Analisa Efektivitas PHBM di LMDH Tlogo Mulyo dengan Menggunakan Teknik Analisa Gender

ANALISA EFEKTIVITAS PHBM DI LMDH TLOGO MULYO
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ANALISA GENDER

LISTIA HESTI YUANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisa Efektivitas
PHBM di LMDH Tlogo Mulyo dengan Menggunakan Teknik Analisa Gender
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Listia Hesti Yuana
NIM I34090009

ABSTRAK
LISTIA HESTI YUANA. Analisa Efektivitas PHBM di LMDH Tlogo Mulyo
dengan Menggunakan Teknik Analisa Gender. Dibimbing oleh MELANI
ABDULKADIR-SUNITO.
PHBM merupakan program Departemen Kehutanan yang menekankan pola
kolaborasi antar stakeholder termasuk masyarakat desa hutan. Perempuan juga
termasuk ke dalam masyarakat desa hutan. Pelibatan perempuan dalam
pengelolaan sumberdaya sangat penting untuk memenuhi kebutuhan perempuan
dan mewujudkan kesetaraan gender di sektor kehutanan yang identik dengan lakilaki. Oleh karena itu teknik analisa gender sangat diperlukan untuk menganalisa
efektivitas PHBM. Efektivitas PHBM dapat dianalisis berdasarkan dimensi
ekonomi, dimensi ekologi, dan dimensi sosial. Berdasarkan efektivitas pada
dimensi ekonomi, PHBM belum berhasil membuat perubahan pendapatan dan
perubahan keragaman sumber pendapatan yang signifikan karena kegiatan PHBM
masih terbatas pada kegiatan sadap getah pinus. PHBM menunjukkan hasil yang
positif dari dimensi ekologi yang ditunjukkan dengan tidak adanya penjarahan

hutan dan optimalisasi pemanfaatan lahan hutan. Sedangkan pada dimensi sosial,
PHBM masih belum berhasil mewujudkan kesetaraan gender. Perempuan akses
terhadap sumberdaya pertanian baik pertanian hutan maupun nonhutan tetapi
kontrol terhadap sumberdaya tersebut berada di tangan laki-laki.
Kata kunci : PHBM, perempuan, teknik analisa gender, efektivitas PHBM

ABSTRACT
LISTIA HESTI YUANA. Effectiveness Analysis of CBFM in LMDH Tlogo
Mulyo Using Gender Analysis Techniques. Under the guidance of Melani
Abdulkadir-sunito.
CBFM is a program of the Ministry of Forestry that emphasize patterns of
collaboration among stakeholders including forest villagers. Women are also
included within the village community forest. Involving women in resource
management is critical to meet the needs of women and gender equality in the
forestry sector are identical to men. Therefore, gender analysis technique is
necessary to analyze the effectiveness of CBFM. The effectiveness of CBFM can
be analyzed based on the economic, ecological dimension and a social dimension.
Based on the effectiveness of the economic dimension, CBFM has not made
changes in income and changes in the diversity of sources of significant revenue
for CBFM activities are limited to the activities of pine resin tapping. CBFM

showed positive results of the ecological dimension indicated by the absence of
plunder of forest and forest land use optimization. While the social dimension,
CBFM still have not managed to achieve gender equality. Women's access to
agricultural resources, agriculture, forests and non-forest but the control of these
resources are in the hands of men.
Key words : PHBM, women, gender technique analysis, PHBM effectivity

ANALISA EFEKTIVITAS PHBM DI LMDH TLOGO MULYO
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ANALISA GENDER

LISTIA HESTI YUANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisa Efektivitas PHBM di LMDH Tlogo Mulyo dengan
Menggunakan Teknik Analisa Gender
Nama
: Listia Hesti Yuana
NIM
: I34090009

Disetujui oleh

Ir Melani Abdulkadir-sunito, M.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Analisa Efektivitas PHBM di LMDH Tlogo Mulyo dengan
Menggunakan Teknik Analisa Gender” dengan lancar. Penulisan skripsi ini
disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Melani
Abdulkadir-sunito, M.Sc yang telah membimbing, mengarahkan, serta
memberikan saran dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan skripsi
ini. Terima kasih kepada Dr Ivanovic Agusta sebagai dosen penguji utama, Rina
Mardiana SP, M.Si sebagai dosen penguji wakil akademik, dan Sofyan Sjaf, M.Si
sebagai dosen penguji petik yang telah memberikan kritik dan saran yang
bermanfaat untuk memperbaiki laporan penelitian ini. Terima kasih kepada Pak
Kaslam, Pak Tasbin, Pak Ruslani, Pak Jumadi, anggota tani sadap, jajaran KPH
dan LMDH, serta seluruh masyarakat Tlogohendro yang telah membantu,

mendukung, dan membe\rikan saran dan informasi selama proses penelitian di
lapang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda
(Bapak Purwadi dan Ibu Partini), kakak (Siska Agustina), keluarga, Reza Aditya,
Hilda Nurul Hidayati, Tri Nuryanti, Septiana Nurhanifah, teman-teman SKPM 46
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, teman-teman alumni SMAN 1 Kediri,
dan semua pihak yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
memperbaiki laporan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan
pihak-pihak yang terkait.
Bogor, Februari 2013
Listia Hesti Yuana

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 3
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 6
Kerangka Analisa Harvard untuk Menganalisa Kesetaraan Gender dalam
PHBM .................................................................................................................. 6
Profil Aktivitas ................................................................................................. 7
Profil Akses dan Kontrol .................................................................................. 8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akses dan Kontrol terhadap Sumber
daya dalam PHBM ......................................................................................... 10
Hubungan Kesetaraan Gender dengan Efektivitas Pelaksanaan PHBM ........... 10
Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ......................... 11
KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................................. 14
HIPOTESIS PENELITIAN ................................................................................... 17
DEFINISI OPERASIONAL .................................................................................. 18
PENDEKATAN LAPANG ................................................................................... 24
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 24

Teknik Pengumpulan Data................................................................................. 24
Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 26
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ................................................................ 28
Kondisi Geografi dan Kependudukan ................................................................ 28
Kondisi Sosial Ekonomi .................................................................................... 30

PROFIL LMDH TLOGO MULYO ...................................................................... 32
Sejarah Berdiri ....................................................................................................32
Struktur Kepengurusan .......................................................................................32
Kegiatan LMDH Tlogo Mulyo ...........................................................................34
ANALISIS KESETARAAN GENDER DI LMDH TLOGO MULYO
DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA ANALISA HARVARD .............. 39
Profil Aktivitas Rumahtangga Anggota LMDH Tlogo Mulyo ..........................39
Kegiatan Produktif ......................................................................................... 39
Kegiatan Reproduktif ..................................................................................... 40
Kegiatan Sosial Kemasyarakatan................................................................... 41
Profil Akses dan Kontrol Rumahtangga Anggota LMDH Tlogo Mulyo
terhadap Sumberdaya dalam PHBM ..................................................................43
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profil Akses dan Kontrol terhadap
Sumberdaya dalam PHBM di LMDH Tlogo Mulyo ..........................................49

Faktor Internal................................................................................................ 49
Faktor Eksternal ............................................................................................. 51
ANALISA EFEKTIVITAS PHBM DI LMDH TLOGOMULYO ....................... 57
Dimensi Ekonomi ...............................................................................................57
Dimensi Ekologi .................................................................................................60
Dimensi Sosial ....................................................................................................62
Efektivitas PHBM di LMDH Tlogo Mulyo .......................................................64
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 65
Simpulan .............................................................................................................66
Saran ...................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 85

DAFTAR TABEL
1 Luas wilayah Desa Tlogohendro berdasarkan tata guna lahan pada
tahun 2012................................................................................................... 29
2 Jumlah penduduk Tlogohendro berdasarkan usia dan jenis kelamin
pada tahun 2012 .......................................................................................... 29
3 Jumlah penduduk Desa Tlogohendro berdasarkan tingkat pendidikan
pada tahun 2012 .......................................................................................... 30

4 Jumlah penduduk Desa Tlogohendro berdasarkan mata pencaharian
pada tahun 2012 .......................................................................................... 31
5 Rincian harga getah pinus tahun 2012 di LMDH Tlogo Mulyo .................... 37
6 Curahan waktu (jam per bulan) rumahtangga anggota LMDH Tlogo
Mulyo pada kegiatan produktif berdasarkan lapisan sosial pada tahun
2012 ............................................................................................................ 40
7 Curahan waktu (jam per bulan) rumahtangga anggota LMDH Tlogo
Mulyo pada kegiatan reproduktif berdasarkan lapisan sosial pada
tahun 2012................................................................................................... 41
8 Curahan waktu (jam per bulan) rumahtangga anggota LMDH Tlogo
Mulyo pada kegiatan sosial kemasyarakatan berdasarkan lapisan
sosial pada tahun 2012 ................................................................................ 42
9 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
akses terhadap sumberdaya hutan dan lapisan sosial pada tahun 2012 ...... 43
10 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
kontrol terhadap sumberdaya hutan dan lapisan sosial pada tahun
2012 ............................................................................................................ 43
11 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo
berdasarkan tingkat pendidikan dan lapisan sosial tahun 2012 .................. 49
12 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo

berdasarkan usia dan lapisan sosial pada tahun 2012 ................................. 50
13 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
jumlah anggota rumahtangga produktif dan lapisan sosial pada tahun
2012 ............................................................................................................ 51
14 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
kepemilikan barang berharga dan lapisan sosial pada tahun 2012 ............. 52
15 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
kepemilikan ternak dan lapisan sosial pada tahun 2012 ............................. 53
16 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan luas
lahan dan lapisan sosial pada tahun 2012 ................................................... 53
17 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
kondisi rumah dan lapisan sosial pada tahun 2012 ..................................... 54
18 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
keikutsertaan dalam kelembagaan dan lapisan sosial pada tahun 2012 ...... 55
19 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
status sosial dan lapisan sosial pada tahun 2012......................................... 55
20 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
kesempatan kerja dan lapisan sosial pada tahun 2012 ................................ 56

21 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH berdasarkan
keragaman sumber pendapatan dan lapisan sosial pada tahun 2012 .......... 58
22 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH berdasarkan
tingkat pendapatan dan lapisan sosial pada tahun 2012 ............................. 59
23 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH berdasarkan
efektivitas PHBM pada dimensi ekonomi dan lapisan sosial pada
tahun 2012 .................................................................................................. 60
24 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH berdasarkan
efektivitas PHBM pada dimensi ekologi dan lapisan sosial pada tahun
2012 ............................................................................................................ 61
25 Curahan waktu rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo pada
kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan
berdasarkan lapisan sosial pada tahun 2012 ............................................... 63
26 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo
berdasarkan lapisan sosial serta profil akses dan kontrol terhadap
sumberdaya pada tahun 2012 ..................................................................... 63
27 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo
berdasarkan lapisan sosial serta efektivitas PHBM pada dimensi
sosial pada tahun 2012 ............................................................................... 64
28 Jumlah dan persentase rumahtangga anggota LMDH berdasarkan
efektivitas PHBM dan lapisan sosial pada tahun 2012 .............................. 64

DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan kesetaraan gender dengan efektivitas PHBM .............................. 11
2 Dimensi untuk mengukur efektivitas PHBM ................................................ 12
3 Kerangka analisa gender dalam PHBM ........................................................ 16
4 Teknik pengambilan sampel .......................................................................... 25
5 Teknik pengambilan sampel setelah direorganisasi ...................................... 26
6 Struktur kepengurusan LMDH Tlogo Mulyo ................................................ 34
7 Struktur kepengurusan LMDH berdasarkan buku panduan dari
Perhutani ...................................................................................................... 35

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2012-2013 ......................................... 70
2 Sketsa Desa Tlogohendro .............................................................................. 71
3 Kerangka Sampling........................................................................................ 72
4 Daftar Nama Responden Penelitian ............................................................... 75
5 Tabel curahan waktu (jam/bulan) rumahtangga anggota LMDH untuk
kegiatan produktif berdasarkan lapisan sosial ............................................ 77
6 Tabel curahan waktu (jam/bulan) rumahtangga anggota LMDH untuk
kegiatan reproduktif berdasarkan lapisan sosial ......................................... 79
7 Tabel curahan waktu (jam/bulan) anggota LMDH untuk kegiatan sosial
kemasyarakatan berdasarkan lapisan sosial ................................................ 81
8 Dokumentasi .................................................................................................. 83

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai kebijakan pemerintah termasuk Departemen Kehutanan, semakin
banyak yang menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat. Hal ini tentunya
akan meningkatkan pembagian wewenang antara penduduk miskin, elit tradisional,
dan birokrat pemerintahan setempat. Bahkan UU Kehutanan tahun 1999
mewajibkan pengelolaan hutan yang dapat memberikan manfaat ganda kepada
banyak pihak dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sutopo (2005) mengungkapkan bahwa seiring dengan diterapkannya UU
No 32 tahun 2004 mengenai otonomi daerah, kebijakan-kebijakan dalam
pengelolaan sumberdaya alam terutama di bidang kehutanan juga mengalami
pergeseran. Paradigma pembangunan kehutanan harus berjiwa otonomi daerah
yaitu, demokrasi, transparansi, dan berorientasi pada kehutanan sosial yang
mengakomodasi aspirasi masyarakat lokal. Surat keputusan No.136/Dir/2001
semakin mengakomodasi terwujudnya program pengelolaan hutan yang
melibatkan masyarakat sekitar hutan dengan program pemberdayaan masyarakat.
Sejalan dengan terjadinya reformasi di bidang kehutanan, Perum Perhutani
menyempurnakan sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan lahirnya
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi
antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan untuk mencapai keberlanjutan
fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal. Sistem PHBM memberikan
arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi,
dan sosial secara proporsional dan profesional (Keputusan Direksi Perum
Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007).
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan seharusnya mampu
mengurangi kerusakan hutan. Tetapi faktanya, berdasarkan data Departemen
Kehutanan (2011) laju degradasi dalam empat tahun terakhir mencapai 2,1 juta Ha
per tahun. Penebangan kayu liar dan peredaran kayu illegal mencapai besaran 50,7
juta
pertahun, dengan perkiraan kerugian finansial sebesar Rp 30,42 trilyun
per tahun. Di samping itu ada kerugian secara ekologi yaitu hilangnya beberapa
spesies keanekaragaman hayati. Kerusakan sangat besar terjadi di daerah
perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Kerusakan hutan di perbatasan antara
Malaysia dengan Provinsi Kalimantan Timur mempunyai laju kerusakan seluas
150.000 Ha per tahun, dan di perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat seluas
250.000 Ha per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas program PHBM
masih tergolong rendah.
Rendahnya keefektivan PHBM tersebut salah satunya disebabkan oleh
rendahnya partisipasi perempuan dalam program PHBM. Shiva (1998)
mengungkapkan bahwa perempuan merupakan bagian yang sangat erat dengan
alam. Tetapi pekerjaan perempuan yang bersifat melengkapi pekerjaan laki-laki
seringkali membuat peran perempuan tidak terlihat (invisible labour). Misalnya
mencari kayu bakar, mencari makanan ternak, dan membantu memanen hasil
hutan. Aktivitas perempuan yang tidak pernah diupah menyebabkan pekerjaan
perempuan tidak pernah tercatat dalam data statistik nasional. Hal ini

2

menyebabkan perempuan seringkali dianggap sebagai pengangguran sehingga
tidak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Perempuan memproduksi dan mereproduksi kehidupan tidak hanya secara
biologis, tetapi juga melalui kehidupannya yang berdasarkan prinsip berkelanjutan.
Perempuan tidak hanya mengumpulkan dan mengkonsumsi komoditas yang
tumbuh di alam tetapi juga membuat segala sesuatu menjadi tumbuh (bekerja
sama dengan alam bukan mendominasi atau memiliki).
Kesuksesan program dan aktivitas kehutanan sangat ditentukan oleh
partisipasi dari semua masyarakat sekitar hutan termasuk perempuan. Oleh karena
itu program harus dirancang agar lebih peka terhadap kebutuhan perempuan.
Perencanaan dan pelaksanaan program harus lebih melihat perempuan (dalam
pengamatan komunitas, aktivitas rumahtangga dan komunitas hutan, pendidikan,
hukum, kesehatan, dan bidang lainnya), bertanya kepada perempuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya keterlibatan
perempuan dalam program-program kehutanan, dan melaksanakan proses
pelibatan perempuan sehingga perempuan ikut merasakan manfaat program
(FAO 1989).
FAO (1989) menyebutkan bahwa perempuan membutuhkan pertimbangan
khusus untuk dilibatkan dalam proyek kehutanan karena :
a) Peran perempuan sebagai pengguna dan pengelola sumberdaya hutan tetapi
hutan dianggap sebagai bidangnya laki-laki. Kebutuhan perempuan tidak
pernah terlihat dalam pembuatan proyek hingga pengambilan keputusan.
b) Laki-laki dan perempuan memiliki pandangan yang berbeda dalam
menggunakan sumberdaya hutan. Laki-laki memandang sumberdaya hutan
sebagai komoditas penghasil uang tunai, sedangkan perempuan lebih fokus
terhadap fungsi hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Hal
ini menyebabkan perbedaan motivasi dalam berpartisipasi dalam proyek
kehutanan.
c) Perempuan mempunyai budaya yang mengharapkan dapat mempunyai lahan
dan sumberdaya hutan (yang sampai saat ini hanya dibalik kepemilikan oleh
laki-laki), yang menjadi penghambat berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan dan akses terhadap berbagai proyek kehutanan.
d) Faktor keadilan dan kesetaraan.
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan seharusnya melibatkan
semua masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi berdasarkan hasil
penelitian-penelitian terdahulu, ternyata terdapat kesenjangan pemanfaatan
sumberdaya hutan antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya berdasarkan
hasil studi gender pada masyarakat berbasis hutan di Samarinda, Kalimantan
Timur yang diadakan oleh Pemerintah Jerman dan Pemerintah Indonesia. Hasil
studi tersebut menyebutkan bahwa (1) pengarusutamaan gender di sektor
kehutanan masih dianggap sebagai "isu perempuan", (2) peraturan dan pedoman
tentang pengarusutamaan gender baru ada di atas kertas, namun belum
dilaksanakan, (3) indikator pemberdayaan gender berkualitas rendah
dibandingkan dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia di Kalimantan
Timur, dan (4) kurangnya koordinasi antar sektor untuk isu-isu lintas sektoral.
Hutan Petungkriyono berada di lereng Pegunungan Slamet dan termasuk ke
dalam RPH Gumelem, Kesatuan Pemangku Hutan Pekalongan Timur. Sebagian
besar wilayah Petungkriyono dikuasai oleh Perhutani, sementara masyarakat

3

hanya mempunyai lahan pertanian yang sempit. Kondisi tersebut berdampak
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang memaksa masyarakat untuk
mencari pekerjaan serabutan selain bertani, termasuk menjarah lahan dan mencuri
kayu di hutan negara. Hamparan hutan yang ada di depan mata masyarakat
dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Tekanan sosial ini berakibat terjadinya kerusakan hutan. Hutan
dijadikan sebagai ladang jarahan banyak orang (Murtijo 2009).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa implementasi PHBM yang bertujuan
untuk melestarikan hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan,
dan menyetarakan akses dan kontrol masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan
hutan belum berjalan secara optimal. Oleh karena itu penelitian ini akan
menganalisis efektivitas PHBM di Tlogohendro. Dimensi yang akan digunakan
untuk menganalisis efektivitas PHBM yaitu dimensi ekonomi, dimensi ekologi,
dan dimensi sosial. Dimensi sosial akan difokuskan pada perbandingan akses dan
kontrol antara suami dan istri di dalam suatu rumahtangga terhadap sumberdaya
dalam PHBM.
Perumusan Masalah
PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) merupakan salah satu
program Departemen Kehutanan yang mengkolaborasikan pengelolaan hutan
bersama-sama dengan masyarakat sekitar hutan. Laju degradasi hutan yang
semakin bertambah parah menjadi alasan diterapkannya pola co-management
dalam pengelolaan hutan. Pengelolaan hutan dengan pola PHBM harus
melibatkan semua stakeholder. Masyarakat sekitar hutan sebagai penerima
manfaat langsung dari hutan harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan
sehingga mempunyai rasa memiliki terhadap hutan dan menjaga hutan secara
bersama-sama.
Penerapan PHBM di Desa Tlogohendro diwadahi dengan terbentuknya
LMDH Tlogo Mulyo yang menjadi wadah bagi petani sadap dan jembatan antara
pemerintah desa dengan Perhutani. LMDH menjadi alat bagi Perhutani untuk
mewujudkan efektivitas PHBM. LMDH mempunyai berbagai kegiatan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjaga kelestarian hutan. Tetapi
kegiatan utama LMDH adalah kegiatan sadap pohon pinus. Analisa efektivitas
PHBM seharusnya melihat seluk beluk LMDH dengan berbagai kegiatannya. Hal
tersebut akan memberikan gambaran mengenai indikator tercapainya efektivitas
PHBM. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji apa saja kegiatan LMDH
Tlogo Mulyo yang sudah dilaksanakan ?
Dimensi sosial menjadi fokus utama dalam pengkajian efektivitas PHBM
dalam penelitian ini. Sektor kehutanan yang identik dengan laki-laki seringkali
mengabaikan kebutuhan perempuan. Hal ini mempengaruhi akses dan kontrol
perempuan terhadap sumberdaya hutan. Kegiatan LMDH (Lembaga Masyarakat
Desa Hutan) Tlogo Mulyo yang didominasi oleh kegiatan penyadapan getah pinus
memberikan ruang yang sangat terbatas bagi perempuan untuk berpartisipasi.
Sedangkan laki-laki, mempunyai kesempatan besar untuk berpartisipasi dalam
kegiatan penyadapan getah pinus. Kegiatan LMDH yang cenderung hanya untuk
laki-laki, akan menyebabkan kesenjangan akses dan kontol antara laki-laki dan

