3.2.1. Memberikan wawasan kepada para guru dalam meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan kompetensi dan disiplin kerja.


(17)

8

1.3.2.2. Bagi kepala sekolah dapat memberikan umpan balik, dalam proses perumusan dan penetapan kebijakan pertimbangan berbagai faktor di atas.

1.3.2.3. Dinas pendidikan Kabupaten Tanggamus dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan agar mempertimbangkan faktor kompetensi yang dimiliki kapala sekolah dalam melakukan rekrutmen dan seleksi.

1.3.2.4. Masyarakat dan orang tua sebagai salah satu penanggung jawab pendidikan, agar terus membantu meningkatkan mutu SMPN Kabupaten Tanggamus dengan melakukan pengawasan baik secara langsung maupun tidak terhadap kinerja kepala sekolah dan guru. 1.3.2.5. Sebagai masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam mngembangkan

penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dan kompetensi kepala sekolah.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.4.1. Objek penelitian; objek penelitian ini adalah kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah serta kinerja guru.

1.4.2. Subjek penelitian; subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru yang ada di Kabupaten Tanggamus.

1.4.3. Waktu dan tempat; penelitian dilaksanakan di SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 33 sekolah. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan April 2013.


(18)

1.4.4. Ilmu; displin ilmu yang mendasari penelitian adalah manajemen pendidikan, karena terkait erat dengan kompetensi manajerial kepala sekolah.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Guru

Seiring dengan perbaikan kesejahteraan yang diberikan pemerintah terhadap guru, profesi guru kini semakin diminati. Kesejahteraan yang meningkat harus dikaitkan dengan peningkatan kinerja guru. penilaian kinerja guru perlu dilakukan untuk mengendalikan dan mengontrol kualitas penyelenggaraan pembelajaran atau pendidikan disekolah yang dilakukan secara berkala seperti yang dikemukakan (Ambarita, 2013). Secara etimologi kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Istilah kinerja berasal dari kata job performance to actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005). Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa kinerja merupakan suatu perbuatan atau prilaku seseorang dalam pelaksanaan tugasnya, yang dapat dinikmati dan dinilai oleh orang lain.

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini,2001).


(20)

Kinerja pada hakikatnya seberapa baik seorang pekerja menampilkan pekerjaannya atau memperlihatkan pekerjaannya. Kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan, dengan demikian kinerja di tentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kinerja tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang mengendalakan kesempatan itu.

Dari beberapa penafsiran para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan sebuah proses yang sangat bersifat pribadi sebagai hasil dari pemberdayaan kemampuan seseorang baik fisik maupun mental dan berimplikasi terhadap meningkatkan produktivitas kerja, beberapa pengertian berikut ini akan memperkaya wawasan tentang kinerja.

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan, untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu, kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan suatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakan (Hersey and Blanchard:1993). Pencapaian tujuan yang telah di tetapkan merupakan salah satu tolak ukur individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu, yakni : (a) tugas individu; (b) prilaku induvidu ; dan (c) ciri individu (Robbins, 2003). Dari beberapa penafsiran para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa kinerja merupakan sebuah proses yang sangat bersifat pribadi sebagai hasil dari pemberdayaan kemampuan seseorang baik fisik maupun mental dan berimplikasi terhadap meningkatkan produktivitas kerja.


(21)

12

Dunda ( Rahman, dkk:2005) menyatakan bahwa, kinerja guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dikenal dengan sebutan ‘kompetensi guru’. Semua aspek penilaian kinerja guru tersebut, harus menjadi perhatian kepala sekolah dalam menilai kinerja guru di sekolah. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan guru wajib memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Profesionalitas maupun kinerja guru terkait erat dengan peningkatan karirnya. Peningkatan kinerja profesional yang menunjang karir secara kolektif akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

Terkait dengan uraian di atas, maka kinerja guru dapat dijabarkan berdasarkan uraian tugas dan tanggung jawabnya dengan melibatkan aspek-aspek koqnitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, untuk mengukur kinerja guru maka jabaran tugas dan tanggung jawab guru tersebut di atas dapat dijadikan indikator variabel kerja, dengan rincian sebagai berikut: (1) perencanaan pengajar; (2) pelaksanaan pembelajaran; (3) evaluasi hasil belajar (4) mengembangkan bahan ajar; (5) pemamfaatan media dan sumber; (6) pelaksanaan tugas pembimbing akademik pada siswa, dan (7) bekerja sama dengan seluruh warga sekolah. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten Tnaggamus sebagai sebuah organisasi pendidikan memerlukan orang-orang yang memiliki kemampuan kerja dan kreativitas yang tinggi, khususnya dalam hal ini guru, dalam rangka mencapai tujuan nasional dan tujuan institusi SMP. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka hal-hal yang terkait dengan pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan harus menjadi perhatian


(22)

2.1.1 Penilaian Kinerja

Penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi sebagai bahan dalam rangka pengambilan keputusan. Dengan demikian Dalam setiap kegiatan penilaian ujungnya adalah pengambilan keputusan.

dengan penelitian yang berujung pada pemecahan masalah. Penilaian Kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk menilai kinerja pengawas secara periodik yang ditentukan oleh organisasi. Hasilnya dapat digunakan untuk Pengambilan keputusan dalam rangka pengembangan pegawai, pemberian reward, Perencanaan pegawai, pemberian konpensasi dan motivasi. Setiap pegawai di lingkungan organisasi mana pun sudah tentu memiliki tugas pokok, fungsi dan Tanggung jawabnya sesuai dengan deskripsi tugas yang diberikan pimpinan. Dari rumusan diatas maka penilaian kinerja guru adalah proses pengumpulan pengolahan, analisis dan interpretasi data tentang kualitas pekerjaan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai tenaga pendidik.

