1
Direktorat Pembinaan SMK 2013
MENGENAL KARAKTER WAYANG
A.  Ruang Lingkup Pembelajaran
Mengenal Karakter Wayang
Pengertian Wanda Wayang
Fungsi Wanda Wayang
Wanda Wayang dan Ciri-cirinya
Latar Belakang Munculnya Wanda
UNIT PEMBELAJARAN 1
2
Direktorat Pembinaan SMK 2013
B.  Tujuan Pembelajaran
Setelah  mengikuti  dan  mempelajari  unit  pembelajaran  1  peserta  didik diharapkan mampu:
1.  Menjelaskan motivasi munculnya wanda wayang 2.  Menjelaskan fungsi wanda wayang
3.  Menjelaskan wanda wayang dan ciri-cirinya Selama 6 minggu x 3 JP
C.  Kegiatan Belajar
1.  Mengamati a.  Mengumpulkan  informasi  dari  berbagai  sumber  belajar  tentang
karakter wayang. b.  Mengidentifikasi karakter wayang
2.  Menanya a.  Mendiskusikan perkembangan wanda wayang.
b.  Mendiskusikan wanda wayang setiap tokoh. 3.  Mengeksplorasi
Mengiventarisasi karakter wayang. 4.  Mengasosiasi
Membandingkan karakter wayang gagahan dan alusan. 5.  Mengkomunikasikan
Membuat laporan karakter dan wanda wayang.
D.  Materi
1.   Pengertian Karakter atau Wanda Wayang
Tokoh-tokoh  dalam  wayang  kulit  purwa mempunyai  karakter  sendiri- sendiri.  Karakter  setiap  tokoh  tersebut  diwujudkan  dalam  bentuk
wanda. Di dalam pakeliran “wanda” sebagai salah satu unsur medium rupa,  berperan  penting  untuk  memantapkan  “rasa”  suatu  tokoh.
Kemantapan ini bisa dicapai karena ada kesesuaian antara suasana adegan dengan wanda tokoh yang digunakan, di samping juga unsur-
3
Direktorat Pembinaan SMK 2013
unsur penting lainnya, yaitu penyuaraan, sanggit, sabet, sulukan dan lain  sebagainya.  Dengan  demikian,  ketepatan  seorang  seniman
dalang  pada  saat  memilih  “wanda”  mempunyai  andil  dalam keberhasilan sajian.
J e
ni s
w anda  di
da lam
p erge
laran  w ayang  kulit
, an
ta ra  lain
: gu
nt ur,
l ent
re ng,
ran g
kun g,  bontit
,  lintang ,
lind u
, kag
e t
dan l
ain -
Iainnya. Wan
d a, mempe
r lihatkan wat
a kkarakter t
o koh d
al am
su atu
k eada
an t
ert entu
. Watak  tokoh  ya
ng sedang  mabok  asm
a ra  tentu  berbeda
d en
ga n w
and a
keti ka sedan
g berperang .
Menurut WJS Poerwadarminta,  Wanda di dalam kamus artinya awak, dhapur,  1981:  655.  Menurut  Prawiroatmaja,  wanda  berarti    rupa,
roman, rupa muka 1985: 309. Sedangkan kata dhapur berarti tokoh, bangun, bentuk, rupa Prawiroatmaja 1985: 101.
Oleh  pa r
a pengrajin  wayang,
penggarapa n  t
atah  sungging  dan orna
m ennya  berb
e da-b
ed a  t
erg ant
un g  da
ri  watak tokoh  yang
be r
sa n
gk ut
an.  Sebagai  conto h  pada  gambar  1,
mempe r
lihatkan R
a den
Wr eku
d ara  berwarna  hitam  tam
p il  de
n gan  wanda
l in
t ang
, sedangkan  gambar  2  yang  berwarna  kuning  emas
ta mpil  dengan
wanda l
in du  p
anon  yang  oleh  Ki  Da l
ang  di m
a i
n kan
apabila Wrekud
ara  sedang  menga mu
k. T
o k
oh yan
g  se r
ing  d itampi
lkan dengan wan
da b erbeda-beda antara lai
n: Arjuna, Kre
s na, G
at o
t k
aca, Sengku
ni, B i
ma, Baladewa
, Wre
k u
d ar
a, Srikandhi, Naku
l a
, S
a dewa.
