Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN AKAR TUNGGANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : KRISTINA NADAPDAP/100301144 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN AKAR TUNGGANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : KRISTINA NADAPDAP/100301144 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

Judul

:..Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel

Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai

Komposisi Media Tanam

Nama

: Kristina Nadapdap

Nim : 100301144


Program Studi : Agroekoteknologi

Minat

: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Charloq, MP. Ketua Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS. Anggota Komisi Pembimbing

Diketahui Oleh :

Prof. Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc. PhD. Ketua Program Studi Agroekoteknologi

ABSTRAK
KRISTINA NADAPDAP : Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg) terhadap Pemotongan Akar Tunggang pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh Charloq dan Jonatan Ginting.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet yaitu tingginya persentase kematian stump di lapangan sebesar 15- 20%. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengatasi pertumbuhan akar yang terhambat, maka dilakukan pemotongan akar yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan akar, pertumbuhan tunas dan memperbanyak serta mempercepat terbentuk akar- akar adventif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemotongan akar (P0, P1 dan P3) dan faktor kedua adalah media tanam (M0, M1, M2 dan M3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah tunas, berat kering tunas, berat basak akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar.

Hasil penelitian diketahui bahwa pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap parameter persentase melentis, kecepatan melentis, berat basah akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar dengan pemotongan terbaik pada P1 (Pemotongan ¼ ujung akar). Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas dan penambahan panjang akar dengan media tanam terbaik pada M0 (1:0). Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap kecpatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah akar dan berat kering akar dengan kombinasi terbaik pada perlakuan P1M0.
Kata kunci : Stump, Pemotongan akar, Media tanam

ABSTRACT
KRISTINA NADAPDAP : Growth Response Stump Rubber (Hevea brassiliensis Muell-Arg) on the Cutting Root Stables in Several Media Composition Planting, guided by Charloq and Jonatan Ginting..
One of the problems faced in rubber cultivation is the high percentage of deaths stum in the field of 15- 20%. The percentage of deaths occurring in the field caused by the inhibition of the growth of roots and shoots. However, further research needs to be done to address the root growth is inhibited then cutting the roots that aims to improve root development, growth of shoots and multiply and accelerate to form adventitious roots. The purpose of this study was to determine the growth response stump rubber (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) To cutting the taproot growing media compositions. The experiment was conducted in July and November 2010 at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. The study design used was completely randomized factorial design with two factors and three replications. The first factor is cutting roots (P0, P1 and P3) and the second factor is the growing media (M0, M1, M2 and M3). Parameters measured were percentage germinate, melentis speed, length of buds, shoots diameter, number of leaves, fresh weight tahuk, shoot dry weight, weight Basak root, root dry weight and root length increase.
The survey results revealed that the cutting roots have real impact on the parameters melentis percentage, speed melentis, root wet weight, dry weight of roots and root length with the addition of the best cuts on P1 (Cutting ¼ root tip). Planting medium significantly affected the length parameter length of shoots and roots with the addition of the best growing media in M0 (1: 0). Interaction between cutting the roots and planting media significantly affect kecpatan melentis, long shoots, buds diameter, number of leaves, fresh weight of roots and root dry weight with the best combination in the treatment P1M0.
Keywords: Stump, cutting the roots, planting media.

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lumban Lintong, pada tanggal 23 Januari 1992 dari ayah Arifin Nadapdap dan ibu Saida Manurung Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematang Siantar dan pada tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) dan anggota Kumpulan Mahasiswa Kristen (KMK) FP USU. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PTPN III Membang Muda, Kab. Labuhan Batu Utara pada bulan Juli hingga Agustus 2013.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg) terhadap Pemotongan Akar Tunggang pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mengasihi, dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Charloq, MP sebagai ketua komisi pembimbing, dan Bapak Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penyusunan sampai selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ....................................................................................................... i ABSTRACK .................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ............................................................................................... 5 Stump Karet ..................................................................................................... 6 Pemotongan Akar Tunggang............................................................................ 9 Media Tanam ................................................................................................... 10 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 13 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................... 13 Metode Penelitian............................................................................................. 13 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 15
Persiapan lahan......................................................................................... 15 Persiapan media tanam............................................................................. 15 Pemilihan stump....................................................................................... 15 Pemotongan akar tunggang stump karet .................................................. 16 Penanaman stump..................................................................................... 16 Pemeliharaan tanaman ............................................................................. 16
Penyiraman........................................................................................ 16 Penyiangan ...................................................................................... 16 Penunasan ........................................................................................ 16 Pemupukan ...................................................................................... 17 Pengamatan parameter ............................................................................. 17 Persentase melentis (%) ..................................................................... 17 Kecepatan melentis (hari) ................................................................ 17 Panjang tunas (cm)............................................................................ 18 Diameter tunas (cm).......................................................................... 18 Jumlah daun ( helai ) ......................................................................... 18 Berat basah tunas (g)......................................................................... 18 Berat kering tunas (g)........................................................................ 18 Berat basah akar (g) .......................................................................... 18 Berat kering akar (g) ......................................................................... 18 Penambahan panjang akar (cm) ........................................................ 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ............................................................................................................... 20