4

perempuan terhadap sumberdaya hutan. Partisipasi laki-laki dan perempuan dalam
kegiatan LMDH akan mempengaruhi akses dan kontrol laki-laki dan perempuan
terhadap sumberdaya hutan. Pola aktivitas laki-laki dan perempuan dalam
kegiatan sehari-hari juga akan mempengaruhi tingkat partisipasi laki-laki dan
perempuan dalam kegiatan LMDH maupun pengelolaan sumberdaya hutan. Oleh
karena itu penelitian ini akan menganalisa sejauhmanakah kesetaraan akses
dan kontrol suami dan istri rumahtangga anggota LMDH terhadap
sumberdaya dalam program PHBM berdasarkan lapisan sosial ?
Efektivitas PHBM dapat dianalisa dari tiga dimensi, yaitu dimensi ekonomi,
dimensi ekologi, dan dimensi sosial. Departemen Kehutanan sangat
berkepentingan terhadap tercapainya keberhasilan program dari dimensi ekologi.
Sedangkan efektivitas program pada umumya hanya mengutamakan dimensi
ekonomi. Efektivitas program pada dimensi sosial seringkali kurang diperhatikan.
Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisa sejauhmana efektivitas PHBM
di Desa Tlogohendro berdasarkan lapisan sosial rumahtangga anggota
LMDH dengan meninjau ketiga dimensi tersebut ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan laporan penelitian ini yaitu:
1. Mengkaji profil LMDH Tlogo Mulyo dan kegiatan-kegiatan yang sudah
dilakukan.
2. Menganalisa kesetaraan akses dan kontrol rumahtangga anggota LMDH
berdasarkan lapisan sosial terhadap sumberdaya dengan menggunakan
kerangka analisa Harvard.
3. Menganalisa efektivitas PHBM di LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan
lapisan sosial rumahtangga anggota LMDH.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan oleh beberapa pihak sebagai berikut:
1. Bagi Departemen Kehutanan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran nyata
mengenai kondisi masyarakat peserta PHBM serta kesenjangan yang
terjadi antara suami dan istri dalam mengakses dan mengontrol
sumberdaya. Pada akhirnya data tersebut dapat bermanfaat bagi
Departemen Kehutanan dalam menyusun kebijakan sehingga program
pengelolaan hutan lebih menyetarakan akses dan kontrol antara laki-laki
dan perempuan dan tidak hanya memfokuskan pada kelestarian hutan
(dimensi ekologi).
2. Bagi LSM
LSM sebagai lembaga yang lebih memihak masyarakat dapat
menggunakan penelitian ini sebagai data awal untuk meningkatkan
pendampingan, sehingga seluruh masyarakat dapat berpartisipasi penuh
dalam semua tahapan program.

5

3. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk melihat kesenjangan akses dan kontrol antara laki-laki
dan perempuan dalam pengelolaan hutan sebagai suatu permasalahan
penting.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Analisa Harvard untuk Menganalisa Kesetaraan Gender dalam
PHBM
Handayani dan Sugiarti (2008) mengungkapkan bahwa analisa gender
merupakan kerangka kerja yang dipergunakan untuk mempertimbangkan dampak
suatu program pembangunan terhadap laki-laki dan perempuan serta hubungan
sosial ekonomi di antara mereka. Oleh karena itu perlu digarisbawahi bahwa
penelitian berorientasi gender tidak hanya membahas perempuan melainkan
membahas relasi diantara laki-laki dan perempuan.
Teknik analisis gender dipergunakan sebagai alat untuk memberikan
gambaran mengenai perbedaan maupun kesalingtergantungan antara laki-laki dan
perempuan dalam proses pembangunan serta perbedaan tingkat manfaat yang
diperoleh laki-laki dan perempuan (Handayani dan Sugiarti 2008). Sawit Watch
dan Solidaritas Perempuan (2011) mengungkapkan bahwa analisa gender harus
memperhatikan beberapa komponen yang menjadi indikator kesetaraan gender
yang meliputi :
a) Memisahkan data sesuai dengan jenis kelamin untuk melihat peran dan
manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan.
b) Memahami asal mula relasi subordinat dan dominasi jenis kelamin.
c) Melihat proses pembuatan aturan main tentang peran gender yang
berdampak dalam pembagian kerja antar perempuan dan laki-laki.
d) Menekankan pentingnya kepemilikan akses dan kontrol (melalui
pengambilan keputusan) terhadap fasilitas hidup.
Overholt et.al dalam Handayani dan Sugiarti (2008) menjelaskan bahwa
teknik analisa Harvard melihat tiga komponen yang berhubungan satu sama lain
yaitu:
a) Profil aktivitas berdasarkan pada pembagian kerja gender (siapa melakukan
apa di dalam rumahtangga dan masyarakat). Aktivitas dikelompokkan
menjadi tiga yaitu produktif, reproduktif atau rumahtangga, dan sosial
politik keagamaan.
b) Profil akses akan mengkaji pihak-pihak yang mempunyai akses terhadap
sumberdaya alam produktif (tanah, hutan, peralatan, pekerja, kapital, dan
pendidikan atau pelatihan). Profil akses mencakup pertanyaan siapa
memperoleh apa dan siapa menikmati apa.
c) Profil kontrol mengkaji siapa mengambil keputusan apa, manfaat yang
diperoleh oleh masing-masing pihak, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi pembagian kerja serta adanya profil akses dan kontrol dalam
masyarakat.
Akses dan kontrol suami dan istri pada rumahtangga peserta LMDH
terhadap sumberdaya dalam PHBM merupakan salah satu variabel untuk
mengukur efektivitas PHBM dari dimensi sosial. Pengukuran tingkat akses dan
kontrol laki-laki dan perempuan dalam PHBM akan diukur dengan menggunakan
kerangka analisa Harvard.
Beberapa penelitian sudah ada yang menggunakan teknik analisa Harvard
tetapi paradigma yang digunakan oleh peneliti masih Women in Development

7

(WID) padahal paradigma gender sudah bergeser ke arah Gender and
Development (GAD).
Penggunaan teknik analisis Harvard dengan paradigma Gender and
Development (GAD) untuk menganalisis program PHBM, salah satunya muncul
pada tahun 2006 dalam penelitian yang dilakukan oleh Ana Rosidha Tamyis.
Penggunaan teknik analisa Harvard dalam penelitian tersebut menganalisa ketiga
komponen yaitu profil aktivitas, profil akses dan kontrol, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi profil aktivitas dan profil akses & kontrol dalam masyarakat.
Profil Aktivitas
Profil aktivitas merupakan daftar kegiatan laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat pada waktu tertentu. Profil aktivitas berguna untuk menemukan
gambaran pembagian kerja dalam masyarakat. Kegiatan tersebut terbagi ke dalam
kegiatan produktif, kegiatan reproduktif, dan kegiatan sosial. Kegiatan produktif
yaitu kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang atau
barang yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kegiatan
reproduktif yaitu kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan
keluarga seperti melahirkan dan mengasuh anak, serta pekerjaan rumah tangga
(Tobing, et al dalam Bahriyah 2006).
Dua dari tujuh penelitian (penelitian Hutauruk 1991 dan Suwardi 2010)
menggambarkan profil aktivitas menggunakan deskripsi aktivitas yang dilakukan
masyarakat. Sedangkan empat dari tujuh penelitian (Tamyis 2006, Harahap 2006,
Bahriyah 2006, dan Saruan 2000) menggambarkan profil aktivitas dengan
menggunakan deskripsi aktivitas dan curahan waktu. Satu penelitian (Widiarti dan
Hiyama 2007) menggunakan curahan waktu kerja untuk mengambarkan
pembagian kerja dalam masyarakat. Bahkan Tamyis (2006), Bahriyah (2006), dan
Harahap (2006) mendeskripsikan profil aktivitas berdasarkan jenis kelamin dan
lapisan sosial di masyarakat yang dilihat dari luas kepemilikan lahan dan
kepemilikan aset.
Pada kegiatan produktif, laki-laki mencurahkan waktu lebih banyak baik
untuk kegiatan PHBM maupun non PHBM. Laki-laki bertugas dalam hampir
semua kegiatan pertanian dan peternakan. Selain itu laki-laki juga mendominasi di
kegiatan nonpertanian seperti buruh proyek. Sedangkan perempuan berperan
dalam kegiatan, persiapan lahan, pemeliharaan tanaman, pasca panen, dan
berdagang. Bahriyah (2006) mengemukakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
perempuan tidak bernilai ekonomi karena dianggap membantu suami. Secara
umum, laki-laki lebih mendominasi pada kegiatan pertanian hutan maupun
nonhutan dan kegiatan peternakan. Tamyis (2006) menunjukkan bahwa semakin
tinggi lapisan sosial seseorang maka curahan waktu untuk kegiatan produktif
semakin kecil, karena masyarakat mulai menggunakan buruh untuk menggarap
lahan.
Pada kegiatan reproduktif perempuan sangat mendominasi. Suwardi (2010)
menyatakan bahwa laki-laki tidak mencurahkan waktu sama sekali untuk kegiatan
reproduktif. Tetapi Tamyis (2006) mengemukakan bahwa laki-laki pada strata I
(kepemilikan lahan kurang dari 0,5 Ha) mencurahkan waktu sebesar 7,7 jam per
hari untuk melakukan kegiatan reproduktif berupa memperbaiki rumah dan
merawat anak atau cucu. Sedangkan perempuan mencurahkan waktu sebesar 9-10

8

jam per hari. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, kegiatan reproduksi
yang dilakukan oleh laki-laki adalah mengambil air dan membeli air, mencuci
pakaian, memperbaiki rumah, dan merawat anak atau cucu. Sedangkan
perempuan mengerjakan semua pekerjaan domestik seperti mengasuh dan
merawat anak atau cucu, membersihkan rumah, memasak, mencuci, menyetrika
baju, dan berbelanja kebutuhan rumahtangga.
Sedangkan pada kegiatan sosial kemasyarakatan perempuan juga lebih
banyak mengalokasikan waktu karena laki-laki sudah mencurahkan sebagian
besar waktunya pada kegiatan produktif yang selalu di luar rumah. Berdasarkan
hasil penelitian-penelitian terdahulu, kegiatan sosial kemasyarakatan yang
dilakukan oleh perempuan meliputi pemenuhan kebutuhan dasar (tidur, menonton
tv, dan hiburan), pengajian, kerja bakti, menghadiri acara pernikahan, dan
pembinaan keluarga. Sedangkan laki-laki melakukan penyuluhan dan pelatihan
program-program PHBM dan rehabilitasi lahan, rapat dan pertemuan-pertemuan,
pengajian, kerja bakti, menghadiri acara pernikahan, dan hiburan.
Profil Akses dan Kontrol
Handayani dan Sugiarti (2008) mengungkapkan bahwa profil akses dan
kontrol mempertimbangkan akses yang dimiliki perempuan dan laki-laki terhadap
sumberdaya produktif, kontrol terhadap sumberdaya, serta pihak yang
memperoleh keuntungan dari penggunaan sumberdaya tersebut. Akses terhadap
sumberdaya produktif meliputi sumberdaya tanah, hutan, peralatan, pekerja,
modal, dan pendidikan.
Tamyis (2006) menyatakan bahwa semua laki-laki mempunyai akses
dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan (tetapi hanya 90 persen perempuan yang
mempunyai akses), pembukaan lahan hutan (tetapi hanya diakses oleh 70 persen
perempuan), serta informasi mengenai PHBM. Widiarti dan Hiyama (2007)
mengungkapkan bahwa perempuan memiliki akses pada kegiatan gotong-royong
serta kegiatan rehabilitasi hutan (hanya diakses oleh 40 persen perempuan).
Selanjutnya Widiarti dan Hiyama (2007) menambahkan bahwa pada tahap
pelaksanaan PHBM (pembersihan lahan, pengelolaan tanah, penanaman &
pemeliharaan tanaman, pemanenan, dan pasca panen) dapat diakses oleh laki-laki
dan perempuan. Hal ini membuktikan bahwa akses laki-laki terhadap sumberdaya
dan program PHBM lebih besar dibandingkan dengan akses perempuan.
Perempuan hanya diberi akses dalam kegiatan-kegiatan yang kurang bernilai
ekonomi serta hanya dianggap membantu suami. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan serta kurangnya
kemampuan dalam menyampaikan pendapat di muka umum.
Kontrol terhadap sumberdaya hutan dan kegiatan-kegiatan dalam program
PHBM juga didominasi oleh laki-laki. Suwardi (2010) menyatakan bahwa lakilaki mempunyai kontrol dalam pengelolaan hutan (lebih dari 50 persen laki-laki
sedangkan jumlah perempuan yang kontrol hanya 33.3 persen). Widiarti dan
Hiyama (2007) menambahkan bahwa laki-laki mempunyai kontrol dalam rapatrapat atau pertemuan desa. Tamyis (2006) melengkapi data bahwa laki-laki juga
mempunyai kontrol dalam mengadakan pelatihan dan menjadi panitia pelaksana
pelatihan, pembukaan lahan hutan (semua laki-laki dan jumlah perempuan yang
kontrol hanya 50 persen), pengetahuan baru dalam pengelolaan hutan (semua laki-