Tugas pokok guru adalah merencanakan proses pembelajaran, melaksanakan, mengevaluasi proses pembelajaran dan membimbing peserta didik. Apa yang terjadi dan dikerjakan guru merupakan sebuah proses pengolahan input menjadi output tertentu. Atas dasar itu terdapat tiga komponen penilaian kinerja guru yakni: Penilaian input, yaitu kemampuan atau kompetensi yang dimiliki dalam melakukan pekerjaannya. Orientasi penilaian difokuskan pada karakteristik individu sebagai objek penilaian dalam hal ini adalah komitmen guru terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Komitmen tersebut merupakan refleksi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru.


(23)

14

Penilaian proses, yaitu penilaian terhadap prosedur pelaksanaan pekerjaan. Orientasi pada proses difokuskan kepada perilaku guru dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan dan tanggung jawabnya yakni merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Penilaian output, yaitu penilaian terhadap hasil kerja yang dicapai dari pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawabnya. Orientasi pada output dilihat dari perubahan kinerja guru dan kualitas sekolah.

Penekanan penilaian terhadap ketiga komponen di atas memungkinkan terjadinya penilaian kinerja yang obyektif dan komprehensif. Secara komprehensif, proses penilaian kinerja guru mencakup: (a) penetapan standar atau kriteria kinerja, (b) membandingkan kinerja aktual dengan standar tersebut, dan (c) memberikan umpan balik dari hasil penilaian untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam upaya mendapatkan manfaat optimal penilaian kinerja guru, paling tidak terdapat lima yang dapat dijadikan ukuran penilaian yaitu:

1. Quality of work - kualitas hasil kerja

2. Promptness - ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan 3. Initiative - prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan 4. Capability - kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Comunication - kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain. Berkaitan dengan peningkatan mutu guru, pemerintah menetapkan kebijakan melalui penerbitan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru Angka Kreditnya.


(24)

Permenegpan 16/2009 akan menjadi tonggak sejarah dalam sistem reformasi mutu guru apabila proses implementasinya berjalan memenuhi strandar sebagaimana yang tertung di dalam peraturan tersebut. Untuk menilai kinerja guru pemerintah akan mengeluarkan instrumen baru yang disebut dengan Penilaian Kinerja Guru (PKG). Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah serangkaian proses kegiatan menghimpun, mengolah dan menafsirkan data mengenai kemampuan guru untuk menampilkan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian PKG merupakan penilaian (Performance Appraisal) yang difokuskan pada Kinerja Individu, mengidentifikasi kemampuan guru dalam mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mendeskripsikan profil kerjanya (2) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas. PKG Memiliki dua fungsi utama yaitu (1) menilai kemampuan mengkonversikan hasil penilaian sebagai dasar perhitungan angka kredit dalam pengembangan karir.

Pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja guru (PKG) akan berlaku secara efektif mulai tahun 2013. Oleh karena itu masa persiapan pemerintah maupun guru untuk menerapkannya ada waktu dua tahun sejak tahun 2010. Tujuan Kegiatan Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah; 1) menghimpun informasi yang akurat tentang kinerja guru; 2) menetapkan kategori kualitas kinerja berdasarkan strandar kinerja; 3) menghimpun informasi sebagai dasar peningkatan mutu pembelajran dan bimbingan; 4) meningkatkan penjaminan peserta didik memperoleh peyalanan belajar yang berkualitas; 5) meningkatkan motivasi guru dalam rangka memperkuat komitmen untuk melaksanakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi


(25)

16

secara professional; 6) meningkatkan citra, harkat, martabat profesi guru, meningkatkan penghormatan dan kebanggaan terhadap guru.

Hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) bermanfaat; 1) sebagai dasar pengambilan Keputusan kepala sekolah untuk mengusulkan kenaikan pangkat; 2) sebagai bahan kajian dan dasar pertimbangan dalam meningkatkan mutu kinerja guru secara berkelanjutan melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB); 3) sebagai dasar penyusunan kurikulum pelatihan; 4) sebagai bukti penjaminan bahwa guru memiliki motivasi kerja, kesadaran, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, dan komitmen pengabdian dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik. Pelaksanaan PKG berdasarkan prinsip-prinsip berikut; 1) mengacu pada peraturan yang berlaku yaitu Permenegpan nomor 16 tahun 2009; 2) pelaksanaan harus valid, adil, transparan, dapat diverifikasi dan dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia; 3) berfungsi sebagai pengembang karir guru dan terintegrasi pada program Pengembangan Keprofesional Berkelanjutan (PKB) dan program Pengelolaan Kinerja Rendah (PKR). 4) penilaian berdasarkan kinerja yang dapat diobservasi dengan memperhatikan sampel yang valid dari pelaksanaan tugas guru sehari-hari; 5) Pelaksanaan penilaian harus memenuhi syarat validitas, reliabilitas, dan praktis; 6) pengelola PKG wajib memahami seluruh dokumen penilaian; 7) semua guru wajib mengikuti penilaian kinerja dalam waktu yang sama untuk keperluan kenaikan jenjang jabatan/pangkat; 8) penilaian dilaksanakan secara objektif, adil, akuntabel, membangun, transparan, praktis, berorientasi pada tujuan, berkelanjutan, dan rahasia.


(26)

Seluruh prinsip tersebut akan mencapai hasil yang optimal jika seluruh personal yang terlibat dalam sistem penyelenggaraan penilaian bertindak sesuai dengan standar dan yang paling utama adalah objektif. Sesuai dengan prinsip umum penilaian bahwa penilaian yang efektif harus memenuhi instrumen yang valid, penilai yang profesional, dan langkah oprasional yang akuntabel. Mudah-mudahan dengan menjalankan prinsip tersebut PKG akan berpengaruh baik terhadap peningkatan mutu pendidikan sehingga mutu pendidikan Indonesia akan semakin meningkat pula. Semoga pada tahun 2013 instrumen penilaian kinerja guru tersebut dapat terealisasi secara Optimal.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat para karyawan memiliki sejumlah


(27)

18

akibat psikologis dan berdasarkan kepada tindakan. Seseorang karyawan yang menganggap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya, diduga orang tersebut akan mengalami lebih banyak perasaan positif tentang kinerjanya dibandingkan dengan jika ia menghubungkan kinerjanya yang baik dengan faktor eksternal, seperti nasib baik, suatu tugas yang mudah atau ekonomi.

