Studi Pengembangan Hutan Kota di Kota Medan (Studi Kasus di Tiga Taman Kota)
STUDI PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS DI TIGA TAMAN KOTA)
SKRIPSI
Oleh :
ARIPEN KAKATUKEMA SIMANGUNSONG 021201034/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena
atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul ”Studi Pengembangan Hutan Kota di Kota Medan (Studi Kasus di
Tiga Taman Kota)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir penelitian ini
masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan maupun
penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dan membimbing guna meningkatkan kualitas dan kesempurnaan dari
hasil penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
untuk penyusunan skripsi selanjutnya.
Medan, juni 2008
(3)
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 4
Tujuan ... 4
Manfaat ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan ... 6
Fungsi Hutan ... 6
Hutan Kota ... 7
Peranan Hutan Kota ... 10
Taman Kota ... 18
Pohon ... 20
Konsep Persepsi ... 21
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
Metode Penelitian ... 23
Populasi dan Sampel ... 23
A. Populasi ... 23
B. Sampel ... 23
Tehnik Pengumpulan Data ... 24
Pengolahan Data ... 25
KONDISI UMUM Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 28
Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 29
Letak dan Luas Hutan Kota Taman Beringin ... 32
Bagian Kesatuan Hutan Kota Taman Beringin (Taman Satelit) ... 33
Keadaan Hutan Kota Taman Beringin ... 34
Letak dan Luas Taman Kota Teladan ... 35
Keadaan Taman Kota Teladan ... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat terhadap defenisi Hutan Kota. ... 39
Persepsi Masyarakat terhadap manfaat Hutan Kota... 41
(4)
Persepsi Masyarakat terhadap keberadaan Hutan Kota ... 45
Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota ... 46
Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota ... 48
Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota ... 51
Hasil Wawancara dengan Dinas Pertamanan ... 57
Hasil Wawancara dengan Dinas Tata Kota ... 61
Hasil wawancara dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ... 66
KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 79
(5)
DAFTAR TABEL
Hal
1. Skoring data Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota ... 27
2. Skoring data Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota ...27
3. Skoring Data Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota ... 27
4. Skoring Data Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota ... 28
5. Skoring Data Persepsi Masyarakat terhadap Kebersihan Hutan Kota ... 29
6. Tabel Jenis dan Jumlah Pohon di Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada ... 32
7. Tabel Jenis Tanaman di Hutan Kota Taman Beringan ... 35
8. Tabel Jenis Pohon-Pohon di Taman Teladan ... 38
9. Tabel Persepsi Masyarkat terhadap Defenisi Hutan Kota ...40
10. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Hutan Kota ... 42
11. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Pemerintah ...45
12 Tabel Persepsi Masyrakat terhadap Keberadaan Hutan Kota ...46
13. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota ...47
14. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota ... 49
15. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota ... 52
16. Tabel Persepsi Masyarakat Terhadap Kebersihan Hutan Kota ... 53
17. Tabel Resume Persepsi Responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 55
18. Tabel Resume Responden di Hutan Kota Taman Beringin ... 56
(6)
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 30
2. Hutan Kota Taman Beringin ... 33
3. Pintu Masuk Taman Kota Teladan ... 37
(7)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehutanan merupakan salah satu sektor terpenting yang perlu
mendapatkan perhatian khusus, mengingat lebih dari 67% luas daratan Indonesia
berupa hutan. Hutan adalah kekayaan alam yang dikuasai oleh negara sesuai pasal
33 UUD 1945: “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat”. Dalam kenyataannya negara hanya menjalankan sebagian pasal 33, yakni
pengusaan negara atas hutan, namun mengabaikan kesejahteraan masyarakat
sekitar hutan. Padahal sesungguhnya, pasal 33 UUD mengamanatkan agar
pengusaan negara atas hutan secara bersama-sama juga harus mengakomodasikan
berbagai kelompok kepentingan, tidah hanya kepentingan departemen kehutanan
atau sekelompok rimbawan tetapi juga kepentingan petani, peternak, peramu hasil
hutan, masyarakat hukum adat dan lainnya. Akses dan hak pemanfaatan atas
berbagai kategori hutan harus diatur sebaik-baiknya bagi semua kelompok
masyarakat dengan memperhatikan berbagai aspek sebagaimana ditegaskan dalam
Undang-Undang Kehutanan No.41 Tahun 1999 pasal 2: “Penyelenggaraan
kehutanan berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,
keterbukaan, dan keterpaduan”. Dalam pasal selanjutnya disebutkan bahwa
penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan
dan berkelanjutan (Nurrochmat, 2005).
Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia yaitu berupa
(8)
hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat
berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan
akan memberi peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya alam berupa hutan
seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional yang
berkelanjutan (Zain, 1998).
Pertambahan kepadatan penduduk juga akan menimbulkan masalah yang
serius terhadap keseimbangan lingkungan itu, karenanya dapat diambil suatu garis
lurus keeratan hubungan antara kepadatan penduduk dengan keseimbangan
lingkungan merupakan hal yang berkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
meningkatnya kepadatan penduduk dapat menimbulkan masalah yang serius
dalam menjaga keseimbangan lingkungan (Bambang, 1995).
Ketika bumi semakin tandus, kehijauan pun semakin dibutuhkan.
Keinginan manusia untuk terus membangun gedung-gedung dan berbagai
sarana-sarana lainnya pada lahan-lahan yang tersedia, seakan tidak sempurna tanpa
menghadirkan pohon. Suatu lokasi yang akan dijadikan bangunan umum, hunian,
ataupun peruntukkan lainnya biasanya vegetasi yang berada diatasnya dibabat
atau dimusnahkan. Keberadaan pohon-pohon dapat memberikan kenyaman bagi
orang-orang yang berada di sekitarnya. Misalnya, pohon-pohon dapat
memberikan naungan dari teriknya sinar matahari. Secara tidak langsung
keberadaan pohon-pohon juga dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang
tidak berada di sekitarnya. Misalnya keberadaan pohon-pohon dapat memberikan
udara yang segar dan mengurangi dampak polusi (Puryono, 1995).
Pohon dapat diandalkan dalam penyelamatan keadaan lingkungan, seperti
(9)
orang tanpa harus membayar manfaat yang diterima tersebut. Manfaat yang
dimiliki suatu keberadaan pohon-pohon tidak dapat dipindahtangankan melalui
harga-harga yang ada di pasar. Dengan kata lain, manfaat keberadaan
pohon-pohon tidak dapat diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan keberadaan pohon-pohon-pohon-pohon
adalah barang publik.
Pohon pelindung sangat dibutuhkan untuk penghijauan kota. Sosoknya
yang besar dan teduh menjadikan kota sejuk dan indah. Bila ditanam di pinggir
jalan, pohon peneduh akan menciptakan kesan yang asri dan tenang. Selain
manfaat langsung bagi penghuninya, suatu kota yang dipenuhi pohon pelindung
yang rimbun dan hijau akan memberikan kesan tersendiri bagi pengunjung kota
tersebut. Apabila pohon pelindung jarang terlihat pada suatu lokasi maka secara
mudah timbul kesan bahwa penghijauan di daerah tersebut kurang mendapat
perhatian (Arief, 2001).
Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang
hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini biasanya
disesuaikan dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Penghijauan
merupakan usaha penataan lingkungan dengan menggunakan tanaman sebagai
materi pokoknya. Dari tanaman itu dapat diambil banyak manfaat sehingga
penghijauan kota dapat diartikan sebagai satu upaya untuk menanggulangi
berbagai penurunan kualitas lingkungan.
Penghijauan kota bagi sebagian orang bisa jadi tidak bermakna apa-apa.
Bahkan bila dilakukan penghijauan pada kotanya, mereka seakan tidak peduli.
Tanaman penghijauan yang seharusnya dirawat hanya ditelantarkan begitu saja.
(10)
gedung-gedung bertingkat yang memenuhi kota tersebut, melainkan juga dari penataan
lingkungannya. Untuk itu, saya melakukan penelitian ini agar dapat mengetahui
bagaiman perkembangan keadaan Hutan Kota di Kota Medan dan juga bagaimana
persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan kota di tengah-tengah mereka
sehingga dapat diketahui diketahui kesadaraan masyarakat terhadap pentingnya
keberadaan hutan kota itu sendiri.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan penulis pada lokasi penelitian, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang perlu diteliti sebagai berikut :
• Bagaimana persepsi masyarakat tentang Hutan Kota.
• Bagaimana kebijakan-kebijakan tentang hutan kota di Kota Medan.
• Bagaimana permasalahan yang terjadi di seputar pengelolaan Hutan Kota.
• Bagaimana kebutuhan akan Hutan Kota di Kota Medan
Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut :
• Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang hutan kota.
• Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah tentang hutan kota Kota Medan.
• Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di seputar pengelolaan hutan kota.
(11)
Manfaat Penalitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan infomasi bagi
pemerintah untuk menentukan arah dan kebijakan pengelolaan hutan kota
(12)
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan
Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya, dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Artinya, hutan
suatu areal yang cukup luas, didalamnya bertumbuhan kayu, bambu dan palem,
bersama-sama dengan tanahnya, beserta segala isinya, baik berupa nabati maupun
hewani, yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup yang mempunyai
kemampuan untuk memberikan manfaat-manfaat lainnya secara lestari (Zain,
1996). Hal ini didukung oleh pendapat (Arief, 2001) yang mengatakan bahwa
hutan adalah merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta
tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan
sangat penting bagi kehidupan manusia.
Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, mendefinisikan
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan kehutanan
adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan
hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
Fungsi Hutan
Dalam Soemarwoto dkk, 1992, fungsi utama hutan Indonesia ada 3 jenis
(13)
kayu. Hutan konservasi meliputi hutan lindung dan hutan suaka alam. Hutan
produksi meliputi hutan yang saat ini sebagaian besar arealnya dikelola dengan
sistem HPH. Kebun kayu meliputi tanaman jati, tanaman pinus dan hutan tanaman
industri (HTI) yang akan dibangun diberbagai tempat. Ketiganya sangat berbeda,
baik sosok tegakannya, fungsi utamanya dan metoda pengelolaannya. Hutan
konservasi tegakannya berlapis, fungsi utama ekologi ialah tidak boleh disentuh
pembalakan. Kebun kayu tegakannya bersosok kebun dan funsi utamanya untuk
perekonomian. Kalau hutan konservasi berfungsi ekologi dan kebun kayu
berfungsi ekonomi, hutan (alam) produksi berfungsi keduanya, ekologi dan
ekonomi.
Hutan merupakan faktor penting yang ikut menentukan keadaan iklim
serta lingkungan hidup global. Salah satu eksistensi dari hutan, memainkan
peranan yang besar dalam proses pembersihan udara, serta mengurangi
pemanasan bumi yang diakibatkan aneka polusi, akibat kemajuan industri negara
maju. Bila pengelolaan hutan dilakukan secara bijaksana dengan menjaga
kelestariannya, maka akan terjadi keseimbangan lingkungan hidup dan stabilitas
iklim secara global. Kehadiran hutan memberikan fungsi yang penting yang
menjadi penentu bagi perlindungan ruang hidup manusia dan bagi dasar alamiah
kegiatan perekonomian Indonesia (Soemarwoto dkk, 1992).
Hutan Kota
Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh
pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami
disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan
(14)
kebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan.
Hewan-hewan yang terdesak habitatnya oleh eksploitasi pemukiman dapat
memanfaatkan hutan kota sebagai tempat huniannya. Hutan kota umumnya dihuni
juga oleh beberapa jenis burung dan hewan lainnya (Puryono, 1995).
Penghijauan kota bukan sekedar program. Ada manfaat yang bisa
dirasakan dalam kehidupan masyarakat perkotaan, menurut Nazaruddin (1996)
manfaat-manfaat yang bisa dirasakan itu antara lain:
1. Manfaat estetis
Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman-tanaman yang
sengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya. Misalnya, warna
hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi
suatu pemandangan yang menyejukkan.
2. Manfaat orologis
Manfaat orologis ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah
terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah. Misalnya, pepohonan yang
tumbuh di atas tanah akan mengurangi erosi.
3. Manfaat hidrologis
Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan
sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat terserap oleh tanah.
Hal ini sangat mendukung daur alami air tanah sehingga dapat
(15)
4. Manfaat klimatologis
Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat dan
sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang sangat
besar pengeruhnya terhadap kehidupan manusia.
5. Manfaat edaphis
Manfaat edaphis berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa di
perkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang
tempat huniannya.
6. Manfaat ekologis
Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau manusia
saja. Kehidupan makhluk hidup di alam ini saling ketergantungan. Apabila
salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.
7. Manfaat protektif
Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang hari.
Manfaat ini sangat penting bagi kehidupan manusia sehari-hari.
8. Manfaat hygienis
Dengan adanya tanaman bahaya polusi ini mampu dikurangi karena dedaunan
tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara, bahkan
tanaman mampu menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan manusia.
9. Manfaat edukatif
Semakin langkanya pepohonan yang hidup di perkotaan membuat sebagian
warganya tidak mengenalnya lagi, sehingga penanaman kembali pepohonan di
(16)
Definisi hutan kota (urban forest) menurut Fakuara (1987) adalah
tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat
lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,
rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya. Sedangkan menurut hasil
rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan Februari (1991) dalam Dahlan (1992)
hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di
dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang
berfungsi sebagai penyangga kehidupan dalam hal pengaturan tata air, udara,
habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid
yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut
ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota.
Menurut Dahlan (1992) ada dua pendekatan yang dipakai dalam
membangun Hutan Kota. Pendekatan pertama, Hutan Kota dibangun pada
lokasi-lokasi tertentu saja. Pada pendekatan ini Hutan Kota merupakan bagian dari suatu
Kota. Penentuan luasannya pun dapat berdasarkan: (1). Prosentase, yaitu luasan
Hutan Kota ditentukan dengan menghitungnya dari luasan Kota (2). Perhitungan
per kapita, yaitu luasan Hutan Kota ditentukan berdasarkan jumlah penduduknya.
Negara Indonesia menggunakan pendekatan pertama dimana untuk kota-kota
yang ada di Indonesia minimal menyediakan 15% dari luasan kota untuk Hutan
Kota.
Peranan Hutan Kota
Dalam Dahlan, 1992, bahwa ada beberapa peranan dari dari hutan yang
diantaranya sebagai berikut :
(17)
Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota
dapat dikoleksi pada areal hutan kota.
2. Pelestarian plasma nutfah
Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati
yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat
dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada
areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu.
3. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara
Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan
biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan
dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang
melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang memelayang-layang-melayang-layang di permukaan
bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya
daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian
lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang
menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Daun yang berbulu dan
berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen mempunyai
kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang
mempunyai permukaan yang halus. Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini
adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan
(18)
4. Penyerap dan penjerap partikel timbal
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara
di daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara
perkotaan berasal dari kendaraan bermotor.
5. Penyerap dan penjerap debu semen
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena
dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang
terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
6. Peredam kebisingan
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh
daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam
suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang.
dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup
rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari
kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.
7. Mengurangi bahaya hujan asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui
proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan
memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan
organik seperti glumatin dan gula .
8. Penyerap karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik
(19)
gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104
ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.
9. Penyerap karbon-dioksida dan penghasil oksigen
Hutan merupakan penyerap gas karbon-dioksida (CO2) yang cukup penting,
selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan
berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat
menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran,
maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi
hutan tersebut.
10. Penahan angin
Dalam mendisain hutan kota untuk menahan amgin faktor yang harus
diperhatikan adalah :
Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat.
Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang.
Akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah. Jenis ini lebih tahan terhadap hembusan angin yang besar dari pada tanaman yang akarnya
bertebaran hanya disekitar permukaan tanah.
Memiliki kerapatan yang cukup (50-60 %).
Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan dengan baik.
11. Penyerap dan penapis bau
Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap
(20)
bergerak dari sumber bau. Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang
ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk
dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau
harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimosops
elengi).
12. Mengatasi penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman
yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman
yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun
yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.
13. Mengatasi intrusi air laut
Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan
kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah
resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan
air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
14. Produksi terbatas
Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Penanaman dengan tanaman
yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai
macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan
dan penghasilan masyarakat.
15. Ameliorasi iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan
adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu
(21)
perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat
banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame,
menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam
hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik
(reradiasi) dari bumi serta jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat
dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi
jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada
daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman.
