Studi hubungan habitat terhadap kelayakan pertumbuhan dan kandungan karagenan alga [eucheuma spinosum] di Perairan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep

-

STUD1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK HABITAT
TERHADAP KELAYAKAN PERTUMBUHAN DAN
KANDUNGAN KARAGENAN ALGA Eucheumn spinosum
DI PERAIRAN KECAMATAN BLUTO
KABUPATEN SUMENEP

DEVINIA APRIYANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini Saya inenyatakan bahwa tesis Studi Hubungan Karakteristik Habitat
Terhadap Kelayakan Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Alga Eucheunia spinasurn
di Perairan Kecainatan Bluto Kabupaten Suinenep adalah beliar merupakan hasil karya
saya sendiri dan belum pen& dipublikasikan. Semua sumber data dan infonnasi yang
digunakan telah dinyatakan secarajelas dan dapat diperiksa kebenarannya.


Bogor, Desember 2005
Yang menyatakan

DEVINIA APRIYANA
Nrp. : 99619

ABSTRAK
DEVINIA APRIYANA. Studi Hubungan Karakteristik Habitat Terhadap Kelayakan
Pertumbuhan dan Kandungan Karagenan Alga Eucheunza spinasum di Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep. Dibimbing ole11 JOKO PURWANTO (alm) dan ANWAR BEY
PANE.
Aspek-aspek fisika, kimia dan biologi yang terdapat dalam perairan akan berbeda
aitara perairan satu dengan lainnya dalam membentuk karalteristik sulatu habitat.
Karakteristik habitat akan mempengan~hi pertumbul~an dan perkembangan alga
Eucheuma spinosum. Dalam penelitian ini dipelajari karakteristik habitat terhadap
kelayakan pertumbuhan dan kandungan karagenan di perairan Aeng Dake, Pekandangan
dan Kapedi. Respon pertumbuhan (pertanbahan berat, panjang thallus dan jumlah
cabang) dan kandungan karagenan (kadar karagenan, kekuatan gel clan viskositas) alga
Eucheuma spinosum dilakukan uji statistik, yaitu uji Rancangan Faktorial daiam waktu

(Repeated Measure), ke~nudiandilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan.
Pertambahan berat sebesar 36,40 gr, pertambahan panjang thallus sebesar 68,07
mm dan pertambahan jumlah cabang sebesar 9,47 cabang terbaik didapatkan dari alga
Eucheunza spinosum yang dilakukan penanaman pada perairan Kapedi. Kadar karagenan
terbaik sebesar 68,35%, kekuatan gel terbaik sebesar 43,60 gr/cm2 dan viskositas terbaik
sebesar 288,30 Cps didapatkan dari alga Eucheunia spinosur~z yang dilakukan
penanrunan pada perairan Aeng Dake.

STUD1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK HABITAT
TERHADAP KELAYAKAN PERTUMBUHAN DAN
KANDUNGAN KARAGENAN ALGA Eucheuma spinosum
DI PERAIRAN KECAMATAN BLUTO
KABUPATEN SUMENEP

DEVINIA APRIYANA
NRP. 99619AKL

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul

: Studi Hubungan Karakteristik Habitat Terhadap Kelayakan

Nama

Perttimbuhan dan Kandtlngan Karagenan Alga Eucheuma
spinostlnz di Perairan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep
: Devinia Apriyana
: 99619
: nmn Kelautan

NRP

Program Studi

Disetujui
Komisi Pembimbing

'i

,...-----

.

Dr. h. Anwar Bey Pane, DEA
Anggota

Dr. Ir. Joko Punvanto. DEA (alm)
Ketua

Diketahui
KetuaProgram Studi Ilmu Kelautan


ekolah Pascasarjana

Dr. Ir. John I. Parhono

Tanggal Ujian : 17 Februari 2006

~~~~~~~l
~~l~~ 8 7 IAAR 20%

PRAKATA
Fuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T., atas karunia dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
Judul Tesis ini adalah Studi Hubnngan Karakteristik Habitat Terhadap Kelayakan
Perhunbuhan dan Kand~mgan Karagenan Alga Eucheuma spinosum di Perairan
Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep.
1. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dr. Ir. Joko Punvanto, DEA (alm) sebagai kettia komisi pembimbing,
Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA sebagai anggota komisi pembimbing, yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan yang tulus
selama penelitian berlangsung hingga selesaiuya penulisan tesis ini.

2. Prof. Dedi Soedharma, DEA sebagai Penguji Luar Komisi, yang banyak
memberikan kritikan dan saran serta arahan yang sangat diperlukan penulis
dalam melengkapi tulisan ini.
3. Drs. M. Fatoni, MS sebagai Cliemical Laboratory Researcher di Deperindag

Surabaya; dan Nengah Dwianita K., S.Si, M.Si sebagai Kepala Laboratorium
Terapan FMIPA Program Studi Biologi ITS yang telah banyak membantu
penulis dalam penganalisaan laboratorium.
4. Ayahanda Gardono Hoesman dan Ibunda Hermien Roesiani yang selalu

kubanggakan; suamiku tercinta Anang Najamuddin dan anakku Dluwa Azka
Ridhwana atas dukungan, pengorbanan dan doa yang tulus sehingga
terselesaikannya tesis ini.
5. dan kepada selurnh pihak yang ikut terlibat dalam penulisan tesis ini, mudah-

rnudahan amal ibadahnya diterima Allah SWT. Amin.
Semoga hasil Tesis ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Desember 2005

RlWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 1 April 1971
dari ayahanda Gardono Hoesman dan ibunda Hermien Roesiani. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara.
Penulis lulus dari SMAN 37 Tebet pada tahun 1989 dan pada tahun 1992 diterima
di Universitas Dr. Soetomo Surabaya pada Fakultas Pertanian Jun~sanPerikanan dan
lulus pada tahun 1997.
Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kelautan (IKL) Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR IS1

DAFTAR IS1 ........................

vii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR ... ... ... . ......... . .. . ........ . . . . . . . . . .... ..................


X

DAFTAR LAMPIRAN ....................................
.......................................

xii

I. PENDAHULUAN
1. l . Latar Belakang .. . . .... ...... ............... .......... ..............................

1

1.2. Pendekatan Masalah .........................................................................

2

1.3. Tujuan Penelitian

6


..

1.4. Manfaat Penelihan ...........................................................................
11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Alga Laut Eucheuma sp.
2.2. Faktor-faktor Tumbuh Eucheuma sp. ............... . .. ... ... ..................
2.2.1. Cahaya Matahari
2.2.2. Substrat
2.2.3. Suliu ........

.........................
. ...........................................

...,.....................

2.2.4. Salinitas

2.2.5. Nutrien ....................................................................................

2.2.6. Kedalaman ..............................................................................
2.2.7. Pergerakan Air ........................................................................
2.2.8. Biota Laut dan Tumbuhan Laut ............................................
2.3. Karagenan ...............................................,.....,.,.,.,.......,.,....................
2.3 .l. Kandungan Sifat Biokimia Alga Laut (Rhodophyceae)
2.3.2. Sifat Fisik Karagenan ... ... . .. ......... ...... ... ........................
1.Kekuatan Gel .. . . . . .. . ......... . . . . .... . ... ... .........................
2. Viskositas
2.3.3. Hubungan Habitat, Pertumbuhan dan Kandungan Alga .........

6

111.METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................
3.2. Bahan dan Alat .............................................................
..

3.3. Metoda Penelitian

..........................................................


3.3.1. Penentuan Lokasi Stasiun Pengarnatan .........................
3.3.2. Penelitian Lapang dan Analisis Laboratorium ..................
.

.

3.4. Anal~slsData .....................................................................................
3.4.1. Pertnmbuhan dan Kandungan Karagenan Alga Euchetc~na
sprnosutn ...............................................................................
3.4.2. Struktur Komunitas Biota Laut Lainnya ..................................
3.4.3.Hubungan Parameter Perairan dan Habitat Terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Karagenan Alga Eucheunza
spzostlm ....................................................................................

.

IV EIASIL DAN PEMBiPILASAN
4.1. Parameter Habitat Eucheuma spinostint ...................................
4.1 .1.Lingkungan Perairan dan Substrat ...............................
4.1.2. Alga Laut dan Biota Laut Lainnya ...............................
4.2. Pertnmbuhan Eucheuina spinosum ...................................................
4.3. Kandnngan Karagenan Alga Eucheuma spinosum ...........................
4.4. Hubungan Habitat Terhadap Kelayakan Pertumbuhan Eucheuit~a
sprnosunl ..........................................................................................
4.5. Hubungan Habitat Terhadap Kandnngan Euchezrn~aspinosunl .......

.

V SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman

1. Karakteristik Gel Karagenan ................................................
2. Hasil Pengamatan Awal Lokasi Penelitian ......................... .
....

3. Pengt~kt~ran
Parameter-parameter Habitat dan Perairat1 ................
4.Pengukuran Parameter-parameter Pertunbullan Alga Eucheun~a
sprnosum ......................................................................
5. Pengukuran Kandungan Karagenan Alga Eucheunza spinosunz .......

6. Hasil Pengukuran Parameter Habitat Ketiga Stasiun Penelitian .......

7. Hasil .Pangamatan
Alga Laut dan Biota laut Laimya Ketiga Stasiun
.
Penellaan ......................................................................
8. Hasil Pengukwan Parameter Pertumbuhan Eucheuma spinosunt .......

9. Hasil Pengukuran Kandungan Karagenan Eucheuma spinosz~m .........

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Karakteristik Habitat
Terhadap Kelayakan Pertumbuhan Dan Kandungan Alga Pada
Komunitas Eucheuma spinosum Di Perairan Kabupaten Sumenep ....
2. Peta Lokasi Penelitian ............................. ......................