Kinerja merupakan hasil bentukan dari beberapa faktor. (1) Kepemimpinan; (2) Kemampuan; (3) Pendidikan dan pelatihan; (4) Kesejahteraan; (5) Tanggungjawab, (6) Lingkungan kerja; (7) Kepuasan kerja. Sejumlah variabel yang mempengaruhi kinerja antara lain kondisi lingkungan yang optimal, praktek yang sungguh-sungguh sepanjang periode waktu, motivasi tingkat tinggi, adaptasi anatomis dan psikologis, perencanaan, penggagasan dan antisipasi (Makmun, 2001).

Dalam lingkup persekolahan peningkatan kinerja guru ditentukan oleh tingkat keberhasilan peran kepala sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor. Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah diantaranya adalah membenahi kekurangan dan kelemahan dalam melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan strategi yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah diantarannya adalah menerapkan arah tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan berkewajiban memberikan arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan,


(28)

peningkatan dan pengembangan para guru dan staf tata usaha, serta menumbuhkan kreatifitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang maksimal.

Dari uraian di atas memberikan pemahaman pada kita bahwa kinerja adalah sebuah proses dan hasil dan pengukuran kinerja harus berorientasi pada keduanya yakni diukur dengan melihat proses kerja yang dilakukan dan hasil kerja yang ditampilkan. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Di sekolah, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan memberikan pengaruh terhadap kinerja bawahannya, keadaan guru bagaimana kepala Sekolahnya. Jika kualitas kepala sekolah rata-rata, kinerja guru juga akan rata-rata dan capaian peserta didik juga rata-rata. Kepala sekolah tidak sebatas sosok panutan di lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Lebih dari itu, ia juga berperan penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Di pundak kepala sekolah kualitas pendidikan sebuah lembaga disandangkan. Kecakapan kepala sekolah dalam mengelola (memanajerial) sekolah dan gurunya akan berdampak pada kualitas siswa dan pendidikan pada umumnya". Pada akhirnya kepala sekolah merupakan tokoh sentral dalam upaya perbaikan kualitas dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik guna mencapai tujuan institusi pendidikan. Aspek yang dapat diukur dari kinerja guru tersebut adalah aspek perencanaan pembelajaran,


(29)

20

pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan menganalisa hasil belajar serta menyusun program perbaikan dan pengayaan.

2.2 Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi berarti (kemenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna, yang menurut Broke and Stone, kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang nampak sangat berarti. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Danim, 2010).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi kepala sekolah dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.


(30)

2.2.1 Tugas Pokok Kepala Sekolah

Tugas pokok kepala sekolah pada semua jenjang mencakup tiga bidang, yaitu (a) tugas manajerial, (b) supervisi dan (c) kewirausahaan. uraian tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut.

a. Tugas Manajerial

Tugas kepala sekolah dalam bidang manajerial berkaitan dengan pengelolaan sekolah, sehingga semua sumber daya dapat disediakan dan dimanfaatkan secara Optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

Tugas manajerial ini meliputi aktivitas sebagai berikut: (1) menyusun perencanaan sekolah; (2) mengelola program pembelajaran; (3) mengelola kesiswaan; (4) memngelola sarana dan Prasarana; (5) mengelola personal sekolah; (6) mengelola keuangan sekolah; (7) mengelola hubungan sekolah dan masyarakat; (8) mengelola administrasi sekolah; (9) mengelola sistem informasi sekolah; (10) mengevaluasi program sekolah; (11) memimpin sekolah.

b. Tugas Supervisi

Selain tugas manajerial, kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf. Tujuannya adalah untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah. Dalam tugas supervisi ini tercakup kegiatan-kegiatan: (1) Merencanakan program supervisi, (2) Melaksanakan program supervisi, (3) Menindaklanjuti program supervisi


(31)

22

c. Tugas Kewirausahaan

Di samping tugas manajerial dan supervisi, kepala sekolah juga memiliki tugas kewirausahaan. Tugas kewirausahaan ini tujuannya adalah agar sekolah memiliki sumber-sumber daya yang mampu mendukung jalannya sekolah, khususnya dari Segi finansial. Selain itu juga agar sekolah membudayakan perilaku wirausaha di kalangan warga sekolah, khususnya para siswa.

2.3 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Kompetensi kepala sekolah yang berhubungan dengan kemampuan kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai sistem yang harus dipimpim dan dikelola dengan baik adalah kompetensi manajerial. Dengan kemampuan dalam mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan cara berfikir, cara mengelola dan cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang manajer. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi manajerial akan menunjukkan perilaku dan mampu untuk mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input sekolah; mengembangkan proses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoordinasian, pengambilan keputusan, pemberdayaan, pemotivasian, pemantauan, pensupervisian, pengevaluasian dan pengakreditasian). Menurut Robert L. Katz, menjelaskan tiga macam keterampilan manajerial yang diperlukan oleh seorang manajer dalam mengelola sumberdaya organisasi, yaitu; keterampilan konseptual (conceptual skill), keterampilan hubungan manusia (human skill), dan keterampilan teknikal (technical skill) (Danim, 2010).

Sesuai Keputusan Mendiknas mengenai kompetensi ini, di antaranya kepala sekolah harus mampu dan terlihat kinerjanya dalam bidang-bidang garapan


(32)

manajerial sebagi berikut (a) menyusun perencanaan sekolah/madrasah mengenai berbagai tingkatan perencanaan; (b) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan; (c) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal; (d) mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi belajar yang efektif; (e) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (f) mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; (g) mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal; (h) mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiyanaan sekolah/madrasah; (i) mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik; (j) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arch dan tujuan pendidikan nasional; (k) mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, tranparan dan efisien; (1) mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah; (m) mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah; (n) mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan; (o)memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah; (p) melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan


(33)

24

pelaksanakan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut.

Dengan standar tersebut diharapkan kepala sekolah di Kabupaten Tanggamus memiliki kompetensi manajerial yang layak sehingga mampu mengemban amanah berat sebagai kepala sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud kompetensi manajerial kepala sekolah dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah yang berhubungan dengan kemampuan kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.4 Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi dapat diterjemahkan "melihat dari atas" atau "melihat dari kelebihan". Jadi kata supervisi berarti dengan kata pengawas, tetapi pengertiannya agak berbeda dari kata "mengawas" sebagai "controlling". Kata supervisi pada hakekatnya mengandung makna yang khusus, yaitu "membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu (Brown & Bourne, 2005). Supervisi adalah "usaha menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan profesional para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode-metode mengajar, dan evaluasi pengajaran". Sedangkan dari segi etimologinya, yaitu "berasal dari dua kata, yaitu kata super dan vision. Kata super mengandung arti lebih dan kata vision mengandung arti visi jadi kata supervisi mengandung arti visi yang lebih/visi jauh ke depan" (Satori, 2006).


(34)

Selanjutnya, supervisi memiliki arti "sebagai usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu sebagai bantuan bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar" (Sagala, 2002). Supervisi juga didefinisikan "semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran" (Kosasi, 2004)

Secara umum supervisi berarti upaya bantuan kepada guru agar guru dapat membantu para siswa belajar untuk menjadi lebih baik. Supervisi pengajaran pada dasarnya mengandung makna praktis yaitu bantuan profesional yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dalam membelajarkan siswa di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Untuk memperluas wawasan pengetahuan penulis dan pembaca tentang pengertian supervisi, maka uraian berikut akan mengkaji secara elaboratif tentang pengertian supervisi dari berbagai ahli sebagai berikut. Beberapa pengertian dan supervisi yang hakekatnya memiliki makna yang relatif sama, yaitu:

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Supervisi juga dapat diartikan sebagai segala bantuan dari pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, dan cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran. Dengan kata lain, supervisi dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Surjaman, 2003).


(35)

26

Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah harus peduli dan mau membantu guru menyelesaikan masalah-masalah pribadi sekalipun yang menghambat kinerja guru. Kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang kepala sekolah khususnya dalam memahami apa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah/madrasah. Sub-sub kompetensi supervisi mencakup: (a) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (b) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; (c) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, di antaranya adalah bahwa tugas dan fungsi dari supervisi ini adalah untuk memberdayakan sumber daya sekolah termasuk guru. Dengan demikian kinerja kepala sekolah dapat dinilai melalui peniliain terhadap sub kompetensi melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Langkah yang perlu dilakukan mencakup: (1) mengidentifikasi potensi-potensi sumberdaya sekolah berupa guru yang dapat dikembangkan; (2) memahami tujuan pemberdayaan sumberdaya guru; (3) mengemukakan contoh-contoh yang dapat membuat guru-guru lebih maju; dan (4) menilai tingkat keberdayaan guru-guru di sekolahnya.

Sebagai contoh kepala sekolah yang memiliki sub kompetensi ini adalah; melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

Bantuan kepala sekolah kepada guru agar guru dapat membantu siswa belajar dengan lebih baik akan meningkatkan kinerja guru karena kepedulian personal


(36)

akan menyentuh pribadi dan masalah-masalah pribadi sehingga seorang guru bekerja lebih baik.

2.5 Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer-, (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan. Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kinerja guru.

2.5.1. Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para, guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2.5.2. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas, yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan


(37)

28

profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

2.5.3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

2.5.4 Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan


(38)

kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk. mengemukakan. bahwa " menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka". Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik (Danim,2002). 2.5.5. Kepala Sekolah sebagai Leader (Pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Dalam teori Kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (Mulyasa, 2003).


(39)

30

2.5.6. Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih ter-motivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, Mulyasa, 2003).

2.5.7. Kepala Sekolah sebagai Wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.


(40)

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud kompetensi supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap kompetensi supervisi kepala sekolah yang berhubungan dengan kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil supervisi.

2.6 Kerangka Pikir

2.6.1 Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (Xl) terhadap kinerja guru (Y)

Kompetensi kepala sekolah dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Kepala sekolah sebagai manajer dalam lingkungan pendidikan di SMP Negeri Kabupaten Tanggamus harus mampu dan terlihat kinerjanya dalam bidang-bidang garapan manajerial, mempunyai pandangan yang lugas kedepan dan selalu mengikuti secara aktif perkembangan dunia pendidikan yang semakin maju untuk mengemban visi dan misi sekolah yang dipimpinnya. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan manajerial serta menerapkan dengan baik sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja guru.


(41)

32

Kinerja guru dapat berupa suatu prestasi yang dicapai oleh guru setelah melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Selain itu kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas, profesi yang diembannya serta rasa tanggung jawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitas didalam menjalankan tugas sebagai guru. Jelaslah bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah sangat dominan dalam meningkatkan kiner- ja tenaga pengajar yang profesional di sekolah, karena kepala sekolah dituntut mampu membina para pengajar agar dapat melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran sehingga tujuan sekolah yang diharapkan dapat tercapai. Dari uraian tersebut diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru bahkan kompetensi manajerial kepala sekolah semakin baik maka akan semakin tinggi kinerja guru yang akan dicapai. 2.6.2 Pengaruh Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah (X2) terhadap kinerja

guru (Y)

Kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf. Tujuannya adalah untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor dalam lingkungan pendidikan di SMP Negeri Kabupaten Tanggamus hendaknya dapat memberikan bantuan yang tertuju kepada perkembangan kompetensi guru dan personel sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru. Dengan bantuan bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran yang sesuai, dan metode mengajar yang


(42)

lebih baik, serta cara penilaian yang sistematis diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran dikelas.

