HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Pada Masyarakat Pegunungan Di Desa Gondosuli Tawangmangu.

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT PEGUNUNGAN DI DESA GONDOSULI TAWANGMANGU

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Fisioterapi pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

NASTITI SURYANI SETYAWATI J120130076

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT PEGUNUNGAN DI DESA GONDOSULI TAWANGMANGU

PUBLIKASI ILMIAH

Telah disetujui pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh: Nastiti Suryani Setyawati

J120 130 076

Telah disetujui oleh Pembimbing,

Isnaini Herawati, Sst.Ft., S.Pd., M.Sc. NIK. 748


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT PEGUNUNGAN DI DESA GONDOSULI TAWANGMANGU

PUBLIKASI ILMIAH

Yang telah dipersiapkan dan disusun oleh Nastiti Suryani Setyawati

J120 130 076

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 14 Maret 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

1. Isnaini Herawati, S.Fis., S.Pd., M.Sc ( )

2. Agus Widodo, S.Fis., M.Fis ( )

3. Totok Budi Santoso, S.Fis., M.Fis., M.Ph ( )

Surakarta,14 Maret 2017 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran delama pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta,14 Maret 2017

Penulis


(5)

1

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT PEGUNUNGAN DI DESA GONDOSULI TAWANGMANGU

Abstrak

Latar Belakang: Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran yang membandingkan berat badan dengan tinggi badan. IMT merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai kapasitas vital paru. Overweight merupakan faktor resiko utama timbulnya penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular. Selain kelebihan berat badan, seseorang yang mengalami kekurangan berat badan sering terkena masalah kesehatan. Akibat kurang gizi tubuh rentan terhadap infeksi virus dan dapat mempengaruhi fungsi paru.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kapasitas vital paru

Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analitik observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 78 orang. Analisa data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Product Moment / Pearson.

Hasil Penelitian: Hasil uji normalitas data Vital Capacity pada kelompok overweight dan normal diperoleh nilai p-value 0,200. Sedangkan untuk Forced Vital Capacity, pada kelompok overweight didapatkan nilai p-value sebanyak 0,094 dan pada kelompok normal nilai p sebanyak 0,200. Maka hasil distribusi data tersebuat normal sehingga dilakukan uji parametrik berupa uji korelasi Pearson. Hasil uji korelasi ini didapatkan nilai sig p-value diatas 0,05 semua, maka didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada korelasi antara Indeks Massa Tubuh dengan Kapasitas Vital Paru.

Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi antara Indeks Massa Tubuh dengan Vital Capacity (VC) dan Forced Vital Capacity (FVC).

Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Kapasitas Vital Paru Abstract

Background: Body Mass Index (BMI) is a measurement that compares weight to height. BMI is one of the factors that affect the value of vital lung capacity. Overweight is a major risk factor for the onset of chronic diseases such as cardiovascular disease. In addition to overweight, someone who is underweight often affected by health problems. As a result of malnutrition of the body susceptible to viral infections and can affect lung function.

Objective: To determine the relationship between BMI with lung vital capacity Method: This research used in this study was analytical observational with cross sectional method. Respondents in this study as many as 78 people. Data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test and Product Moment correlation test / Pearson.

Results: The data normality test results Vital Capacity in overweight and normal groups obtained p-value of 0.200. As for the Forced Vital Capacity, the overweight group values obtained p-value as much as 0.094 and the normal group p value as much as 0.200. The results of the data distribution tersebuat normal so


(6)

2

do parametric tests such as Pearson correlation test. This correlation test results obtained sig p-value above 0.05 all, it was concluded that there was no correlation between body mass index with Vital Lung Capacity.

Conclusion: There is no correlation between body mass index with Vital Capacity (VC) and Forced Vital Capacity (FVC).

Keywords: Body Mass Index (BMI), Vital Capacity, Forced Vital Capacity

1. PENDAHULUAN

Di daerah pegunungan tekanan atmosfer lebih tinggi dari pada di dataran rendah. Tekanan atmosfer yang tinggi dapat mempengaruhi jumlah molekul udara termasuk oksigen. Secara alamiah paru-paru orang yang tinggal di dataran tinggi akan lebih besar, tujuannya supaya paru-paru dapat memproses jumlah oksigen yang sedikit. Kadar oksigen yang rendah di pegunungan akan meningkatkan ventilasi paru serta peningkatan volume dan kapasitas paru.

Faktor lain yang berpengaruh pada volume dan kapasitas paru salah satunya adalah berat badan. Dewasa ini, kelebihan berat badan dan kekurangan berat badan dipandang sebagai suatu masalah serius. Menurut Hamam Hadi (2005) bahwa saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi berat badan rendah dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tindakan yang membahayakan.

Menurut WHO (2012) overweight merupakan faktor resiko utama timbulnya penyakit kronis seperti, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular dan kanker. Selain overweight, permasalahan lain yang ada di Indonesia yaitu underweight. Seseorang yang mengalami underweight rentan terkena masalah kesehatan. Akibat kurang gizi tubuh rentan terhadap infeksi virus dan dapat mempengaruhi fungsi tulang dan otot-otot pernafasan (Ahmad, 2014)

Sejumlah gangguan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya di paru-paru dan saluran pernafasan. Pengujian spirometri penting dalam mendeteksi beberapa kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernafasan. Oleh karena itu pengujian spirometer sangat penting dan dapat menggambarkan keadaan paru (Alsagaff, 2005).


(7)

3

Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index merupakan suatu pengukuran yang membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan ”indeks”, IMT sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) (Markensson, 2004).

Kapasitas Vital Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknyA (Ganong, 2005)

Kapasitas Vital paksa (KVP) atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Hasil ini didapat setelah seseorang menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat (Ganong, 2005).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik dan ingin mengetahui apakah terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kapasitas vital paru pada masyarakat pegunungan di Desa Gondosuli Tawangmangu.

2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analitik observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Desain penelitiannya, tinggi badan diukur menggunakan meterline dengan posisi berdiri tanpa menggunakan sepatu dan untuk mengukur berat badan menggunakan timbangan. Untuk tes kapasitas vital paru menggunakan mesin spirometer. Penelitian ini dilakukan di Desa Gondosuli Tawangmangu. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017 selama 1 minggu dengan durasi pengulangan spirometer selama 5 kali diambil hasil yang paling tertinggi.


(8)

4 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Gondosuli Tawangmangu Karanganyar pada tanggal 9 Februari – 11 Februari 2017. Subyek pada penelitian ini diambil melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling dan diperoleh 78 orang yang masing-masing jumlah laki-laki 35 dan wanita 43 orang dengan jumlah Indeks Massa Tubuh yang berbeda beda.

3.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

3.1.1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan Umur Usia

Responden

Jumlah

Responden Presentase

30-35 tahun 28 35,9 %

36-40 tahun 20 25,6 %

41-45 tahun 12 15,4%

TOTAL 78 100%

Rata-Rata 39,10

3.1.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah

Responden Presentase

Laki-laki 35 44,9 %

Perempuan 43 55,1 %

TOTAL 78 100%

Rata-Rata 39,00

3.1.3. Karakteristik responden berdasarkan IMT

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan IMT IMT

Responden

Jumlah

Responden Presentase

Overweight 36 46,2 %

Normal weight 38 48,7 %

Underweight 4 5,1 %

TOTAL 78 100%


(9)

5

3.1.4. Karakteristik responden berdasarkan VC

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan VC Vital

Capacity

Jumlah

Responden Presentase Kurang

(2,00-2,99 liter) 30 38,0 %

Cukup

(3,00-3,99 liter) 43 54,4 %

Baik

4,00-4,82 liter) 5 6,3 %

TOTAL 78 100%

Rata-Rata 3,14

3.1.5. Karakteristik responden berdasarkan FVC

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan FVC

FVC Jumlah

Responden Presentase Kurang

(1,00-1,99 liter) 19 24,1 %

Cukup

(2,00-2,99 liter) 51 64,6 %

Baik

(3,00-3,50 liter) 8 10,1 %

TOTAL 78 100 %

Rata-rata 2,31

3.2. HASIL UJI STATISTIK 3.2.1. Uji Normalitas Data

Tabel 6. Uji Normalitas Data

IMT Kolmogorov-Smirnov Kesimpulan

Statistic df Sig. VC FVC Overweight Normalweight Underweight Overweight Normalweight Underweight .104 .114 .431 .135 .102 .366 36 38 4 36 38 4 .200 .200 .094 .200 Normal Normal


(10)

6

Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai sig(p) untuk kelompok overweight dan normalweight VC (0,200) sedangkan pada kelompok overweight FVC (0,94) dan Normal weight (0,200). Dengan demikian hasil distribusi data di bawah ini normal.

3.2.2. Uji Korelasi Pearson

Tabel 7. Uji Korelasi Pearson

IMT

Pearson

Correlation Sig~ Jumlah

(R)

(P-value) (N)

Vital Capacity

Forced Vital Capacity

Overweight Normalweight Underweight Overweight Normalweight Underweight 0,12 0,036 0,051 0,006 0,042 0,093 0,919 0,755 0,659 0,955 0,717 0,416 36 38 4 36 38 4 Dari Hasil uji korelasi Pearson / Product Moment diperoleh nilai sig(p) untuk VC overweight 0.919, normalweight 0,755, dan underweight 0,659. Untuk kelompok FVC overweight 0.955, normalweight 0,717, dan underweight 0,416. Maka hasil uji korelasi dengan menggunakan uji pearson ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel yaitu IMT dengan kapasitas vital paru karena nilai p>0,05. Nilai korelasi pearson juga menunjukkan bahwa kekuatan korelasi lemah.

3.3. PEMBAHASAN

Hasil dari penelitan ini tidak ada korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kapasitas vital paru. Ketidaksesuaian ini kemungkinan karena aktivitas fisik yang tinggi pada penduduk sehingga frekuensi pernapasannya meningkat karena akan lebih banyak memerlukan energi dibandingkan dengan orang yang melakukan sedikit kegiatan maka frekuensi pernapasannya akan lebih rendah (Waluyo, 2010).

Menurut William (2006) Apabila frekuensi pernapasan meningkat maka paru akan mengalami hiperventilasi, ketika seseorang mengalami hiperventilasi maka inspirasi ekspirasi akan dilakukan dengan cepat dan


(11)

7

dangkal sehingga pada saat pengukuran pasien tidak bisa menghirup dan menghembuskan udara secara maksimal.

Dalam penelitian ini ada faktor lain yang mempengaruhi hasil tidak sesuai dengan hipotesis, yaitu adanya faktor perancu, dan proses seleksi responden yang jumlah nya tidak sama rata (Murti, 2006). Merokok menjadi salah satu faktor perancu, hal ini disebabkan karena merokok masuk dalam satu kriteria eksklusi yang harus dipenuhi pada purposive sampling, sehingga sulit untuk mendapatkan responden laki-laki yang bukan seorang perokok. Seorang laki-laki perokok maka kemungkinan jumlah kapasitas vital paru nya bisa lebih rendah dibandingkan seorang wanita (Ristianingrum, 2010). Merokok dapat mempengaruhi otot-otot pernafasan melalui pengaruh radikal bebas pada sistem vaskular yang mengarah ke pengurangan suplai darah ke otot pernafasan.

Alasan lain dari ketidaksesuaian hasil penelitian skripsi ini dengan hipotesis yang diajukan adalah adanya masalah seleksi dalam mendapatkan sampel yang diinginkan, yaitu distribusi kelompok responden berdasarkan indeks massa tubuh tidak merata. Pada penelitian ini responden dengan indeks massa tubuh direntang normal dan overweight lebih banyak dibandingkan indeks massa tubuh underweight. Hal ini juga dikarenakan kriteria inklusi dalam purposive sampling adalah responden dengan usia 30-50 tahun, sehingga sangat sedikit sekali menemukan responden dengan kategori underweight.

3.4. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian meliputi pengendalian variabel perancu, proses seleksi dan pengambilan data. Variabel perancu yang dikendalikan yaitu merokok, mempunyai riwayat penyakit pernafasan dan beberapa kelainan tulang belakang, kadar HB dan anemia. Beberapa variabel perancu tersebut dikendalikan dengan wawancara dengan responden tanpa bantuan klinisi untuk penegakan diagnosis. Suhu di tawangmangu sekitar 13 derajat sehingga kadar O2 berpengaruh pada paru-paru. Selain itu diperlukan pengukuran saturasi oksigen pada masing-masing responden.


(12)

8

Untuk proses seleksi, jumlah antara kategori IMT tidak seimbang sehingga mungkin berpengaruh terhadap hasil uji statistik. Dalam proses pengambilan data, mesin spirometer tidak bisa mencetak hasil kapasitas vital paru sehingga hasil nya harus ditulis secara manual sedangkan responden yang harus diteliti banyak.

4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (overweight, normalweight dan underweight) dengan Vital Capacity maupun Forced Vital Capacity.

4.2. Saran

Melihat dari beberapa keterbatasan penelitian yang ada, disarankan untuk mempertimbangkan:

4.2.1. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan variabel perancu yaitu merokok, penyakit kardiovaskular dan beberapa kelainan tulang belakang yang bisa mempengaruhi hasil.

4.2.2. Lebih memperhatikan suhu setempat, karena semakin rendah suhu maka kadar O2 juga semakin rendah.

4.2.3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur saturasi oksigen agar hasil lebih akurat.

4.2.4. Cek kadar HB sebelum melakukan penelitian

4.2.5. Diperlukan diagnosis lebih lanjut tentang kekurangan darah atau anemia.

4.2.6. Proses seleksi responden lebih menyesuaikan jumlah antara masing-masing kategori IMT supaya seimbang sehingga mungkin berpengaruh terhadap hasil uji statistik.

4.2.7. Untuk proses pengambilan data, lebih baik menggunakan mesin spirometer yang bisa mencetak hasil kapasitas vital paru sehingga memudahkan kita dalam melakukan penelitian dan mesin harus di


(13)

9

kalibrasi minimal seminggu sekali supaya didapatkan hasil yang akurat.

PERSANTUNAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, terima kasih atas doa, dukungan yang penuh dan juga penantiannya, semua saja yang telah mendukungku dalam penyelesaian skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A., Akram A. 2014. Lean Body Mass Can Predict Lung Function in Underweight and Normal Weight Sedentary Female Young Adults. Tanaffos. Volume 13(2). Nomor 20-26

Alsagaff, Hood dan A, Mukty. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press.

Dwi Puji. 2006. Survei Tentang Perbandingan Kapasitas Vital Paru Siswa Sekolah Dasar Daerah Pegunungan dan Daerah Pantai di Kabupaten Tegal. Tegal: Jurnal e-biomedik. Volume 4

Hamam, Hadi. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan nasional. Melalui www.gizi.net. 17 Oktober 2016.

Ganong, W.F. 2005. Review of Medical Physiology edisi 22: USA : McGraw Hill Companies

Markenson J.A .2004. An In-Depth Overview of Osteoarthritis for Physicians. Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember. Unej

Wibowo, Wahyu Ari. 2013. Perbedaan Kapasitas VO2 maks dan Kapasitas Vital Paru yang Tinggal di Daerah Pegunungan dan Di Dataran Rendah Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Semarang: Unnes

William, J.V. 2006. Pulmonary Function Studies in Patients With Farmer’s Lung. Chest Journal. Volume 18. Nomor 255-263

Ristianingrum I., Rahmawati I. dan Rujito L. 2010. Hubungan Antara Index Massa Tubuh (IMT) dengan Tes Fungsi Paru. Mandala of Health a Scientific Journal. Volume 4. Nomor 105-112. Mei 2010: 111


(1)

4 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Gondosuli Tawangmangu Karanganyar pada tanggal 9 Februari – 11 Februari 2017. Subyek pada penelitian ini diambil melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling dan diperoleh 78 orang yang masing-masing jumlah laki-laki 35 dan wanita 43 orang dengan jumlah Indeks Massa Tubuh yang berbeda beda.

3.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

3.1.1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan Umur Usia

Responden

Jumlah

Responden Presentase

30-35 tahun 28 35,9 %

36-40 tahun 20 25,6 %

41-45 tahun 12 15,4%

TOTAL 78 100%

Rata-Rata 39,10

3.1.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah

Responden Presentase

Laki-laki 35 44,9 %

Perempuan 43 55,1 %

TOTAL 78 100%

Rata-Rata 39,00

3.1.3. Karakteristik responden berdasarkan IMT

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan IMT IMT

Responden

Jumlah

Responden Presentase

Overweight 36 46,2 %

Normal weight 38 48,7 %

Underweight 4 5,1 %

TOTAL 78 100%


(2)

5

3.1.4. Karakteristik responden berdasarkan VC

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan VC Vital

Capacity

Jumlah

Responden Presentase Kurang

(2,00-2,99 liter) 30 38,0 %

Cukup

(3,00-3,99 liter) 43 54,4 %

Baik

4,00-4,82 liter) 5 6,3 %

TOTAL 78 100%

Rata-Rata 3,14

3.1.5. Karakteristik responden berdasarkan FVC

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan FVC

FVC Jumlah

Responden Presentase Kurang

(1,00-1,99 liter) 19 24,1 %

Cukup

(2,00-2,99 liter) 51 64,6 %

Baik

(3,00-3,50 liter) 8 10,1 %

TOTAL 78 100 %

Rata-rata 2,31

3.2. HASIL UJI STATISTIK 3.2.1. Uji Normalitas Data

Tabel 6. Uji Normalitas Data

IMT Kolmogorov-Smirnov Kesimpulan Statistic df Sig.

VC

FVC

Overweight Normalweight Underweight Overweight Normalweight Underweight

.104 .114 .431 .135 .102 .366

36 38 4 36 38 4

.200 .200

.094 .200

Normal


(3)

6

Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai sig(p) untuk kelompok overweight dan normalweight VC (0,200) sedangkan pada kelompok overweight FVC (0,94) dan Normal weight (0,200). Dengan demikian hasil distribusi data di bawah ini normal.

3.2.2. Uji Korelasi Pearson

Tabel 7. Uji Korelasi Pearson

IMT

Pearson

Correlation Sig~ Jumlah

(R)

(P-value) (N) Vital Capacity

Forced Vital Capacity

Overweight Normalweight

Underweight Overweight Normalweight

Underweight

0,12 0,036 0,051 0,006 0,042 0,093

0,919 0,755 0,659 0,955 0,717 0,416

36 38 4 36 38 4

Dari Hasil uji korelasi Pearson / Product Moment diperoleh nilai sig(p) untuk VC overweight 0.919, normalweight 0,755, dan underweight 0,659. Untuk kelompok FVC overweight 0.955, normalweight 0,717, dan underweight 0,416. Maka hasil uji korelasi dengan menggunakan uji pearson ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel yaitu IMT dengan kapasitas vital paru karena nilai p>0,05. Nilai korelasi pearson juga menunjukkan bahwa kekuatan korelasi lemah.

3.3. PEMBAHASAN

Hasil dari penelitan ini tidak ada korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kapasitas vital paru. Ketidaksesuaian ini kemungkinan karena aktivitas fisik yang tinggi pada penduduk sehingga frekuensi pernapasannya meningkat karena akan lebih banyak memerlukan energi dibandingkan dengan orang yang melakukan sedikit kegiatan maka frekuensi pernapasannya akan lebih rendah (Waluyo, 2010).

Menurut William (2006) Apabila frekuensi pernapasan meningkat maka paru akan mengalami hiperventilasi, ketika seseorang mengalami hiperventilasi maka inspirasi ekspirasi akan dilakukan dengan cepat dan


(4)

7

dangkal sehingga pada saat pengukuran pasien tidak bisa menghirup dan menghembuskan udara secara maksimal.

Dalam penelitian ini ada faktor lain yang mempengaruhi hasil tidak sesuai dengan hipotesis, yaitu adanya faktor perancu, dan proses seleksi responden yang jumlah nya tidak sama rata (Murti, 2006). Merokok menjadi salah satu faktor perancu, hal ini disebabkan karena merokok masuk dalam satu kriteria eksklusi yang harus dipenuhi pada purposive sampling, sehingga sulit untuk mendapatkan responden laki-laki yang bukan seorang perokok. Seorang laki-laki perokok maka kemungkinan jumlah kapasitas vital paru nya bisa lebih rendah dibandingkan seorang wanita (Ristianingrum, 2010). Merokok dapat mempengaruhi otot-otot pernafasan melalui pengaruh radikal bebas pada sistem vaskular yang mengarah ke pengurangan suplai darah ke otot pernafasan.

Alasan lain dari ketidaksesuaian hasil penelitian skripsi ini dengan hipotesis yang diajukan adalah adanya masalah seleksi dalam mendapatkan sampel yang diinginkan, yaitu distribusi kelompok responden berdasarkan indeks massa tubuh tidak merata. Pada penelitian ini responden dengan indeks massa tubuh direntang normal dan overweight lebih banyak dibandingkan indeks massa tubuh underweight. Hal ini juga dikarenakan kriteria inklusi dalam purposive sampling adalah responden dengan usia 30-50 tahun, sehingga sangat sedikit sekali menemukan responden dengan kategori underweight.

3.4. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian meliputi pengendalian variabel perancu, proses seleksi dan pengambilan data. Variabel perancu yang dikendalikan yaitu merokok, mempunyai riwayat penyakit pernafasan dan beberapa kelainan tulang belakang, kadar HB dan anemia. Beberapa variabel perancu tersebut dikendalikan dengan wawancara dengan responden tanpa bantuan klinisi untuk penegakan diagnosis. Suhu di tawangmangu sekitar 13 derajat sehingga kadar O2 berpengaruh pada paru-paru. Selain itu diperlukan pengukuran saturasi oksigen pada masing-masing responden.


