49
Pasal 60
1 Setiap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf a, huruf b, huruf
d, huruf e, huruf f, dan huruf g, dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi; e. pencabutan izin;
f.
pembatalan izin; g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan i.
denda administratif. 2
Setiap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf c, dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan; f.
pemulihan fungsi ruang; dan g. denda administratif.
Pasal 61
1 Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati. 2 Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu Peran Masyarakat
Pasal 62
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap : a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan c. pengendalian pemanfaatan tata ruang.
Pasal 63
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa : a. masukan mengenai :
50
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang; 2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan; 4. perumusan konsepsi rencana tata ruang, danatau
5. penetapan rencana tata ruang. b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, danatau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Pasal 64
1 Pemerintah danatau pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang dapat
secara aktif melibatkan masyarakat. 2
Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah yang terkena dampak langsung dari kegiatan penataan ruang, yang memiliki keahlian di bidang
penataan ruang, danatau yang kegiatan pokoknya di bidang penataan ruang.
Pasal 65
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa: a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, danatau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan local dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 66
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa: a. masukan terkait arahan danatau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi; b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan; c. pelaporan kepada instansi danatau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang
melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
51
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Bagian Kedua Kelembagaan
Pasal 67
1 Dalam rangka mengoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama
antar sektor bidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
2 Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN