Prinsip-Prinsip Dalam Implementasi Pro Poor Budgeting

159 Jurnal Studi Pemerintahan Vol.2 No.1 Februari 2011 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Cara pandang institusional melihat bahwa marjinalisasi masyarakat miskin dalam anggaran terjadi karena substansi dan desain kebijakan anggaran yang tidak responsif terhadap mereka. Karena itu, cara pandang ini merekomendasikan perlunya reformasi kebijakan anggaran agar fungsi- fungsi anggaran yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi bersifat efisien, efektif, akuntabel, transparan dan responsif terhadap masyarakat miskin. Reformasi kebijakan itu mencakup desain alokasi anggaran, mekanisme perencanaan dan penganggaran, lembaga-lembaga pengelola keuangan, mekanisme pengawasan, sistem informasi dan sebagainya. Keempat , anggaran yang mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat miskin identik dengan anggaran yang demokratis Hardojo, 2008: 39- 44. Masyarakat miskin dan perempuan mempunyai suara, akses, dan kontrol terhadap anggaran mulai dari tahap perencanaan sampai dengan evaluasi Rinusu dan Mastuti, 2003: 27. HASIL DAN ANALISIS

1. Prinsip-Prinsip Dalam Implementasi Pro Poor Budgeting

Pemerintah daerah melalui perspektif desentralisasi mengajarkan tentang prinsip membawa negara lebih dekat kepada masyarakat World Development Report , 2007 yaitu mendekatkan kekuasaaan, tata pemerintahan, pelayanan publik, dan perencanaan dan penganggaran dari negara kepada masyarakat atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Desentralisasi memungkinkan pengelolaan sumber daya kekuasaan, kebijakan, pelayanan, perencanaan, anggaran berlangsung secara demokratis di aras lokal Hardojo dkk, 2008: 43. Prinsip-prinsip anggaran yang mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat miskin pro poor budgeting meliputi mengelola anggaran secara transparan, partisipatif, efektif, efisien dan adil serta mempunyai mempunyai derajat akuntabel Berek, 2006: 373. Transparan merupakan konsep yang penting, karena hal ini sejalan dengan semangat dari pengembangan praktik good governance. Praktik good governance juga mensyaratkan adanya ketransparanan dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan termasuk yang berkaitan dengan anggaran. Pemerintah dituntut untuk terbuka dan menjamin kemudahan bagi stake- holders terhadap berbagai informasi tentang proses kebijakan, alokasi Politik Anggaran Pendidikan Yang Minus Keberpihakan FATHUR RAHMAN http:dx.doi.org10.18196jgp.2011.0008 160 Jurnal Studi Pemerintahan Vol.2 No.1 Februari 2011 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ anggaran untuk pelaksanaan kebijakan, dan pemantauan serta evaluasi pelaksanaan kebijakan Dwiyanto; 229. Selain itu, Christensen 1995; 256 mempunyai penilaian, bahwa transparansi anggaran dari tata pemerintahan mempunyai nilai strategis. Hal ini karena kebijakan anggaran menunjukkan bagaimana perilaku pemerintah kabupaten atau kota dalam mengalokasikan anggaran untuk membiayai program-program masyarakat. Informasi tentang tindakan pemerintah, seperti alasan yang melatarbelakangi tindakan, bentuk tindakan, waktu dan cara melakukan tindakan, harus tersedia bagi stakeholders dan masyarakat luas Dwiyanto, 229. Dengan memiliki akses terhadap berbagai jenis informasi itu maka masyarakat dan stakeholders akan dapat menilai apakah pemerintah telah benar-benar mengabdi pada kepentingan masyarakat atau kepentingan pihak lain. Masyarakat dan stakeholders dapat menilai sejauh mana keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan mereka dan mengambil sikap dalam merespon kebijakan yang diambil oleh pemerintah tersebut. Berkaitan dengan alokasi anggaran, masyarakat memiliki hak untuk mengakses informasi tentang jumlah anggaran yang dialokasikan untuk suatu kegiatan termasuk alasan yang melatarbelakanginya. Masyarakat perlu mengetahui seberapa besar perhatian pemerintah terhadap kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Dengan memiliki akses terhadap informasi anggaran maka mereka dapat meniilai seberapa banyak uang yang dimiliki oleh pemerintah digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat Dwiyanto, 230. Masyarakat dapat mengetahui apakah pemerintah membelanjakan uangnya untuk kepentingan masyarakat atau hanya untuk kepentingan pihak lain, seperti pengusaha dan kelompok tertentu. Sedangkan prinsip partisipatif dalam anggaran yang mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat miskin ketika masyarakat atau warga negara sebagai stakeholders utama terlibat dalam proses formulasi, implementasi dan evaluasi anggaran. Partisipasi dalam proses penganggaran yang mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat miskin sebagai salah satu cara untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa pembuatan anggaran tersebut dilahirkan dari proses demokratis. Dengan demikian, maka akan diperoleh keuntungan-keuntungan Wagle, 2000: 214 yang dapat diraih oleh pemerintah dan masyarakat. Pertama, Politik Anggaran Pendidikan Yang Minus Keberpihakan FATHUR RAHMAN http:dx.doi.org10.18196jgp.2011.0008 161 Jurnal Studi Pemerintahan Vol.2 No.1 Februari 2011 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ adanya peningkatan kualitas anggaran sebagai hasil dari proses kebijakan publik oleh pemerintah. Peningkatan kualitas kebijakan gilirannya akan menguntungkan masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Kedua , adanya pemerintah yang kuat dalam arti peningkatan kapasitas kelembagaan akan berimplikasi terhadap peningkatan dukungan masyarakat terhadap pemerintah. Bahkan menurut Glicken 1999: 302 yang mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan publik akan memberikan keuntungan yaitu kontribusi terhadap peningkatan kompetensi para pembuat keputusan melalui pengembangan pembuatan kebijakan yang berkualitas, memberikan legitimasi yang lebih besar terhadap keputusan-keputusan yang dibuat, memberikan citra positif sebagai masyarakat yang demokratis.

2. Prakondisi Menuju Pro Poor Budgeting

Dokumen yang terkait

KELANGSUNGAN DAN PERLAWANAN POLITIK IDENTITAS DALAM BINGKAI KEADABAN DEMOKRASI | Qodir | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 174 1208 1 PB

0 0 32

SISTEM DEMOKRASI: MARKETING POLITIK DAN JAMINAN KEBENARAN INFORMASI | Poerwadi | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 173 1119 1 PB

0 0 26

POLITIK KEAMANAN JAGOAN MADURA | Raditya | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 170 1116 1 PB

0 0 36

PRAGMATISME POLITIK: STUDI KASUS PROSES REKRUTMEN POLITIK PDI-P PADA PILKADA, KABUPATEN SLEMAN | Mahadi | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 168 1114 1 PB

0 0 34

Epistimologi Politik : Studi Atas Politik Hukum Undang-Undang Perbankan No. 10/1998 | Said | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 155 1188 1 PB

0 0 14

Menguatnya Politik Identitas Di Ranah Lokal | Haboddin | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 152 1186 1 PB

0 0 19

Rationalism and the Future of Islamic Politics in Indonesia | Shalihin | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 117 1173 1 PB

0 0 19

Capacity Building in Local Government | Triana | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 114 1170 1 PB

0 0 18

The Growth of E-Government in the Government of Yogyakarta City | Wibowo | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 126 1142 1 PB

0 0 18

Educational Governance Today | Behrens | Jurnal Studi Pemerintahan: Journal of Government and Politics 7 1151 1 PB

0 0 14