Persentase melentis (%)............................................................................ 20 Kecepatan melentis (hari) ....................................................................... 21 Panjang tunas (cm)................................................................................... 23 Diameter tunas (cm)................................................................................. 25 Jumlah daun ( helai ) ................................................................................ 27 Berat basah tunas (g)................................................................................ 29 Berat kering tunas (g)............................................................................... 30 Berat basah akar (g) ................................................................................. 31 Berat kering akar (g) ................................................................................ 33 Penambahan panjang kar (cm) ................................................................. 35 Pembahasan...................................................................................................... 36 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................................... 45 Saran ................................................................................................................ 45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No.
1. Data persentase melentis (%) pada perlakuan pemotongan akar
dan media tanam .............................................................................

Hal 20

2. Data kecepatan melentis (%) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam .............................................................................. 22

3. Data panjang tunas (cm) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam..................................................................................... 24

4. Data diameter tunas (mm) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam..................................................................................... 26

5. Data jumlah daun (helai) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam..................................................................................... 27

6. Data berat basah tunas (g) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam..................................................................................... 29

7. Data berat kering tunas (g) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam..................................................................................... 30


8. Data berat basah akar (g) pada perlakuan konsentrasi auksin dan media tanam..................................................................................... 31

9. Data berat kering akar (g) pada perlakuan konsentrasi auksin dan media tanam..................................................................................... 33

10. Rataan penambahan panjang akar (cm) pada perlakuan konsentrasi auksin dan media tanam ............................................... 35

LAMPIRAN GAMBAR No.
1. Hubungan persentase bertunas terhadap beberapa pemotongan akar .................................................................................................

Hal. 21

2. Hubungan komposisi media tanam terhadap kecepatan melentis pada pemotongan akar ................................................................... 22

3. Hubungan pemotongan akar terhadap kecepatan melentis pada komposisi media tanam .................................................................. 23

4. Hubungan komposisi media tanam terhadap panjang tunas pada pemotongan akar.............................................................................. 24

5. Hubungan pemotongan akar terhadap panjang tunas pada komposisi media tanam .................................................................. 25

6. Hubungan komposisi media tanam terhadap diameter tunas pada pemotongan akar.............................................................................. 26


7. Hubungan pemotongan akar terhadap diameter tunas pada komposisi media tanam ................................................................... 27

8. Hubungan komposisi media tanam terhadap jumlah daun pada pemotongan akar.............................................................................. 28

9. Hubungan pemotongan akar terhadap jumlah daun pada komposisi media tanam ................................................................... 29

10. Hubungan komposisi media tanam terhadap berat basah akar pada pemotongan akar.............................................................................. 32

11. Hubungan pemotongan akar terhadap berat basah akar pada komposisi media tanam ................................................................... 32

12. Hubungan komposisi media tanam terhadap berat kering akar pada pemotongan akar .................................................................... 34

13. Hubungan pemotongan akar terhadap berat kering akar pada komposisi media tanam ................................................................... 34

14. Hubungan penambahan panjang akar terhadap beberapa pemotongan akar.............................................................................. 36

15. Hubungan antara penambahan panjang akar terhadap komposisi media tanam .................................................................................... 36

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal.

1. Data pengamatan persentase melentis.............................................. 50

2. Tabel sidik ragam persentase melentis ............................................ 50

3. Data pengamatan persentase melentis (Transformasi Arcsin)......... 51

4. Tabel sidik ragam persentase melentis (Transformasi Arcsin)........ 51

5. Data pengamatan kecepatan melentis (%/hari)................................ 52

6. Tabel sidik ragam kecepatan melentis ............................................ 52

7. Data pengamatan panjang tunas (cm) 6 MST. ................................ 53

8. Tabel sidik ragam panjang tunas 6 MST ......................................... 53

9. Data pengamatan panjang tunas (cm) 8 MST ................................. 54

10. Tabel sidik ragam panjang tunas 8 MST ......................................... 54


11. Data pengamatan panjang tunas (cm) 10 MST ............................... 55

12. Tabel sidik ragam panjang tunas 10 MST ....................................... 55

13. Data pengamatan panjang tunas (cm) 12 MST ............................... 56

14. Tabel sidik ragam panjang tunas 12 MST ....................................... 56

15. Data pengamatan diameter tunas (mm) 6 MST............................... 57

16. Tabel sidik ragam diameter tunas 6 MST........................................ 57

17. Data pengamatan diameter tunas (mm) 8 MST............................... 58

18. Tabel sidik ragam diameter tunas 8 MST........................................ 58

19. Data pengamatan diameter tunas (mm) 10 MST............................. 59

20. Tabel sidik ragam diameter tunas 10 MST...................................... 21. Data pengamatan diameter tunas (mm) 12 MST............................. 22. Tabel sidik ragam diameter tunas 12 MST......................................


59 60 60

23. Data pengamatan jumlah daun (helai) ............................................. 61

24. Tabel sidik ragam jumlah daun....................................................... 61

25. Data pengamatan berat basah tajuk (g)............................................ 62

26. Tabel sidik ragam berat basah tajuk ................................................ 62

27. Data pengamatan berat kering tajuk (g)........................................... 63

28. Tabel sidik ragam berat kering tajuk ............................................... 63

29. Data pengamatan berat basah akar (g)............................................. 64

30. Tabel sidik ragam berat basah akar ................................................. 64

31. Data pengamatan berat kering akar (g)............................................ 65


32. Tabel sidik ragam berat basah akar ................................................ 65

33. Data pengamatan berat kering akar (g) (Transformasi � + 0,5) .. 66

34. Tabel sidik ragam berat kering akar (Transformasi � + 0,5) ....... 66

35. Data pengamatan penambahan panjang akar (g) ............................. 67

36. Tabel sidik ragam penambahan panjang akar.................................. 37. Data pengamatan penambahan panjang akar (cm)
(Transformasi �) ........................................................................... 38. Tabel sidik ragam penambahan panjang akar (Transformasi �) ..

67
68 68

39. Deskripsi karet PB 260 .................................................................... 69

40. Bagan lahan penelitian..................................................................... 70

41. Jadwal kegiatan ............................................................................... 42. Analisis Tanah ................................................................................. 43. Foto penelitian .................................................................................


71 72 73

ABSTRAK
KRISTINA NADAPDAP : Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg) terhadap Pemotongan Akar Tunggang pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh Charloq dan Jonatan Ginting.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet yaitu tingginya persentase kematian stump di lapangan sebesar 15- 20%. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengatasi pertumbuhan akar yang terhambat, maka dilakukan pemotongan akar yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan akar, pertumbuhan tunas dan memperbanyak serta mempercepat terbentuk akar- akar adventif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemotongan akar (P0, P1 dan P3) dan faktor kedua adalah media tanam (M0, M1, M2 dan M3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah tunas, berat kering tunas, berat basak akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar.
Hasil penelitian diketahui bahwa pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap parameter persentase melentis, kecepatan melentis, berat basah akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar dengan pemotongan terbaik pada P1 (Pemotongan ¼ ujung akar). Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas dan penambahan panjang akar dengan media tanam terbaik pada M0 (1:0). Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap kecpatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah akar dan berat kering akar dengan kombinasi terbaik pada perlakuan P1M0.
Kata kunci : Stump, Pemotongan akar, Media tanam