9

laki dan hanya 20 persen perempuan yang mempunyai kontrol), pemanfaatan
pengetahuan baru oleh LMDH, pemenuhan kebutuhan dari PHBM (semua lakilaki dan 90 persen perempuan memiliki kontrol).
Suwardi (2010) menunjukkan bahwa perempuan mempunyai kontrol
dalam hal pengelolaan keuangan, pembelanjaan uang, dan mencari solusi saat
terjadi masalah keuangan keluarga. Sedangkan Bahriyah (2006) mengemukakan
bahwa perempuan pada strata yang lebih rendah (kepemilikan lahan yang lebih
sempit) mendominasi kontrol dalam kegiatan produktif.
Suwardi (2010) menyatakan bahwa kontrol yang dilakukan secara
bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga peserta PHBM
antara lain masalah keuangan keluarga, urusan domestik keluarga (penentuan
jumlah anak, pendidikan anak, pembelian alat rumah tangga, dan pemeliharaan
kesehatan). Saruan (2000) menyatakan bahwa keikutsertaan dalam kelembagaan
kemasyarakatan ditentukan secara bersama-sama. Begitu juga dengan
memanfaatkan pendapatan dari kegiatan PHBM (Tamyis 2006). Sedangkan
Bahriyah (2006) mengemukakan bahwa kontrol pada kegiatan produktif
didominasi laki-laki dan kegiatan reproduktif dalam rumahtangga (tingkat dan
pendidikan anak serta pembagian kerja) juga didominasi laki-laki.
Pemaparan hasil penelitian-penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa
perempuan mempunyai akses tetapi jarang diberikan kesempatan untuk
mengontrol. Bahkan kegiatan reproduktif yang didominasi oleh perempuan,
kontrol tetap didominasi oleh laki-laki. Tetapi dalam strata sosial yang lebih
rendah, perempuan mempunyai kontrol yang lebih tinggi pada kegiatan produktif
karena perempuan akan membantu suami mencari tambahan pendapatan sehingga
perempuan juga berkontribusi dalam menghasilkan pendapatan keluarga.
Sebaliknya dalam strata sosial yang lebih tinggi, perempuan mempunyai kontrol
yang lebih rendah dalam kegiatan produktif karena kontribusi perempuan dalam
pendapatan rumah tangga juga kecil.
Penelitian-penelitian terdahulu menggunakan teknik analisa gender untuk
mengetahui peranan perempuan dalam PHBM, menganalisa pembagian kerja
rumahtangga peserta PHBM, dan menganalisa profil akses dan kontrol terhadap
sumberdaya dalam program PHBM. Teknik analisa gender pada PHBM akan
menggambarkan kesetaraan gender pada setiap tahapan program dan berbagai
kegiatan yang dilaksanakan dalam program.
Muschett dalam Sutopo (2005) menjelaskan bahwa pembangunan
kehutanan harus mempertimbangkan dimensi sosial budaya karena keberhasilan
pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keterlibatan masyarakat sekitar
hutan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan kehutanan.
Selama ini program-program pembangunan kehutanan kurang memperhatikan
kebutuhan perempuan sehingga perempuan menjadi kelompok yang
termarginalkan. Pelibatan perempuan dalam pembangunan kehutanan sangat
penting agar pembangunan kehutanan memberikan dampak yang setara bagi
semua masyarakat sekitar hutan baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena
itu kesetaraan gender menjadi salah satu indikator untuk menganalisa efektivitas
PHBM dari dimensi sosial.