Dari uraian tersebut diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru atau dengan kata lain semakin tinggi kompetensi supervisi kepala sekolah maka akan semakin tinggi pula mutu kinerja guru disekolah tersebut.

2.6.3 Pengaruh Kompetensi Manajerial (X1) dan Supervisi (X2) secara bersama sama terhadap Mutu pendidikan (Y)

Guru merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran. Dengan tugas profesionalnya, guru berfungsi membantu orang lain (peserta didik) untuk belajar dan berkembang, membantu perkembangan intelektual, personal dan sosial warga masyarakat yang memasuki sekolah.

Dalam menjalankan tugasnya, kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain; tersedianya sarana prasarana yang memadai, adanya informasi yang baik, terjadinya komunikasi yang baik, kepemimpinan, penghasilan yang mencukupi, pekerjaan yang menantang untuk berkembang, serta rasa aman dan tenang (lingkungan) dalam bekerja. Salah satu faktor yang turut berpengaruh terhadap kinerja guru adalah kepemimpinan, dalam lingkup persekolahan maka kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan daan penanggung jawab utama (key person) di sekolah, kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi yang optimal agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal.

Sebagai manajer pendidikan yang profesional, kepala sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sukses tidaknya sekolah yang dipimpinnya termasuk


(43)

34

bertanggung jawab terhadap peningkatan kinerja gurunya. Ini berarti bahwa profesionalisme kepala sekolah menjadi suatu keharusan. Selain kompetensi manajerial, kepala sekolah dituntut untuk mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai supervisor, yakni membina, membimbing, mengarahkan dan memberikan penilaian terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Dari uraian di atas diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru. Dengan kata lain semakin tinggi kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah maka makin tinggi pula mutu pendidikan.

Keterkaitan antara kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru tersebut memperlihatkan model hubungan fungsional yang dapat digambarkan dalam kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

r2y1.2 R2

r2y2.1

Gambar 2.1 Kerangka pikir hubungan antar variabel penelitian X1:

Kompetensi manajerial kepala sekolah

X2: Kompetensi supervisi kepala

sekolah

Y: Kinerja guru


(44)

2.7 Hipotesis Penelitian

Setelah penulis melakukan penelaahan terhadap teori-teori yang relevan sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka penulis mengemukanan hipotesis sebagai berikut :

2.7.1 Kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri se-Kabupaten Tanggamus.

2.7.2 Kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri se-Kabupaten Tanggamus.

2.7.3 Kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri se- Kabupaten Tanggamus.


(45)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 33 sekolah. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan April 2013.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan metode expost facto dengan pendekatan korelasi (correlational research). Penelitian korelasi dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya, dan seberapa jauh ditemukan korelasi antara dua variabel atau lebih secara kuantitatif.

Berdasarkan nilai koefisien korelasi, maka diprediksi besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi dan regresi.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Sugiyono (2009:117) mendefinisikan "populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan yang ditetapkan oleh


(46)

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya". Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan kepala sekolah SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 390 orang dari 33 SMPN yang ada di Kabupaten Tanggamus.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2009:90), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (2004:120) mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila, subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara. 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

Berdasarkan teori di atas, peneliti mengambil 10% dari total populasi (390 orang) untuk dijadikan sampel penelitian. Artinya setiap SMPN Kabupaten Tanggamus diambil sampel sebanyak 10 % dari jumlah guru di sekolah tersebut. Menentukan jumlah sampel masing -masing sekolah dengan cara proporsional random sampling. Sehingga diperoleh jumlah sampelnya adalah 40 orang. Secara rinci penyebaran populasi dan sampel pada. 33 SMP Negeri Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:.


(47)

38

DATA GURU SMP NEGERI KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2013

No Nama Sekolah Jumlah guru Sampel (10%)

1 2 4 5

1 SMPN 1 Pematang Sawa 5 -

2 SMPN 2 Pematang Sawa 3 -

3 SMPN 3 Pematang Sawa 3 -

4 SMPN 1 Semaka 28 3

5 SMPN 2 Semaka 11 1

6 SMPN 1 Wonosobo 20 2

7 SMPN 2 Wonosobo 10 1

8 SMPN 1 B N Semuong 11 1

9 SMPN 1 Kotaagung 18 2

10 SMPN 1 Kotaagung Barat 14 2

11 SMPN 1 Kotaagung Timur 15 2

12 SMPN 1 Gisting 31 3

13 SMPN 1 Talang Padang 29 3

14 SMPN 2 Talang Padang 14 2

15 SMPN 1 Sumberejo 13 2

16 SMPN 2 Sumberejo 12 1

17 SMPN 1 Air Naningan 11 1

18 SMPN 1 Pulaupanggung 25 3

19 SMPN 1 Ulu Belu 12 1

20 SMPN 2 Ulu Belu 4 -

21 SMPN 3 Ulu Belu 5 1

22 SMPN 1 Pugung 15 2

23 SMPN 2 Pugung 10 1

24 SMPN 3 Pugung 2 -

25 SMPN 1 Bulok 12 1

26 SMPN 2 Bulok 7 1

27 SMPN 1 Cukuhbalak 9 1

28 SMPN 2 Cukuh Balak 4 -

29 SMPN 3 Cukuh Balak 3 -

30 SMPN 1 Limau 9 1

31 SMPN 2 Limau 12 1

32 SMPN 1 Kelumbayan 4 -

33 SMPN 1 Kelumbayan Barat 9 1

Jumlah 390 40


(48)

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel bebas kompetensi manajerial kepala sekolah (X1) dan variabel bebas kompetensi supervisi kepala sekolah ( X2).

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat (Y) adalah Kinerja guru. Direktorat Tenaga Kependidikan Kemendiknas (2008) menjabarkan Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG) meliputi : (1) rencana pembelajaran (teaching plans and mat eri als) at au di sebut dengan R PP (R encana Pel aksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

3.4.3 Variabel Kinerja Guru (Y)

Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik guna mencapai tujuan institusi pendidikan. Selanjutnya disebut variabel Y dengan indikator-indikator: (1) perencanaan mengajar; (2) pelaksanaan pembelajaran; (3) evaluasi hasil belajar; (4) Disiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya; (5) mengembangkan bahan


(49)

40

ajar atau penulisan buku; (6) pelaksanaan tugas bimbingan akademik pada siswa; dan (7) Bekerja sama dengan seluruh warga sekolah.

Dari variabel kinerja guru disediakan 22 butir soal, sehingga secara teoritis skor yang diperoleh untuk variabel kinerja guru bervariasi antara skor minimal 22 sampai dengan skor maksimal 110.

3.4.4 Variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1)

Kompetensi manajerial kepala sekolah adalah persepsi guru terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah yang berhubungan dengan kemampuan kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Terkait dengan kinerja guru, maka kompetensi manajerial yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam mengelola guru dan proses pembelajaran dengan baik yang dapat dilihat dari indikator sebagai berikut; (a) memfasilitasi guru untuk mengembangkan standar kompetensi setiap mata pelajaran; (b) memfasilitasi guru untuk menyusun silabus setiap mata pelajaran; (c) memfasilitasi guru untuk memilih buku sumber yang sesuai untuk setiap mata pelajaran; (d) membimbing guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajar mengajar, (d) menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (e) mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; (f ) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (g) mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akun tabel, transparan dan efisien; (h) mengelola unit


(50)

layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah; (i) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah; 0) melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanakan proses pembelajaran dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut.

Dari variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah disediakan 22 butir soal, sehingga secara teoritis skor yang diperoleh untuk variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah bervariasi antara skor minimal 22 sampai dengan skor maksimal 110.

3.4.5 Variabel Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah (X2)

Kompetensi supervisi kepala sekolah adalah persepsi guru terhadap kompetensi supervisi kepala sekolah yang berhubungan dengan kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil supervisi.. Indikator kompetensi supervisi kepala sekolah adalah sebagai berikut; (a) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesinalisme guru; (b) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; (c) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Dari variabel kompetensi supervisi kepala Sekolah disediakan 22 butir soal, sehingga secara teoritis skor yang diperoleh untuk variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah bervariasi antara skor minimal 22 sampai dengan skor maksimal 110.


(51)

42

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Teknik Angket ( Kuesioner )

Menurut Sugiyono (2009:162) angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responder untuk menjawabnya. Teknik pengumpulan data penelitian variabel kinerja guru (Y), kompetensi manajerial kepala sekolah (X1), dan kompetensi supervisi kepala sekolah (X2) dengan menggunakan kuesioner (angket) model skala Likert.

Penyusunan kuesioner dilakukan dengan langkah-langkah: (1) pembuatan kisi-kisi berdasarkan indikator, (2) menyusun pernyataan/item sesuai kisi-kisi yang dibuat, dan (3) melakukan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing. Kuesioner (angket) dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan dengan lima alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju (ST), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot skor seperti Nampak pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Pembobotan variabel penelitian

No Variabel Pilihan

Jawaban

bobot nilai

1 2 3 4

1 Kinerja guru:

1 . Perencanaan mengajar SS 5

2. Pelaksanaan mengajar S 4

3. Penilaian/Evaluasi belajar RR 3

4. Pengembangan bahan ajar TS 2

5. Pemamfaatan media dan sumber belajar STS 1 6. Pelaksanaan bimbingan akedemik siswa


(52)

7. Bekerja sama dengan seluruh warga

sekolah

2 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah 1) memfasilitasi guru untuk mengembangkan

SKD MP SS 5

2) memfasilitasi guru untuk menyusun silabus

setiap mata S 4

3) memfasilitasi guru memilih buku sumber

yang sesuai MP RR 3

4) membimbing guru dalam mengembangkan

dan memperbaiki proses belajar mengajar TS 2 5) menciptakan budaya dan iklim sekolah

yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik

STS 1

6) mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal

7) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

8) mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,

tranfaran dan efisien

9) mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah 10)memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah

11)melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanakan proses

pembelajaran dengan prosedur yang tepat, Berta merencanakan tindak lanjut

3 Kompetensi supervisi Kepala Sekolah : 1) merencanakan program supervisi

akademik dalam rangka peningkatan profesinalisme guru

SS 5

2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat

S RR

4 3 3) menindaklanjuti hasil supervisi

akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

TS 2


(53)

44

3.5.2 Kisi-Kisi Instrumen

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan kajian teori dari setiap variabel penelitian dan berpedoman pada cara penyusunan butir angket yang baik. Selain itu digunakan pula, instrumen yang relevan dari penelitian-penelitian terdahulu. Setiap variabel tersebut memiliki indikator yang terdapat pada kisi-kisi. Kisi-kisi

masing-masing variabel dapat di lihat pada Tabel 3.2 berikut ini; Tabel 3.3 Kisi-kisi dan Jumlah Kuesioner Y, X1,dan X2

No Var Indikator

No Pernyataan

1 2 3 4

1. Perencanaan Mengajar 1,2,3,4

2. Pelaksanaan Mengajar 5,6.7,.8

3. Penilaian/Evaluasi Belajar 9,10,11,12

4. Pengembangan Bahan Ajar 13, 14,

5. Pemanfaatan Media Dan Sumber Belajar

15,16,17 6. Pelaksanaan Bimbingan Akademik

Siswa

18,19, 20 7. Bekerja Sama Dengan Seluruh Warga

Sekolah

21,22

Jml 7 indikator 22

Ki n er ja Gu ru (Y )