(5)

8

Untuk proses seleksi, jumlah antara kategori IMT tidak seimbang sehingga mungkin berpengaruh terhadap hasil uji statistik. Dalam proses pengambilan data, mesin spirometer tidak bisa mencetak hasil kapasitas vital paru sehingga hasil nya harus ditulis secara manual sedangkan responden yang harus diteliti banyak.

4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (overweight, normalweight dan underweight) dengan Vital Capacity maupun Forced Vital Capacity.

4.2. Saran

Melihat dari beberapa keterbatasan penelitian yang ada, disarankan untuk mempertimbangkan:

4.2.1. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan variabel perancu yaitu merokok, penyakit kardiovaskular dan beberapa kelainan tulang belakang yang bisa mempengaruhi hasil.

4.2.2. Lebih memperhatikan suhu setempat, karena semakin rendah suhu maka kadar O2 juga semakin rendah.

4.2.3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur saturasi oksigen agar hasil lebih akurat.

4.2.4. Cek kadar HB sebelum melakukan penelitian

4.2.5. Diperlukan diagnosis lebih lanjut tentang kekurangan darah atau anemia.

4.2.6. Proses seleksi responden lebih menyesuaikan jumlah antara masing-masing kategori IMT supaya seimbang sehingga mungkin berpengaruh terhadap hasil uji statistik.

4.2.7. Untuk proses pengambilan data, lebih baik menggunakan mesin spirometer yang bisa mencetak hasil kapasitas vital paru sehingga memudahkan kita dalam melakukan penelitian dan mesin harus di


(6)

9

kalibrasi minimal seminggu sekali supaya didapatkan hasil yang akurat.

PERSANTUNAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, terima kasih atas doa, dukungan yang penuh dan juga penantiannya, semua saja yang telah mendukungku dalam penyelesaian skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A., Akram A. 2014. Lean Body Mass Can Predict Lung Function in Underweight and Normal Weight Sedentary Female Young Adults. Tanaffos. Volume 13(2). Nomor 20-26

Alsagaff, Hood dan A, Mukty. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press.

Dwi Puji. 2006. Survei Tentang Perbandingan Kapasitas Vital Paru Siswa Sekolah Dasar Daerah Pegunungan dan Daerah Pantai di Kabupaten Tegal. Tegal: Jurnal e-biomedik. Volume 4

Hamam, Hadi. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan nasional. Melalui www.gizi.net. 17 Oktober 2016.

Ganong, W.F. 2005. Review of Medical Physiology edisi 22: USA : McGraw Hill Companies

Markenson J.A .2004. An In-Depth Overview of Osteoarthritis for Physicians. Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember. Unej

Wibowo, Wahyu Ari. 2013. Perbedaan Kapasitas VO2 maks dan Kapasitas Vital Paru yang Tinggal di Daerah Pegunungan dan Di Dataran Rendah Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Semarang: Unnes

William, J.V. 2006. Pulmonary Function Studies in Patients With Farmer’s Lung. Chest Journal. Volume 18. Nomor 255-263

Ristianingrum I., Rahmawati I. dan Rujito L. 2010. Hubungan Antara Index Massa Tubuh (IMT) dengan Tes Fungsi Paru. Mandala of Health a Scientific Journal. Volume 4. Nomor 105-112. Mei 2010: 111


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Pada Masyarakat Pegunungan Di Desa Gondosuli Tawangmangu.

0 2 16

BAB 1 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Pada Masyarakat Pegunungan Di Desa Gondosuli Tawangmangu.

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN NILAI KAPASITAS VITAL PAKSA PARU PADA PASIEN Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada Pasien PPOK Stabil Derajat III di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) di Surak

0 2 18

Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada Pasien PPOK Stabil Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada Pasien PPOK Stabil Derajat III di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BB

0 3 11

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DANNILAI KAPASITAS VITAL PAKSA PARU PADA PASIEN Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dan Nilai Kapasitas Vital Paksa Paru Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis Stabil Derajat 2 di Balai Besar Kesehatan Paru Masyaraka

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DANNILAI KAPASITAS VITAL PAKSA PARU PADA PASIEN Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dan Nilai Kapasitas Vital Paksa Paru Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis Stabil Derajat 2 di Balai Besar Kesehatan Paru Masyaraka

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru.

0 4 17

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) PADA MAHASISWA APIKES CITRA Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kapasitas Vital Paksa pada Mahasiswa Apikes Citra Medika Surakarta.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) PADA MAHASISWA APIKES CITRA Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kapasitas Vital Paksa pada Mahasiswa Apikes Citra Medika Surakarta.

0 0 17

KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2014 | Karya Tulis Ilmiah

0 0 30