16. Pengelolaan sampah
Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal :
(1) sebagai penyekat bau.
(2) sebagai penyerap bau.
(3) sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah.
(4) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam
sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya
lainnya.
17. Pelestarian air tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis
dengan kemampuan menyerap air yang besar. Maka kadar air tanah hutan
akan meningkat.
18. Penapis cahaya silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya
(22)
dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat
menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara.
Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi. Keefektifan pohon
dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan
kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun
kerimbunan tajuknya.
19.Meningkatkan keindahan
Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan
benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan
komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih
sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan
sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih
sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan
yang nuansa (bergradasi lembut).
20.Sebagai habitat burung
Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.
Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil
artinya bagi masyarakat, antara lain :
Membantu mengendalikan serangga hama.
Membantu proses penyerbukan bunga.
Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi.
Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan.
(23)
Sebagai sumber plasma nutfah.
Objek untuk pendidikan dan penelitian. 21.Mengurangi stress
Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu
mengurangi sifat yang negatif. Kesejukan dan kesegaran hutan kota dapat
menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx
dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan dan
tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat
mengurangi kekakuan dan monotonitas.
22. Mengamankan pantai terhadap abrasi
Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran
ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai dan hutan
kota juga dapat mengurangi bahaya abrasi pantai serta dapat berperan dalam
proses pembentukan daratan.
23. Meningkatkan industri pariwisata
Hutan kota dapat mendatangkan pengunjung baik dari lokal maupun
mancanegara jika hutan kota yang dimiliki mempunyai keunikan, indah dan
menawan.
24. Sebagai hobi dan pengisi waktu luang
Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi
oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan
(24)
Taman Kota
Taman Kota dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata
sedikian rupa,baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk
mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai
karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon
yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk
piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang
(beringin). Tekstur daun dapat juga dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu
komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur
sedang (duren), dan ada yang halus (lamtoro). Bentuk percabangan juga dapat
dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisisi. Ada beberapa bentuk
percabangan seperti : mendatar, menyudut (acute),menjumbai (weeping), dan
tegak (Dahlan,1992).
Menurut Nazaruddin (1996) tanaman dapat dibedakan atas lima kelompok
besar berdasarkan gradasi ketinggian, yaitu :
1. Rumput
Rumput merupakan jenis tanaman penggalas. Posisinya dalam taman
merupakan lapisan paling bawah di atas tanah.
2. Tanaman penutup tanah
Tanaman penutup lahan yang sering disebut ground cover merupakan
tanaman yang sedikit lebih tinggi dari rumput. Umumnya jenis tanaman ini
(25)
3. Semak
Tanaman semak merupakan jenis tanaman yang agak kecil dan rendah, agak
berkayu atau hanya cabang utamanya yang berkayu, serta pertumbuhannya
cenderung merambat atau melebar.
4. Perdu
Tanaman perdu merupakan jenis tanaman yang menyerupai pohon, tetapi
lebih kecil dan biasanya batangnya cukup berkayu tetapi tumbuhnya kurang
tegak dan kurang gagah. Tanaman perdu biasanya bercabang banyak dengan
percabangan yang selalu dekat dengan tanah.
5. Pohon
Pohon merupakan tanaman berkayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar
dengan percabangan yang kokoh.
Kondisi kota yang semarak indah, sejuk dan nyaman dapat tercipta jika
taman yang ada dapat dibangun dibanyak tempat, selain hasilnya dinikmati
penduduk kota, juga akan menunjukkan citra yang baik bagi kota tersebut. Hal ini
perlu diperhatikan terutama bagi kota yang dicanangkan sebagai kota wisata
(Dahlan, 2004).
Kehadiran taman kota yang lebih dikenal sebagai green spacee banyak
dijumpai dikota- kota besa. Akan tetapi diversifikasi pemanfaatan sarana tersebut
terasa masih kurang. Taman kota hanya mempunyai arti hiasan, hanya ditumbuhi
oleh tanaman-tanaman hias. Padahal fungsi taman dapat ditingkatkan menjadi
suatu kawasan hutan, kawasan hutan kota (Puryono,1995).
Taman umum merupakan taman yang diperuntukkan sebagai ruang
(26)
aneka keperluan. Lokasi taman umum biasanya terletak di lokasi yang strategis
yang banyak dilalui orang dan di taman umum biasanya banyak dijumpai pohon
besar yang rindang, semak atau perdu dan tanaman hias yamg umumnya di
dominasi oleh pohon-pohon besar (Nazaruddin,1996).
Pohon
Pohon didefinisikan sebagai suatu tumbuhan tahunan berkayu yang
mempunyai batang utama tunggal dan mencapai tinggi 6 cm atau lebih, dengan
diameter lebih dari 10 cm. Ada tiga bagian utama pohon, yaitu: (1) akar, (2)
batang dan (3) tajuk.
Menurut Arief (2001) pengklasifikasian pohon ada beberapa cara, antara
lain sebagai berikut:
a. Klasifikasi berdasarkan ukuran:
1). Tingkat semai, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi sampai 1,5 m.
2). Tingkat pancang, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi > 1,5 m
dengan diameter < 10 cm.
3). Tingkat tiang, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter 10-19 cm.
4). Tingkat pohon inti, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter > 50 cm.
b. Klasifikasi berdasarkan posisi tajuk pohon:
1). Dominan : Pohon dengan tajuk lebar di atas lapisan.
2). Kodominan : Pohon dengan tajuk besar pada lapisan tajuk.
3). Tengahan : Pohon dengan bagian besar tajuk di bawah lapisan tajuk atau
(27)
samping menerima sinar sebagian kecil atau tidak sama
sekali.
4). Tertekan : Pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar atau tidak
menerima sinar matahari sepenuhnya, baik dari atas maupun
dari samping.
c. Klasifikasi berdasarkan kualitas pohon:
1). Pohon srigala : Pohon yang pertumbuhannya menghalangi
pertumbuhan pohon lain yang sehat dan
subur, tetapi kurang bernilai komersial.
2). Pohon berbatang ganda : Pohon yang pertumbuhannya berbentuk
kurang komersial.
3). Pohon berbekas luka bakar : Pohon yang pertumbuhannya tidak normal
lagi karena gerowongan atau pohon
membusuk.
Konsep Persepsi
Menurut Kartono (1987) persepsi merupakan proses dimana seseorang
menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki,
pengetahuan lingkungan diperoleh melalui interpretasi data indera.
Insusanty (2003) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah
pandangan, interpretasi, penilaian dan inspirasi seseorang terhadap obyek.
(28)
rangsangan atau stimulus dari obyek oleh indera (mata, hidung, kulit dan mulut)
dan dipahami dengan interpretasi atau penafsiran tentang obyek yang dimaksud.
Jadi persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu
obyek. Respon ini berkaitan dengan penerimaan atau penolakan oleh individu
terhadap obyek yang dimaksud. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor interen
yang ada dalam individu tersebut seperti bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi,
kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan, dan lain-lain
serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang. Persepsi juga dipengaruhi oleh
faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan, lingkungan tempat,
suku bangsa dan lainnya.
Portoous (1997) menyatakan persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri setiap individu
diperoleh dengan hal-hal yang diterima panca indera. Adapun faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah umur, jenis kelamin, latar belakang,
(29)
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat yaitu 1). Hutan Kota Taman
Beringin Medan, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, 2). Hutan
Kota Taman Gajah Mada, Kecamatan Medan Baru, 3). Hutan Kota Taman
Teladan Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota, kota Medan,
Sumatera Utara, Januari - Pebruari 2008.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada masyarakat pengguna taman
kota, instansi pemerintahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hasil
pengamatan jumlah pengunjung Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
rata-rata 132 orang per hari, Hutan Kota Taman Beringin rata-rata-rata-rata 140 orang per hari,
Taman Kota Teladan rata-rata 160 orang per hari.
Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan purposive sampling. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling
(sampel bertujuan), artinya sebagai pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan,
maka pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri atau sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah,
cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitian (Usman dan Akbar,
(30)
Dalam Arikunto, 1990, menuliskan bahwa apabila subjek yang diteliti
kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi sementara jika lebih dari 100 maka dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi. Berdasarkan dari jumlah
pengunjung yang berkunjung ke Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
dilakukan penarikan sampel 25% dari jumlah pengunjung yaitu sebanyak 33
orang, Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 35 orang, dan Taman Kota Teladan
sebanyak 40 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan:
1. Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner ini dilakukan untk memperoleh data-data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian. Kuisioner ini disebarkan kepada seluruh sampel
dalam penelitian.
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk menggali lebih dalam data yang diperoleh
dari hasil penyebaran kuisioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai
dengan tujuan penelitian.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data untuk
(31)
dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan mendalam dari
responden.
Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka untuk
mendapatkan data yang mendukung yang diperlukan dalam hasil penelitian. Data
sekunder yang diperlukan selain studi pustaka adalah data umum yang berasal
dari instansi terkait seperti Dinas Pertamanan Kota Medan.
Pengolahan Data
1. Analisa Deskriptif Kualitatif
Metode penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini yaitu penulis
menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif yang menganalisis data yang
diperoleh dari hasil kuisioner, wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain). Pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,1983).
Menurut Nasution dkk (2001) metode penelitian deskriptif kualitatif sering
memakai metode observasi. Pemakaian teknik analisis adalah tergantung kepada
peneliti dan masalah dengan metode penelitiannya. Sementara menurut pendapat
Faried (1990) menyatakan analisis kualitatif adalah suatu pengertian analisis yang
didasarkan pada argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan pada
data yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data. Dalam menganalisis
(32)
menggunakan dasar penalaran penelitian dalam menghubungkan fakta yang ada
data dan informasi sehingga lahir suatu model atau suatu teori.
2. Skoring Data
Tabel 1. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota
No Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota Skor 1 2 3 4 5 Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Tabel 2. Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota
No Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota Skor 1 2 3 4 5 Sangat baik Baik Kurang baik Buruk Sangat buruk 5 4 3 2 1
Tabel 3. Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas yang tersedia di Hutan Kota No Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas Hutan Kota Skor
1 2 3 4 5 Sangat lengkap Lengkap cukup lengkap kurang lengkap tidak ada sama sekali
5 4 3 2 1
(33)
Tabel 4. Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan .Hutan Kota
No Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota Skor 1
2 3 4 5
Sangat terawat Terawat cukup terawat Tidak terawat Sangat tidak terawat
5 4 3 2 1
Tabel 5. Persepsi Masyarakat terhadap Kebersihan Hutan Kota
No Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota Skor 1
2 3 4 5
Sangat bersih Bersih
Kurang bersih Kotor
Sangat kotor
5 4 3 2 1
(34)
KONDISI UMUM
I. Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di Jalan Gajah Mada
ujung, Kelurahan Babura , Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Luas areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
berdasarkan Daftar Rekapitulasi Taman di kota Medan menurut Dinas Pertamanan
adalah 310 m².
Kecamatan Medan Baru adalah salah satu dari 21
dengan Kecamatan
barat, Kecamatan
Kecamatan
penduduknya adalah 7.434,08 jiwa/km².
Kotamadya Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6 %
dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan
kotamadya/kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif
kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota
Medan terletak pada 3º 30' - 3º 43' Lintang Utara dan 98º 44' Bujur Timur. Untuk
itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian
2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, wilayah kota Medan
hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang,
(35)
langsung dengan Selat Malaka yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu
lintas terpadat di dunia.
Gambar 1. Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Lokasi Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di pinggir jalan
umum tepatnya di Jalan Gajah Mada Ujung dan merupakan tempat yang mudah
diakses dikarenakan lokasi yang mudah dijangkau dan banyak dilalui
kendaraan-kendaraan umum.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada merupakan salah satu kawasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Kota Medan yang lengkap dengan segala
fasilitas. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat olahraga dan
tempat rekreasi baik aktif maupun pasif menuntut keberadaan Taman Olahraga
dan Rekreasi Gajah Mada yang bersih, indah dan nyaman yang dapat
menimbulkan ketentraman dan keindahan kota. Hal ini sesuai dengan fungsi dari
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yaitu sebagai sarana olahraga dan
sarana rekreasi.
Untuk para pengunjung yang senantiasa datang melakukan
(36)
beberapa fasilitas-fasilitas olahraga seperti 2 buah lapangan bola voli, 1 buah
lapangan basket dan jalan/trek untuk kegiatan berlari, bersepeda dan
berjalan-jalan yang disesuaikan dengan kebutuhan para pengunjung. Selain fasilitas
olahraga, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga menawarkan beberapa
fasilitas rekreasi kepada para pengunjung seperti tempat duduk yang terbuat dari
beton yang dilengkapi dengan hamparan rumput. Untuk para pengunjung yang
sengaja datang membawa anaknya bermain, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah
Mada juga menyediakan taman bermain yang merupakan bagian dari sarana
rekreasi.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada diresmikan pada tanggal 5
Oktober 1993 oleh Raja Inal Siregar selaku Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Utara.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada memiliki 6 buah jalan masuk
dimana letak masing-masing jalan masuk tersebut dibuat di beberapa titik yang
mudah dijangkau para pengunjung dengan lebar jalan yang sudah ditentukan oleh
pihak Dinas Pertamanan selaku pengelola Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah
Mada.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dilengkapi dengan fasilitas
pendukung seperti 8 buah lampu penerangan sebagai sumber cahaya pada malam
hari yang dapat menjangkau seluruh sudut ruang dari Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada dan sekaligus bertujuan untuk mambantu para pengunjung
melakukan aktifitas pada malam hari.
Di dalam areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga terdapat 1
(37)
perusahaan telekomunikasi ternama di Indonesia. Sesuai dengan fungsi dan
peranan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada sebagai salah satu kawasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan bagian dari ruang terbuka yang
sebagian besar atau seluruhnya diisi oleh tanaman, Taman Olahraga dan Rekeasi
Gajah Mada ditanami beberapa pohon-pohon yang mempunyai nilai komersil dan
tidak mempunyai nilai komersil. Pohon-pohon yang mendominasi areal Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah pohon dengan jenis kelapa (Cocos
nucifera L) dan pohon dengan jenis cemara (Casuarina sp). Untuk lebih lanjut,
jumlah dan jenis dari pohon-pohon yang terdapat di areal Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis dan Jumlah Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
No
Nama Jenis/Pohon Jumlah
Nama Daerah Nama Latin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kelapa Mahoni Pulai Tanjung Akasia Angsana Nangka Mangga Cemara Asam Jawa Bungur Lamtorogung Cocos nucifera Swietenia mahagoni Alstonia scholaris Mimusops elengi Acacia auricoliformis Pitherocarpus indicus Arthocarpus integra Mangifera indica Casuarina sp Tamarindus indicus Langerstroemia loudinii Leucaena leucocephala 13 6 7 5 3 2 5 2 11 9 4 9
Total 76
(38)
Agar tanaman yang terdapat di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
senantiasa tumbuh prima, semua aspek budidaya meliputi pemangkasan,
penyiraman, pemupukan, peremajaan tanaman, pencabutan rumput liar dan
lain-lain, sehingga taman tersebut terlihat cantik, indah hijau, asri dan terawat dengan
baik. Untuk perawatan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, Dinas
Pertamanan Kotamadya Medan telah menyediakan lima orang pekerja taman yang
berfungsi untuk melakukan kegiatan-kegiatan perawatan taman.
II. Hutan Kota Taman Beringin
Letak dan Luas Hutan Kota Taman Beringin
Hutan Kota Taman Beringin terletak di jalan Jenderal Sudirman,
Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kotamadya Medan, Propinsi
Sumatera Utara, atau tepatnya di depan rumah Gubernur Sumatera Utara. Luas
areal Taman Beringin berdasarkan data pengelolaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Dinas Pertamanan Kota Medan seluas 12.219 m².
(39)
Bagian Kesatuan Hutan Kota Taman Beringin Medan (Taman Satelit)
Hutan Kota Taman beringin mempunyai beberapa bagian kesatuan taman
atau taman pelengkap, pulau jalan atau yang disebut juga dengan Taman Satelit.
Walaupun di Taman Satelit tidak selalu didapati tanaman hutan tetapi Taman
Satelit ini memiliki bentuk taman dan bentuk tanaman yang dibuat unk
sedemikian rupa. Yang termasuk dalam Taman Satelit untuk Hutan Kota Taman
Beringin adalah :
• Taman Rumah Gubernur
• Taman yang berada di simpang K.H. Wahid Hasyim/Iskandar Muda.
• Taman Jalan Sei Wampu/ depan BRIMOB.
• Taman SEGITIGA jalan Cik Di Tiro.
• Taman Depan Wisma KODAM Bukit Barisan.
• Taman Jalan Masdulhak.
• Taman Jalan Rivai.
• Taman Jalan Juanda/ Jalan Mongonsidi (Depan Hotel Pardede)
Keadaan Hutan Kota Taman Beringin Medan
Hutan Kota Taman Beringin berlokasi di jalan jenderal sudirman tepat di
pinggiran jalan umum dan mudah di akses baik kendaraan roda dua maupun
kendaraan roda empat baik milik pribadi maupun milik umum.
Hutan Kota taman Beringin merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau
(RTH) untuk wilayah Kotamadya Medan. Masyarakat kota dapat menjadikan
(40)
bermain dan berolah raga serta mamberikan kenyamanan dan ketentraman serta
memiliki nilai keindahan untuk perkotaan.
Hutan Kota Taman Beringin diresmikan pada tanggal 1 April 1971 oleh
Gubernur Propinsi Sumatera Utara Marah Halim.
Sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Kota Taman
Beringin sebagian besar ditanami beberapa jenis tanaman hias, tanaman buah dan
tanaman keras, seperti pada tabel 7 dibawah ini :
Tabel 7. Jenis Tanaman Hutan Kota Taman Beringin Medan.
NO Nama Daerah Nama Latin
1 Akasia Acacia auriculiformis
2 Angsana Ptherocarpus indicus
3 Bacang Manejitera foetida
4 Bambu Kuning Bambusa vulgaris
5 Beringin Ficus benjamina
6 Bunga Tanjung Mimusops elengi
7 Flamboyan Delonix regia
8 Jambu Bol Eugenia malaccensis
9 Kelapa Cocos nucifera
10 Kelapa Sawit Elais guinennsis
11 Kirey/kere Payung Filicium decipiens
12 Mahoni Swietenia mahagoni
13 Mangga Manifera indica
14 Nam-nam Cynometra cauliflora
15 Nangka Arthocarpus integra
16 Nona Anona muricata
17 Palem Raja Roystone regia
18 Pule Alstonia scholaris
19 Rukam Flacourtia rukam
20 Saga Adenanthera pavoniana
(41)
Jenis tanaman yang mendominasi areal Hutan Kota Taman Beringin
adalah tanaman hias jenis palem raja (Roystone regia), jenis tanaman keras seperti
mahoni (Swietenia mahagoni) dan angsana (Ptherocarpus indicus) dan jenis
beringin. Tindak perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman
yang terdapat di Taman Beringin antara lain : pemangkasan daun tanaman,
pendangiran, penyiraman secara teratur, pemupukan dan tindak pemeliharaan dan
perawatan lainnya yang dianggap perlu untuk menciptakan kondisi taman yang
tertata rapi, indah dan terawat. Dinas Pertamanan Kota Medan menyediakan
sepuluh orang pegawai taman serta satu orang pengawas taman untuk melakukan
kegiatan perawatan dan pemeliharaan serta pengawasan terhadap Hutan Kota
Taman Beringin serta Taman Satelit.
III. Taman Kota Teladan
Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Taman Kota Teladan terletak di Jalan Keliling Stadion, Kelurahan Teladan
Barat, Kecamatan Medan Kota, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara atau
tepatnya di depan stadion kebanggaan Kota Medan yaitu Stadion Teladan. Luas
areal Taman Kota Teladan berdasarkan data pengelolaan RTH (Ruang Terbuka
Hijau) Dinas Pertamanan Kota Medan seluas 1950 m².
Keadaan Taman Kota Teladan
Taman Kota Teladan berlokasi di jalan Keliling stadion tepat di depan
Stadion Teladan Medan selain itu taman ini juga tepat berada di pinggiran jalan
umum sehingga dengan mudah dapat di akses baik dengan kendaraan roda dua
(42)
Taman Kota Teladan merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH)
untuk wilayah Kotamadya Medan. Masyarakat kota dapat menjadikan Taman
Kota Teladan sebagai penyedia udara bersih dan segar, tempat rekreasi, tempat
bermain dan berolah raga serta mamberikan kenyamanan dan ketenteraman serta
memiliki nilai keindahan untuk perkotaan.
Gambar 3. Pintu masuk Taman Kota Teladan
Taman Kota Teladan memiliki 4 jalan masuk dimana letak masing-masing
jalan masuk tersebut dibuat di beberapa titik yang mudah dijangkau para
pengunjung dengan lebar jalan yang sudah ditentukan oleh pihak Dinas
Pertamanan selaku pengelola Taman Kota Teladan.
Taman Kota Teladan dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti lampu
penerangan sebagai sumber cahaya pada malam hari yang dapat menjangkau
seluruh sudut ruang dari Taman Kota Teladan dan sekaligus bertujuan untuk
(43)
Taman Kota Teladan diresmikan pada tanggal 17 agustus 1970 oleh
Gubernur Propinsi Sumatera Utara Marah Halim.
Sesuai dengan fungsi dan peranan Taman Kota Teladan sebagai salah satu
kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan bagian dari ruang terbuka
yang sebagian besar atau seluruhnya diisi oleh tanaman, Taman Kota Teladan
ditanami beberapa pohon-pohon yang mempunyai nilai komersil dan tidak
mempunyai nilai komersil. Pohon yang mendominasi areal Taman Kota Teladan
adalah pohon dengan jenis kelapa (Cocos nucifera L). Untuk lebih lanjut, dapat
dilihat pada Tabel 8 berikut
Tabel 8. Jenis-jenis Pohon di Taman Kota Teladan
No
Nama Jenis/Pohon
Nama Daerah Nama Latin
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelapa Mahoni
Pulai Tanjung
Akasia Nangka Cemara Asam Jawa
Bungur
Cocos nucifera Swietenia mahagoni
Alstonia scholaris Mimusops elengi Acacia auricoliformis
Arthocarpus integra Casuarina sp Tamarindus indicus Langerstroemia loudinii
( Sumber : Dinas Pertamanan, 2005)
Tanaman-tanaman yang terdapat di Taman Kota Teladan ini selalu
mendapatkan tindak pemeliharaan dan perawatan yang intensif dari para
petugas/pegawai taman. Dinas Pertamanan sendiri telah menyediakan sepuluh
(44)
sebagai pengawas, sehingga diharapkan akan menghasilkan pekerjaan yang baik
dan terkoordinir. Dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap
tanaman-tanaman di Taman Kota Teladan ini dilakukan sesuai dengan
aspek-aspek budidaya seperti : pemangkasan daun tanaman, pendangiran, penyiraman,
peremajaan tanaman, pemupukan dan sebagainya yang dianggap perlu dalam
pemeliharaan dan perawatan tanaman, sehingga diharapkan dengan adanya
kegiatan ini akan menghasilkan taman yang asri, indah sejuk dan tertata dengan
(45)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Masyarakat Pengguna Hutan Kota terhadap Definisi Hutan Kota
Persepsi responden terhadap defenisi hutan kota terbagi menjadi 5 (lima)
bagian seperti terlihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Persepsi Masyarakat Pengguna Hutan Kota terhadap Definisi Hutan Kota
NO
Persepsi Responden terhadap Definisi Hutan
Kota
Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada
Hutan Kota Taman Beringin Taman Kota Teladan Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah
(orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) 1 Hutan kota merupakan
kumpulan dari pohon-pohon yang berada di tengah-tengah kota
2 6,06 2 5,71 2 5
2 Hutan kota merupakan suatu areal yang berada di tengah kota yang dikhususkan sebagai tempat rekreasi
4 12,12 4 11,42 4 10
3 Hutan kota merupakan suatu areal yang merupakan paru-paru kota
10 30,30 12 34,28 14 35
4 Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami sebagi daerah penyangga air dan pelindung flora dan fauna di perkotaan
17 51,51 17 48,57 20 50
5 Tidak tahu 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 35 100 40 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 9 di atas diketahui bahwa persepsi masyarakat
(46)
kota adalah kumpulan dari pohon-pohon yang berada di tengah-tengah kota,
sebagai suatu areal yang yang berada di tengah kota yang dikhususkan sebagai
tempat rekreasi, dan sebagai kawasan dalam kota yang didominasi oleh
pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami sebagai daerah
penyangga air dan pelindung flora dan fauna di perkotaan.
Responden yang mengatakan bahwa hutan kota sebagai suatu kawasan
dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh
secara alami sebagi daerah penyangga air dan pelindung flora dan fauna di
perkotaan untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 17 orang
(51,51%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 17 orang (48,57%) dan
untuk Taman Kota Teladan sebanyak 20 orang (50%). Menurut responden hutan
kota merupakan daerah penyangga air untuk mengatasi masalah banjir yang sering
terjadi kota Medan juga sebagai tempat pelestarian dan perlindungan flora dan
fauna sehingga kita harus lebih memperhatikan dan menjaga keberadaan hutan
kota.
Responden yang mengatakan hutan kota sebagai suatu areal yang
merupakan paru-paru kota untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada
sebanyak 10 orang (30,30%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 12
orang (34,28%) dan untuk Taman Kota Teladan sebanyak 14 orang (35%).
Menurut responden, hutan kota terdefinisi sebagai paru-paru kota yang sangat
penting untuk kehidupan masyarakat perkotaan. Dengan adanya hutan kota maka
ada tempat di dalam suatu arel perkotaan yang menyediakan udara bersih dan
berperan dalam mengurangi jumlah polutan yang terdapat di udara. Oleh karena
(47)
bahwa hutan kota sebagai suatu areal yang berada di tengah kota yang
dikhususkan sebagai tempat rekreasi untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah
Mada sebanyak 4 orang (12,12%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 4
orang (11,42%) dan untuk Taman Kota Teladan sebanyak 4 orang (10%).
Menurut responden hutan kota merupakan suatu sarana publik yang dikhususkan
sebagi tempat rekreasi dan olah raga bagi masyrakat perkotaan.
Responden yang mengatakan bahwa hutan kota sebagai kumpulan dari
pohon-pohon yang berada di tengah kota untuk Taman Rekreasi dan Olahraga
Gajah Mada sebanyak 2 orang (6,06%), untuk Hutan Kota Taman Beringin
sebanyak 2 orang (5,71%) dan untuk Taman Kota Teladan sebanyak 2 orang
(5%). Menurut responden hutan kota merupakan kumpulan dari banyak pohon
yang di tata dengan sedemikian rupa dan berada tepat di tengah-tengah kota.
Persepsi Masyarakat tentang Manfaat Hutan Kota
Responden memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang manfaat hutan
kota sebagai hidrologi, ekonomi, klimatologi, estetika dan pencegah banjir seperti
Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Persepsi Responden tentang Manfaat Hutan Kota NO Persepsi Responden tentang
Manfaat Hutan Kota
Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada
Hutan Kota Taman Beringin
Taman Kota Teladan
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
1 Hidrologi 3 9,09 2 5,71 6 15
2 Ekonomi 6 18,18 5 14,28 4 10
3 Klimatologi 10 30,30 10 28,47 8 20
4 Estetika 12 36,36 13 37,14 18 45
5 Pencegah Banjir 2 6,06 5 14,28 4 10
Total 33 100 35 100 40 100
Sumber: Data Primer
(48)
Berdasarkan Tabel 10 di atas diketahui bahwa hutan kota bermanfaat
sebagai hidrologi, ekonomi, klimatologi, estetika dan pencegah banjir. Responden
yang mengatakan bahwa hutan kota bermanfaat sebagai pengatur tata air atau
hidrologi untuk Taman Rekreasi dan Gajah Mada sebanyak 3 orang (9,09%),
untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 2 orang (5,71%) dan untuk Taman
Kota Teladan sebanyak 6 orang (15%) . Responden yang setuju bahwa hutan kota
bermanfaat sebagai pengatur iklim (klimatologi) dan penghasil Oksigen untuk
Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 10 orang (30,30%), untuk
Hutan Kota Taman Beringin 10 orang (28,47%) dan untuk Taman Kota Teladan
sebanyak 8 orang (20%), sebanyak 6 orang atau 18,18 % dari responden di Taman
Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada mengatakan bahwa hutan kota bermanfaat
dilihat dari segi ekonomi sementara di Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 5
orang (14,28%) sedangkan di Taman Kota Teladan hanya 4 orang (10%). Hutan
kota bermanfaat dengan keindahan alam yang diberikan (nilai estetika) yang
menjadikan hutan kota sebagai tempat rekreasi, responden yang setuju dengan
pendapat ini untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 12 orang
(36,36%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 13 orang (37,14%) dan
untuk Taman Kota Teladan sebanyak 18 Orang (45%). Selain itu hutan kota juga
bermanfaat sebagai pencegah banjir dan responden yang setuju dengan pendapat
tersebut untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 2 orang
(6,06%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 5 orang (14,28%) dan
untuk Taman Kota Teladan sebanyak 4 orang (10%) .
Pada dasarnya persepsi masyarakat tentang manfaat hutan kota adalah
(49)
positif dipengaruhi oleh faktor sumber informasi tentang manfaat hutan kota.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kesamaan persepsi tentang manfaat hutan kota
oleh sebagian masyarakat adalah manfaat langsung yang dirasakan oleh
masyarakat pengguna Hutan kota tersebut dimana pengalaman responden yang
sudah lama berinteraksi dengan hutan kota juga mempengaruhi persepsi
masyarakat tentang manfaat hutan kota. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Insusanty (2001) bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh
pengalaman hidupnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat responden yang mengatakan bahwa
manfaat hutan kota yang dirasakan langsung dalam kehidupannya sehari-hari
terlihat sangat nyata seperti oksigen yang dihirup setiap harinya, kemudian iklim
yang konstan atau tidak berubah-ubah hal ini menunjukkan manfaat klimatologi
dari Hutan kota. Namun tidak semua pendapat sama karena responden yang lain
mengatakan manfaat hutan kota yang dirasakan langsung dapat dilihat dari segi
estetikanya. Salah satu contoh manfaatnya yaitu mempercantik dan memperindah
kota. Bentuk-bentuk pemanfaatan yang dilakukan masyarakat seperti menikmati
nilai estetika, hidrologi, ekonomi dan klimatologi terhadap hutan kota sangatlah
baik. Masyarakat dapat menikmati manfaat dari Hutan kota secara langsung sesuai
(50)
Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Pemerintah dalam Keberadaan Hutan kota
Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi
masyarakat terhadap peranan pemerintah dalam keberadan Hutan kota seperti
terlihat pada Tabel 11 berikut ini :
Tabel 11. Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Pemerintah NO Persepsi Masyarakat
terhadap Peranan Pemerintah Dalam Keberadan Hutan Kota
Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada
Hutan Kota Taman Beringin
Taman Kota Teladan
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
1 Tidak berperan 0 0 0 0 0 0
2 Berperan tapi tidak ada tindakan
20 60,60 23 65,71 25 62,5 3 Berperan dan ada tindakan 13 39,39 12 34,28 15 37,5
4 Tidak tahu 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 35 100 40 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 11 di atas didapat hasil untuk Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada sebanyak 20 responden (60,60%), untuk Hutan Kota
Taman Beringin sebanyak 23 responden (65,71%) dan untuk Taman Kota Teladan
sebanyak 25 responden (62,5%) yang mengatakan bahwa pemerintah berperan
tapi tidak ada tindakan. Masyarakat mengatakan demikian karena menilai
pemerintah hanya mengeluarkan peraturan tanpa ada tindakan yang konkret yang
dirasakan dan dilihat langsung oleh responden dimana para responden
mengatakan sangat minimnya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap taman kota dimana dari tahun ke tahun sarana yang ada
(51)
pemerintah terhadap sebagian oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang
sering merusak fasilitas yang terdapat di taman-taman kota, jadi masyarakat
mengharapkan pemerintah perlu memberikan sanksi kepada para pelaku
pengrusakan untuk memberikan efek jera.
Tidak semua masyarakat mengatakan pemerintah kurang tegas karena ada
sebagian masyarakat yaitu sebanyak 13 orang (39,39%) untuk Taman Rekreasi
dan Olahraga Gajah Mada, 12 orang (34,28%) untuk Hutan Kota Taman Beringin
dan 15 orang (37,5%) untuk Taman Kota Teladan yang mengatakan pemerintah
sudah berperan dan tindakan telah dilakukan seperti diadakannya pengumuman
dan larangan-larangan di taman-taman kota seperti: Dilarang membuang sampah
sembarangan, Jagalah kebersihan, Dilarang merusak fasilitas taman dan
sebagainya. Selain itu pemerintah juga menyediakan tempat sampah di beberapa
titik di setiap taman kota.
Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan kota
Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi
masyarakat terhadap keberadan Hutan kota di tengah-tengah lingkungan
Masyarakat seperti terlihat pada Tabel 12 berikut ini :
Tabel 12. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota NO Persepsi Masyarakat
terhadap Keberadan Hutan Kota
Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada
Hutan Kota Taman Beringin
Taman Kota Teladan
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
1 Sangat setuju 33 100 35 100 40 100
2 Setuju 0 0 0 0 0 0
3 Kurang setuju 0 0 0 0 0 0
4 Tidak setuju 0 0 0 0 0 0
5 Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 35 100 40 100
(52)
Berdasarkan tabel 12 di atas didapat hasil bahwa seluruh responden
(100%) di ketiga tamn kota yang diteliti sangat setuju dengan keberadaan hutan
kota di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Para responden memberikan alasan
bahwa dengan adanya hutan kota di tengah-tengah lingkungan mereka setidaknya
akan membantu mengurangi kadar polutan yang terkandung di udara yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan bermotor di kota Medan selain itu
hutan kota juga merupakan tempat untuk mendapatkan suplai udara bersih dan
penyedia oksigen yang sangat berguna bagi kesehatan masyarakat.
Selain manfaat itu itu responden juga mengatakan dengan adanya hutan
kota di tengah-tengah mereka akan menciptakan suasana yang sejuk, indah, asri.
Selain itu juga akan mampu memperindah kota sehingga akan memberikan kesan
yang ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahlan (2004) yang
mengatakan bahwa konsep Hutan kota adalah membangun dan menghijaukan kota
semaksimal mungkin, agar lingkungan kota dapat sejuk, rindang, indah, nyaman
dan sehat.
Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan kota
Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi
masyarakat terhadap Penataan Hutan kota seperti terlihat pada Tabel 13 berikut ini
Tabel 13. Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota NO Persepsi Masyarakat
terhadap Penataan Hutan Kota
Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada
Hutan Kota Taman Beringin
Taman Kota Teladan
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
1 Sangat Baik 0 0 0 0 0 0
2 Baik 1 3,03 7 20 0 0
3 Kurang Baik 32 96,96 28 80 40 100
(53)
5 Sangat Buruk 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 35 100 40 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 13 di atas didapat 32 orang (96,96%) responden untuk
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, 28 orang (80%) untuk Hutan Kota
Taman Beringin dan 40 orang (100%) untuk Taman Kota Teladan Mengatakan
bahwa Penataan Taman Kota yang mereka lihat dan perhatikan saat ini adalah
kurang baik. Pendapat mereka ini didasarkan pada keadaan taman dan hutan kota
dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang signifikan kearah yang lebih
baik, sehingga terkesan penataan hutan kota sama sekali tidak mendapat prioritas
utama dalam konsep kerja dari dinas pemerintahan yang terkait.
Sebenarnya penataan hutan kota itu sangat perlu agar terbentuk suatu
konsep penataan dan pengembangan hutan kota yang tertata dengan rapi. Hal ini
sangat perlu karena jika tidak dilakukan penataan hutan kota yang baik akan
menyebabkan tatanan kota yang semrawut, jorok dan tidak sehat. Hal ini akan
memicu terjadinya kesewenang-wenangan terhadap hutan kota itu sendiri seperti
menjadi tempat pembuangan sampah. Hal ini akan memicu timbulnya gejala
penyakit dan akan menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat. Hal ini sesuai
dengan dengan pendapat Nurmandi (1999) yang mengatakan kota dengan
perencanaan dan penataan yang akan menjadi lesu, sakit, dan semrawut yang jika
tidak dilakukan usaha penataan kembali akan mengalami kematian.
Sementara jumlah responden yang mengatakan bahwa penataan hutan kota
itu sudah baik hanya berjumlah 1 orang (3,03%) saja untuk Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada dan untuk Hutan Kota Taman Beringin hany berjumlah 7
(54)
Para responden mengatakan penatan hutan kota itu sudah baik karena mereka
melihat semakin lengkapnya fasilitas yang terdapat di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada dan Hutan Kota Taman Beringin. Fasilitas yang dimaksud
seperti sarana olahraga, sarana bermain anak dan Kamar mandi umum belum lagi
penyediaan tempat sampah di beberapa titik taman kota yang meningkatkan
tingkat kebersihan dari taman kota itu sendiri. Tapi dari besarnya perbedaan
jumlah persentase dari responden yang mengatakan penataan hutan kota masih
kurang baik dengan yang mengatakan bahwa penataan hutan kota sudah baik
dapat disimpulkan bahwa masih diperlukannya banyak perbaikan-perbaikan
dalam penataan hutan kota. Hal ini dikarenakan masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan pada penataan hutan kota yang menyebabkan kurangnya
nilai guna dari hutan kota itu sendiri.
Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas yang tersedia di Hutan kota
Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi masyarakat terhadap fasilitas yang tersedia di Hutan kota seperti terlihat pada Tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota NO Persepsi Masyarakat
terhadap Fasilitas di Hutan Kota
Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada
Hutan Kota Taman Beringin
Taman Kota Teladan
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah
(orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%)
1 Sangat lengkap 0 0 0 0 0 0
2 Lengkap 0 0 0 0 0 0
3 Cukup lengkap 10 33 14 40 40 100
4 Kurang lengkap 23 67 21 60 0 0
5 Tidak ada sama sekali 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 35 100 40 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 14 di atas didapat 23 orang (69,69) responden
(55)
Mereka menilai taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang dicanangkan
sebagai taman olahraga hanya memiliki fasilitas untuk dua jenis olahraga saja.
Disamping itu fasilitas yang ada sekarang pun dirasakan masih kurang memadai
seperti ring basket yang tidak ada dan net untuk permainan bola volley. Selain itu
untuk fasilitas umum juga dirasakan sangat kurang dimana di taman itu hanya
tersedia 2 buah WC umum satu untuk pria dan satu untuk wanita jumlah ini
dirasakan kurang karena pada saat-saat tertentu pengunjung taman akan berjumlah
sangat banyak sehingga banyak pengunjung yang buang air kecil sembarangan
tentu hal ini sangat merugikan taman itu sendiri.
Sementara 10 orang (33%) responden mengatakan bahwa fasilitas yang
tersedia di taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada cukup lengkap. Para
responden ini mengatakan demikian karena fasilitas yang ada sudah sesuai dengan
peruntukan dari taman gajah mada sebagai taman olah raga. Dimana terdapat
fasilitas olahraga yang dapat dinikmati oleh publik disamping itu pengadaan
tempat-tempat sampah dan bangku-bangku taman dirasakan sudah cukup
memadai.
Berdasarkan tabel 14 diatas didapat 21 orang (40%) responden
mengatakan bahwa fasilitas yang tersedia di Hutan Kota Taman Beringin masih
kurang lengkap karena fasilitas yang tersedia masih itu-itu saja yaitu kolam,
bangku-bangku taman, lampu penerangan, WC umum dan tempat sampah.
Fasilitas ini sudah ada sejak dulu dan tidak ada penambahan sementara yang
terjadi malah fasilitas yang sudah tersedia ini kurang mendapat perawatan seperti
(56)
Sementara 14 orang (20%) resonden mengatakan bahwa fasilitas yang
tersedia di taman beringin cukup lengkap. Para responden ini mengatakan
demikian karena fasilitas yang ada sudah sesuai dengan peruntukan dari taman
beringin sebagai hutan kota yang menyediakan udara bersih yang dapat dinikmati
oleh publik disamping itu pengadaan tempat-tempat sampah dan bangku-bangku
taman dirasakan sudah cukup memadai.
