BAGIAN V INTERNASIONAL
Pasal 27 Kredit Pajak Luar Negeri
27.1 Tertunduk pada Pasal ini, seorang penduduk wajib pajak berhak mendapat
kredit dari pajak penghasilan yang dibayarkan di luar negeri oleh wajib pajak itu berkenaan dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri itu;
kredit itu dimasukkan di dalam penghasilan kena pajak dari wajib pajak tersebut dalam suatu tahun pajak. Kredit itu disebut ‘kredit pajak luar
negeri’ foreign tax credit.
27.2 Kredit pajak luar negeri itu diperhitungkan terpisah bagi setiap negara asing
tempat asal penghasilan bagi wajib pajak itu. Peraturan dalam Pasal 3 berlaku dalam menentukan negara tempat asal penghasilan itu dengan dasar
bahwa sebutan dalam Pasal 3 mengenai Timor Lorosae adalah sebutan bagi negara asing yang relevan.
27.3 Jumlah kredit berkenaan dengan penghasilan dari sumber-sumber di negara
asing itu terbatas pada pajak tertagih di Timor Lorosae untuk penghasilan itu. Tidak ada pengurangan atau pengalihan ke tahun berikut dari kredit
pajak luar negeri yang kelebihan.
27.4 Besarnya pajak luar negeri yang dibayarkan harus dibuktikan dengan bukti-
bukti yang benar, seperti bukti pembayaran pajak, surat bukti pembayaran pajak yang ditahan, atau dokumen serupa lainnya yang dapat diterima oleh
Komisioner untuk keperluan ini.
27.5 Pengeluaran-pengeluaran yang boleh dibebankan sebagai biaya yang terjadi
waktu memperoleh penghasilan dari sumber-sumber di luar negeri hanya boleh dipotong dari penghasilan tersebut. Jika pengeluaran yang dibebankan sebagai
biaya itu melebihi penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber di luar negeri dalam sesuatu tahun pajak, maka jumlah kelebihan adalah kerugian di luar negeri
negeri asing itu dan diperbolehkan sebagai pengurangan bagi penghasilan dari sumber-sumber di negeri itu sampai habis untuk paling lama lima tahun pajak.
Jika seorang wajib pajak mempunyai kerugian di luar negeri yang dialihkan ke tahun berikutnya selama lebih dari satu tahun, maka kerugian dari tahun yang
lebih dahulu itulah yang harus dijadikan pengurangan terlebih dahulu.
BAGIAN VI PAJAK PENGHASILAN KENA POTONG