ABSTRACT
KRISTINA NADAPDAP : Growth Response Stump Rubber (Hevea brassiliensis Muell-Arg) on the Cutting Root Stables in Several Media Composition Planting, guided by Charloq and Jonatan Ginting..
One of the problems faced in rubber cultivation is the high percentage of deaths stum in the field of 15- 20%. The percentage of deaths occurring in the field caused by the inhibition of the growth of roots and shoots. However, further research needs to be done to address the root growth is inhibited then cutting the roots that aims to improve root development, growth of shoots and multiply and accelerate to form adventitious roots. The purpose of this study was to determine the growth response stump rubber (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) To cutting the taproot growing media compositions. The experiment was conducted in July and November 2010 at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. The study design used was completely randomized factorial design with two factors and three replications. The first factor is cutting roots (P0, P1 and P3) and the second factor is the growing media (M0, M1, M2 and M3). Parameters measured were percentage germinate, melentis speed, length of buds, shoots diameter, number of leaves, fresh weight tahuk, shoot dry weight, weight Basak root, root dry weight and root length increase.
The survey results revealed that the cutting roots have real impact on the parameters melentis percentage, speed melentis, root wet weight, dry weight of roots and root length with the addition of the best cuts on P1 (Cutting ¼ root tip). Planting medium significantly affected the length parameter length of shoots and roots with the addition of the best growing media in M0 (1: 0). Interaction between cutting the roots and planting media significantly affect kecpatan melentis, long shoots, buds diameter, number of leaves, fresh weight of roots and root dry weight with the best combination in the treatment P1M0.
Keywords: Stump, cutting the roots, planting media.

PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di dunia disamping Malaysia dan Thailand. Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi karet untuk yang masa yang akan datang adalah masih tersedianya lahan tropis yang cukup besar yang sesuai untuk penanaman pohon karet. Di sisi lain negara produsen karet lainnya yaitu Malaysia dan Thailand, produksinya terus mengalami penurunan karena kebijakan pemerintah yang kurang mendukung (Novianti dan Hapsari, 2007).
Produksi karet Indonesia pada tahun 2008 sekitar 2.751.286 ton dengan luas lahan 3.424.220 ha dan pada tahun 2012 sekitar 3.012.254 ton dengan luas lahan 3.506.201 ha. Jadi peningkatan produksi karet dari 2008-2012 adalah 260.968 ton. Untuk produksi karet di Sumatera Utara pada tahun 2008 sekitar 443.519 ton dengan luas lahan 462.036 ha dan tahun 2012 sekitar 486.307 ton dengan luas lahan 473.748 ha. Jadi peningkatan produksi karet di Sumatera Utara pada tahun 2008-2012 adalah 33.229 ton. Sumatera Utara adalah penghasil karet kedua di Indonesia setelah Sumatera Selatan (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012).
Masalah utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktifitas rendah, hanya 685 kg/ha/tahun, jauh dari produktifitas perkebunan besar yang rata-rata sudah di atas 1000 kg/ha/tahun. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan sebagian besar kebun petani 85% masih menggunakan bahan tanam non-unggul dan masih luasnya areal karet yang tua/rusak yang perlu diremajakan (Ditjenbun, 2005). Selain itu masalah yang dihadapi para pekebunan

jika menggunakan stump okulasi mata tidur sebagai bahan tanam ialah tingginya persentase kematian stump di lapangan sebesar 15- 20%. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas (Rosyid dan Drajat, 2008).

Untuk mencapai produktivitas yang tinggi, bahan tanam digunakan adalah bibit unggul yang berasal dari benih unggul yang diseleksi dengan baik merupakan tahapan yang penting sebab penggunaan bibit unggul akan menghasilkan produksi pertanaman yang baik serta berproduksi secara berkesinambungan. Bahan tanam karet yang dianjurkan untuk ditanam adalah bahan tanam klon yang diperbanyak dari okulasi (Siagian, 2012). Dimana okulasi adalah satu teknik yang dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet dari klonklon unggul (Setiawan dan Andoko, 2010). Ada tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet, yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut pada prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan umur batang atas (Amypalupy, 2009)
Amypalupy (2009) menjelaskan bahwa bahan tanaman karet asal okulasi banyak memberi keuntungan dari sifat-sifat unggul induknya seperti pertumbuhan tanaman seragam, produksi tinggi, mulai berproduksi dalam waktu relatif singkat, mudah dalam penyadapan, dan tahan terhadap penyakit. Menurut Setyamidjaja (1993 ) hasil okulasi pada tanaman karet salah satunya adalah stump. Stump adalah bibit hasil okulasi dengan mata tunas okulasi yang belum tumbuh.
Untuk mengatasi pertumbuhan akar yang terhambat maka dilakukan pemotongan akar yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan akar, pertumbuhan tunas dan memperbanyak serta mempercepat terbentuk akar- akar

adventif. Pemotongan akar pada stump juga bertujuan untuk menghindari pembengkokan akar pada saat penanaman yang menyebabkan kekerdilan pertumbuhan bibit (Yahmadi 1979 dalam Sari 2001). Pemotongan akar tunggang merupakan salah satu masalah dalam pembibitan. Akar akan menentukan baik buruknya pertumbuhan bibit. Oleh karena itu dilakukan pemotongan akar supaya akar mampu tumbuh dengan baik dan memacu pertumbuhan akar lateral ke samping guna memperlebar penyerapan air oleh akar sehingga kebutuhan air oleh tanaman tercukupi dengan demikian dapat memacu pertumbuhan tunas lebih cepat (Nur, et. al, 2013).
Selain pemotongan akar, media tanam juga penting untuk pertumbuhan tanaman yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman dan penyedia air dan unsur hara bagi tanaman. Secara umum, media tanam dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu media tanam tanah dan non tanah. Pasir sering digunakan sebagai media tanam untuk menggantikan fungsi tanah, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan aerasi serta drainase media tanam. Fungsi pasir ini untuk mempermudah mengalirnya kelebihan air dalam media tanam dan mengurangi mengerasnya media tanam (Ismail,2013). Topsoil adalah lapisan tanah bagian atas, topsoil mempunyai peranan yang sangat penting karena di lapisan itu terkonsentrasi kegiatan-kegiatan mikroorganisme yang secara alami mendekomposisi serasah pada permukaan tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesuburan tanah (Andy, 2009).
Sejalan dengan permasalahan diatas, ada juga beberapa masalah yang terjadi dilapangan. Dimana pada saat pemesanan stump di Pusat Penelitian Karet

Sungei Putih, Sumatera Utara untuk bahan praktikum di laboratorium budidaya tanaman karet Fakultas Petanian Universitas Sumatera Utara. Kenyataannya dilapangan stump yang diterima sangat bervariasi, panjang-panjang, dan tidak sesuai dengan polibag yang disiapkan sehingga daya tampung polibag untuk menahan stump tersebut tidak cukup. Dari permasalahan tersebut, peneliti ingin meneliti seberapa banyak pemotongan yang ideal yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada berbagai komposisi media tanam. Hipotesis Penelitian
Ada pertumbuhan stump karet yang berbeda terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam serta interaksinya. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi yan membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet
Berdasarkan (Budiman, 2012), sistematika tanaman karet, diuraikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo : Euphorbiales; Familia : Euphorbiaceae; Genus : Hevea; Species : Hevea brassiliensis, Muell-Arg.
Daun karet terdiri atas tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, serta tepinya rata dan gundul (Sianturi, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup tinggi dan berbatang cukup besar. Adapun tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Dibeberapa kebun karet, ada beberapa kecondonfan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan lateks (Tim karya tani mandiri, 2010).
Tanaman karet adalah berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan pernyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993).
Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini dapat menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya (Tim karya tani mandiri, 2010).

Stump Karet Stump karet adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan
selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm diatas mata okulasi, dengan akar tunggang atau bercabang. Akar tunggang lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Sarnis, 2007).
Kelebihan bibit stump mata tidur ini adalah ringan, sehingga mudah diangkut. Sementara itu yang menjadi permasalahan adalah persentase kematian bibit di lapangan cukup tinggi, hal ini disebabkan perkembangan akar yang tidak optimal dan pertumbuhan tunas yang terhambat (Setiawan dan Andoko, 2005 dalam Nur, et. al, 2013).
Kriteria bibit stump mata tidur yang baik adalah memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm. Tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin. Apabila ditoreh pada bagian okulasi berwarna hijau.Jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (BPPP, 2008).
Bibit dalam polibeg adalah stump mata tidur yang ditumbuhkan dalam polibeg sampai memiliki satu atau dua payung daun. Stump ini dapat dibuat dari batang bawah yang ditumbuhkan dan diokulasi dalam polybag. Keuntungan bibit okulasi dalam polybag antara lain prosentase kematian rendah, pertumbuhan seragam dan masa TBM lebih singkat dibanding stump mata tidur (BPTP, 2013).

Tabel 1. Klon-klon unggul anjuran pada tanaman Karet adalah :

Klon Penghasil Lateks Klon Penghasil Lateks Klon Penghasil Kayu dan Kayu
BPM 24, BPM 107, AVROS 2037, BPM 1, IRR 70, IRR 71, IRR

BPM 109, IRR 104, PB IRR 5, IRR 32, IRR 39, 72, IRR 78.

217, PB 260.

IRR 112, IRR 118, PB

330, PB 340, RRIC 100.

(Sumber : Balai Penelitian Sembawa, 2010).

Okulasi karet berdasarkan umur, warna batang bawah dan batang atas,

serta diameter batang bawah dikenal dengan dua jenis okulasi, yaitu okulasi

cokeat dan okulasi hijau. Okulasi coklat dilakukan pada batang bawah berumur

9-18 bulan di pembibitan, sehingga sudah berwarna cokelat dengan diameter lebih

dari 1,5 cm. Sementara itu, okulasi hijau dilakukan pada batang bawah berusia

1,5-2,5 bulan di pembibitan, sehingga masih berwarna hijau dengan diameter

1-1,5 cm. Batang atasnya berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna

hijau. Dibanding okulasi cokelat, okulasi hijau memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1) Pelaksanaan bisa lebih awal 2) Masa hidup dipembibitan lebih pendek,

sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat 3) Perakaran tidak terganggu saat

bibit dipindah ke lapangan 4) Pertautan okulasi lebih baik dan 5) Masa matang

sadap bisa dipercepat enam bulan (Damanik, et. al, 2010).

Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke

tanaman batang bawah yang keduanya mempunyai sifat unggul. Dengan cara ini

akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari kedua tanaman dalam waktu yang

relative pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang relative seragam.

Sedangkan. Menurut Amypalupy (2009) okulasi adalah salah satu cara

perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat unggul.
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stump mata tidur, stump mini, bibit dalam polibeg, atau stump tinggi (Nur, et. al, 2013).
Okulasi hijau memiliki beberapa kelebihan adalah pelaksanaan bisa lebih awal, masa hidup di pembibitan lebih pendek, sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat, Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan, Pertautan okulasi lebih baik dan Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan (Damanik, et. al, 2010). Pada saat okulasi hijau dimana mata telah bengkak,belum muncul tunas, okulasi dibongkar untuk dipindahkan ke lapangan. Bila 8 minggu setelah pemenggalan, mata tunas tidak menunjukkan tanda- tanda pertumbuhan okulasi tersebut dianggap mati (Sianturi, 2001).
Pada proses okulasi, pencabutan stump, proses pengemasan dan pengiriman merupakan faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan metabolisme dalam jaringan stump. Perubahan metabolisme tersebut menyebabkan perubahan dalam viabilitas stump untuk tumbuh dan berkemban kembali. Pencabutan stump dari tanah di pembibitan lapangan mengakibatkan pelukaan pada sebagian besar akar, terutama pada stump tanpa akar lateral (Hartman, et. al., 1990 dalam Sutanto, 2008).
Pembongkaran bibit menjadi stum mata tidur yang akan dipindahkan kekebun atau polybag dilakukan apabila mata okulasi telah membengkak, yaitu

telah terangsang untuk tumbuh, yang tujuannya untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, juga untuk memastikan bahwa bibit yang ditanam tumbuh baik serta untuk memudahkan akar untuk menyerap unsur hara maka akar lateralnya disisakan hanya 5 – 10 cm (Setyamidjaja, 1993).
Penggunaan bibit bermutu tinggi merupakan suatu keharusan bagi petani perkebunan karet rakyat untuk meningkatkan produktivitas. Hasil bibit yang optimal membutuhkan pengelolaan bibit yang baik pula di lapangan dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pada perkebunan karet ( BPTP, 2013) Pemotongan Akar Tunggang
Pemotongan akar adalah pemangkasan akar di lahan pembibitan untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Irawan, 2011).
Adanya pengaruh terhadap diameter tunas tersebut di atas membuktikan bahwa penggunaan stump karet dengan panjang 20 cm merupakan panjang stump terbaik karena dapat menyediakan bahan makanan yang mencukupi kebutuhan tanaman sehingga mampu memacu pertumbuhan tunas secara optimal. Hormon auksin yang terletak pada ujung batang dan ujung akar, fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu

pertumbuhan tunas dan diameter tunas dalam proses pembelahan sel (Nur, et. al, 2013).
Panjang akar tunggang mempengaruhi nisbah tajuk-akar. Kerusakan akar tunggang terkecil mengahasilkan nisbah tajuk-akar terendah. Panjang akar tunggang 25 % memberikan nisbah tajuk-akar terbesar, tetapi perbedaan antara 50 %, 75 %, dan 100 % tidak nyata. Pada umur 18 minggu setelah tanam, diameter tunas, tinggi tunas, jumlah daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar tidak dipengaruhi oleh panjang akar tunggang dan waktu simpan setelah pencabutan. Interaksi antara kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati (Sulistyono, et. al, 1994).
Penggunaan stump sebagai bahan perbanyakan tanaman telah dilakukan pada tanaman karet. Laju pertumbuhan sturn karet pada panjang akar tunggang 15 cm tertekan, sedangkan pada panjang akar tunggang 25 dan 35 em pertumbuhannya lebih baik dan di antara keduanya tidak berbeda (Siagian, et al., 1987). Bibit pada urnumnya diangkut dari tempat persemaian untuk ditanam di lapang. Sehubungan dengan hal tersebut timbul masalah yang disebabkan oleh ukuran sturn yang berhubungan dengan tingkat kerusakan akar tunggang, biaya angkut sturn dan waktu simpan sturn untuk tetap mempunyai daya hidup di lapang (Sulistyono, et. al, 1994). Media Tanam
Media tumbuh yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur ringan, dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Media untuk pembibitan memiliki daya menahan air yang baik, cukup hara, bebas dari gulma dan patogen, serta

kemasaman tanah optimal bagi pertumbuhan tanaman (Istiana dan Sadikin, 2008) Menurut Hartman dan Kester (1978) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil yang baik, media perakaran harus dapat memegang stek selama perakaran, dapat menahan kelembaban, mempunyai aerasi dan drainase yang baik
Tanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam kehidupan di bumi ini, baik untuk bidang kehutanan, pertanian, perkebunan maupun bidangbidang lainnya. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkansifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah (pH), kadar bahan organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) (Anisa, 2011). Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag adalah tanah lapisan atas (top soil) yang subur yang mengandung bahan organik. Tanah tersebut kemudian diayak untuk memisahkan dari sisa-sisa akar dan kayu yang dapat menjadi sumber penyakit (Budiman, 2012).
Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Pasir mengandung unsur hara phospor (0,08 g), kalium (2,53 g), kalsium (2,92 g), Fe2O3 (5,19 g) dan MgO (1,02 g) (Ismail, 2013).
Media tanam yang berasal dari pasir memiliki sifat-sifat antara lain aerasi dan draenasenya lebih baik dibandingkan dengan media tanam yang berasal dari

tanah. Kemampuan mengikat air media ini sangat rendah serta unsur hara yang diberikan melalui pemupukan juga cepat terbawa air keluar dari area perakaran (Anggraini, 2012 ).
Tanah pasir atau dapat juga dikatakan tanah berukuran pasir antara 2,00,20 mm dan sebagian besar tanah didomi nasi oleh fraksi pasir. Tanah pasir banyak mengandung pori-pori makro, sedikit pori-pori sedang dan pori-pori mikro. Tipe tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah pasir banyak didominasi mineral primer jenis kwarsa (SiO2) yang tahan terhadap pelapukan dan sedikit mineral sekunder. Mineral kwarsa mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005).
Partikel pasir ukurannya jauh lebih besar dan memiliki luas permukaan yang kecil dibandingkan dengan partikel debu dan liat. Oleh karena itu, maka peranan partikel pasir dalam ikut mengatur sifat-sifat kimia tanah adalah kecil sekali, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam mana disekelilingnya terdapat partikel-partikel liat dan debu yang lebih aktif. Tanahtanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman (Hakim, et. al, 1986).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dari permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli-November 2014 dengan suhu ratarata 27.50C. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stump mata tidur karet dari klon PB 260, polybag dengan ukuran 25 x 50 cm, tanah topsoil, pasir, label, air, pupuk Urea, SP-36, KCl, Kieserit, Dithane M45 dan amplop.
Alat yang digunakan pada penelitian adalah cangkul untuk mengolah plot, meteran, gembor, pisau, kalkulator, alat tulis, ember, spidol, jangka sorong, timbangan analitik, oven, gelas ukur dan kamera. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ) dengan dua faktor perlakuan, yaitu: Faktor 1 : Pemotongan Akar Tunggang, terdiri dari tiga taraf yaitu :
P0 : Tanpa Pemotongan P1 : ¼ Pemotongan dari ujung akar P2 : ½ Pemotongan dari ujung akar Faktor 2 : Media Tanam ( Topsoil + Pasir ) terdiri dari empat taraf yaitu : M0 : Top Soil M1 : Top Soil : Pasir (1:1)

M2 : Top Soil : Pasir (1:2)

M3 : Top Soil : Pasir (1:3)

Maka akan didapat 12 kombinasi perlakuan yaitu:

