Uji Hipotesis Uji Linieritas

bahwa variabel kecerdasan emosi dan psychological well being memberikan pengaruh terhadap perilaku agresi sebesar 38,7. Hal tersebut menunjukkan bahwa 38,7 dari total varians perilaku agresi dapat dijelaskan secara simultan oleh kecerdasan emosi dan psychological well being. Beberapa hasil penelitian sebelumnya secara parsial juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh signifikan negatif terhadap perilaku agresif Fefriasari, 2010; Dewi, 2012, Kurniasari, 2014; dan Arini, 2016. Sementara hasil penilaian kecerdasan emosi dalam penelitian ini menunjukkan, bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki responden mayoritas dalam kategori sedang. Temuan hasil penelitian tersebut menunjukkan, bahwa terdapat beberapa hal dalam kecerdasan emosi responden yang dinilai sedang. Adapun beberapa hal yang menunjukkan tingkat kecerdasan emosi responden sedang, yaitu: 1 Kurang dapat menyakinkan diri untuk tenang ketika berada dalam kesulitan point 9, 2 Tidak mudah untuk melepaskan diri dari perasaan kecewa, sedih, atau marah yang berlarut- larut poin 14, 3 Kurang dapat menyemangati diri sendiri saat hambatan menghadang poin 17. Temuan hasil penelitian ini setidaknya memberikan dukungan pada pendapat Goleman 2002, bahwa individu yang tidak dapat mengelola emosinya dengan baik lebih cenderung merasa tertekan karena ia sulit bangkit dari kegagalan, yang berakibat pada munculnya perilaku destruktif baik ke dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya. Ciri berbeda dimiliki oleh inidivdu yang dapat mengelola emosinya, yaitu ia dapat segera bangkit dari kegagalan yang ia rasakan, mampu mengenali emosi diri, mengolah emosi dengan baik, memotivasi diri dengan mengedepankan rasa optimisme, dan harapan, serta dapat mengenali emosi orang lain serta menjaga hubungan dengan orang lain. Goleman 2002 juga menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki kemampuan ini adalah memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mampu menghadapi keadaan yang sulit, cukup terampil dan fleksibel dalam menemukan cara agar sasaran tercapai dan mampu memecahkan masalah berat menjadi masalah kecil yang mudah dijalankan. Perilaku agresi yang muncul pada anak-anak jalanan salah satunya diakibatkan oleh kecerdasan emosi yang berada dalam kategori sedang. Anak-anak jalanan yang cenderung berada di lingkungan yang sama secara terus menerus tidak memiliki informasi ataupun pengetahuan mengenai membangun pemikiran optimisme, motivasi diri, dan penyelesaian masalah yang tepat. Hal ini berakibat pada rendahnya harapan mereka tentang diri mereka di masa depan, dan cara penyelesaian masalah yang tidak tepat. Anak-anak jalanan kemudian mengkonsumsi obat-obatan terlarang karena dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu sebagian anak menggunakannya untuk menumbuhkan keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan Huijben 1999. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Setara 2000 yang mengungkapkan 62,5 anak jalanan perempuan mengkonsumsi minuman keras dan pil. . Temuan hasil penelitian ini juga sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang juga menyatakan bahwa pyschological well being berpengaruh signifikan terhadap perilaku agresif anak jalanan Crick and Dodge, 1994; Crick and Grotpeter, 1995; Valois, Zullig, Huebner, Drane, 2001, Dwivedi Harper, 2004; Permatasari, 2014; Abed et all, 2016; Pakdaman et all, 2016. Sementara hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pyschological well being anak jalanan mayoritas dinilai dalam kategori sedang. Sesuai dengan hasil penelitian hal-hal dominan yang menyebabkan pyschological well being dinilai sedang, yaitu: 1 Kurang memiliki sikap positif pada diri sendiri poin 2, 2 Sedikit teman untuk berbagi perasaan poin 6, 3 Merasa lelah melakukan semua hal yang harus dilakukan dalam hidup poin 14. Temuan hasil penelitian ini setidaknya sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Ryff 1989, bahwa dasar untuk memperoleh kesejahterahan psikologis adalah individu yang secara psikologis dapat berfungsi sacara positif. Komponen individu yang mempunyai fungsi psikologis yang positif antara lain adalah memiliki hubungan positif dengan orang lain, dan penguasaan lingkungan. Individu yang mampu untuk mengelola hubungan interpersonal secara emosional dan adanya kepercayaan satu sama lain sehingga merasa nyaman. Selain itu adanya hubungan positif dengan orang lain juga ditandai dengan memiliki kedekantan yang berarti dengan orang yang tepat significant others. Ryff 1989 juga mengatakan bahwa dalam teori perkembangan, penguasaan lingkungan ditekankan dengan adanya seseorang mampu mengendalikan lingkungannya serta merubahnya secara kreativitas fisik maupun mental. Hal ini mengkombinasikan sudut pandang yang menganggap bahwa partisipasinya secara aktif dan penguasaan lingkungan merupakan aspek yang penting dalam rangka kerja mengenai berfungsinya aspek psikologisnya secara positif. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data peneliti memberikan simpulan sebagai berikut : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan pyschological well being berpengaruh signifikan secara simultan terhadap perilaku agresif anak jalanan di Kota Salatiga, sehingga kecerdasan emosional dan psychological well being dapat menjadi prediktor perilaku agresif. Sumbangan efektif variabel kecerdasan emosional dan psychological well being terhadap perilaku agresif sebesar 38,7. Saran Sesuai dengan analisis, pembahasan dan simpulan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Anak Jalanan Berdasarkan hasil penelitian ini penulis berharap agar anak jalanan dapat lebih mengembangkan diri dalam hal-hal yang positif seperti memilih lingkungan untuk bersosialisasi, mengenali diri sendiri, melakukan kegiatan yang lebih produktif bagi diri sendiri dan sekitarnya sehingga diharapkan memiliki kecerdasan emosional dan psychological well being yang lebih baik. 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dan pertimbangan bagi masyarakat untuk dapat lebih memperhatikan anak jalan dengan melakukan pendekatan personal sehingga diharapkan anak jalanan nanti memiliki role model atau figur bagi diri mereka sendiri. Selain itu masyarakat juga dapat berperan untuk memberikan arahan terkait dengan kecerdasan emosi pada anak jalanan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil peneilitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pertimbangan bagi peneliti yang akan melakukan penilitian tentang kecerdasan emosi dan psychological well being serta kaitannya terhadap perilaku agresif. Selain itu penelitian ini juga terbatas karena hanya meneliti kaitan antara dua variabel bebas yaitu kecerdasan emosi dan psychological well being terhadap perilaku agresif. Dengan demikian masih ada variabel lain yang turut memberi pengaruh pada perilaku agresif yang belum dijelaskan oleh penulis. Karena itu penulis merekomendasikan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan mempertimbangkan variabel-variabel lain. DAFTAR PUSTAKA Agustian, A. G. 2007. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual esq: emotional spiritual quotient berdasarkan 6 rukun iman dan 5 rukun islam. Jakarta: Arga Publishing. Ardani, Rahayu, A., Sholichatun. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Arikunto., Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta : Bina Aksara. Buss, A. H., Perry, M. 1992. The agression questionnare. Journal of personality social personality 63 3, 452-459. The American Psychological Assosiation Compton., William, C., Hoffman, H. 2005. Positive psychology the science of happiness and flourishing. USA: Jon-David Hague. Compton., William, C. 2005. Introduction to positive psychology. USA: Thomson Learning. Depdikbud. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Efendi., Usman., Juhaya S. Praja. 1985. Pengantar psikologi. Bandung: Angkasa. Elizabeth, C., Hunter. “hopelessness and future thinking in parasuicide: The role of perfectionism , ory C., O’connor 2003. British journal of clinical psychology, 42, 355 –365. Erikson. 1995. Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga. Feist, J., Feist, J. G. 2010. Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika. Ghozali, I. 2004. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: BP Undip. Goleman., Daniel. 2005. Working with emotional intelligence: kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Goleman., Daniel. 2009. Emotional intelegence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gottlieb, B. H. 1983. Social support strategies, Beverly Hills, CA : Sage Publication, Inc. Hauser, R. M., Springer, K. W., Pudrovska, T. 2005. Temporal structures of psychological well being. Hegelson., Cohe. 1996. Health psychology social support and patient adherence to medical. American psychological association, 23 2, 207 –218. Huraerah., Abu, M. Si. 2006. Kekerasan terhadap anak. Bandung: Nuansa. Hurlock., Elizabeth. B. 1980. Developmental psychology a life-span approach. New Delhi: Tata Mcgraw-hill Publishing Company ltd. Kisni, T. D., Hudaniyah. 2001. Psikologi sosial jilid 1. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press. Koeswara, E. 1988. Agresi manusia. Bandung: PT. Eresco. Lemme, B. H. 1995. Development in adulthood. Boston : Allyn Bacon. Malik, Muh., Anas. 2007. Pengantar psikologi sosial. Makassar: Badan Penerbit UNM. Nggermanto, A. 2002. Quantum quotient kecerdasan quantum: cara cepat melejitkan iq, EQ dan SQ secara harmonis. Bandung: Penerbit Nuansa. Notoatmodjo., Soekidjo, 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Oetami., Putri., Kwartarini., Yuniarti, W. 2011. Orientasi kebahagiaan siswa SMA, tinjauan psikologi indigenous pada siswa laki-laki dan perempuan. Journal of humanitas. 72, Agustus 2011. Primasari, A. 2012. What make teenagers happy? An exploratory study using indigenous psychology approach. International Journal of Research Studies in Psychology. 12, 53-61. Putri., Adelia, K. 2012. Sadness as perceived by Indonesian male and female adolescents. International Journal of Research Studies in Psychology. 11, 27-36. Ritonga, R. 1997. Statistika untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian. Jakarta: Lembaga. Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development – Edisi Kelima – Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga Saphiro., Lawrence, E. 1998. Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., Sarason, B. R. 1983. Assessing social support: the social support questionnaire. Journal of personality and social psychology, 44 1, 127-139. Sarwono, S. W. 2002. Psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Seligman. 2005. Authentic happiness oleh jalaludin rahmad. Jakarta: Mizan. Setiabudhi., Tony., Hardywinarto. 2002. SKM anak unggul berotak prima. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Snyder, C. R., Lopes, S. J. 2002. Handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press. Zamzami, A. 2007. Agresifitas siswa SMK DKI Jakarta. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, tahun ke-13, 069.