(54)

Kompet en si Manaje rial Kepal a S ek olah ( X1)

No Var Indikator

No Pernyataan

1 2 3 4

2

1) Memfasilitasi Guru Untuk Menyusun

Silabus Setiap Mata Pelajaran 1,2,3,4

2) Memfasilitasi Guru Memilih Buku

Sumber Yang Sesuai MP 5,6

3) Membimbing Guru Dalam

Mengembangkan Dan Memperbaiki

Proses Belajar Mengajar 7,8

4) Menciptakan Budaya Dan Iklim Sekolah Yang Kondusif Dan Inovatif Bagi Pembelajaran Peserta Didik

9,1

5) Mengelola Guru Dan Staf Dalam Rangka Pendayagunaan Sumber Daya

Manusia Secara Optimal 11,12

6) Mengelola Pengembangan Kurikulum Dan Kegiatan Pembelajaran Sesuai Dengan Arah Dan Tujuan Pendidikan

Nasional 13,14

7) Mengelola Keuangan Sekolah Sesuai Dengan Prinsip Pengelolaan Yang

Akuntabel, Transparan dan Efisien 15,16

8) Mengelola Unit Layanan Khusus Sekolah Dalam Mendukung Kegiatan Pembelajaran Dan Kegiatan Peserta

Didik Di Sekolah 17,18

9) Memanfaatkan Kemajuan Teknologi Informasi Bagi Peningkatan

Pembelajaran Dan Manajemen Sekolah 19,2

10) Metakukan Monitoring, Evaluasi, Dan

Pelaporan Pelaksanakan Proses Pembelajaran Dengan Prosedur Yang Tepat,Serta Merencanakan Tindak Lanjut.

21,22

Jml 11 Indikator 22

3 Kompet en si S u p er visi ( X2)

1) Merencanakan Program Supervisi Akademik Dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru.

1,2,3,4,5,6,7, 8 2) Melaksanakan Supervisi Akademik

Terhadap Guru Dengan Mengunakan Pendekatan Dan Teknik Supervisi Yang Tepat

9,10,11,12,13 ,14,15,16,

17 3) Menindaklanjuti Hasil Supervisi

Akademik Terhadap Guru Dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru.

18,19,20,21,2 2


(55)

46

3.5.3 Teknik Dokumentasi

Menurut Nazir (2003:328) studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian dimaksudkan sebagai cara pengumpulan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik dilokasi penelitian maupun diinstansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian.

3.6 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan tersebut benar-benar sahih dan handal. Valid atau sahih adalah untuk melihat apakah alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Reliabel atau handal adalah untuk melihat apakah suatu alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu dan tempat yang berbeda. Untuk melakukan uji coba maka perlu diperhatikan beberapa prosedur pelaksanaannya, yaitu :

a) Penentuan Uji Coba

Responder uji coba diambil dari luar sampel penelitian dalam populasi yang sama yang setara dengan sampel penelitian, yaitu Guru SMPN Kabupaten Tanggamus yang tidak menjadi sampel penelitian. Jumlah seluruh responder pada pelaksanaan uji coba adalah 20 orang.

b) Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba instrumen ini dilaksanakan pada Februari 2013 di SMPN Kabupaten Tanggamus


(56)

Analisis instrumen uji coba dilakukan untuk mengetahui dan memilih butir-butir Instrumen yang sahib dan handal. Butir-butir-butir instrumen yang memenuhi syarat tersebut yang akan digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan. 3.6.1 Uji Kesahihan Instrumen (Validitas)

Setelah data basil uji coba terkumpul, data tersebut dianalisis agar dapat membedakan butir-butir yang memenuhi syarat untuk dipilih menjadi instrumen yang sesungguhnya. Analisis butir dilakukan dengan menggunakan rumus

korelasi Product Moment dari Pearson: rhitung = ∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ } Dimana:

rhitung = Koefisien Korelasi

∑ = Jumlah skor item

∑ = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responder (Riduwan,2005)

Setelah nilai korelasi (rxy) diperoleh, kemudian nilai rxy dibandingkan dengan nilai rtabel,. Kaedah keputusannya sebagai berikut:

a. Jika rhitung > rtabel maka alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan adalah valid.

b. Jika rhitung < r tabel, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan adalah tidak valid.

Rumus yang digunakan untuk pengolahan, pengujian, maupun analisis data untuk membuktikan tingkat validitas dilakukan dengan alat bantu Program SPSS 16.00.


(57)

48 K ompe te n si man aj er ial Kepal a sekol ah ( X1)

Butir-butir yang dinyatakan gugur, akan direvisi kembali agar dapat dipergunakan setelah terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahlinya dalam hat ini pembimbing. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Program SPSS versi 16.0 for windows diperoleh hasil uji validasi ketiga variabel sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-kisi dan Jumlah Kuesioner X1, X2 dan Y Setelah Uji Coba N o Var Indikator Nomor pernyataan No yang tidak valid

1 2 3 4 5

1 1. Perencanaan mengajar 1,2,3,4 -

2. Pelaksanaan mengajar 5,6,7,8 7

4.Pengmbangan bahan ajar 13,14 16

5. pemamfaatan media dan sumber belajar 15,16,17 - 6. Pelaksanaan bimbingan akademik siswa 18,19,20 -

7. Bekerja sama dengan seluruh warga

sekolah 21,22

-

Jml 7 indikator 22 2

2 1) memfasilitasi guru untuk

mengembangkan SKID MP 1,2 -

2) memfasilitasi guru untuk menyusun

silabus setiap mata pelajaran 3,4 3

3) memfasilitasi guru memilib buku sumber

yang sesuai MP 5,6 -

4) menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik 9,1 -

5) Mengelola guru dan staf dalam rangka

pendaya gunaan 11,12 - 6) sumber daya manusia secara optimal

7) menegelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

13,14

-

8) mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien

15,16

- 9) mengelola unit layanan khusus sekolah

dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah

17,18 -


(1)

signifikan dengan variabel terikatnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah.

