Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

51 RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMBERIAN GROWTONE PADA BERBAGAI KOMPOSISI
MEDIA TANAM
SKRIPSI OLEH : JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN/100301220 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

52 RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMBERIAN GROWTONE PADA BERBAGAI KOMPOSISI
MEDIA TANAM
SKRIPSI
OLEH : JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN/100301220
AGROEKOTEKNOLOGI Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

53

Judul

. :.Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.)


.Terhadap Pemberian. Growtone Pada Berbagai Komposisi Media .Tanam

Nama

: Jenny Riris Marsella Panggabean

Nim : 100301220

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat

: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Charloq, MP. Ketua Komisi Pembimbing

Ir.Asil Barus, MS. Anggota Komisi Pembimbing


Diketahui Oleh :

Prof. Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc. PhD. Ketua Program Studi Agrooekoteknologi

54
ABSTRAK
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh CHARLOQ dan ASIL BARUS. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet dengan stump adalah tingginya persentase kematian stump di lapangan yang diakibatkan terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Sehingga untuk mempercepat pertumbuhan perakaran dapat dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh Growtone. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian konsentrasi Growtone pada berbagai komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di lahan penelitin Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah growtone (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) dan faktor kedua adalah perbandingan media tanam top soil dan pasir (1:0, 1:1, 1:2, 1:3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat segar akar, berat kering akar, berat segar tajuk, berat kering tajuk, panjang akar dan volume akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa growtone berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, diameter tunas dan berat kering tajuk, dimana hasil terbaik diperoleh pada growtone A1 (25 mg). Perbandingan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis dan diamater tunas, dimana media tanam top soil : pasir terbaik perbandingan M1 (1:1). Interaksi antara auksin dan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, panjang tunas dan jumlah daun, dimana interaksi antara growtone dan komposisi media tanam terbaik pada kombinasi A1M1.
Kata kunci : Stump, Growtone, Media tanam,

55
ABSTRACT
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Growth Response of Stump Rubber (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) on Gowtone in Various plant media, guided by CHARLOQ and ASIL BARUS. One of the problems encountered in rubber cultivation with stump is the high percentage of stump death in field caused by the inhibition of roots and shoots growth. So that to accelerate the growth of rooting can be applled by giving growth regulator substance, Growtone. The purpose of this research is to found out the response of stump rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) to using of Growtone in varieth of planting media. The research was conducted in July until November 2014 at experimental field of Agriculture Faculty, University of North Sumatra, Medan. The research uses the completely randomized design with two treatments as factor and three replications. The first factor is concentration of auxin (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) and the second factor is the growing media comparison of top soil and sand (1: 0, 1: 1, 1: 2, 1: 3). Observed parameters was the grafting percentage germinate, grafting speed melentis, shoot length, shoots diameter, number of leaves, fresh weight of root, root dry weight, fresh weight of shoot, shoot dry weight, root length and root volume. The results showed that the concentration of auxin significant effect on the grafting percentage germinate, shoots diameter and shoot dry weight, with best results obtained at a concentration of 25 mg auxin. Comparison of growing media real effect on parameters melentis percentage and diameter of shoots, where the top soil growing media: best sand ratio (1:1). Interaction between auxin and growing media real effect on parameters grafting percentage germinate, shoot length and number of leaves, where interaction between auxin concentration and composition of the best growing media in combination A1M1.
Keywords: Stump, Growtone, growing media

56
RIWAYAT HIDUP Jenny Riris Marsella Panggabean, lahir pada tanggal 06 Januari 1993 di Pematang Siantar, anak ketiga dari lima bersaudara, putri dari ayahanda Egenar Panggabean dan ibunda Sinarta Sitorus.Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Pematang Siantar dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK). Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Silau Dunia pada bulan Juli hingga Agustus 2013.

57
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.) terhadap Pemberian Growtone pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, mengasihi dan mendidik saya selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Charloq, MP. sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Asil Barus, MS. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga dalam penyusunan sampai selesainya skripsi ini. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2015

Penulis

58
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ...................................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... ix PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................................. 1 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 4 Hipotesis Penelitian..................................................................................................... .4 Kegunaan Penelitian.................................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet ................................................................................................. 5 Stump Karet................................................................................................................. 6 Growtone..................................................................................................................... 7 Media Tanam............................................................................................................... 11 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................................... 14 Bahan dan Alat ............................................................................................................ 14 Metode Penelitian ....................................................................................................... 14 PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan........................................................................................................... 17 Persiapan Media Tanam .............................................................................................. 17 Pemilihan Stump ......................................................................................................... 17 Pengolesan Growtone ................................................................................................. 17 Penanaman.................................................................................................................. 18 Pemeliharaan............................................................................................................... 18 Penyiraman ................................................................................................................. Pemupukan.................................................................................................................. 18 Pengendalian Hama dan Penyakit............................................................................... 18 Penunasan ................................................................................................................... 18 Parameter Persentase Bertunas.................................................................................................... 18 Kecepatan Melentis (hari) ........................................................................................... 19 Panjang Tunas (cm) ..................................................................................................... 19 Diameter Tunas (mm).................................................................................................. 19 Jumlah Daun (helai) .................................................................................................... 19 Berat Segar Tajuk (g).................................................................................................... 20 Berat Kering Tajuk (g) .................................................................................................. 20 Berat Segar Akar (g)..................................................................................................... 20

59

Berat Kering Akara (g).................................................................................................. Panjang Akar (cm)........................................................................................................ Volume Akar (cm3)....................................................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ............................................................................................................................. Pembahasan ................................................................................................................ KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................................. Saran ............................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ LAMPIRAN....................................................................................................................

20 20 20
22 38
46 46 47 51

60
DAFTAR TABEL No. Hal. Persentase bertunas (%) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 22
Kecepatan melentis (hari) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 25
Panjang tunas (cm) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam 26
Diameter tunas (mm) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 28

Jumlah daun (helai) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 30
Berat segar tajuk (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 33
Berat kering tajuk (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 34
Berat segar akar (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 35
Berat kering akar (g) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 36
Panjang akar lateral (cm) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam ......................................................................................................... 36
Volume akar (m3) pada perlakuan growtone dan perlakuan media tanam 37

61
DAFTAR GAMBAR No. Hal. Hubungan antara persentase bertunas dan konsentrasi growtone pada komposisi media tanam ............................................................................. 24
Hubungan antara persentase bertunas dan komposisi media tanam pada konsentrasi growtone................................................................................. 24
Hubungan antara panjang tunas dan konsentrasi growtone pada komposisi media tanam umur 12 MST ..................................................... 27
Hubungan antara panjang tunas dan komposisi media tanam pada konsentrasi growtone umur 12 MST ......................................................... 28
Hubungan antara diameter tunas dan konsentrasi growtone umur 12 MST........................................................................................................... 29
Hubungan antara diameter tunas dan komposisi media tanam umur 12 MST........................................................................................................... 30
Hubungan antara jumlah daun dan konsentrasi growtone pada komposisi media tanam............................................................................................... 32
Hubungan antara jumlah daun dan komposisi media tanam pada konsentrasi growtone................................................................................. 32
Hubungan antara berat kering tajuk dan konsentrasi growtone ................ 34

62

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. Data pengamatan persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam................. 51 Tabel sidik ragam persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam ............... 51 Data pengamatan persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam (Transformasi Arcsine).............................................................................. 52 Tabel sidik ragam persentase bertunas 1-40 hari setelah tanam (Transformasi Arcsine).............................................................................. 52 Data pengamatan kecepatan melentis 1-40 hari setelah tanam ................. 53 Tabel sidik ragam kecepatan melentis 1-40 hari setelah tanam ................ 53 Data pengamatan panjang tunas (cm) 6 MST. .......................................... 54 Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 6 MST .......................................... 54 Data pengamatan panjang tunas (cm) 8 MST ........................................... 55 Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 8 MST .......................................... 55 Data pengamatan panjang tunas (cm) 10 MST ......................................... 56 Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 10 MST ........................................ 56 Data pengamatan panjang tunas (cm) 12 MST ......................................... 57 Tabel sidik ragam panjang tunas (cm) 12 MST ........................................ 57 Data pengamatan diameter tunas (mm) 6 MST......................................... 58 Tabel sidik ragam diameter tunas (cm) 6 MST ......................................... 58 Data pengamatan diameter tunas (mm) 8 MST......................................... 59 Tabel sidik ragam diameter tunas (mm) 8 MST........................................ 59 Data pengamatan diameter tunas (mm) 10 MST....................................... 60 Tabel sidik ragam diameter tunas (mm) 10 MST...................................... 60

63
Data pengamatan diameter tunas (mm) 12 MST....................................... 61 Tabel sidik ragam diameter tunas (mm) 12 MST...................................... 61 Data pengamatan jumlah daun (helai)....................................................... 62 Tabel sidik ragam jumlah daun (helai)..................................................... 62 Data pengamatan berat segar tajuk (g) ...................................................... 63 Tabel sidik ragam berat segar tajuk (g) ..................................................... 63 Data pengamatan berat segar tajuk (g) (Transformasi √X) ....................... 64 Tabel sidik ragam berat segar tajuk (g) (Transformasi √X) ...................... 64 Data pengamatan berat kering tajuk (g) .................................................... 65 Tabel sidik ragam berat kering tajuk (g) ................................................... 65 Data pengamatan berat kering tajuk (g) (Transformasi √X) ..................... 66 Tabel sidik ragam berat kering tajuk (g) (Transformasi √X) .................... 66 Data pengamatan berat segar akar (g) ....................................................... 67 Tabel sidik ragam berat segar akar (g) ...................................................... 67 Data pengamatan berat segar akar (g) (Transformasi √X) ........................ 68 Tabel sidik ragam berat segar akar (g) (Transformasi √X) ....................... 68 Data pengamatan berat kering akar (g) ..................................................... 69 Tabel sidik ragam berat kering akar (g) .................................................... 69 Data pengamatan berat kering akar (g) (Transformasi �X + 0,5) ............ 70 Tabel sidik ragam berat kering akar (g) (Transformasi �X + 0,5) ........... 70 Data pengamatan panjang akar (cm) ......................................................... 71

64

Tabel sidik ragam panjang akar (cm) ........................................................ Data pengamatan volume akar (m3) .......................................................... Tabel sidik ragam volume akar (m3) .........................................................

71 72 72

Data pengamatan volume akar (m3) (Transformasi √X) ........................... 73

Tabel sidik ragam volume akar (m3) (Transformasi √X) .......................... 73

Deskripsi Klon PB 260.............................................................................. 74

Bagan Percobaan ...................................................................................... 75

Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................................ 76


54
ABSTRAK
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh CHARLOQ dan ASIL BARUS. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet dengan stump adalah tingginya persentase kematian stump di lapangan yang diakibatkan terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Sehingga untuk mempercepat pertumbuhan perakaran dapat dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh Growtone. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian konsentrasi Growtone pada berbagai komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di lahan penelitin Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah growtone (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) dan faktor kedua adalah perbandingan media tanam top soil dan pasir (1:0, 1:1, 1:2, 1:3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat segar akar, berat kering akar, berat segar tajuk, berat kering tajuk, panjang akar dan volume akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa growtone berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, diameter tunas dan berat kering tajuk, dimana hasil terbaik diperoleh pada growtone A1 (25 mg). Perbandingan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis dan diamater tunas, dimana media tanam top soil : pasir terbaik perbandingan M1 (1:1). Interaksi antara auksin dan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, panjang tunas dan jumlah daun, dimana interaksi antara growtone dan komposisi media tanam terbaik pada kombinasi A1M1.
Kata kunci : Stump, Growtone, Media tanam,

55
ABSTRACT
JENNY RIRIS MARSELLA PANGGABEAN: Growth Response of Stump Rubber (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) on Gowtone in Various plant media, guided by CHARLOQ and ASIL BARUS. One of the problems encountered in rubber cultivation with stump is the high percentage of stump death in field caused by the inhibition of roots and shoots growth. So that to accelerate the growth of rooting can be applled by giving growth regulator substance, Growtone. The purpose of this research is to found out the response of stump rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) to using of Growtone in varieth of planting media. The research was conducted in July until November 2014 at experimental field of Agriculture Faculty, University of North Sumatra, Medan. The research uses the completely randomized design with two treatments as factor and three replications. The first factor is concentration of auxin (0 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg) and the second factor is the growing media comparison of top soil and sand (1: 0, 1: 1, 1: 2, 1: 3). Observed parameters was the grafting percentage germinate, grafting speed melentis, shoot length, shoots diameter, number of leaves, fresh weight of root, root dry weight, fresh weight of shoot, shoot dry weight, root length and root volume. The results showed that the concentration of auxin significant effect on the grafting percentage germinate, shoots diameter and shoot dry weight, with best results obtained at a concentration of 25 mg auxin. Comparison of growing media real effect on parameters melentis percentage and diameter of shoots, where the top soil growing media: best sand ratio (1:1). Interaction between auxin and growing media real effect on parameters grafting percentage germinate, shoot length and number of leaves, where interaction between auxin concentration and composition of the best growing media in combination A1M1.
Keywords: Stump, Growtone, growing media

65
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Daerah sentra produksi penghasil karet terbesar di Indonesia yaitu: Sumatera Selatan (668 ribu hektar), Sumatera Utara (465 ribu hektar), Jambi (444 ribu hektar), Riau (390 ribu hektar), dan Kalimantan Barat (388 ribu hektar) (Janudianto, et al.,2003). Luas total perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 ha yang terdiri dari 84,5% kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta dan 7,1% milik negara (Syukur, 2013).
Dari total luas lahan tersebut, perkebunan karet rakyat adalah terbesar, namun produktifitasnya masih rendah yakni 926 kg/h dibandingkan produktivitas perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan (2010) rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh faktor umur tanaman yang lebih dari 20 tahun, pemeliharaan kurang baik dan sebagian tanaman menggunakan bahan tanam biji sapuan (seedling). Para petani karet di Indonesia saat ini masih banyak yang menggunakan bibit karet cabutan, anakan liar, atau hasil semaian biji dari pohon karet alam yang dibudidayakan sebelumnya. Meskipun demikian, bibit karet unggul sebenarnya sudah dikenal luas oleh petani karet di Indonesia (Janudianto, et al.,2003). Selain itu, tanaman karet juga merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2.

66
Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu potensial yang dapat mensubsidi kebutuhan kayu hutan alam yang ketersediaannya semakin menurun. Bibit karet unggul dihasilkan dengan teknik okulasi antara batang atas dengan batang bawah yang tumbuh dari biji-biji karet pilihan. Di Indonesia, pengadaan bibit karet klonal dengan cara okulasi masih merupakan metode perbanyakan terbaik. Hal ini karena tanaman karet yang berasal dari biji, meskipun dari jenis unggul, tidak menjamin keturunannya akan memiliki sifat baik seperti pohon induknya, akibat terjadinya segregasi dari hasil persarian sendiri (selfing) atau silang luar (outcrossing) dari genotipe heterozigot. Oleh karena itu, keturunan yang berasal dari biji akan memiliki pertumbuhan dan produksi yang bervariasi. Untuk mendapatkan keseragaman dan mempertahankan sifat-sifat baik dari pohon induk, tanaman karet diperbanyak secara vegetatif dengan teknik okulasi (Hadi et al., 2012 dalam Boerhendhy, 2013).
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman dengan menempelkan mata tunas dari entres tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul (Amypalupy 2010 dalam Boerhendhy, 2013). Perbanyakan tanaman karet dengan okulasi dapat menyediakan bahan tanam klonal seefisen mungkin dari sisi waktu (Sutanto, 2008). Tanaman karet hasil okulasi merupakan tanaman klonal yang lebih baik dibandingkan tanaman asal biji, yaitu pertumbuhannya seragam, sifat mendekati induknya, variasi antar individu sangat kecil, dan produktivitasnya lebih tinggi. Variasi antar individu klon bisa muncul apabila ada perbedaan lingkungan tumbuh, genetik batang bawah dan mata entres yang digunakan pada okulasi. Produktifitas tanaman karet hasil okulasi terus meningkat secara nyata setiap tahun. Peningkatan hasil lateks minimal sama atau


67
lebih tinggi dari pada induknya (produksi pohon induknya mampu dipertahankan sampai umur 10 tahun). Atas dasar hal itu, perbanyakan tanaman karet dengan cara okulasi menggunakan mata entres tetap dilakukan sampai sekarang (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009)
Bibit okulasi stum mata tidur masih menjadi pilihan dan banyak digunakan sebagai bahan tanam karena persiapannya lebih mudah disertai harganya lebih murah dibanding dengan bibit okulasi lainnya, tetapi penggunaan stum mata tidur mempunyai kelemahan yaitu berupa tingginya angka kematian (15-20%) yang diakibatkan terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas (Parto et al., 2005).
Untuk mempercepat pertumbuhan perakaran dapat dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) secara eksogen. Salah satu ZPT yang digunakan adalah Growotone. Growtone berbentuk tepung, berwarna abu-abu, mengandung asam asetik naftalen 3,0%, naftalen asetik amid 0,75%. Penggunaan Growtone mampu meningkatkan pertumbuhan stump, panjang tunas, diameter tunas dan bobot kering akar tanaman karet pada konsentrasi 500 mg/10 stum.
Selain penggunaan ZPT, juga diperlukan media tumbuh yang sesuai untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangannya. Tanah top soil merupakan tanah lapisan atas tergolong dalam horizon A yang memiliki kandungan hara dan bahan organik yang cukup tinggi. Yang dimaksud dengan horizon A yaitu bagian yang banyak mengandung humus, berwarna kelam muda sampai tua. Horizon inilah yang merupakan tanah yang sebenarnya yang dimanfaatkan bagi tanaman (Foth, 1984). Pencampuran pasir ditujukan untuk menaikkan ruang pori dan kegemburan tanah. Dengan meningkatkan aerasi maka ketersediaan oksigen bagi akar tanaman bertambah, perkolasi diperlancar dan pengaruh buruk air

68

berlebihan berkurang sehingga media cukup baik untuk pertumbuhan tanaman (Dwidianthy, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis, Muell Arg.) terhadap pemberian growtone pada berbagai komposisi media tanam.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet
(Hevea brassiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian growtone pada berbagai komposisi media tanam.

Hipotesis Penelitian

Adanya

peningkatan


pertumbuhan

stump

karet

(Hevea brassiliensis Muell Arg.) terhadap pemberian growtone pada berbagai

komposisi media tanam dan interaksi keduanya.

Kegunaan Penelitian Untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanain Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pelaku agronomis.

69
TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan Setiawan dan Andoko (2005), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensis Muell Arg. Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggiannya dapat mencapai 30-40 m. Sistem perakarannya adalah kompak/padat, akar tunggangnya dapat menembus tanah hingga kedalaman 1-2 m disertai akar lateralnya dapat menyebar 10 m. Batangnya bulat silindris, kulit kayunya halus rata berwarna pucat hingga kecokelatan dan sedikit bergabus (Syamsulbahri, 1996). Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau dengan panjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong atau oval, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001). Tanaman karet termasuk tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina terdapat di dalam satu karangan bunga yang berbentuk malai. Pada ujung ranting atau cabang yang telah menggugurkan daun, kadang-kadang malai muncul pada ketiak daun yang lama, sebelum gugur daun. Pada satu karangan bunga umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30, umumnya 4-6 bunga betina terbentuk di ujung-ujung sumbu malai. Jumlah bunga betina dalam satu pohon bervariasi dan pada keadaan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 buah per pohon (Siagian, 2005).

70
Biji besar, bulat bersegi 4, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna cokelat nuda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5-3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm (Sianturi, 2001). Stump Karet
Bibit okulasi yang dapat digunakan sebagai bahan tanam terdiri dari: stump mata tidur, stump mini, bibit dalam polybag dan stump tinggi. Stump mata tidur adalah bibit okulasi yang mata tunas okulasinya belum tumbuh. Stump ini mempunyai kelebihan persiapannya lebih cepat disertai harganya murah, hanya saja persentase kematian cukup tinggi (15-20%) (Asni dan Yanti, 2013).
Bibit stump mata tidur adalah bibit yang diokulasi di lahan pesemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan, dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Damanik et al., 2010).
Kriteria bibit stump mata tidur yang baik yaitu : memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm, tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm, bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin, apabila ditoreh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (BPPP, 2008).


71
Dibandingkan okulasi cokelat, okulasi hijau memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan bisa lebih awal, 2) Masa hidup di pembibitan lebih pendek, sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat, 3) Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan, 4) Pertautan okulasi lebih baik, 5) Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan. Kekurangannya adalah, kayu entres atau batang atasnya tidak dapat disimpan dan dikirim ke tempat lain. Selain itu, persentase kematian bibit okulasi hijau juga lebih besar (Damanik et al., 2010).
Entres (scion) adalah mata tunas pada batang atas yang berasal dari klon yang dianjurkan. Entres yang baik adalah entres yang memiliki daya gabung (compatible) dengan batang bawah. Entres merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan besaran produksi pada saat tanaman karet sedang berproduksi (tanaman dewasa) (Lasminingsih et al., 2006).
Kemampuan mata okulasi untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara kambium yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan kayu batang bawah (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Growtone
Growtone adalah salah satu ZPT yang dapat membantu pertumbuhan tanaman. ZPT adalah senyawa organik selain zat hara yang dalam jumlah kecil dapat mendorong (promote), menghambat (inhibit) maupun merubah berbagai proses fisiologi tanaman. ZPT dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel (Sunandar 2006). Penggunaan ZPT efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi

72

yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus

akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada

konsentrasi dibawah optimum tidak efektif. (Harahap, 2010).

Cara yang sering digunakan dalam pengaplikasian ZPT yaitu:

1)

Commercial Powder Preparation (pasta), 2) Dilute Solution Soaking Method


(perendaman), 3) Concentrated Solution Dip Method (pencelupan cepat). (Weaver,

1972). Metode perendaman adalah metode praktis yang paling awal ditemukan dan

sampai saat ini masih dipandang paling efektif.

Growtone berbentuk tepung, berwarna abu-abu, mengandung asam asetik

naftalen 3,0%, naftalen asetik amid 0,75%. Penggunaan Growtone mampu

meningkatkan pertumbuhan stump, panjang tunas, diameter tunas dan bobot kering

akar tanaman karet pada konsentrasi 500 mg/10 stum. Penggunaan Growtone yang

efesien karena hanya membutuhkan 20-25 mg/tanaman. Growtone juga berfungsi

untuk melindungi bekas luka potongan akar sehingga terhindari dari

cendawan/jamur. Nakamura et al,1978 dalam Tomita et al (1984) menambahkan


bahwa naftalen asam asetat (NAA) adalah agen anti jamur potensial.

ZPT dari kelompok auksin dapat merangsang pembentukan akar. Auksin

sintetik seperti Indole Asetic Acid (IAA) dan Indole Butirat Acid (IBA) banyak

digunakan untuk mendorong pertumbuhan stek dari tanaman berkayu dan

berbatang lunak. Mekanisme kerja dari auksin tersebut diantaranya adalah

merangsang pembelahan sel (Goenawan, 2006).

Penggunaan metode tepung atau bubuk merupakan metode yang paling sederhana,

tidak memerlukan perendaman dan jumlah auksin yang diaplikasikan relatif

konstan tetapi sifat fisik zat pembawa (carrier) berpengaruh besar terhadap bahan

73
aktif dan zat pembawa yang berbeda dapat menyebabkan respon tanaman yang sangat berbeda walaupun pada konsentrasi yang sama. Disamping itu, hasil yang seragam sulit diperoleh mengingat adanya keragaman dalam jumlah tepung atau bubuk yang dilekatkan pada stek (Weaver, 1972). Menurut Balai Informasi Pertanian Irian Jaya (2010), luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump. Dalam penelitian Goenawan (2006), perlakuan metode aplikasi zat pengatur tumbuh secara pasta merupakan metode aplikasi terbaik dalam menginduksi akar dan tunas stek dadap merah, hal ini ditunjukan dengan nilai peubah persentase stek hidup, persentase stek berakar, persentase stek bertunas, panjang tunas, jumlah tunas, panjang akar, jumlah akar dan jumlah daun tertinggi.
Dalam penelitian Sunandar (2006) perlakuan Rootone-F memberikan pengaruh nyata pada 4 MST terhadap persentase stek hidup tanaman sonokeling dan jumlah akar, sedangkan pada 8 MST berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tunas dan bobot kering tunas serta berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan bobot basah akar. Pemberian Rootone-F menghasilkan rataan nilai yang lebih baik terhadap beberapa tolok ukur seperti persentase stek hidup, panjangtunas, jumlah akar, bobot basah tunas, bobot basah aka dm bobot kering tunas dibandingkan tanpa Rootone-F, konsentrasi rootone-F 100 ppm memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi Rootone-F 200 ppm. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya (1992) menambahkan luka potongan akar tunggang dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.

74
Growtone yang diproduksi oleh PT. DELTAGRO merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang mengandung bahan aktif asam asetik naftalen 3,0%, naftalen asetik amid 0,75%. NAA yang terkandung dalam Growtone merupakan golongan auksin. Prasetriyani (2014) mengatakan bahwa pertumbuhan stek tanaman jarak pagar dapat dipercepat dengan pemberian zpt sintesis yaitu Growtone dengan dosis 10 mg/tanaman yang diaplikasikan berbentuk pasta. Dalam penelitian Yuniarti (2009) tentang studi posisi ruas batang dan konsentrasi Growtone terhadap pertumbuhan setek batang Dieffenbachia (Dieffenbachia var. Green Magic) hasil penelitian menjelaskan konsentrasi Growtone berpengaruh nyata terhadap persentase setek tumbuh pada konsentrasi 100-300 ppm sebesar sebesar 85,7195,24%, pada konsentrasi 200-300 ppm dapat meningkatkan jumlah akar dan penggunaan konsentrasi 100-300 ppm mampu menghasilkan akar terpanjang.
Dalam penelitian Harahap (2012) tentang pengaruh konsentrasi dan lama perendaman Growtone terhadap pertumbuhan setek pucuk kemenyan (Styrax tonkinensis), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa konsentrasi Growtone 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l dengan pasta dan lama perendaman 10 menit, 20 menit, 30 menit dengan celup dan interaksi keduanya tidak berpengaruh pada pertumbuhan setek pucuk kemenyan, dengan begitu tidak ada perbedaan nyata. Berdasarkan hasil dari masing-masing parameter, perlakuan tertinggi pada persen tumbuh terdapat pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l dengan perendaman 20 menit yaitu 11,11%, jumlah daun terdapat pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l dengan perendaman 20 menit yaitu 1,5 helai, tinggi tunas terdapat pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l dengan

75
perendaman 10 menit yaitu 4,2 mm, panjang akar terdapat pada perlakuan konsentrasi Growtone 30 g/l air dengan perendaman 10 menit yaitu 2,6 mm. Media Tanam
Tanah merupakan medium yang dinamis tempat tanaman dan mikroorganisme hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Lapisan atas atau olah atau disebut juga top soil suatu penampang tanah yang kedalamannya ± 10-20 cm biasanya mengandung banyak bahan organik dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik. Lapisan ini juga merupakan daerah utama bagi pertumbuhan perakaran, dan banyak mengandung unsur hara dan air tersedia bagi tanaman. Lapisan di bawah lapisan olah dikenal dengan lapisan bawah yang kedalamannya lebih dari 20 cm, dimana kandungan bahan organik, unsur hara, dan air tersedia menurun dengan kedalaman tanah (Nadalia, 2009).
Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk hasil yang optimal. Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan air. Kondisi fisik tanah sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman menjadi dewasa (Fatimah et al., 2008).
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya, tersedia dipasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan

76
jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Acquaah, 2002 dalam Hanum, 2010). Lapisan atas tanah atau top soil cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik. Sedangkan tanah sub soil adalah tanah yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena ditentukan oleh keadaan subsoil tersebut (Buckman dan Brady, 1982).
Top soil adalah tanah yang berwarna gelap yang memiliki ketebalan minimal 10 cm. Mengandung C organikk 1-17% dan perbandingan C/N kurang dari 17%. Ciri khasnya struktur baik (remah) sehingga tanah tidak mengeras dan kaku ketika kering (Foth dan Schafer, 1980). Umumnya media yang digunakan untuk pembibitan berasal dari top soil. Namun pengambilan top soil dalam skala besar dapat berdampak negatif bagi ekosistem di areal tersebut. Oleh karena itu penggunaan bahan lain untuk media pertumbuhan bibit perlu dilakukan (Kurniati et al., 2009).
Pasir digunakan sebagai media alternatif yang menggantikan tanah. Pasir dianggap sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang tanaman. Pasir berukuran antara 0,5 sampai 0,2 mm sehingga cukup baik digunakan sebagai media tanam karena media tanam menjadi lebih mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan (Husniati 2010).
Kekurangan dari pasir adalah miskin hara bagi tanaman. Hal ini disebabkan (1) tanah pasir mempunyai kemampuan perkolasi dan drainase air secara bebas sehingga membantu proses pencucian garam-garam mineral (2) bahan induk tanah

77
pasir tidak mengabsorbsi kation-kation (3) tanah pasir mempunyai sedikit bahan organik. Sedangkan kelebihannya memiliki kondisi aerase yang baik sehingga membantu dekomposisi bahan organik secara cepat (Foth, 1988).
Semakin tinggi persentase pasir dalam tanah semakin banyak ruang poripori di antara partikel tanah, semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air. Dalam tata udara, hal ini sangat penting karena udara dalam tanah meningkat. Jika udara dalam tanah terbatas akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, menghambat pernafasan akar, menghambat penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah (Hakim et al., 1986).

78
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Juli sampai November 2014. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stump karet klon PB 260 sebagai objek yang akan diamati, growtone, top soil dan pasir sebagai campuran media tanam, pupuk urea, SP-36, KCl dan kiserit, polibag ukuran 25 x 50 cm, air untuk penyiraman tanaman karet, amplop cokelat, label, plastik transparan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, jangka sorong, ember, pisau, plang nama, kalkulator, timbangan analitik, oven, alat tulis dan kamera. Metode Penelitian Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu : Faktor 1 : Konsentrasi Growtone (A) dengan empat taraf, yaitu : A0 : 0 mg/stump
A1 : 25 mg/stump A2 : 50 mg/stump A3 : 75 mg/stump Faktor 2 : Media Tanam (M) (Topsoil : Pasir) dengan empat taraf, yaitu : M0 : Top Soil M1 : Top Soil : Pasir (1:1)

79

M2 : Top Soil : Pasir (1:2)

M3 : Top Soil : Pasir (1:3)

Sehingga diperoleh 16 kombinasi :

A0M0

A1M0

A2M0

A0M1

A1M1

A2M1

A0M2

A1M2

A2M2

A0M3

A1M3

A2M3

Jumlah ulangan

:3

Jumlah plot

: 48

A3M0 A3M1 A3M2 A3M3

Ukuran plot

: 120 cm x 150 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Jumlah polibag/plot

: 12 polibag

Jumlah tanaman/polibag

: 1 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 576 tanaman

Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan

model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,4, k = 1,2,3

Dimana :

Y ijk : hasil pengamatan dari perlakuan konsentrasi growtone taraf ke-i dan

.....media tanam pada taraf ke-j pada ulangan ke-k

μ : rataan tengah

αi : pengaruh perlakuan konsentrasi growtone pada taraf ke-i

βj : pengaruh perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j

80
(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan konsentrasi growtone pada taraf ke-i dan ............perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j εijk : pengaruh galat pada ulangan ke-k yang mendapat perlakuan konsentrasi ............growtone pada taraf ke-i, komposisi media tanam pada taraf ke-j.
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan uji jarak berganda duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995).

81
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 120 cm x 150 cm dan jarak antar plot 30 cm. Persiapan Media Tanam
Media tanam top soil dan pasir dicampur merata hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam polibag berukuran 25 x 50 cm sampai batas ¾ bagian sesuai perlakuan. Pemilihan stump
Stump yang digunakan ialah green budding yang diperoleh dari Balai Penelitian Sungei Putih yang berumur 21 hari setelah pengokulasian. Pemilihan stump dilakukan setelah stump dibongkar dengan menggunakan cangkul atau pulling jack (dongkrak). Kemudian dilakukan seleksi dengan kriteria diameter batang seragam 1,5-2 cm, akar tunggang lurus panjangnya 25-35 cm, akar lateral panjangnya 5-10 cm, akar tunggang bercabang, tidak berbentuk garpu dan berbonggol, dan tidak terkena jamur akar putih. Stump yang dipilih mata okulasinya tidak lebih dari dua kali okulasi. Pengolesan Grotone
Growtone dilarutkan ke dalam air sehingga membentuk pasta kemudian stump mata tidur diolesi dengan larutan growtone sesuai dengan perlakuan masingmasing pada bagian seluruh akar .

82
Penanaman Sebelum dilakukan penanaman, media tanam terlebih dahulu disiram lalu
dibuat lubang pada bagian tengah. Stump ditanam dan tanah disekeliling lubang dipadatkan sehingga stump dapat berdiri tegak dan dilakukan penyiraman. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari atau sesuai kondisi dilapangan dengan menggunakan gembor. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan tangan ataupun dengan cangkul, baik didalam atau diluar polibag. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman utama dengan gulma. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Penunasan
Tunas liar yang tumbuh pada batang bawah di buang dengan menggunakan pisau. Hal ini bertujuan untuk memusatkan bahan hasil fotosintesis dan juga translokasi unsur hara dari tanah ke tunas yang diinginkan agar pertumbuhannya maksimal. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 6 MST dan 10 MST. Pupuk urea dengan dosis 5 gr/tanaman, SP-36 6,3 g/tanaman, KCl 2 g/tanaman, kiserit 2 g/tanaman

83
Peubah Amatan Persentase Bertunas
Pengamatan persentase bertunas sampai 40 hari setelah tanam (HST) dengan menggunakan rumus
jumlah tunas yang sudah muncul
Persentase Bertunas = jumlah stump seluruh nya x 100%
Kecepatan Melentis (Hari) Pengamatan kecepatan melentis dilakukan dengan cara menghitung mata
tunas yang melentis. Pengamatan kecepatan melentis dilakukan setiap hari sampai 40 HST.
Ciri-ciri mata tunas yang sudah melentis adalah mata tunasnya sudah tersembul keluar.
N1T1+ N2T2 + ....+ N14T14
Kecepatan melentis =
jumlah stump yang tumbuh
N = jumlah stump yang melentis pada satuan waktu tertentu. T = jumlah waktu melentis (sampai 40 HST) Panjang Tunas (cm)
Pengamatan panjang tunas dilakukan dengan cara mengukur panjang tu