Patofisiologi 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE | Karya Tulis Ilmiah

4. Diabetes mellitus DM Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral. 5. Usia lanjut Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak. 6. Polocitemia Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun. 7. Peningkatan kolesterol lipid total Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak. 8. Obesitas Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak. 9. Perokok Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis. 10. kurang aktivitas fisik Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah embuluh darah menjadi kaku, salah satunya pembuluh darah otak.

D. Patofisiologi 1.

Stroke non hemoragik Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. 2. Stroke hemoragik Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. E. Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang terkena. 1. Pengaruh terhadap status mental  Tidak sadar : 30 - 40  Konfuse : 45 dari pasien biasanya sadar 2. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:  Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia 30-80  Afasia bila mengenai hemisfer dominant 35-50  Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant30 3. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:  hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai 30-80  inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena 4. Daerah arteri serebri posterior  Nyeri spontan pada kepala  Afasia bila mengenai hemisfer dominant 35-50 5. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:  Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak  Hemiplegia alternans atau tetraplegia  Kelumpuhan pseudobulbar kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa: 1. Stroke hemisfer kanan  Hemiparese sebelah kiri tubuh  Penilaian buruk  Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan 2. stroke hemisfer kiri  mengalami hemiparese kanan  perilaku lambat dan sangat berhati-hati  kelainan bidang pandang sebelah kanan  disfagia global  afasia  mudah frustasi

F. Pemeriksaan diagnostik