Gambar 1. Werkudara Wanda Lintang Sumber: Dokomen pribadi
4
Direktorat Pembinaan SMK 2013
Gambar 2. Werkudara Wanda Lindu Panon Sumber: Dokumen pribadi
Penerapan ‘wanda’ atau ‘citra’ image pada wayang, sebagian besar ditentukan oleh:
a. Sudut  mukawajah  wayang  lebih  menunduk  atau  lebih
menengadah, b.
Bentuk rupa wajah wayang, c.
Bentuk badan wayang, d.
Sudut  badan  wayang  lebih  tegak  atau  lebih  condong  ke  arah depan,
e. Warna  wajah  hitam,  putih,  ‘prada’,  biru,  merah,  atau  warna
lainnya. Sedangkan  je
nis wa
rn a  ya
ng  menun jukkan  suatu  wat
ak d
ij elaskan
sebagai beri k
ut :
a. W
arn a ku
n ing e
mas ,
m empunyai makna k
e jayaan
, dan suka
bermai n
asmara .
b. Me
ra h tua
, men
gandun g makna berani
, mu da
h tersinggung dan
suk a
berkelahi .
c. Hi
tam, mengan
dung m akna teguh, sentau
s a dan kuat
. d.
Pu tih
, ar t
inya su ci, se
l a
lu bertindak jujur dan utama .
5
Direktorat Pembinaan SMK 2013
e. Bir
u muda  kela
bu ,
me mpunyai makna
t idak tetap
p endiriannya
da n t
idak mempu n
yai pe do
man yang p
a sti.
Sedangkan  berbagai  hal  lainnya,  umumnya  dianggap  dapat disamakan.  Maksudnya  tidak  perlu  ada  yang  diubah,  meskipun
wanda-nya  lain.  Ini  merupakan  pendekatan  yang  paling  banyak diterapkan  pada  wayang.  Sebagai  contoh,  penerapan  ‘wanda  gilut’
pada  tokoh  wayang  Bagong,  yang  menampilkan  karakter  tokoh Bagong yang memberikan kesan nakal, lucu, suka membandel, suka
menang  sendiri,  dan  suka  berbeda  pendapat;  dengan  Bagong  yang ber-wanda  lain,  umumnya  hanya  terletak  pada  bentuk  rupa  wajah
semata  termasuk  bentuk  rupa  mata,  alis,  dan  mulut.  Sedangkan bagian  badan  lainnya,  biasanya  sama  sekali  tidak  ada  perbedaan
dengan Bagong yang menerapkan wanda lain.
Gambar 3. Bagong Sumber: Dokumen pribadi
2.   Latar Belakang Mu
nc u
l n
ya W
anda Wayan
g
M u
n cu
l nya
wanda-wan da  way
ang ,
baik  dilingk un
ga n
keraton  maupun dalam  masy
ar ak
at  d ilua
r kera
t o
n ,
m erupakan  hasil  kerj
a kreatif  dari
seniman  pewayang an
dal angpe
mbuat wayang:  penyo
r ek
, pe
n a
t ah,
dan  penyunggi n
g .  Kr
ea tif
itas adalah
proses  peng u
ng k
apa n
yang akan  melahirka
n  s ua
tu  i novasi.  I
n o
vasi itu,  karena  d
i tut
ur k
a n  ole
h manusia  seniman  ya
n g
hid up  berm
a s
yar a
k at,  berorientasi  kep
a da
6
Direktorat Pembinaan SMK 2013
kepentingan  masyar a
ka t
U mar
Kayam, 198
1 :47
. Keh
i dupan
seni buda
ya ,  ter
masu k
wayang.  be ra
ka r  ku
at  dala m  kerang
ka  kehidupan k
o l
e kti
f. K
a r
ya -
kary a
se n
i dari suatu m
asa t
erten t
u be rfungs
i sebagai penya
rin g
d a
r i  pen
g alaman  kolektif
, k
ar e
na merupaka
n  wa dah  bagi
berba g
ai  permasalahan  -  permasa l
a han  yang  ada  pada
ja ma
n  i tu
Sa rtono K
artodirdjo, 1987 :17
3. Di
lin gk
un gan
k erato
n  orie ntasi  para  abdi  dalem
p embuat  wayang
wanda  ada l
ah m
asyarakat  k e
r aton,
dalam  hal  ini r
a j
a  dan  pa r
a bangsawa
n lainnya.  Se
ba ga
i  a bdi  dalem
mer e
k a  diharapkan  mamp
u me
n yampaikan
gagasan-gag a
san kr
eatif r
aja  s er
ta t
o k
oh-tokoh bangsawan  lai
n Mereka  d
i tuntut  bekerja  kera
s unt
uk dapa
t mempe
r sembahkan  karya  seni  yang  mungguh  kepada  raja  dem
i m
a rtab
at dan  kewiba
wa a
n keraton,  yang  pada  gil
i rannya  juga  dapat
mempert in
ggi  m art
abat  merek a  berup
a  kenaikan  pangka t
serta imbalan  finansial
, jika  hasil  ke
rj a  ker
as mereka  m
e n
da p
a t  perkenan
raja. Da l
am kaitan ini ,
di keraton sejak jama n
Ma tar
am I I
sam pai r
a ja
- raja  di  Surakarta
y ang  ditengarai  mulai
munculnya wanda
way an
g ,
m u
ncul wanda
- wanda
t okoh Arju
n a
, sepert
i A rjuna
wanda jimat, Arj
u na
w anda  ma
ngu,  Arjun a
wanda ka
n y
ut seb
aga imana  dtc
o nto
h kan  di
de p
an dan mas
ih banya k lagi
wanda A
rj una y
an g lain. Pertanyaannya
adal a
h m
enga p
a to k
o h Arjuna
. yang dipilih m
e wakil
i wayang satu kotak
seper ti
ya ng
disebut  d alam  Se
rat  Sastrami t
uda?  Hal  ini  dapat ditafsirkan bahw
a sen
im an
p ewaya
nga n di ke
r aton dapat
m enangkap
dan  mengolah  perma s
ala han
di li
ngk ungan
buday an
ya  menja di
pe ng
al aman pribadinya yang
k emu
di an d
i wujud
kan dalam karya seni
wanda wayang. Seniman pembua
t waya
n g mengetah
ui bahwa raja-
raja  Mata r
am  mempunyai  silsilah  raja,  baik  se j
arah  pangiwa  maup un
sejarah  panengen .
Dat  seiarah  pangiwa  lihat  Soema r
sa i
d M
oe r
to n
o, 1985:74
- 75 dinyatakan bahwa Raj
a Mataram samp a
i dengan Surakarta masih  keturunan
da ri  P
and awa.  Salah
satu  to koh  Panda
w a  yang
b anyak  b
e rper
a n  dalam  berbaga
i lakon  ad
a la
h  Ar j
u na,  maka  raja
dipersonifikasikan  sebagai  tokoh  Arj u
na. Ad
a  tiga  bua h  ungka
pan dalang yang b
e rkaitan dengan
t okoh Arjuna dal
a m
pak elir
a n ya
itu a.  W
iku  aldaka,  artinya .
Arjuna  selalu  mendek a
t  dan  ber g
uru il
mu kepada p
ara pe rtapa orang-oran
g p anda
i b.
Payo  Katiyuping  rana;  a r
tiny a
A r
juna  sel a
l u  siap
membantu  tanpa pam
r ih kepada siapa saja yang membut
uh kan bantuan
, dan
c. Wanita  jinatu  kra
m a
,  a r
t inya  Arjuna suka kepada keind
a han wanita,
wuj u
dn y
a  dalam  pakeliran  Janaka  beristri  lebih  dari  satu.  Ini bukari  be
r arti  Ianaka  s
en a
n g  poligami,  tetapi  poligam
i yang
7
Direktorat Pembinaan SMK 2013
dilakukan  bermak n
a  po l
itis  untuk  mele gi
t i
masi  kelangsungan kewi
b awaannya
Munculnya wanda-wanda la i
n s
e l
a i
n tokoh Arjuna, ka r
en a
di keraton sering  sekali  diad
a kan
p ertunjukan  w
ay a
n g  untuk  memperingati
peristiwa-p e
ristiwa  tertentu l
iha t  S
oet arn
o,  1 9
8 8:30
dengan  l a
kon yan
g  b er
be da
- beda,  sehingga  tokoh  ut
a ma
ya ng
t e
r libat  d
alam pe
r masalahan l
a ko
n ,
mengalami berbagai situasi b at
in sep
erti s e
dih, marah,  terkena
a sm
a r
a,  dan  l ai
n -
l ain
.  Di buatkan  wanda  wayangnya
l ebi
h d ar
i sa tu. D
emikia n pula y
an g terja
d i dil
u a
r keraton
, terciptanya
wanda-wanda wayang  t
e r
ma s
u k  wanda  waya
n g
b aru  juga  karena
b anyaknya  pe
r m
i nta
an lako
n ya
ng  berm acam-macam
dari m
as y
ar a
k a
t, .
sehingga  menunt u
t  k reat
ifita s
dal ang  untu
k  membuat to
k oh
-tok oh
wa yang
y ang  wandanya
khu su
s  g un
a  m em
enuhi  dan men
d u
k ung sajien pakelir
a n
, s
eperti tokoh-tok oh
w ay
ang ya
ng dibuat
o leh  par
a d
a I
ang  di l
uar  ker a
t o
n yang  sudah  disinggung
d i  depan.
Mes ki
p u
n  demikian  latar  belakang  p r
oses  terciptanya  wanda-wanda wayang it
u j
uga t etap terka
i t denga
n p e
r masalahan sosial budaya di
lin gk
un gan
ny a,
Sebagai con
t oh  r
a u
t  mu k
a  Semar wanda  genthong
karya  Ga n
da D
arman,  itu  d iil
h a
mi  oleh  muka  seor an
g p
edagang genthong  keliling  yang
ke lelahan  d
a n
se c
a ra  kebet
u lan  be
ris t
ir ahat
didekat r
umahnya.  Demik i
an  p u
la  ka ry
any a
y ang
berujud  buta  tikus san
g a
t  m u
ngkin  diilhami  oleh  buta-buta  Alengka  yan g  be
r ke
pala binat
ang ,
kecuali b uta tikus.
Sehingga ia ingin melengkapi n
ya d e
ng an
membuat  toko h
r ak
s a
s a
b e
rkepala  tikus.  Karya  Gan d
a  D ar
man l
ainn y
a y
a n
g  berupa  pendeta  tua  gecu l
,  raut muka  wayang  ini  m
iri p
dengan raut m uka
salah seorang pengrawitnya. Akan tetapi ada satu pe
r k
e c
u a
lia n  untuk  way
an g  Petruk  wanda  ki
r ik  c
i ptaannya.  Pr
o sesnya
bisa  d i
kat a
kan ter
jadi  secar a  keb
e tu
lan.  Beliau  telah  nyorek  wayang to
k oh Sugriwa, t
iba -tib
a sebelum dip
ah a
t , kulit yang suda
h dicorek ini
digondol  anjing  da n
. se
m pat  d
i mak
a n
ny a
, sehingga  kulit  corekan
wayang  Sugriwa  ini  menja di
ber ku
rang  lebar nya.  K
emudian  dengan si
s a
ku lit yang ada dicorek lagi da
n jad
ila h Pe
t ruk wa
nd a
k irik tersebut
. Berdasarka
n ura
ia n  di  a
t as,  la
hirn y
a wanda-wanda  wayang
d i  keraton
maupun  di  luar  ke r
aton d
apat  dikat a
k an  telah  di
motivasi  oleh  aspe k
kr eativ
i tas, aspek pol
i tik, da
n as pek
e konomi.