Berdasarkan tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden (100%)
mengatakan bahwa fasilitas yang tersedia di Taman Kota Teladan masih kurang
lengkap. Mereka menilai Taman Teladan yang dicanangkan sebagai taman
olahraga hanya memiliki fasilitas untuk jogging, disamping itu fasilitas yang ada
pun kurang memadai seperti air mancur yang berada di tengah Taman yang
menjadi kebanggan Taman Kota Teladan sudah tidak berfungsi dengan baik
disamping keadannya yang kurang terawat dan kotor dimana banyak terlihat
sampah di dalam air mancur tersebuut dan airnya pun tampak begitu keruh.
Disamping itu untuk fasilitas umum juga dirasakan sangat kurang dimana
di taman itu hanya tersedia 2 buah WC umum satu untuk pria dan satu untuk
wanita jumlah ini dirasakan kurang karena pada saat-saat tertentu pengunjung
taman akan berjumlah sangat banyak sehingga banyak pengunjung yang buang air
(57)
Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan kota
Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi
masyarakat terhadap Perawatan Hutan kota seperti terlihat pada Tabel 15 berikut
ini :
Tabel 15. Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota NO Persepsi Masyarakat
terhadap Perawatan Hutan Kota
Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan
Olahraga Gajah Mada
Hutan Kota Taman Beringin
Taman Kota Teladan
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
1 Sangat terawat 0 0 0 0 0 0
2 Terawat 12 36,36 11 31,42 2 5
3 Cukup terawat 21 63,63 24 68,57 38 95
4 Tidak terawat 0 0 0 0 0 0
5 Sangat tidak terawat 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 35 100 40 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 15 di atas didapat 21 orang (63,63%) responden di
Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada, 24 orang (68,57%) di Hutan Kota
Taman Beringin dan 38 orang (95%) di Taman Kota Teladan mengatakan ketiga
Taman tersebut masuk kedalam kategori cukup terawat dimana masih banyaknya
terdapat sampah dan fasilitas-fasilitas taman yang sudah rusak. Dari segi sampah
hal ini dipicu dengan banyaknya pedagang yang berjualan disekitar taman kota
sehingga mengakibatkan banyaknya sampah. Walaupun sudah dibersihkan setiap
hari oleh petugas dan pedagang itu sendiri tapi hasilnya tetap saja masih kurang
maksimal karena setiap harinya produksi sampah semakin meningkat, jadi
dibutuhkan kesadaran bersama dari setiap elemen yang berkaitan langsung dengan
(1)
• Menurut OIC peranan dari setiap lembaga Pemerintahan yang terkait dengan Hutan Kota di Kota Medan belum maksimal. Pihak OIC berpendapat peranan lembaga / Organisasi Pemarintahan belum bekerja secara maksimal dimana Dinas Pertamanan, Dinas Perkebunan dan Dinas Kehutanan sebagai pelaksana masih harus menunggu lembaga perencana di tingkat II yang mana dari hasil pantauan selama ini kurang merencanakan secara matang.
(2)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil yang diperoleh didapat persepsi masyarakat terhadap Hutan Kota untuk masing-masing taman kota :
• Untuk Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada didapat hasil bahwa persepsi masyarakat terhadap Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada cukup baik hal ini ditunjukkan dengan nilai skor yang diperoleh sebesar 3,4625
• Untuk Hutan Kota Taman Beringan didapat hasil bahwa persepsi masyarakat terhadap Hutan Kota Taman Beringin cukup baik hal ini ditunjukkan dengan nilai skor yang diperoleh sebesar 3,422
• Untuk Taman Kota Teladan didapat hasil bahwa persepsi masyarakat terhadap Taman Kota Teladan cukup baik hal ini ditunjukkan dengan nilai skor yang diperoleh sebesar 3,235.
2. Kebijakan-kebijakan pemerintah tentang Hutan Kota antara lain :
• Menetapan Taman Beringin dan Kebun Binatang sebagai Hutan Kota. • Merencanakan pembangunan Hutan Kota di Kecamatan Helvetia tepatnya
di jalan Bom untuk Tahun Anggaran 2008 dengan luasan 0,70 ha. • Menglokasian banyak lokasi untuk RTH (Ruang Terbuka Hijau).
• Mengamankan hal-hal yang telah diatur oleh Tata Ruang menyangkut RTH (Ruang Terbuka Hijau) di dalam IMB (Izin Mendirikan Bangunan). • Melaksanakan Pembebasan lahan dalam pembangunan untuk Ruang
(3)
• Mengalokasikan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) di setiap persil bangunan dan lingkungan.
3. Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan Hutan Kota adalah :
• Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan, juga seringnya terjadi pengrusakan terhadap fasilitas Hutan Kota.
• Fasilitas alat yang masih kurang.
• Mutu Sumber Daya pekerja yang masih kurang.
• Dana dalam pembebasan lahan karena rata-rata lahan yang ada merupakan milik perorangan.
4. Dari hasil yang diperoleh luas hutan kota di Kota Medan masih jauh dari memenuhi baik menurut kriteria Dinas Pertamanan dimana luas hutan kota yang dibutuhkan oleh kota Medan sebesar 10% dari luas kota atau sebesar 2.651 ha, menurut Dinas Tata Kota belum diketahui karena pemetaan tahun 2005 belum dianalisis, menurut LSM WALHI sebesar 30% atau 7.953 ha, menurut LSM YesBe sebesar 20% atau sekitar 5.302 ha, berdasarkan literatur yang dipergunakan oleh peneliti sebesar 15% atau sekitar 3.976,5 ha sementara luas hutan kota yang tersedia saat ini hanya seluas 42,219 ha tau sekitar 1,59 % dari luas Kota Medan.
(4)
Saran
1. Sebaiknya masyarakat pengguna Hutan Kota menggunakan Hutan Kota sesuai dengan peruntukannya dan memiliki persepsi yang baik terhadap Hutan kota. 2. Sebaiknya pemerintah dalam hal ini dinas yang terkait dengan hutan kota
melengkapi fasilitas alat yang di hutan kota karena dirasakan masih sangat kurang.
3. Sebaiknya dilakukan peningkatan mutu sumberdaya pekerja yang bekerja di hutan kota dan taman kota.
4. Sebaiknya pemerintah mengalokasikan dana untuk pembebasan lahan yang akan digunakan menjadi hutan kota karena kebanyakan lahan yang ada merupakan milik perorangan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1990. Metode Penelitian Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Arief, A., 2001. Hutan dan kehutanan. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
Bambang, 1995. Hutan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. PT. Gramedia. Jakarta
Cabang Dinas Pertamanan. 2003. Profil Pertamanan Kota Medan Tahun 2002. Diterbitkan Dinas Pertamanan Kota Medan.
Dahlan,E.N., 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. APHI – IPB. Jakarta.
Dahlan, Endes N. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor.
Dinas Pertamanan Kota Medan. 2005. Profil Taman Kota 2002. Medan.
Fakuara, Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dari Aspek Nasional. Seminar Hutan Kota. Jakarta.
Faried, A. 1996. Metode Penelitian Sosial dalam Bidang Ilmu Administrasi dan Pemerintahan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Insusanty, E. 2001. Persepsi, Sikap, Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Nilai Sumberdaya Hutan. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Kartono, K dan Gulo, D. 1997. Kamus Psikologi. Pioner Jaya. Bandung.
Nasution, A., Subhilar., L. Berutu dan J. Simanjuntak. 2001. Metodologi Proposal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Unit Pengembangan Riset FISIP-USU Bekerja sama dengan Penerbit Monora. Medan
(6)
Nazarruddin, 1996. Penghijauan Kota. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nugraha, A. dan Murtijo, 2005. Antropologi Kehutanan. Wana Aksara. Banten. Nurmandi, A.1998. Manajemen Perkotaan. Lingkaran Bangsa. Yogyakarta.
Nurrochmat, D.R. 2005. Srategi Pengelolaan Hutan : Upaya Menyelamatkan Rimba yang Tersisa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Portoous, J.D. 1997. Environment and Behaviour. Planning and Everyday Urban Life. Addison-westley. Publishing Company. Massachusetts.
Puryono, S., 1995. Mencermati Kehadiran Hutan Kota. Kehutanan Indonesia, Edisi No. 04 Tahun 1995/1996. Jakarta.
Soemarwoto,O. dkk. 1992. Melestarikan Hutan Tropika : Permasalahan, Manfaat, dan Kebijakannya. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Usman, H dan Akbar. 1995. Pengantar Statistik. Bumi Aksara. Jakarta.
Zain, A.S., 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. PT. Rineka Cipta Jakarta.