3. Grafik Suhu Ketiga Stasiun Penelitian ....................................

4
21

4. Grafik Kekerul~anKetiga Stasiun Penelitian .....................................

30
31

5. Grafik Kedalaman Ketiga Stasiun Penelitian ............................

33

6. Grafik Kecepatan h s Ketiga Stasiun Penelitia~ .......................

34

7. Grafik Salinitas Ketiga Stasitm Penelitian ................................

35

8. Grafik Nitrat WO3-N) Ketiga Stasiun Penelitian ........................
9. Grafik Orthoposfat (PO4-P)Ketiga Stasiun Penelitian .................

36
38

10. Grafik Oksigen Terlarut (DO) Ketiga Stasiun Penelitian ..............

39

11.Indeks Keseragaman Tumbuhan Laut Ketiga Stasiun Penelitian ....

43

12. Indeks Keseragaman Biota Laut Ketiga Stasitm Penelitian ...........

48

13. Pertambahan Berat Euchetrma spinosunz Pada Ketiga Stasiun
Penelitian dan Posisi Tanam ...............................................

51

14. Hasil Pengelolnpokan Perbandingan Interaksi Lokasi, Posisi dan
Waktu. .Pertambahan Berat dari Hasil Uji Duncan Ketiga Lokasi
Penelihan ...................................................................

52

15. Peitambahan Panjang Thallus Ezrcheulita spinosunl Pada Ketiga
Stasiun Penelitian dan Posisi Tanam .....................................

55

16. Hasil Pengelompokan Perbandingan Interaksi Lokasi, Posisi dm
Waktu Pertambahan Panjang ThaNus dari Hasit Uji Duncan Ketiga
..
Lokasi Penelitian ..........................................................

56
~

17. Pertambahan Jumlah Cabang Eucheuma spinostrm Pada Ketiga
Stasiun Penelitian dan Posisi Tanam ....................................

~

59
-.

18. Hasil Pe~~gelompokatl
Perbandingan Interaksi Lokasi, Posisi dan
Wakhi Peltalnbal~an
Jumlah
Cabang dari Hasil Uji Duncan Ketiga
..
Lokasi Penelihan ................... .
.....................................

60

19. Kadar K;lragenan (%) Ketiga Stasiun Penelitian ........................

63

20 . Hasil Pengelompokan Perbandingan Interaksi Lokasi dan Waktu
Kadar Karagenan dari Hasil Uji Duncan Ketiga Lokasi Penelitian ..

64

21 Kekuatan Gel Ketiga Stasiun Penelitian .................................

66

22 . Hasil Pengelompokan Perbandingan Interaksi Lokasi dan Waktu
Kekuatan Gel dari Hasil Uji Duncan Ketiga Lokasi Penelitian ......

67

23 . Viskositas Ketiga Stasiun Penelitian .....................................

69

24. Hasil Pengelolnpokan Perbanhngan Interaksi Lokasi dan Waktu
Viskositas dari Hasil Uji Duncan Ketiga Lokasi Penelitian .........

70

.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Peta Kelautan Kabupaten Sumenep Tahun 2005 ........................

81

2. Nilai-nilai Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Perairan di Perairan
Aeng Dake, Pekandangan clan Kapedi Kecanatan Bluto Kabupaten
................................
Sumenep Tahun 2005 ......................

82

3. Hasil Pengamatan Jenis-jenis Alga Laut Alami di Perairan Aeng
Dake, Pekandangan dan Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten
Sumenep Tahun 2005 .......................................................

83

4. Dominasi Jenis-jenis Alga Laut di Perairan Aeng Dake, Pekandangan
dan Kapedi Kecanatan Bluto Kabupaten Suinenep Tahun 2005 .....

86

5. Gambar Histogram Jumlah Rumpun, Keanekaragaman, Keseragaman
dan Domina~siAlga Laut & Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan
Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Tahun 2005 ..........

87

6. Hasil Pengamatan Jenis-jenis Biota Laut di Perairan Aeng Dake,
Pekandangan dan Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep
Tahun 2005 ...................................................................

88

7. Dominasi Jenis-jenis Biota Laut di Perairan Aeng Dake, Pekandangan
dan Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Tahun 2005 ......

93

8. Gambar Histogram Jumlah Individu, Keanekaragaman, Keseragaman
dm Dominansi Biota Laut di Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan
Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Tahun 2005 ..........

94

9. Pertambahan Berat Eucheun~a pi nos urn (gr) Menurut Stasinn
Pengarnatan Posisi Penanaman dan Hari di Perairan Aeng Dake,
Pekandangan dan Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep
Tahun 2005 .................................................................

95

10. Pertambahali Panjang Thallus Eucheunla spinosun~ (mm)
Menurut Stasiun Pengamatan, Posisi Penanaman clan Hari di
Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan Kapedi Kecanatan Bluto
Kabupaten Sunenep Tahun 2005 .......................................

98

11. Pertambahan Jumlah Cabang Ezicheuma spinosum Menurut Stasiun
Pengamatan, Posisi Penanaman dan Hari di Perairan Aeng Dake,
Pekandangan dan Kapedi Kecanatan Bluto Kabupaten Sumenep
Tahun 2005 .................................................................

101

12. Hasil Analisis Kandungan Karagenan Eucheuma spinosuni (%)
Menurut Stasiun Pengamatan dan Hari di Perairan Aeng Dake,
Pekandangan Kapedi Kecanatan Bluto Kabupaten Sumenep Tahun
2005 .........................................................................
13. Hasil Analisis Kekuatan Gel Euchetima spinostrm (gr/cm2) Menurut
Stasiun Pengamatan dan Hari di Perairan Aeng Dake,
Pekandangan Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten Sumeneu Tahun
14. Hasil Analisis Viskositas Eucheuma spinostim (Cps) Menunlt
Stasiun Pengamatan clan Hari di Perairan Aeng Dake, Pekandangan
dan Kapedi Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Tahun 2005 ...
15. Analisa Statistik Pertamballan Berat Alga Laut Eucheuma spinosum
di Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan Kapedi Kecamatan Bluto
Kabttpatexl Sumenep Tahun 2005 .......................................
16. Analisa Statistik Pertanbahan Panjang Thnllus Alga Laut Eucheurna
spinosum di Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan Kapedi
Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep T & L 2005
~
..................
17. Analisa Statistik Pertambahan Jumlah Cabang Alga Laut Eucheurna
spinostint di Perairan Aeng Dake, Pekandangan clan Kapedi
Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Tahun 2005 ..................
18. Analisa Statistik Kadar Karagenan Alga Laut Euchezrnta spinosun7
di Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan Kapedi Kecamatan Bluto
Kabnpaten Sumenep Tahuu 2005 ......................................
19. Analisa Statistik Kekuatan Gel Alga Laut Eucheuma spinostim di
Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan Kapedi Kecanatan Bluto
Kabupaten Sumenep Tahun 2005 .......................................
20. Analisa Statistik Viskositas Alga Laut Euchezcma spinosurn di
Perairan Aeng Dake, Pekandangan dan Kapedi Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep Tahun 2005 .......................................
21. Pengelolnpokan Selisih Terbesar-Terkecil Pertanballan Berat Alga
Eucheunta spinosurn ......................................................
22. Pengelolnpokan Selisih Terbesar-Terkecil Pertambahan Panjang
Thallus Alga Eucheurria spinostini ......................................
24. Pengelo~npokan Selisih Terbesar-Terkecil Pertamballan Junlah
Cabang Alga Eucheurna spinosum .....................................
25. Pengelompokan Selisih Terbesar-Terkecil Kadar Karagenan Alga
Ei~cheumaspinosum ........................
.
.
.
.......................

26. Pengelompokan Selisih Terbesar-Terkecil Kekuatan Gel Atga
Eucheunza spinostrm ...... . . . ... . .. . . . . . ...... . ... .
.
.. .. . . .. . .. ...... . ..

144

Pengelompokan Selisih Terhesar-Terkecil Viskositas Alga
Eucheurna spinosum ...... . . . .. . . . .. . . . .... .. .....
... .. . . . .. .. .........

148

27.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alga laut merupakan salah satu surnberdaya hayati laut yang sangat potensial.
Di Indonesia terdapat 555 jenis rumput laut dan empat jenis diantaranya dikenal
sebagai komoditi eksport yaitu Ez~cheurnasp., Gracillaria sp., Gelidium sp., dan
Sargassurn sp. (Atmadja et al. 1996).
Eucheziriza spinosunl merupakan alga laut yang banyak terdapat di perairan
Indonesia. E u c h e u ~ ~spinosunz
~a
yang tumbuh di perairan Kabupaten Sumenep
merupakan salah satu jenis yang dikembangkan di perairan tersebut. Alga laut ini
tergolong alga merah (Rhodophyceae), dan sebagian besar hidup di perairan laut.
Manfaat dari alga ini selain digunakan nelayan sebagi bahan pangan juga merupakan
komoditi ekspor yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Permintaan alga dari negara lain mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tahun 2000, volume ekspor alga laut Indonesia sebesar 14,19 kiloton dengan nilai
10.784.079,07 US$, naik menjadi 17,13 kiloton (2001), 20,29 ton (2002) dan 27,76
kiloton (2003) dengan nilai 13.739.062,81 US$ (DKP 2000-2003). Permintaan alga
laut Indonesia menunj~lkkanbahwa alga laut Indonesia cukup diminati dan mampu
untt~kbersaing dengan alga laut d a i negara lain. Meningkatnya permintaan alga laut
dari negara lain yang cukup tinggi, mendorong nelayan untuk rneningkatkan usaha
budidaya dengan kuantitas dan kualitas yang baik.
Alga laut kering jenis Eucheuma cottonii di perairan Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep yang dihasilkan pada tdiun 2001 sebesar 14,83 ton, 15,58 ton
(2002), 8,44 ton (2003) dan 8 3 6 ton (2004). Dengan demikian telah terjadi
penurunan produksi pada dua tahun terakhir.
Untuk memennhi permintaan terhadap alga laut agar terjadi peningkatan
produksi maka diperlukan berbagai faktor yang erat liubungannya dengan
karakteristik habitatnya, dengan mengetahui karakterisbk habitat tersebut akan
diketaliui pula liubungan antara tingkat pertunbullan Ezlchezmza spinosunr dengan
kand~mgan karagenan. Pada umumnya habitat sangat berpenganih terhadap

kandungan pikokoloid suatu alga. Jika suatu perairan ditemukan perhnnbultan alga
yang cukup baik dengan kandungan pikokoloid yang tinggi, maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik perairan tersebut layak unh~kdijadikan area budidaya alga laut.
Alga laut telah lama digunakan sebagai sumber alternatif obat tradisional.
Alga laut juga kaya akan protein, vitamin dan mineral. Pikokoloid yang dihasilkan
Eucheuma spinoszi~nmengandung suatu bahan yang dikenal sebagai karagenan,

banyak digunakau oleh industri makanan, farmasi, kimia dan lainnya. Karagenan
dapat memberikan efek hipokolesterolemik yaihi dapat menurunkan kadar kolesterol
plasma. Selain menghasilkan karagenan, agar atau alginat, alga laut juga mengandung
berbagai bahan bioaktif yang yang banyak digunakau dalam pengobatan mutahir saat
ipi.
Industri pengolahan untuk menghasilkan karagenan di Indonesia ~nasih
terbatas jumlahnya, oleh karena itu sebagian alga laut jenis Eucheuma splnosuln
diekspor dalam bentuk kering. Ekspor alga laut Indonesia sampai saat ini masih
belum menentu. Penyebabnya adalah tidak adanya keseragaman mutu, baik ditinjau

dari penangalan pasca panen maupun budidayanya. Oleh karena itu upaya bndidaya
alga laut, termasuk perbaikan penanganan pasca panen perlu digalakkan, agar dapat
meningkatkan produksi dan menjamin kelancaran ekspor (Romimol~tartodan Juwana

2005).
Eucheuma spinosum yang diolah dengan mengikuti proses pengolahan yang

baik akan dihasilkan karagenan dengan kualitas yang tinggi serta sesuai dengan
standar mutu yang berlaku, sehingga harga jualnya menjadi lebih tinggi dibanding
dengan bentuk kasar (raw material). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan mutu
suatu alga laut dapat meningkatkan pendapatan nelayan, yang secara tidak langsung
akan meningkatkan devisa negara.
Upaya pembudidayaan Alga laut Ezicheunfa spinosum belum dilakukan di
perairan Kecamatan Bluto. Oleh karena itu, sehubungan pula dengan hal-ha1 diatas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap alga Euchezma spinosum yang
diawali dari upaya penanaman sampai dengan pasca panen.

1.2. Pendekatan Masalah

Perturnbullan dm perkembangan alga laut pada lokasi yang berbeda akan
memberikan p e n g a d yang berbeda pula. Di perairan Kecamatan Bluto Kabupaten
Sumenep alga laut yang dikembangkan adalah alga Eucheurna cononii. Hasil panen
alga laut tersebut selanjutnya dijual kepada pengumpul, sedangkan alga laut jenis lain
belum dibudidayakan, tenttama dari jenis Eucheuma yang lain. Oleh karena itu
diperlukan suatu kajian terhadap kem~mgkinan dikembangkan jenis Euchezinia

spinosum.
Faktor lingkungan mempunyai peranan yang besar bagi kehidupan biota di
dalam perairan. Dalam suatu komunitas, alga Eucheunla spinosum mempunyai
hubungan yang erat deugan habitatnya, dimana alga Ezicheuma spinosum tersebut
dapat tumbuh dan berkembang. Kualitas air laut, dasar perairan, biota laut non alga,
posisi tumbuh dan aspek-aspek habitat lainnya inempakan faktor-faktor yang
membentuk suatu karakteristik habitat.
Habitat mempakan tempat berlangsungnya proses-proses perkembangan alga
laut. Selain &pengaruI~ioleh faktor-faktor internal yaitu proses fotosintesa, difusi zat
hara bagi perturnbullan alga laut, juga faktor-faktor eksternal seperti tempat
perlindungan bagi biota laut, hingga pemangsaau alga laut oleh organismehewan
pemangsa.
Faktor-faktor perairan dipengamhi oleh tersedianya sinar matahari untuk
kebutuhan fotosintesis, su~hu,difusi zat hara oleh adanya pergerakan air, posisi
tumbuh alga, salinitas, dan juga polutan yang terdapat dalam perairan. Faktor-faktor
tersebut terjadi sepanjang tahun, tetapi akan berbeda kuantitas maupun kualitasnya
untuk setiap musim.
Faktor-faktor

biota

lau~t terdiri

dari

zooplankton,

fitoplankton,

organismehewan pemangsa, spesies alga laut yang lain, maupun tu~mbuhanlaut yang
lain (lamun). Banyaknya biota laut baik yang sejenis atau tidak akan me~npengaruhi
perkembangan dari alga laut tersebut. Sebagai contoh, semakin banyak hewan
pemangsa alga laut atau biota mengakibatkan berkurangnya alga laut dalain perairan
tersebut. Sedangkan keberadaan spesies alga laut dan atau tumbuhan laut yang lain

akan menyebabkan kompetisi di dalam perairan tersebut, terutama dalrun ha1 zat hara

/

I

Komunitas Alga

L
Eucheuma spinosun~

Habitat
Ezrcheztma
spinosunz

Posisi
Kualitas Dasar Aspek-aspek Biota non
Tumbuh Air Laut Perairan
Habitat
Alga
Lainnya
I

I

Hubungan

/

k n b a r 1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Karakteristik Habitat
Terl~adap Kelayakan Perturnbuhan clan Kandungan Karagenan Alga
Ez~cheumaspinosunz di Perairan Kecamatan Bluto Kabupaten Surnenep
Aspek-aspek fisika, kimia dan biologi yang terdapat dalam perairan akan
berbeda antara perairan satu dengan lainnya dalam melnbentuk karakteristik suatu
habitat. Karakteristik habitat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkernbangan
alga Eucheuma spinosz~m.Habitat khas Eztchettma spinosun~adalah daerah yang
memperoleh aliran air laut yang tetap, lebih lnenynkai variasi suhu liarirui yang kecil
d a i substrat batu karang mati (Laode 1998). Jika suatu karakteristik habitat

mendekati habitat b a s dari Eucheunla spinosum, maka dapat dikatakan bal~wa
perairan tersebut relatif dapat digunakan alga Eucheztma spinosum untuk tumbuh dan
berkembang.
Pemanfaatan alga laut Eucheunla spinosum tidak hanya sebagai bahan
pangan, tetapi juga diolah menjadi suatu bahan yang dapat digunakan dalam dunia
industri. Kandungan karagenan alga Eucheuma spinosum yang tinggi hanya dapat
dihasilkan oleh alga Eucheulna spinosun~yang efisien dan efektif, yaitu yang dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan habitat yang dibutulkan bagi perttunbuhan
alga Eucheunla spinosztm. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa secara umum
karakteristik habitat dapat inempengaruhi kandungan alga Eucheun~aspinosznn.
Alga laut Eucheunia spinosuni inerupakan salah satu alga laut yang terbanyak
dihasilkan pada perairan Kabupaten Sumenep. Hasil panen alga laut dipergunakan
ole11 nelayan sebagai bahan pangan dan sebagian besar dijual dalam bentuk bahan
mentah atau raw material.
Alga laut Eucheunla spinoszi1n mempakan salah satu alga laut penghasil
karagenan. Karagenan banyak digunakan dalam industri, baik industri makanan,
farmasi, kimia maupun industri lainnya. Karagenan yang digunakan oleh sebagian
besar industri di Indonesia masih &impor. Hal ini berakibat barga jual hasil industri
yang menggunakan bahan dasar karagenan lebih mahal. Untuk mengatasi masalah
tersebut salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penyediaan
karagenan yang dihasilkan dari alga laut di Indonesia.
Karagenan yang dihasilkan dijual dalam bentuk produk jadi, salah sahlnya
adalah dalam benhk tepung karagenan. Dengan cara melakukan pengolahan dan
fabrikasi, kita dapat menyediakan karagenan yang dibutulkan industri di Indonesia.
Karagenan yang dihasilkan haruslah meinenuhi standar mutu. Selain untuk industri
dalam negeri, karagenan juga dapat diekspor. Harga jual dalam benh~kkaragenan
akan lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk bahan mentah. Hal ini akan dapat
meningkatkan pendapatan nelayan dan devisa negara.
Unhlk

mendapatkan

alga

Eucheunta

spinosztm

yang

baik

dan

berkesinambungan di perairan Kabupaten Sumenep maka perlu dilakukan penelitian

tentang karakter habitat. Jika hasil penelitian yang diperoleh mennnjt~kkanperairan
tersebut layak untuk perhunbuhan alga Eucheurna spinuszm, inaka perairan
Kabupaten Sumenep dapat dipertimbangkan sebagai lokasi budidaya yang baik.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan habitat terhadap kelayakan pertumbdan Eucheuma
spinusurn di perairan Kabupaten Sumenep.

2. Untuk mengetahui hubungan habitat terhadap kaidungan karagenan Eucheuma
spinosum di perairan Kabupaten Sumenep.

1.4. Manfaat
Manfaat penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dalan lnemilih
karakteristik habitat untuk area budidaya alga laut, yang dapat membeiikan tingkat
pertumbuhan yang baik dan kandungau karaginan yang tinggi. Hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat membenkan informasi bagi masyarakat nelayan untuk
mengupayakan alga laut yang mempunyai produktifitas dan kualitas yang tinggi.

11. TINJAUAN PUSTAKA
Alga laut memegang peranan penting dalam komunitas laut. Selain
mempakan salah satu sumber rnakanan bagi manusia, juga mempakan makanan
untnk binatang laut diantaranya gastropods dan ikan-ikan herbivora. Alga laut juga
n~erupakantelnpat perlindungan dan ruinall bagi hewan-l~ewan tersebut diatas.
Pemmbul~anyang paling baik terdapat disepanjang pa~taidan daerah perairan yang
dangkal. Hal ini dikarenakan bukan hanya kebutuhan akan sinar matahari, tetapi juga
kandungau. nutrien yang terbawa dari daratan @awes 1981).
Sebagian besar alga laut hidup pada komunitas daerah intertidal. Untuk dapat
bertahan hidup pada daeral~tersebut, maka alga laut hams mampu beradaptasi atau
me~nperkecilpengaruh penguapan karena suhu, cahaya sinar matahari, ombak,
gelombang maupun pen~bahansalinitas. Pada saat suhn udara tinggi, akan terjadi
proses penguapan yang lnenyebabkan peningkatan suhu dan salinitas perairan relatif
tinggi. Sedangkan pada saat hujan, suhu dan salinitas perairan relatif akan menurun.

Pada mnlnnya aiga laut dikenal masyarakat terutama nelayan dengan nama
agar-agar atau ganggang. Di Indonesia, alga laut Eucheuma spinosuni sudah lama
di~nanfaatkansebagian penduduk. Pemanfaatan alga laut secara tradisional terutama
sebagai bahan pangan. Di bidang pertanian, alga laut dimanfaatkan sebagai bahan
pupuk organik. Selain itu alga laut sudah dimanfaatkan dibidang kedokteran, farmasi

dan industri lainnya (Nontji 1993; Angka dan Maggy 2000).
2.1. Botani Alga Laut E~~clierrrna
sp.

Alga laut termasuk dalam kelornpok tumbuhan yang dikenal sebagai
ganggang laut. Alga laut berbeda dengan tanaman tingkat tinggi. Strnh%tr alga laut
secara keseluruhan merupakan batang yang disebut dengan fhallus, tidak memilk
akar sejati, batang dan daun sepeh pada tanaman tingkat tinggi. Bentuk akar alga laut
disebut holdfast, yang berfungsi sebagai alat untuk melekat pada dasar perairan.
Bagian yang menyerupai daun pada alga laut tertentu seperti Sargassurn sp. disebut

dengan blade. Fungsi utaina blade adalah rnenyediakan permukaan yang luas untuk
penyerapan sinar matahari dalam proses fotosintesa (Chapman 1970; Dawes 1981).
Sebagian besar spesies alga merah merupakan alga yang hidup di perairan laut
dan kurang dari 2% hidup di perairan tawar. Alga latit Eztcheunza sp. termasuk
kelompok alga merah. Alga laut ini kebanyakan hunbuh pada daerah pasang surut
atau daerah yany selalu terendam air, melekat pa& substrat di dasar perairan seperti
karang, batu mati dan Iainnya (Laode, 1998).
Adapun ciri-ciri urnum Eucheuma sp. menurut Laode (1998) adalah :
0

Bentuk thalli bulat silindris atau gepeng.

0

Berwarna merah, merah coklat, hijau-kuning, dan sebagainya.

* Bercabang, berselang tidak teratur, dr atau trikhotomous.
* Memiliki benjolan-benjolan dan duri-duri.

-

Substansi thalli "gelatinus" danlatau "kartilagenus".

2.2. FaMor-faktor Tumbuh E~tche~ittta
sp.
Pertumbuhan alga laut Eucheuma sp. pada suatu perairan dipengaruhi oleh
faktor-faktor linglugan yang ada di dalam perairan. Faktor-faktor tersebut terdiri
dari faktor internal dan faktor ekstemal. Faktor-faktor internal seperti difusi zat ham,
fotosintesa dan sebagainya, sedangkan faktor-faktor ekstemal seperti pemangsaan
alga laut oleh organismehewan pemangsa, kompetisi zat hara ole11 tumbuhan laut
lain dan sebagainya. Faktor-faktor

yang berpengamh terhadap

pertumbuhan

Eucheuma sp. :

2.2.1. Cahaya matahari
Cahaya matahari dibutulikan ole11 alga laut untuk proses fotosintesa, dimana
hasiltiya adalah fiksasi COz. Selain itu ultraviolet juga dibutuhkan untuk
pertumbulian dirinya. Kemampuan cahaya menembus perairan akan berkurarig
dengan bertambalmya kedalaman. Zona i ~ disebut
i
sebagai zona photic. Perubahan
pada intensitas dan kualitas cahaya yang menembus peraim dengan bertambahnya
kedalanlan iner~ggarnbarkankeinampuan alga laut tmtuk tumbuh. Eucheunza sp.
tennasuk ke dalam golongan Rhodophyceae yang &pat hidup pada perairan yang

lebih dalam dari golongan Chlorophyceae maupun Phaeophyceae (Dawes 1981;
L~ming,1990)
Keceral~anperairan inenentukan jumlah intensitas sinar matahari atau cahaya
yang masuk ke dalam suatu perairan. Keinampnan daya tembus sinar matahari ke
perairan sangat ditentukan oleh w m a perairan, kandnngan bahan-bahan organik
inaupun anorganik tersuspensi di perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan
detritus (Wardoyo 1975 dalam Masrawati 1998).
Kekemhan mempakan faktor pe~nbatasbagi proses fotosintesa dan produksi
primer perairan karena mempenganlhi penetrasi cahaya matahari. Disamping itu,
kekeruhan mempakan gambaran sifat optik dari suatu air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya sinar (cahaya) yang dipancarkan dan diserap oleh partikelpartikel yang ada dalam air (Boyd 1988). Menumt Soemanvoto (1984) dalam
Masrawati (1998) menyatakan bahwa salah satu penyebab kekeruhan adalah adanya
zat-zat organik yang temrai, jasad-jasad renik, lumpur dan tanah liat atau zat-zat
koloid yaitu zat-zat terapung yang mudah mengeudap. Sedangkan menumt Lloyd
dalarn Effendi (2003), peningkatan nilai kekemhan pada perairan dangkal dan jernih
sebesar 25 Nephelometric Turbidity Unit

(NTU) dapat mengurangi 13%-50%

produktivitas primer.
Fotosintesa fitoplankton clan alga-alga laut lain tumt menyumbang oksigen
terlarut dalam perairan. Kadar oksigen terlarut dalam perairan juga dipengarubi ole11
beberapa faktor seperti suhu, salinitas, dan aktifitas biologi (repirasi dan fotosintesa)
(Dawes 1981). Oksigen terlarut dalam perairan juga dibntuhkan dalam proses
respirasi maupun proses redoks terhadap parameter-parameter peraim, seperti nitrat
d m amonia.

2.2.2. Substrat
Substrat perairan mentpakan dasar perairan dimana alga laut dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Penyebaran alga laut dan kepadatannya di suatu
perairan tergantung pada tipe subslrat, musim dan komposisi jenis. Menunit Mubara!!
d m Wahyuni (1981), jenis-jenis substrat yang dapat ditumbnhi oleh alga laut adalah

pasir, lu~npurdan pecahan karang. Tipe substrat yang paling baik bagi pemtmbuhan
alga laut adalah campuran pasir, karang dan pecahan karang. Pada substrat perairan
yang lunak seperti pasir dan lumpur, akan bauyak dijumpai jenis-jenis alga laut
Halinleda sp., Caulerpa sp., Gracillaria sp., da11 Hypnea sp. Sedangka~dasar
perairan yang bersubstrat keras seperti karang hidup, batu karang dan pecahan
kara~g,akan banyak dijunpai jenis-jenis alga laut Sargassunl sp., Turbinaria sp.,
Ulva sp. dan Enteromorpha sp.
Nontji (1993) menyatakan bahwa sedikitnya alga laut yang terdapat pada
perairan dengan dasar berpasir atau berlumpiir, disebabkan sangat terbatasnya benda
keras yang cukup kokoh untuk tempat melekatnya. Susunan kimia dari substrat tidak
mempengaruhi kel~idupanalga laut, hanya sebagai tempat lnelekatnya alga laut pada
dasar perairan. Alga laut Euchettma sp. paling baik pertumbuhannya adalali pada
dasar perairau berkarang

2.2.3. Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempelajari
gejala-gejala fisika air Iaut dan perairan dapat mempengaruhi kellidupan hewan dan
tumbuhan pada perairan tersebut (Nontji 1993).
Suhu air pemukaan di perairan Indonesia umumnya berkisar antara 28-3O0C,
dimana suhu di dekat pantai biasanya relatif sedikit lebih tinggi daripada sithu lepas
pantai. Di gobah (lagoon) yang dangkal atau di kobakan air yang terperangkap
dijumpai suhu yang tinggi di siang hari akibat air surut, kadang-kadang bisa
~nencapailebih dari 35°C (Nontji 1993).
Tiap-tiap spesies dari alga laut membutulkan suhu yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Oleh karena itu terdapat sedikit perbedaan jenis alga laut yang
htmbuh di daerah tropis, daerah sub tropis maupun di daerah dingin. Pen~bahansuhu
yang nyata bagi alga laut dapat menghambat perhmbuhan baik berupa perubahan
morfologis maupun fisiologisnya bahkan dapat mematikannya.
Nga laut mempunyai kisaran suhu yang spesifik karena adauya kacdungan
enzim pada alga laut. Alga laut akan tumbuh dengan subur pada daerah yang sesuai

dengan suhu pertumbuhannya. Di daerah tropik, alga laut masilt dapat tnmbuh pada
kisaran suhu 20-3O0C, untnk jenis Hypnea sp. hidnp optimal pada suliu sekitar 2SoC,
sedang jenis Glacillaria sp. tnmbuh optimal pada sulm 20-2S°C (Luning 1990).

2.2.4. Salinitas
Salinitas merupakan faktor lingktmgan yang penting bagi alga laut.
Mekanisme toleransi dan struktural dari alga laut terliadap pembahan salinitas
berbeda a n t a r alga laut satu dengan yang lainnya. Salinitas perairan ciipenganthi
ole11 variasi air tawar yang berasal dari sungai yang masuk dalam perairan, pasang
sunlt dan juga penguapan yang terjadi karena sinar matahari. Atmadja et al. (1996)
menyatakan bal~wa salinitas perairan yang baik bagi pertumbuhan alga laut
Eucheunta sp. berkisar 32-34 ppt. Pada standar mutu air laut yang dikeluarkan oleh
Menteri Linghngan &dup, salinitas yang baik bagi kehidupan biota laut adalah 3334%.
2.2.5. Nutrien

Unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbtthan termasuk fitoplankton dapat
dikelompokkan mcnjadi dua bagian yaitn makro nutrien, dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak dan mikro nutrien, dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Yang
termasuk makro nutrien adalah C, H, N, P, Mg dan Ca, sedangkan yang termasuk
inikro nutrien ineliputi Fe, Mn, Cu, Si, Zn, Na, Mo, C1, dan V.
Ketersediaan nitrogen dan fosfor dalam jumlal~yang sedikit dalam perairan
menjadikan nitrogen dan phospor sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhrut dan
perkembangan alga laut (Luning 1990). Dawson (1966) menyatakan bahwa
ketersediaan nitrogen dan phospor dalam perairan berhubungan erat dengan
pertcl~buhanalga laut.
Zat hara anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk twnbuh dan
berkembang biak ialah nitrogen dalam bentuk nitrat (N03) dan fosfor dalam benhk
fosfat (P04), (Nybakken 1988). Menurut Wardoyo (1981), nitrogen mempakan salah
satu unsur penting nntuk pertumbuhan organisme d m pembentukm protein. Nitrogen
bebas dalam air segera mengalami pembailan menjadi amonia, amonitun, nitrit dan

nitrat dalam bentuk senyawa anorganik, yang selanjutnya dimanfaatkan oleb
tumbuhan ~ncnjadiprotein kemudian dmanfaatkan oleh organisme hewani sebagai
pakan.
Nitrat dapat digunakan untuk megelompokkan tingkat kesuburan perairan.
Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0-1 mg/l; perairan mesotrofik
memiliki kadar nitrat antara 1-5 mgA; dan perairan euttrofik me~nilikikadar nitrat
berkisar antara 5-50 mgil (Vollenweider daLam Wetzel 1975).
Keberadaan fosfor di iaut dalam bentuk yang beragan dan terutama scbagai
ortofosfat anorganik (Pod) yang secara sederhana disebut fosfat. Fosfor yang telah
diserap oleh sel, merupakan bagian dari komponen strnkt~ualsel dan berperan pula
dalam proses pengalihan energi dalam sel. Fosfor merupakan salah satu unsur penting
dalam pertumbuhan dan metabolisme tub& diatom.
Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan diklasifikasikan ~nenjaditiga, yaitu :
perairan oligotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,003-0,01 mgA; perairan
mesotrofik memiliki kadar ortofosfat 0,011-0,03 mg/l; dan perairan eutrofik memiliki
kadar ortofosfat 0,031-0,l mgfl (Vollenweider daianz Wetzel 1975).
Penyerapan zat 11ara dilakukan melalui seluruh bagian tanaman (lndnani dan
Suiniarsih 1999). Ketersediaan zat hara bukan merupakan faktor penghambat untuk
pertumbuhan tanaman. Artinya, zat hara yang ada di laut masih cukup, bahkan masih
berlebihan untuk kebutuhan rumput laut. Hal ini dapat terjadi kaiena adanya sirkulasi
yang baik, run off dari darat dan gerakan air. Akan tetapi, kita hams waspada
terlladap unsur-unsur yang diserap ohell nnnput laut karena nunput laut dapat
menyerap logam berat seperti Pb dan Hg. Logam berat ini tidak berbahaya bagi
tanaman tetapi sangat berbahaya bagi manusia.

2.2.6. Kedalaman
Kedalaman perairan rata-rata yang diperlukan untuk pertumbithan ntmput laut
tergantung pada radiasi matahari. Menurut Soegiarto dan Sulistijo (1986), kedalaman
yang ideal bag;. pertumbuhan r-mput laut di Kepulauan Seribu dengan metode dasar

adalah 0,3-0,6 m pada saat surut terendah. Keadaan yang demikian un9k mencegah
kekeringan bagi tanaman.
2.2.7. Pergerakan Air
Gelombang mempakan salah satu karakteristik fisik habitat alga dan
merupakan hasil dari gerakan angin pada perairan. Gerakan air juga memudahkan
alga laut dalam menyerap zat hara, membersilkan kotoran yang ada dan
melangsungkan pertukaran C02 d m

02.

Selain dari zat hara yang diperoleh juga

hams diperhatikan kandungan logam berat yang terdapat dalam alga laut.
Dawes (1981) mengatakan bahwa arus lautan disebabkan oleh kombinasi
gerakan dari angin pada permukaan laut dan perbedaan densitas antara bagian-bagian
yang berbeda dari laut tersebut. Pergerakan gelombang dan arus kadang cukup kuat
untuk melepaskan alga laut dari dasar perairan. Pergerakan air adalah faktor ekologi
utama yang inengontrol kondisi kornunitas alga laut. Arus dan gelombang ~nemiliki
pengaruh yang besar terhadap aerasi, transportasi nutrien dan pengadukan air.
Pengadukan air ini berperan untuk menghindari fluktuasi suhu yang besar (Trono and
Fortes 1988). Peranan lain dari ruus adaiah menghindarkan akumulasi silt dan epifit
yang melekat pada thallus yang dapat menghalangi pertumbuhan alga laut. Soegiarto
dalam Sinaga (1999) mengemukakan bahwa semakin kuat arus suatu perairan maka
pertumbuhan alga laut akan semakin cepat karena difi~sinutrien ke dalam sel thallus
semakin banyak, sehingga metabolisme dipercepat.
Arus juga merupakan salah satu penyebab sebaran stadia reproduksi dan
persporaan alga lant. Hal ini penting terutama dalam penyebaran spora, pelekatan dan
pertumbuhanya. Menurut Smith dalam Muntsji (1972), arus dan ombak dapat
menyebabkan terlepasnya substrat dari alga laut. Selanjutnya Mubarak (1981)
mengemukakan bahwa adanya arus air yang tetap menjamin tersedianya makalan
yang tetap bagi alga laut.
Kecepatan arus yang baik untuk pentumbuhan alga laut antara 20-40 cmldetik.
Tinggi gelombang tidak lebih dari 30 cm. Arus air yang Iebih cepat dan ombak yang
terlalu tinggi dapat menimbulkan kemsakan tanaman, seperti patah Illallus, robek

ataupun terlepas dari substratnya. Selain itu penyerapan zat hara akan terhambat dan
air laut menjadi keruh (Indriani dan Sumiarsih 1999).
Frekuensi pasang surut juga merupakan salah satu faktor yang mempenganlhi
keludupan alga laut di wilayah intertidal. Pola pasang semidiurnal yang memiliki
frekuensi yang lebih besar daripada pasang diurnal lebih menyokong bermacammacam populasi alga laut (Luning 1990).
2.2.8. Biota dan Tumbuhan Laut
Komunitas alga laut tnenlpakan tempat perlindungan dan nlmah bagi ikanikan kecil, invertebrata, mamalia dan lainnya. Komunitas alga laut juga men~pakan
s u ~ l b einakanan
r
bagi biota laut. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunitas alga
laut adalah organis~nekewanpemangsa dan adanya jenis-jenis alga laut yang lain.
Persaingan untuk mendapatkan sinar matahari dan juga nuthien akan mempengaruhi
keberadaan dan perh~mbuhanalga laut.
Hewan-hewan laut tertentu seperti moluska dan ikan dapat berpengaruh
terhadap persporaan alga laut. Menurut Ruond (1980) dalam Kadi dan Atmadja
(1988), moluska 'Limpet' dan 'Litorina' dapat memakan spora dan inenghambat
pertumbuhan muda alga laut. Oleh karena itu, diperlukan monitor lingkungan yang
cermat. Organisme pengganggu lainnya adalah bulu babi (Diademasetosum sp.), bulu
babi dun pendek (Tripneustes sp.), ikan-ikan herbivor antara lain beronang (Siganus
sp.), bintang laut (Protoreaster nodusus) dan penyu hijau (Chefoniamydas).
2.3. Karagenan
2.3.1. Kandungan Sifat Biokimia Alga Laut (Rl~odopltyceae)
Pemanfaatan alga laut pada bidang industri terutama didasarkan atas
kandungan kimia yang terdapat dalam alga laut. Kandungan kimia alga laut terutama
agar-agar, algin dan karagenan. Phaeophyceae atau Brown Algae menghasilkan
ekstrak algin. Kandungan kimia agar-agar dan karagenan didapatkan dari hasil
ekstraksi Rhodophyceae atau yang dikenal sebagai alga merah. Karagenan dihasilkan
dari komponen strukturd dinding sel alga @awes 1981). Beberapa jenis alga merah
yang menghasilkan karagenan adalah Chondrus sp., Eucheuma sp., dan Hypnea sp.,

sedangkan jenis alga merah yang menghasilkan agar-agar adalah Gelidium sp. dan
Gracilaria sp. (Chapman 1970; Atmadjaya e t al. 1996)
Kegunaan karagenan hampir sama dengan agar-agar, antara lain sebagai
pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel dan pengelmusi. Karagenan
dipergunakan dalam beberapa industri, antara lain : makanan, fannasi, kosmetik dan
lairmya (Angka dan Maggy 2000).
Karagenan adalah polisakarida linier yang tersusun atas unit-unit galaktosa
dan 3,6-anliydrogalaktosa dengan ikatan Alfa-1,3 dan Beta 1,4 secara bergantian.
Pada beberapa atom liidroksil, terikat gugus sulfat dengan ikatan ester Terdapat enam
macam benh~kdari karagenan yaitu mu, kapa, lambda, iota, nu, dan theta (
19-

dalanz Angka dan Maggy 2000).
Karagenan mengandung komponen sulfat yang tinggi (20-50% galaktan),

sedangkan agar hanya memiliki kurang dari atau sama dengan 5% (Dawes 1981).
Beberapa tipe karagenan yang dihasilkan dari alga laut Eucheuma sp. yaihi tipe kappa
(Eucheurna denticufafum, Eucheuma coffonii) clan iota (Eucheuma spinosunz,
Eucheunza isifornze). Karagenan kappa dipergunakan secara luas dibidang pangan,
dengan j~1mla11unit 3,6 anhidro galaktosa yang mendekati tingkat maksimum teoritis
19dala~nAngka dan Maggy 2000).
yaitu 34% ( ,
2.3.2. Sifat Fisik Karagenan
2.3.2.i. Kekuatan Gel

Karagenan bersifat reversible, artinya akan membentuk gel pada saat
pendinginan dan mencair kembali apabila dipanaskan. Chapman and Chapman
(1980) menyatakan, pembentukan gel karagenan disebabkan terbentuknya struktur
helik rangkap yang tidak terjadi pada suhn tinggi. Pada suhu rendali, struktur helik
rangkap membentuk jaringan polimer yang bercabang-cabang dan selanjutnya akan
membentuk suah~kesatuan.
Towle (1973) mengemukalcan bahwa kondisi gel pada karagenan dapat
bervariasi yaitu mnlai keras, lunak sampai dengan elastis. Tekstnr ini tergantung

beberapa variabel diantaranya sifat karagenan, konsentrasi, tipe ion yang ada, adanya
larutan lain dan adanya hidrokoloid lain yang tidak membeh.
Guiseley dalarn Suryaningnun (1988) lnengatakan baliwa kappa dan iota
karagenan tidak me~nbeiitnkgel dengan ion Na, tetapi dengan ion kalium, kalsium
dan amonium. Kappa karagenan dengan ion kalium membentuk gel yang kaku,
sedangkan iota karagenan membentuk gel yang elastis dengan adanya ion kalsi~un
Karakteristik gel beberapa karagenan dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Karakteristik Gel Karzgenan M e ~ r a lFraksinya
t
Keterangan
Efek Kation
Tipe Gel
Efek
siuergis
dengan locust bean

Kappa
Iota
Gel
lebih h a t Gel lebih h a t
dengan ion potasium dengan
ion
kalsium
Kuat dan rapuh Elastis dan kohesif
deilgan sineresis
tanpa sineresis
Tinggi

Tinggi

Lambda
Tidak membentuk
gel
Tidak membentuk
gel
Tidak

Run1

2.3.2.2. Viskositas

Karagenan dapat bercampur dengan pelarnt polar seperti alkohol, propilen
glikol dan gliserin clan tidak dapat bercampur dengan pelarnt organik (non polar).
Karagenan yang larut bersifat kental dimana viskositasnya bergantung pada
konsenkasi, sullu dan jenis karagenan. Viskositas ini akan menurun dengan naiknya
suhu. Perubahan tersebut masih bersifat dapat balik bila pemanasan dilakukan pada
keadaan optimum yaitu pH 9 dan pemanasan dilakukan pada waktu tidak terlalu
lama. Viskositas larntan karagenan tidak terlalu dipengaruhi oleh kation monovaten,
sedangkan kation divalen cenderung menurunkan viskositas pada konsenkasi tinggi
dan meningkatkannya pada konsentrasi rendah (

19-

dalam Angka dan

Maggy 2000).
Glicksman (1969) mengemukakan balrwa viskositas merupakan salah satu
dari sifat fisik karagenan selain dan kelxatan gel dan beberapa sifat fisik yang

lainnya. Viskositas pada karagenan mempakan daya aliran ~nolekuldalam sistem
lanttan. Suspensi koloid dalam larutan dapat meningkat dellgal cars mengentalkan
cairan sehungga terjadi absorbsi dan pengembaligan koloid.
2.3.3. Hubungan Habitat, Pertumbuhan dan Kandungan Alga
Fisiologi alga adalall mempakan suatu ahnulasi proses biofisik dan biokimia
yang berkembang sebagai evolusi respon adaptasi terhadap lingkungan habitatnya.
Sel dan lnorfologi thallus mempakan hasil dari proses-proses yang tidak dapat
dipisahkan dari faktor-faktor lingkungan yang mempengan~hinya. Setiap faktor
lingkungm dan hubungan diantaranya menghasilkan respon fisiologi yang berbeda
terhadap tingkat tekanan yang terjadi. Pada lingkungan perairan laut, beberapa faktor
tersebut dan l~ubungan diantaranya mempakan suatu hal yang menarik dan
mempakan pusat perhatian dari ilmuwan-ilmnwan yang bekerja dengan alga laut
(Dawson 1966).
Karakteristik habitat perairan yang sesuai dengan habitat perairan yang
dibuhlhkan b a g pertumbuhan dan perkembangan alga Eucheuma spinosum, akan
menghasilkan perturnbullan alga yang baik dan sehat. Faktor-f&or internal dan
ekstemal perairan yang ~nempengaruhipertumbuhan alga Eucheunia spinosu~njuga
akan mempenganlhi kandungan biokimia alga.
Para peneliti telah banyak melakukan berbagai analisis kimia terhadap
ko~nponen-komponenyang terkandung dalam alga laut. Beberapa penelitian telab
dipusatkan untuk mengetahui kandungan khusus dari alga laut yaitu karaginan,
alginat dan agar, se~nentarapenelitian lain untuk analisis kandungan umuln dari alga
laut seperti karboludrat, lemak, protein dan abu. Selain daripada alasan ekonomi,
evaluasi dari variasi pellbahan komponen hmia dari alga laut merupakan hasil dari
proses fisik, proses pertumbuhan yang berbeda, atau fase reproduksi. Analisis kimia
akan &pat menolong peneliti untuk dapat menentukan perturnbullan dan reproduksi
dari alga (Dawes 1981).

111. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, dari bulan Mei hingga September
2005. Penelitian dilakukan di perairan Kabupaten Sunenep bagian Selatan. Analisis
parameter habitat

dilakukan di Laboratoriutn Terapan FIvlPIPA Biologi Institut

Teknologi Surabaya, sedangkan analisis kandungan karagenan alga laut dilakukan di
Balai Penelitian dau Konsultasi Industri Departemen Perindustrial dan Perdagangan
Surabaya Jawa Timur.
Lokasi stasiun penelitian ialah:
St. 1. Aeng Dake terletak pada posisi 7'7'27" LS dan 113'46'56" BT.
St. 2. Pekandangan terletak pada posisi 7'7'1" LS dan 113'45'12" BT.
St. 3. Kapedi terletak pada posisi 7'6'57" LS dan 113'43'27" BT.
Peta lokasi stasiun penelitian disajikan pada Gambar 2.
3.2. Bahan dltn Alat

Alat digunakan dalam penelitian ini adalah bambu berbentuk segi empat yang
ditempatkan pada dasar dan permukaan perairan, tali ris yang terbuat dari bahan nilon
dengan diameter 8 mm dan pemberat atau jangkar. Alga laut yang