5.2.1 Meningkatkan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Persepsi guru atas kompetensi manajerial kepala sekolah adalah pandangan guru terhadap implementasi kompetensi manajerial kepala sekolah di tempat guru tersebut bertugas. Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi guru atas kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Kepala sekolah yang memiliki kompetensi manajerial akan menunjukkan perilaku dan mampu untuk mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input sekolah, mengembangkan proses sekolah, memiliki pemahaman terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM), melaksanakan SPM secara tepat, serta memahami lingkungan sekolah sebagai bagian dare sistem sekolah yang bersifat terbuka. Kompetensi manajerial kepala sekolah yang baik akan membawa sikap positif pada guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran, karena guru merasa nyaman dan tidak ada unsur tekanan dalam melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas kepala sekolah dituntut untuk senantiasa melakukan peningkatan kompetensi manajerial yang dimilikinya secara terus menerus dengan cara mengikuti workshop, pelatihan, seminar-seminar dan lain-lain, sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara optimal.


(2)

81

5.2.2 Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi pengajaran pada dasarnya mengandung makna praktis yaitu bantuan profesional yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dalam membelajarkan siswa di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas. Sebagai pemimpin pendidikan dan pengelola sekolah tertinggi dalam lembaga pendidikan, kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi yang baik. Kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang kepala sekolah khususnya dalam memahami apa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor.

Menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode, dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka, oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu meningkatkan kompetensi supervisi melalui pelatihan, workshop, seminar-seminar dan lain-lain, sehingga berdampak kepada peningkatan kinerja guru serta mutu pendidikan di lingkungan sekolah tersebut. 5.3 Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang siginifikan dari kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru, Hal menunjukkan pula bahwa kinerja guru SMPN Kabupaten Tanggamus berada pada katagori baik, berkaitan dengan temuan tersebut maka peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut.


(3)

5.3.1 Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus

Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus, yang membawahi SMP Negeri se-Kabupaten Tanggamus hendaknya tetap melakukan pembenahan sistem pembinaan kepala sekolah yang lebih baik untuk menjamin dihasilkannya kualitas terbaik kepala sekolah. Dilihat dari posisi dan peran kepala sekolah yang sangat stategis terhadap peningkatan mutu sekolah, kepala sekolah memerlukan kompetensi manajerial dan supervisi yang tinggi, agar mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan kepala sekolah hendaknya lebih berorientasi pada pembentukan dan pemberdayaan kemampuan manajerial dan supervisi kepala sekolah yang profesional, lingkungan kehidupan pendidikan, dinamika adaptasi yang tinggi terhadap berbagai perubahan, pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual, pengembangan dedikasi kependidikan, komitmen dan sebagainya.

5.3.2 Kepala Sekolah

Kepala Sekolah sebagai pengelola dan pemimpin Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dengan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilannya. Disamping itu Kepala Sekolah sebagai penentu kebijakan, hendaknya dalam merumuskan dan menetapkan kebijakannya harus dilakukan secara cerdas bukan hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas secara emosi sehingga semua keputusannya menjadi inspirasi bagi seluruh warga sekolah. Kepala Sekolah harus benar-benar memahami fungsinya sebagai edukator, manajer, supervisor, leader, inovator dan motivator, karena itu dalam setiap kinerjanya harus selalu melakukan self evaluation, atau perbaikan secara terus


(4)

83

menerus. Pada akhirnya, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah bersama-sama membangun budaya mutu di sekolah dengan bermodalkan kompetensi kepala sekolah dan kinerja guru yang optimal.

5.3.3 Guru

Agar guru selalu meningkatkan kinerjanya sehingga berimplikasi terhadap produktivitas kerja. Kinerja seorang guru akan terlihat dari proses dan hasil kerja yang dilandasi dengan keikhlasan, kejujuran, kesabaran, ketrampilan, rasa tanggung jawab, kecintaan terhadap profesinya dan amanah yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya.

5.3.4 Peneliti

Saran untuk penelitian lain supaya memperhatikan landasan teori yang sudah ada. Baik grandteory maupun teori yang sudah baku untuk memudahkan pembuatan kisi-kisi instrument, penentuan sampel dan analisis datanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Alben.(2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandar Bandung: PPS

Brown, and Bourne, I. (2005). The Social Work Supervisor. Supervisor Cipta.

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. Danim, Sudarwan, 2010. Kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan

denies, Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Alfabeta. Bandung. Hersey, Paul and Blanchard. Kenneth H. (1993), Management

Organizational Behavior, Utilizing Home Resources, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

in Community, Day Care and Residential Settings.Buckingha: Lampung.Penerbit Universitas lampung.

Makmun. Abin Syamsuddin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Masri. S dan Effendi. (2003). Metode Penelitian Survei LP3ES: Jakarta. Mulyasa. E. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Galia. Jakarta. Open University Press.

Rahman, dkk. (2005). Peran Stralegis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfaprint Jatinangor

Riduwan. (2005). Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta.


(6)

Robbins. (2003). Perilaku Organisasi, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Sagala, S. (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Satori, Djam'an. (2000). Makalah Pengembangan Kepala Sekolah.

Soetjipto dan Kosasi, R. (2004). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Sugivono. (2009). Metode Penelitian Administrasi Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineke Cipta. Jakarta

Sulistyirini. (2001). Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan

Suyanto dan Hisyam. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium. Yogyakarta: Adi Cita.

UPI (2006 ). Su per vi s i Akad emi k dan Pe nj ami nan Mut u dal a m Pendidi kan Persekol ahan. Kol eksi Materi Perkul iahan Supervi si Pendidikan IPA SPs Bandung: tidak diterbitkan.

Wahjosumidjo.2002. Kepemimpinan Kepala sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada