ARAHAN SANKSI Perda No 3 Tahun 2010

2 Wewenang PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang; d. memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana penataan ruang; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti, pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa indentitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana penataan ruang; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang menurut hukum yang bertanggung jawab. 3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut unum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XI ARAHAN SANKSI

Pasal 75 1 Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat 2 huruf d yang diberikan atas pelanggaran peraturan daerah tentang RTRW provinsi yaitu sanksi administratif danatau sanksi pidana. 2 Bentuk pelanggaran pemanfaatan ruang berupa : a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi; b. pelanggaran ketentuan arahan pengaturan zonasi sistem provinsi; c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan sesuai peraturan daerah ini; d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWP Nusa Tenggara Barat; e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWP Nusa Tenggara Barat; f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar. 3 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang dikenakan terhadap bentuk pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur lebih lanjut oleh Bupati danatau Walikota. 4 Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang dikenakan terhadap bentuk pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pasal 76 1 Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat 2 huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administrasi berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi; e. pencabutan izin; f. pembatalan izin; g. pembongkaran bangunan; h. pemulihan fungsi ruang; danatau i. denda administratif. 2 Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat 2 huruf c dikenakan sanksi administrasi berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi; e. pembongkaran bangunan; f. pemulihan fungsi ruang; danatau g. denda administratif.

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN