Wanprestasi Dalam Perjanjian Lisensi Merek

Wanprestasi Dalam Perjanjian Lisensi Merek
Natalie S. M. Pasaribu
Program Studi Magister Kenotariatan
Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Aspek hukum Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) bermula dari hasil
kemampuan berpikir (daya cipta). Hasil kemampuan berpikir tersebut berupa ide yang
hanya dimiliki oleh Pencipta atau Penemu secara khusus (exclusive) yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk ciptaan atau invensi. Ciptaan atau invensi adalah hak milik
material (berwujud), diatas hak milik material tersebut melekat hak immaterial (tidak
berwujud) yang berasal dari akal (intelek) pemiliknya. Salah satu bentuk dari daya cipta
tersebut adalah kemampuan untuk mencipta suatu merek, baik merek dagang maupun
merek jasa. Terhadap hak milik tersebut, undang-undang memberi kebebasan kepada
pemilik untuk menikmati manfaat, mengembangkan, memelihara, mengalihkan atau
bahkan memusnahkannya. Disamping itu, dalam penggunaan atau pemanfaatan Hak atas
Kekayaan Intelektual dapat juga memberikan hak (bukan pengalihan hak) kepada pihak
lain melalui perjanjian, sehingga ciptaan atau invensi itu dapat dinikmati oleh konsumen
dalam lingkup kawasan yang lebih luas secara nasional/internasional. Dalam
memanfaatkan nilai-nilai ekonomi ini secara optimal, seorang pemegang hak atas merek
tersebut diatas seringkali tidak mungkin melakukan sendiri pemanfaatan ekonominya.

Oleh karena itu, baik terhadap seseorang maupun perusahaan yang mempunyai aset hak
atas merek diperbolehkan untuk memberikan hak atas aset hak atas merek yang
dimilikinya kepada perusahaan lain untuk pemanfaatan sebesar-besarnya melalui lisensi,
yaitu perjanjian lisensi merek. Suatu perjanjian lisensi merek tersebut harus didaftarkan.
Dengan adanya pemberian lisensi merek ini membawa keuntungan bagi pemberi maupun
penerima lisensi. Keuntungan bagi pemberi lisensi adalah terhindar dari biaya produksi
yang besar dan kemungkinan kegagalan dari usaha penelitian dan pengembangan.
Sedangkan bagi penerima dapat menikmati nama baik yang ada pada pemberi lisensi.
Selain itu, penerima lisensi juga dapat melakukan diversifikasi atau perbaikan produk
baik kwantitatif maupun kwalitatif. Akan tetapi dalam suatu perjanjian pada umumnya
dan lisensi pada khususnya tentu ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Akan tetapi
di dalam praktek terkadang hal tersebut tidak dapat dipenuhi sehingga terjadi sengketa
antara para pihak yang melakukan perjanjian tersebut. Oleh karena itu sangatlah penting
untuk diketahui bagaimana ruang lingkup pengaturan hak dan kewajiban para pihak
dalam lisensi merek, faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dan
bagaiman penyelesaian yang diberikan dalam perjanjian lisensi tersebut.
Untuk membahas permasalahan di atas maka penelitian ini bersifat deskriptif
analitis dengan pendekatan yuridis normatif. Untuk itu diperlukannya suatu data baik data
primer, sekunder dan tertier. Dengan teknik pengumpulan data library research dengan
alat pengumpulan data yaitu studi dokumen dan wawancara. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis sehingga di dapatkan kesimpulan yang bersifat deduktif-induktif.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

1

Bahwa hak licensor adalah menerima royalti, menempatkan staf ahlinya untuk
membantu licensee, mengadakan pengawasan kontrol mutu, dan menetapkan sejumlah
ketentuan yang disepakati pihak licensee. Kewajiban licensor adalah memberikan seluruh
informasi teknis tentang merek yang dilesensi, menyediakan formula, proses, metode
produksi dan pengetahuan tentang barang lisensi. Sedangkan hak-hak licensee yaitu
memproduksi merek adalah mengikuti petunjuk licensor dalam memproduksi,
menyiapkan dan memasarkan produksi dan membayar royalti. Faktor-faktor penyebab
wanprestasi biasanya adalah tentang mutu barang lisensi, jangka waktu perjanjian, dan
royalti. Penyelesaian sengketa biasanya dilakukan dengan musyawarah dan melalui
pengadilan atau arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa.
Saran yang diberikan untuk penulisan ini adalah agar dalam setiap perjanjian
lisensi hubungan hukum dalam hal ini adalah mengenai hak dan kewajiban di dalam
klausula perjanjian lisensi antara licensor dengan licensee terdapat suatu keseimbangan.
Juga harus adanya pengawasan saling mengawasi antara licensor dengan licensee

sehingga tidak terjadinya wanprestasi yang merugikan kedua belah pihak dan hendaknya
diutamakan penyelesaian sengketa yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, hal ini
bisa dilakukan dengan musyawarah dan arbitrasi dan penyelesaian sengketa.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

2