Peristiwa-Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Bab IV. Peristiwa-Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

5 9 Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia telah dilalui dengan sangat berat, baik perjuangan fisik maupun diplomasi. Berbagai pertempuran antara tentara dan rakyat Indonesia dengan tentara Belanda terjadi di mana-mana. Perjuangan diplomasi sebagai alternatif untuk menyelesaikan KEUTUHAN NEGARA KESATUAN RI PENGAKUAN KEDAULATAN REPUBLIK INDONESIA PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR PERISTIWA-PERISTIWA EKONOMI USAHA-USAHA PEMERINTAH MEWUJUDKAN STABILITAS NASIONAL PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN BAB IV PETA KONSEP Kedaulatan, demokrasi, politik, ekonomi, liberal, serikat, terpimpin, perjuangan, diplomasi, seperatis, integrasi, kerja sama, keadilan, dan persamaan. K ATA K U N CI Setelah mempelajari Bab ini, kalian diharapkan memiliki kemampuan untuk menyebutkan peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia antara tahun 1950-1965, serta menjelaskan hubungannya dengan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX 6 0 masalah antara RI dan Belanda, akhirnya mengalami kegagalan karena Belanda selalu mengingkari isi perjanjian yang telah ditandatangani. Sebagai langkah untuk menyelesaikan pertikan antara RI dan Belanda, UNCI memprakarsai diselenggarakannya KMB yang diikuti delegasi dari RI, FBO, dan Belanda. Salah satu isi KMB adalah Belanda mengakui RIS sebagai negara merdeka dan berdaulat. Apakah pengakuan kedaulatan pemerintah Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia dapat diartikan bahwa perjuangan bangsa Indonesia telah selesai? Tentu tidak, karena bangsa Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan menuju kehidupan yang domokratis, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila. Beberapa peristiwa politik dan ekonomi yang terjadi pasca pengakuan kedaulatan merupakan bukti perjuangan panjang bangsa Indonesia.

A. Terbentuknya RIS

Sebagai realisasi dari perjanjian Roem-Royen, UNCI memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar KBM di Den Haag, Belanda. Konferensi berlangsung dari tanggal 23 Agustus – 2 Nopember 1949. Konferensi diikuti delegasi dari RI, FBO, dan Belanda. Pada tanggal 4 Agustus 1949, pemerintah RI membentuk delegasi untuk mengikuti KMB yang terdiri dari Drs. Moh. Hatta Ketua, dan para anggota: Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Supomo, dr. J. Leimena, Mr. Ali Sastroamidjojo, Ir. Djuanda, dr. Sukiman, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, Kolonel TB Simatupang, dan Mr. Muwardi. Delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin oleh J.H. Van Maarseveen. Sedangkan yang bertindak sebagai penengah adalah wakil dari UNCI yanf terdiri dari Critley, R. Heremas, dan Merle Conhran. Hasil dari KMB adalah sebagai berikut: 1. Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali; 2. Indonesia akan membentuk negara sekrikat RIS dan merupakan uni dengan Belanda; 3. RIS akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan konsesi atau jaminan dan izin baru bagi perusahaan-perusahaan Belanda; 4. RIS harus menanggung semua hutang Belanda yang dibuat sejak tahun 1942; 5. Status Karesidenan Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu satu tahun. Sementara KBM sedang berlangsung, RI dan FBO menandatangani perjanjian tentanf Konstitusi RIS pada tanggal 29 Oktober 1949. Perjanjian itu dituangkan dalam sebuah piagam yang ditandatangani wakil-wakil RI dan negara-negara atau daerah-daerah yang akan menjadi anggota RIS. Berdasarkan Konstitusi RIS, negara berbentuk federasi dan terdiri dari daerah-daerah di seluruh Indonesia, yaitu: 1. Negara RI yang meliputi seluruh wilayah menurut Perjanjian Renville; 2. Negara-negara bentukan Belanda menurut hasil Konferensi Malino, yaitu:

Bab IV. Peristiwa-Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan