B.indo berita TTG

Beranda › Berita › Sains&Teknologi
2016 / November / 2 16:54

Ilmuwan Mengubah Bayam Menjadi Alat
Pendeteksi Bom
Jika hewan seperti anjing sudah biasa dijadikan sebagai
pendeteksi bom, kali ini ilmuwan mengembangkan bayam
sebagai alat pendeteksi bom.

Ilustrasi (Thinkstockphoto)
Para ilmuwan pernah melatih tikus, lebah dan bahkan lumba-lumba untuk mengendus ranjau
darat, namun kini mereka sedang mengubah perhatian mereka pada sesuatu hal yang belum
pernah dibayangkan sebelumnya, yakni bayam.
Terkenal karena memiliki manfaat bagi kesehatan, bayam sesegera mungkin dapat menjadi alat
bantu manusia dalam mengungkap keberadaan bahan peledak tersembunyi dan mencegah adanya
korban jiwa. Hal ini menjadi mungkin berkat hasil kerja para peneliti dari Massachusetts
Institute of Technology (MIT) yang menggunakan sebuah teknik bernama infus pembuluh darah
untuk memperkenalkan nanotubes karbon dari daun tanaman .
Nanotube ini secara khusus dirancang untuk berinteraksi dengan komponen kimia yang disebut
nitroaromatic, yang umum digunakan sebagai bahan peledak.Dalam percobaan mereka yang
dijelaskan dalam jurnal Nature Materials, para peneliti berfokus pada nitro aromatic yang

disebut asam pikrat (picric acid).
Asam yang diserap dari air tanah oleh akar tanaman, kemudian diangkut kedalam lapisan mesofil
yang terdapat di bagian bawahdaun, dimana sebagian besar fotosintesis berlangsung, serta lokasi
yang sama dengan nanotubes ketika sedang bekerja untuk melacak bahan peledak.
Ketika para peneliti memaparkan sinar laser pada nanotube ini, mereka akan memberikan sinyal
berpijar sebagai tanda terdeteksinya nitroaromatik (komponenkimia yang digunakan sebagai

bahan peledak). Sinyal ini dapat dilihat dengan menggunakan camera infrared dalamjarak 1
meter.Meskipun saat ini tim masih berusaha untuk melebarkan jarak yang lebih jauh.
Secara keseluruhan, dibutuhkan sekitar 10 menit untuk nitroaromatics sampai ke daun setelah
diserap dari akar, dan sementara beberapa hewan telah dapat mengendus bahan kimia peledak
lebih cepat, Michael Strano salah satu rekan penulis penelitian mengatakan bahwa “tanaman
adalah analisis kimia yang sangat baik.”
“Mereka memiliki jaringan akar yang luas di dalam tanah, dan memiliki cara tersendiri untuk
mengangkut air hingga ke daun,” tambahnya.
Jika para peneliti berhasil untuk melakukan percobaan ini, tidak heran jika kedepannya korban
jiwa yang disebabkan oleh bahan peledak akan jauh lebih sedikit, berkat penemuan ini.
(NisrinaDarnila. Sumber: Ben Taub/ifIscience.com; news.mit.edu

Beranda › Berita › Sains&Teknologi

2016 / Oktober / 18 13:00

Drone Kemanusiaan,
KirimkanPersediaanDarahdanVaksin di
Rwanda
Layanan drone kemanusiaanpertama di duniaresmiterbang
di langit Rwanda, tanahdenganseribubukit. Drone
inimembantupengirimandarahdanvaksin di Rwanda.
Ilustrasidronekurir (Thinkstock)
Layanan drone kemanusiaanpertama di duniaresmiterbang di langit Rwanda,
tanahdenganseribubukit. Drone inimembantupengirimanpersediaandarahdanvaksin di Rwanda.
Proyekinimerupakankolaborasiantarastartuprobotika Silicon Valley, Ziplinedanpemerintah
Rwanda.Layananinimemiliki armada sejumlah 15 drone, yang disebut "Zips". Zips
akanmenyelamatkanbanyaknyawa, denganmengantarkanberbagaiprodukmedis, sepertivaksin,
persediaandarahdarurat.
Presiden Rwanda, Paul Kagamemeluncurkanlayananpesawatnirawakinipadaupacaraperesmian
14 Oktober 2016 lalu.Pesawattersebutdiluncurkandenganketapel,
kemudianiaakannaikkeketinggiansekitar 150 meter.
Operator menggunakan data lokasi GPS, hingga drone sampaiketujuansetidaknya 150 kilometer
(93 mil) dankemudiankembalikemarkaspusat.

KlinikataudokterdapatmenggunakanlayananinihanyadenganmengirimpesantekskepusatZipline.L
aporanakanditindaklanjutisegera, pesawattakberawakakanmengirimkanpersediaan yang
dibutuhkansecepatnya.
Ketika drone telahmencapaitujuan, iahanyaakanmembukatempatmuatan,
danmenjatuhkanpaketdenganparasut yang telahterpasang. Nanti, setelahsepenuhnyaberjalan,
proyekinidapatmelayani 7 juta orang denganjangkauanwilayahsekitar 18.000 km2 (7.000 mil
persegi).

Drone
udaramampumemberikanbantuandaruratsecarasignifikanlebihcepatdaripadamelaluijalandarat,
khususnya di daerahperbukitanAfrikatengah. Jalurdaratdaerahinimemangcukupberbahaya,
belumlagicuacaekstrem yang seringmelanda, jelasakanmenghambatperjalanan.
"Orang-orang memilikipengertianbahwa AS memimpindalamhalteknologidanAfrikamenyusul di
belakang, sayaberpikirmungkinsajasemuaitudapatberubah," ujar Keller Rinaudo, chief executive
Zipline."Iniadalahcontoh yang bagus.Negara kecilseperti Rwanda
bersediamengambilrisikodanbenar-benarberinvestasidalamsesuatu yang barudanprogresif."
Konsep drone kemanusiaanbukanlahfenomenabaru. Padatahun 2015, drone
telahdipakaiuntukmemberikanpasokanbantuansetelahgempa Nepal. Drone
jugaberhasilmenemukanpengungsitopan di Filipina pada 2014.
(K.N Rosandrani. Sumber: iflscience.com, bbc.com)