Hubungangan Umur dengan Carpal Tunnel Syndrome

30-60 tahun. Seperti diketahui bahwa perajin yang usianya diatas 30 tahun sebanyak 63,4 dari total responden. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan umur dengan Carpal Tunnel Syndrome CTS mungkin dikarenakan jam kerja yakni 7-8 jam tanpa adanya perbedaan antara pekerja yang berumur tua maupun muda. Sedangkan pada umur paruh baya atau tua kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat. Karena saat sebuah otot berkonstraksi, sebagai contoh memelintir dan melakukan gerakan fleksi pergelangan tangan, terjadi penambahan luas otot berlebihan yang dapat memicu timbulnya kelainan musculoskeletal termasuk salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome. Hasil ini sejalan dengan penelitian penelitian Rovita Nur Fitriani yang menunjukan adanya risiko CTS pada usia ≥ 30 tahun. 4 Semakin tuanya seseorang cairan synovial akan berkurang sehingga bisa menyebabkan pembengkakan pada bagian persendian. 5 Selain itu semakin tua, tingkat imunitas seseorang akan semakin berkurang. Dengan kondisi seperti ini dapat membatasi fungsi dari pergelangan tangan dan tangan itu sendiri yang akan berdampak pada menurunya kinerja serta motivasi untuk bekerja. Berdasarkan hal tersebut sebaiknya perusahaan malakukan upaya promotif dengan membuat poster mengenai senam pada pergelangan tangan. Sedangkan bagi perajin batik sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat dengan semaksimal mungkin mengistirahatkan pergelangan tangan dan sebelum mulai bekerja lagi harus melakukan senam pemanasan selama lima menit untuk meregangkan otot. Selain itu sebaiknya juga diadakan senam pagi bagi para pekerja yang dapat dilakukan satu kali dalam seminggu dan setelah melakukan senam sebaiknya selalu mengingatkan pekerja untuk selalu melakukan senam pada pergelangan tangan sebelum melakukan pekerjaan dan diwaktu jeda istirahat. B. Hubungan Jenis Kelamin dengan Carpal Tunnel Syndrome Dalam penelitian ini dari 93 responden jenis kelamin terbanyak sebesar 51,6 adalah laki-laki. Dalam hubungan jenis kelamin dengan Carpal Tunnel Syndrome CTS banyak ditemukan pada responden dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 29. Dalam penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome. Namun terdapat perbedaan dengan data dari National Health Interview Study NIHS yang menyatakan prevalensi CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5 untuk wanita dan 0,6 untuk laki-laki. Sedangkan pada penelitian Lusianawaty Tana pekerja perempuan dengan CTS lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan pekerja laki –laki. 6 Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome CTS pada penelitian ini mungkin dikarenakan pekerjaan perajin batik laki-laki dengan sikap kerja berdiri dan tekanan pada tangan yang didapat dari alat membatik yang berat lebih berisiko dari pada pekerjaan perajin batik perempuan dengan sikap kerja duduk dan alat membatik yang lebih ringan.

C. Hubungan Masa Kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome

Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin banyak gerakan berulang yang telah dilakukan. Dengan peningkatan masa kerja pada tangan menunjukan adanya pekarjaan berulang yang dilakukan oleh tangan dalam jangka waktu yang lama, dengan peningkatan jumlah tahun kerja menunjukan risiko lebih tinggi untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Dalam penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara masa kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja 9 tahun juga mempunyai risiko tinggi CTS. Padahal seharusnya semakin lama masa kerja maka seseorang semakin tinggi risiko seseorang untuk mengalami CTS. 7 Perajin batik dengan masa kerja 9 tahun mungkin saat ini sudah tua sehingga kemampuan untuk bekerja mulai menurun. Sehingga aktifitas pekerjaan yang dilakukan frekuensinya mulai berkurang tidak seperti perajin batik lainnya yang masih muda. Disamping itu kegiatan yang dilakukan diluar pekerjaan mungkin banyak dihabiskan untuk beristirahat. Sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya CTS. Sejalan dengan penelitian Bina Kurniawan dkk yang menyatakan bahwa masa kerja berhubungan dengan CTS. 7 Pendapat sejenis ada pada penelitian Chris Purwandi yang menyatakan bahwa masa kerja 4 tahun mempunyai risiko CTS karena terjadi stress disekitar jaringan terowongan karpal. 8

D. Hubungan Lama Kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome

Pada penelitian ini lama kerja dikategorikan menjadi 2 yaitu lama kerja ≤ 8 jam dan 8 jam. Diperoleh responden dengan lama kerja terbanyak adalah perajin batik dengan lama kerja ≤ 8 jam sebesar 70. Dalam hubungan lama kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome CTS responden terbanyak adalah perajin batik dengan lama kerja ≤ 8 jam sebesar 41,9. Penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan antara lama kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome. Perajin batik yang tidak menggunakan waktunya dengan maksimal tiap harinya untuk bekerja dengan menggunakan gerakan tangan berulang dengan adanya istirahat secara berkala tidak berisiko terkena CTS dari pada yang tidak melakukan istirahat secara berkala. Selain itu penekanan yang dilakukan pada saat bekerja secara minimal dengan adanya istirahat secara berkala juga tidak meningkatkan risiko terjadinya CTS dari pada yang tidak melakukan istirahat secara berkala. Dengan meminimalkan efisiensi waktu otot akan berkontraksi dengan henti. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Bambang Suherman yang menyatakan bahwa lama kerja berhubungan dengan kejadian CTS dimana responden dengan lama kerja 4-8 jam mempunyai risiko terkena CTS 24.505 kali lebih besar dibandingkan dengan yang lama kerjanya 4 jam. 5

E. Hubungan Sikap Kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome

Pada penelitian ini sikap kerja dikategorikan menjadi 2 yaitu baik dan buruk. Diperoleh responden dengan sikap kerja terbanyak adalah baik sebesar 74,2. Dalam hubungan sikap kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome CTS didapatkan hasil terbanyak pada perajin batik dengan sikap kerja baik sebesar 45,2. Penelitian ini menujukan adanya hubungan antara sikap kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome. Adanya tekanan pada saat bekerja dan gerakan tangan berulang mengakibatkan risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome CTS. Penggunaan alat membatik yang berat dapat menekan langsung nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan dan dalam

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 1 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 22

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 4 3