P1M0

P2M0

P3M0

P1M1

P2M1

P3M1

P1M2

P2M2

P3M2

P1M3

P2M3

P3M3

Jumlah ulangan

: 3 Ulangan

Jumlah plot

: 36 Plot

Ukuran plot

: 120 cm x 150 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Jumlah polibag/plot

: 12 polibag

Jumlah tanaman/polibag : 1 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 432 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linier aditif sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ )ij + Ԑijk i = 1,2,3, j = 1,2,3,4 k = 1,2,3

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada taraf ke-i akibat perlakuan pemotongan akar

tungang dengan media tanam ke-j pada ulangan ke- k

µ = Rataan umum

αi = Efek perlakuan pemotongan akar tunggang pada taraf ke-i βj = Efek perlakuan media tanam pada taraf ke-j

(α β )ij = Interaksi antara pemotongan akar tunggang taraf ke-i dan media tanam ke-j .
Ԑijk = Galat dari pemotongan akar tunggang ke-j dan media tanam ke-j pada …ulangan ke-k. Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji
beda rataan berdasarkan uji jarak berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995). Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 120 cm x 150 cm dan jarak antar blok 50 cm dan jarak antar plot 30 dengan luas lahan 5,6 x 21,3 m. Persiapan media tanam
Media tanam topsoil dan pasir dicampur merata hingga homogen kemudian dimasukkan ke dalam polibag berukuran 25 x 50 cm sampai batas ¾ bagian sesuai dengan perlakuan. Pemilihan stump
Stump yang digunakan adalah green budding yang diperoleh dari Balai Penelitian Sungei Putih yang berumur 21 setelah pengokulasian. Pemilihan stump dilakukan setelah stump dibongkar dengan menggunakan cangkul atau pulling jack (dongkrak). Kriteria stump harus memiliki diameter batang seragam 1,5-2 cm, akar tunggang lurus dan dipotong sesuai perlakuan dan akar lateral panjangnya 5-10 cm, tidak berbentuk garpu dan berbonggol, tidak terkena jamur

akar putih dan ujung batang bekas sayatan yang serong dicelup dalam lilin cair. Stump yang dipakai tidak dua kali okulasi. Pemotongan akar tunggang stump
Stump mata tidur yang telah dipilih kemudian dipotong akar tunggangnya dengan menggunakan pisau tajam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu tanpa pemotongan, ¼ pemotongan dan ½ pemotongan dari ujung akar dan pemotongan akar dibuat serong. Penanaman stump
Sebelum dilakukan penanaman, stump direndam dengan larutan dithane M45 dengan dosis 2g/liter dengan waktu 15 menit. Media tanam terlebih dahulu disiram lalu dibuat lubang pada bagian tengah. Stump ditanam dan tanah disekeliling lubang dipadatkan sehingga stump dapat berdiri tegak dan dilakukan penyiraman. Pemeliharaan tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, sesuai kondisi dilapangan dengan menggunakan gembor. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan tangan ataupun dengan cangkul, baik didalam maupun diluar polibag. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan antar tanaman utama dengan gulma. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan. Penunasan
Tunas liar yang tumbuh pada batang bawah dibuang dengan cara

menggunakan pisau. Hal ini bertujuan untuk memusatkan bahan hasil fotosintesis dan juga translokasi unsur hara dari tanah ke tunas yang diinginkan agar pertumbuhannnya maksimal. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pupuk Urea dengan dosis 5 g/tanaman, SP36 6,3 g/tanaman, KCl 2 g/tanaman, Kieserit 2 g/tanaman, dan diaplikasikan setiap bulannya. Pengamatan parameter Persentase bertunas (%)
Parameter persentase bertunas diamati dengan menghitung mata tunas yang suda melentis setiap hari sampai 40 HST dengan menggunakan rumus : Persentase bertunas (%) = jumlah tunas yang sudah muncul x 100%
jumlah stump seluruhnya
Ciri-ciri mata tunas yang sudah melentis adalah mata tunas yang sudah tersembul keluar. Kecepatan melentis (hari)
Parameter kecepatan melentis diamati dengan menghitung mata tunas yang suda melentis setiap hari samapi 40 HST. Ciri-ciri mata tunas yang sudah melentis adalah mata tunas yang sudah tersembul keluar. Kecepatan melentis = N1T1+ N2T2 + ....+ N14T14
jumlah stump yang tumbuh
N = jumlah stump yang melentis pada satuan waktu tertentu. T = jumlah waktu melentis samapi 40