TINJAUAN PUSTAKA hukum waris adat sasak

sasak mendiami seluruh pulau Lombok, yang tersebar di tiga kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Meskipun Lombok sangat dipengaruhi oleh budaya Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu Bali tetapi suku Sasak di Lombok mayoritas memeluk Islam. Uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya berjumlah sekitar 1 yang melakukan praktek ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama sasak Boda. Dari uraian latar belakang diatas, penulisan dalam makalah ini difokuskan pada masyarakat dan kebudayaan suku sasak yang terdapat di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem kekerabatan adat suku sasak ? 2. Bagaimana tradisi dan hukum perkawinan suku sasak ? 3. Bagaimana pengaturan dan ketentuan pewarisan dalam suku sasak ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami sistem kekerabatan adat yang berlaku di suku sasak Lombok 2. Mengetahui dan memahami tradisi dan hukum perkawinan adat sasak Lombok 3. Mengetahui dan memahami pengaturan dan ketentuan pewarisan dalam suku sasak Lombok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2

A. Letak Geografis

Pulau Lombok adalah salah satu dari gugusan kepulauan Nusantara yang terletak di sebelah timur Pulau Bali dan sebelah barat Pulau Sumbawa. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Samudara Hindia di sebelah selatan. Di pulau ini terdapat tiga kabupaten yakni, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Timur, dan satu Kotamadya yaitu: Kotamadya Mataram. Kota Mataram merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penduduk Pulau Lombok mayoritas Suku Sasak, di samping itu ada Suku mbojo Bima, dompu, sumawa Sumbawa, jawa, dan hindu. Lapangan pekerjaan utama masyarakat Lombok adalah petani, nelayan, kerajinan tangan, pertukangan, dan jual-beli. Sejarah pembentukan daerah ini tidak lepas dari politik dan sistem pemerintahan yang pernah ada. Pada tanggal 19 Agustus 1945 dua hari setelah proklamasi kemeerdekaan Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Sumbawa, Pulau Flores, Pulau Timor Rote, Pulau Sumba, dan Pulau Sawu digabung ke dalam Provinsi Sunda Kecil dengan ibukota di Singaraja Bali dan dipimpin oleh seorang Gubernur I Gusti Ketut Pudja. Pada tanggal 14 Agustus 1958 provinsi ini kemudian dipecah menjadi tiga provinsi yaitu, Bali, Nusa Tenggara Barat NTB, dan Nusa Tenggara Timur NTT. Di pulau ini terdapat dua geologi utama yaitu, lingkungan gunung berapi di sebelah utara dan lingkungan rendah tua di bagian selatan. Daerah yang paling berpengaruh dengan adanya gunung berapi di lapisan atasnya dan bergunung tua di lapisan bawah adalah Gunung Rinjani, Gunung Pinikan, dan Gunung Nangi. Dan pegunungan bagian selatan merupakan daerah geologi yang terutama tersusun dari batuan tertier yang gunung terdiri dari Gunung Mareje dan Gunung Sasak. Ditilik dari iklimnya Pulau Lombok merupakan daerah yang beriklim tropis. Ada dua nusim yang mempengaruhi daerah ini sepanjang tahun yaitu musim hujan pada bulan November sampai dengan bulan April dan musim kemarau antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Musim basah berkisar antara bulan April dan bulan November.

B. Asal Nama

3 Asal nama sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Dalam Kitab Negara Kertagama kata Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok. Yakni Lombok Sasak Mirah Adhi. Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata sa-saq yang artinya yang satu. Kemudian Lombok berasal dari kata Lomboq yang artinya lurus. Maka jika digabung kata Sa Saq Lomboq artinya sesuatu yang lurus. banyak juga yang menerjemahkannya sebagai jalan yang lurus.

C. Adat Istiadat

Masyarakat Pulau Lombok terutama etnis Sasak yang tinggal di desa-desa sangat mempertahankan adat-istiadat dan sistem norma dalam kehidupan kesehariannya. Masing- masing dusun atau desa mempunyai awiq-awiq dusun aturan dusun atau desa yang ditetapkan oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat dan bagi mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai kesepakatan. Sistem pelapisan sosial Social Startification tradisional masyarakat Suku Sasak berasaskan triwangsa. Asas Triwangsa tiga keturunan pada masyarakat Suku Sasak umumnya terdiri dari : Pertama, tingkat tertinggi yang termasuk didalamnya Raden atau Datu. Strata tertinggi ini biasanya dipanggil Raden atau Danune bagi kaum laki-laki dan dende untuk kaum perempuan. Kedua, tingkat perdana yang termasuk di dalamnya permenak dan perbapa. Sedangkan kaum perempuan dari strata kedua ini sering disebut lale atau baiq dan jika telah kawin dipanggil mamiq bini. Ketiga, tingkat kaula bala yang terdiri dari jajar karang dan panjak pinak hamba sahaya. Masyarakat dari tingkat ini sering dipanggil Lok untuk laki-laki yang belum kawin, danle bagi perempuan yang belum kawin. Dan jika telah kawin maka akan dipanggilan aq untuk daninaq untuk perempuan. Penetapan pelapisan sosial berdasarkan keturunan ini kemudian diaplikasikan pada tatanan yang normatif yang sering disebut aji krame1. Dalam catatannya tentang aji kramenya masing-masing strata. Asas Triwangsa sebagai pelapisan sosial tradisional menentukan keturunan dari garis laki-laki. Artinya anak yang dilahirkan dari sebuah perkawinan akan mengikuti nasab pertalian darah pihak laki-laki bapaknya, sehingga jika seorang laki-laki yang berstrata Lalu atau Gede mengawini wanita berstrata Jajar Karang maka anak yang lahir tersebut akan mengikuti strata bapaknya. Anak yang dilahirkan dapat dipanggil Lalu, Gede, Baiq, atau Lale. Sebaliknya jika laki-laki berstrata Jajar Karang mengawini wanita berstrata raden atau permenak, maka anak yang dilahirkan tidak mengikuti strata ibunya, melainkan akan mengikuti strata ayahnya. 4 Sistem perkawinan seperti ini memang sering kali menimbulkan konflik serta percekcokan antara kedua belah pihak yang bahkan sering kali menimbulkan peemutusan tali kekeluargaan. Dan perwaliannya pun tidak jarang diserahkan kepada wali hakim wali ‘adilal. Dan sistem ini selalu menjadi tumbal kritikan dari berbagai kalangan karena dianggap sebagai warisan dari ajaran Hindu-Bali yang mengabsahkan adanya kasta pelapisan dari aspek keturunan. Dan dalam nada kualitas kedirian manusia sebagai hamba dan sekaligus khalifah yang mempunyai kewajiban dan hak yang sama. Sejalan dengan perkembanagn pemikiran dan orientasi hidup, selain pelapisan sosial yang tradisional yang berdasarkan keturunan triwangsa diatas, pada umumnya di masyarakat Suku Sasak terdapat pelapisan sosialnya : seperti pelapisan sosial berdasarkan kedudukan dan kemampuan ekonomi. Namun demikian faktor usia tetap menjadi ukuran. Menghormati orang tua atau yang seusia sangat diperhatikan dan ditaati oleh masyarakat Sasak. Hal ini tampak dalam hubungan dengan kekerabatan di lingkungan pergaulan dan rumah tangga.

D. Agama

Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam pulau Lombok juga dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid. Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu , yang dipeluk oleh para penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15 dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen , Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini. Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan NW, organisasi ini juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat terendah hingga perguruan tinggi. Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan , terutama di kalangan mereka yang berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu waktu tiga. Tidak seperti umumnya penganut ajaran Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran ini mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya. Terdapat juga sebuah kumpulan kecil orang sasak yang disebut Bodha jumlah: ± 8000 orang yang menduduki kampung Bentek dan di curam Gunung Rinjani . Agama mereka 5 tidak mempunyai pengaruh Islam dan amalan utama mereka adalah memuja dewa-dewa animisme . Ajaran agama Hindu dan Buddha juga dimasukkan di dalam upacara agama mereka. Agama Bodha mempercayai adanya lima tuhan yang besar, yang paling tinggi dikenali sebagai Batara Guru. Tuhan yang lain adalah Batara Sakti dan Batara Jeneng bersama isteri mereka Idadari Sakti dan Idadari Jeneng. Namun kini, penganut agama Bodha sedang diajarkan mengenai agama Buddha yang ortodoks oleh sami-sami yang dihantar oleh persatuan besar Buddha terbesar negara Indonesia.

E. Bahasa

Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak, menggunakan bahasa Sasak bahasa asli sebagai bahasa utama dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara , tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem , di beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.

F. Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama penduduk suku Sasak adalah bercocok tanam di ladang lendang atau di sawah subak. Ada juga yang menggantungkan hidup pada kegiatan berburu rusa, babi, dan binatang hutan lain, mencari umbi-umbian, menangkap ikan. Mata pencaharian lain adalah membuat barang anyaman, ukiran logam, kain tenun, barang-barang dari rotan, tanah liat dan hanya sebagian kecil bermata pencahariannya dari Pariwisata.

G. Kebudayaan

1. Adat istiadat Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan Merarik atau Selarian. Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk 6 memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut dengan Mesejati atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setalah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan Nyelabar atau kesepakatan mengenai biaya resepsi. 2. Presean Simbol Kejantanan Taruna Pemuda Sasak Budaya Presean atau bertarung dengan rotan memang sudah dikenal masyarakat Lombok sejak lama. Namun budaya yang penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik ketika dipadukan gaya bela diri yang unik dan lucu dari pemainnya. Presean adalah salah salah satu kekayaan budaya bumi gogo rancah Lombok. Acara ini berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan penjalin serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras ende. Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula dari luapan emosi para prajurit jaman kerajaan taun jebot dahulu kala sehabis mengalahkan lawan di medan perang. Acara tarung presean ini juga diadakan untuk menguji keberaniannyali lelaki sasak yang wajib jantan dan heroik saat itu. Uniknya dari pertarungan presean, pesertanya tidak pernah dipersiapkan secara khusus. Pepadu atau petarung diambil dari penonton yang mau adu nyali dan ketangguhan mempermainkan tongkat rotan dan perisai yang disediakan. Penontoncalon peserta bisa mengajukan diri atau dipilih oleh wasit pinggir pakembar sedi. Setelah mendapat lawan, pertarungan akan dimulai dan dimpimpin oleh wasit tengah pekembar. Tarian rotan dari Lombok ini sudah dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun. Awalnya merupakan sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon hujan ketika kemarau panjang. Sebuah tradisi yang dalam perkembangan kemudian sekaligus berfungsi sebagai hiburan yang banyak diminati. Sebagai salah satu upaya melestarikan budaya daerah, Presean Lombok pun mulai sering dilombakan. Pertandingan diakhir dengan salam dan pelukan persahabatan antar petarung. Tanda tiada dendam dan semua hanyalah permainan. benar-benar sportif. Adegan seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau lombok apa bila ada acara adat, tidak heran masyarakat sangat antusias untuk menonton acara seperti ini, selain dapat menarik wisatawan mancanegara wisatawan lokal pun berbondong-bondong menyaksikan acara ini. Dalam adengan presean tidak jarang salah satu dari orang yang presean mengalami luka yang cukup parah tapi mereka tetap senang dan bergembira.

BAB III PEMBAHASAN