10

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akses dan Kontrol terhadap
Sumberdaya dalam PHBM
Pemecahan masalah yang berhubungan dengan gender harus melihat
faktor-faktor yang berhubungan dengan pembagian kerja di masyarakat serta
profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya yang terdapat di masyarakat.
Meskipun faktor-faktor tersebut mungkin sulit untuk diubah, tetapi analisa
terhadap faktor-faktor, berpengaruh terhadap cara pengambilan kesimpulan datadata penelitian. Selain itu pengkajian terhadap faktor-faktor berperan dalam
mengkaji dampak, kesempatan, serta kendala-kendala dalam mewujudkan
kesetaraan partisipasi dalam PHBM.
Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kemampuan dan
kepemilikan sumberdaya oleh individu. Faktor eksternal berhubungan dengan
kondisi dan kepemilikan sumberdaya rumahtangga mapun masyarakat.
Tiga penelitian (Tamyis 2006, Saruan 2000, dan Hutauruk 1991) dari lima
penelitian yang mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi profil aktivitas dan
profil akses dan kontrol di dalam masyarakat. Faktor internal yang mempengaruhi
pembagian kerja serta profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya antara lain
tingkat pendidikan, umur, keikutsertaan pada program kehutanan, status
kepemilikan sumberdaya, dan status pekerjaan. Tamyis (2006), Saruan (2000),
dan Hutauruk (1991) mengemukakan bahwa keterlibatan dalam program
pengelolaaan sumberdaya mempengaruhi profil aktivitas dan profil akses dan
kontrol dalam masyarakat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
pembagian kerja serta profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya antara lain
peraturan dalam PHBM, norma pembagian kerja, stereotype peranan laki-laki dan
perempuan, luas penggarapan lahan, pengalaman perencanaan program,
pemanfaatan modal sosial, kelembagaan, dukungan dari pemerintahan desa dan
LSM, serta banyak anak dalam suatu keluarga.
Hubungan Kesetaraan Gender dengan Efektivitas Pelaksanaan PHBM
Berdasarkan
Keputusan
Direksi
Perum
Perhutani
No:
268/KPTS/DIR/2007, PHBM merupakan sistem pengelolaan sumberdaya hutan
dengan pola kolaborasi antar stakeholder untuk mencapai keberlanjutan fungsi
dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal. Sistem PHBM ini dilaksanakan
dengan jiwa bersama, berdaya, dan berbagi yang meliputi pemanfaatan lahan atau
ruang, waktu, dan hasil pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip saling
menguntungkan, memperkuat, dan mendukung serta kesadaran akan tanggung
jawab sosial. Oleh karena itu sudah selayaknya jika sistem PHBM melibatkan
semua pihak baik laki-laki maupun perempuan serta menguntungkan semua pihak
sehingga tercipta keadilan, kesetaraan, dan kemandirian masyarakat desa hutan.
Selain itu PHBM juga bermaksud untuk mewujudkan peningkatan IPM
yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif. Fitriyani, Fabian, dan Maryani
(2011) juga mengungkapkan bahwa secara konseptual pengelolaan sumberdaya
berbasis komunitas harus melibatkan peran aktif semua pihak baik laki-laki
maupun perempuan serta menyelaraskan program dengan berbagai aspek dan
pihak terkait. Oleh karena itu pelibatan perempuan dalam PHBM akan sangat

11

menunjang keefektivan PHBM. Hal ini berkaitan dengan peran perempuan yang
lebih dekat dengan alam sehingga akan menjaga kelesarian alam, berhubungan
dengan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan sumberdaya alam, serta berperan
penting dalam proses pemeliharaan tanaman dan pasca panen.
Pelibatan perempuan dalam program PHBM akan meningkatkan
pendapatan keluarga karena istri juga mendapatkan upah. Selain itu pengolahan
komoditas hutan dan kegiatan pasca panen akan lebih berjalan sehingga
pendapatan menjadi optimal (aspek ekonomi akan lebih mudah dicapai).
Selain itu perempuan mempunyai pandangan bahwa hutan berguna untuk
memenuhi kebutuhan dasar keluarga sehingga akan selalu menjaga kelestarian
hutan (dimensi ekologis akan lebih mudah tercapai). Berbeda dengan laki-laki
yang memandang hutan untuk mencari nafkah sehingga cenderung
mengekspoitasi hutan untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal.
Dimensi Ekologi

Faktor Internal

Profil aktivitas
Dimensi Ekonomi

Faktor Eksternal

Profil akses dan
kontrol terhadap
sumberdaya

Efektivitas
PHBM

Dimensi Sosial

Bagan 1 Hubungan kesetaraan gender dengan efektivitas PHBM
Faktor eksternal dan internal dari anggota LMDH mempengaruhi
pembagian kerja dalam rumahtangga dan kesetaraan akses dan kontrol terhadap
sumberdaya dalam LMDH. Pembagian kerja dalam rumahtangga juga akan
mempengaruhi akses dan kontrol suami dan istri dalam rumahtangga peserta
LMDH terhadap sumberdaya dalam PHBM. Kesetaraan akses dan kontrol antara
laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya PHBM akan menjadi indikator
untuk menganalisa efektivitas PHBM pada dimensi sosial. Hal ini
mengindikasikan bahwa profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya akan
mempengaruhi efektivitas PHBM pada dimensi sosial. Selain itu, perspektif
gender juga akan digunakan untuk menganalisa efektivitas PHBM pada dimensi
ekonomi. Keberhasilan PHBM pada dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial akan
mencerminkan efektivitas PHBM secara keseluruhan. PHBM dinilai berhasil jika
masyarakat mengalami perubahan yang positif pada ketiga dimensi tersebut.
Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Khususiyah dan Suyanto (2009) menjelaskan bahwa Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan
dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat

12

desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai
keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan
peningkatan IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif, dan akomodatif. PHBM
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk pengelolaan
sumberdaya hutan yang melibatkan masyakat.
PHBM menghendaki adanya pembagian sebagian wewenang pengelolaan
hutan dari Perhutani kepada masyarakat. Bentuk-bentuk PHBM diantaranya
Hutan Kemasyarakatan dan Perhutanan sosial. Berdasarkan Keputusan Direksi
Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007, PHBM bertujuan untuk memberikan
arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi,
dan sosial secara proporsional dan profesional.
EFEKTIVITAS
PHBM

Dimensi Ekonomi
Dimensi Ekologi
Dimensi Sosial

Bagan 2 Dimensi untuk mengukur efektivitas PHBM
Selain itu di dalam PHBM juga terdapat kegiatan berbagi. Kegiatan
berbagi ditujukan untuk meningkatkan nilai dan keberlanjutan fungsi serta
manfaat sumberdaya hutan. Nilai dan proporsi berbagi ditetapkan oleh Perum
Perhutani dan masyarakat desa dengan pihak yang berkepentingan secara
partisipatif.
Efektivitas merupakan tingkat keberhasilan suatu program dalam
mencapai tujuan. Oleh karena itu efektivitas PHBM dapat ditentukan jika tujuan
PHBM sudah diketahui. Hal ini mengindikasikan bahwa efektivitas PHBM dapat
diukur dengan mengkaji keberlanjutan manfaat sumberdaya (ekonomi),
keberlanjutan fungsi sumberdaya (ekologi), dan kesetaraan akses dan kontrol lakilaki dan perempuan terhadap sumberdaya PHBM (harus sensitif gender).
Sedangkan un