3.   Fungsi Wanda Wa y
ang
Berdasarka n
pen g
ertian  wanda yan
g telah  dipaparkan  d i
mu k
a,  maka dapat  disimpulk
an  b ah
wa wan
d a  w
ayang adalah  pelukisan
air m
uk a
t okoh  wayang  tertentu  y
an g
mer up
ak an  p
erwuju dan  kasat  mat
a  d a
ri
8
Direktorat Pembinaan SMK 2013
s uasa
na  hati t
okoh .
Munculnya  wand a  w
ayang  pur wa ini  d
idasarkan atas keragaman suasana hati tokoh hubung
a nny
a deng
a n pe
r is
tiwa di
dalam lakon .
Un t
uk ke pe
rluan it u
lah maka dibuat t
oko h-t
okoh terte n
t u
lebi h  dari  satu,  masing-
m as
i ng  dengan  lukisan  suasana  h
at i  to
k oh
yang  b e
r bed
a  untuk  dimainka n
sesua i
dengan  situasinya  sendin .
S itua
si bat
i n toko
h s
an gat bermacam-macam misalnya:
a.  suasana duka mar a
h, g reg
et, anyelk e
c ew
a kesaI, dendam
. b.  suasana suka
. o
neng, lega, l
ejar ,
bombo n
g, mo n
g kok, b
ingar c.  suasana duka, sedih
. pr
i hatin, kagol, ngungun, trenyuh
, n gIan
gut , mela
n g-
m e
l ung,  k
uwatir,  trataban,  ke mr
u n
gsung ,
kejo t
, w
edi,  gila,  ku c
iwa, m
elas ;
tu mlawung.
d. su
a s
ana agung meneb ,
ji n
em ,
mane m
bah, pasrah, hening e.  a
s mar
a, s engsem, ma
r e
m ,
g e
mes, anyel. Dari se
l uruh
s ituasi batin tokoh yang
d ipapa
r kan
s angat tidak m
un g
k in
untuk dibuatka n
tokoh wayang dengan wanda
t er
te ntu
. Hadirny
a w and
a wayang ku
li t
ba g
i dalang yang mema
h ami dan dapat
menggunakan  sec a
ra  t ep
at  akan  san gat
membantu  dalam mengek
s presikan suasana hati tokoh, s
eh ingga kerag
am a
n wanda dari
tokoh -
tokoh wayang tertentu secara t
i d
ak l an
gsung da p
a t m
enunjang keberhasilan  per
t unjukan  wayang
. Di  dalam  prakt
i k  pakeliran  t
idak mungkin  seorang  dalang  mengganti  dengan  semena-mena  tokoh
wa y
ang y
ang  se dang
dimainkan  dengan  tokoh  wayang  yang  sarna tetapi
d eng
an wanda  lain
unt u
k menyesuaikan  deng
a n  situasi  batin
tokoh kaitannya de
nga n
peristiwa ata u per
masalahan didalam lakon ,
Dengan demikian fung s
i w a
nda seharusnya mempe r
timbangkan aspek mungguh. Dewa
s a in
i p ada umum
ny a para da
lang tidak lag
i mendalam
pengetahuannya t
enta ng
wan d
a wa y
a n
g . S
ehingga wanda wayang tidak mutlak  dipert
i mbangan
ke ha
dir annya  dala
m  p e
rtu njukan,  yang
menjadi  pertimbangan  adalah  enak  dan t
ida k
enaknya  u n
t uk
di mainkan  terutama  untuk  keperluan
, sabet.
· D
i dalam
pa keli
ra n
, kebe
r hasi
lan pentas  para  dalang  tidak  semata-mata
berdasar  atas k
e mah
ir annya  mena
mpilk an  beragam
wa n
da  way a
n g  saja,  tet
a pi
sangat  tergantung d
ari k
emampuan m er
e k
a menggarap u n
s ur-u
nsur pakeliran
. Disamping itu
k enyataan di
l a
pa n
g an menunjukkan bah
w a tidak semua
dal ang  yang  ada
m em
p unyai  wanda  y
ang  l engkap  kecuali  wayang
milik  keraton  para  bangsa w
an  s er
ta  wayang  m ili
k  orang -
orang tertentu.  Bagi  penonton  pada  umumnya  k
e pekaan  mereka  ter
ha dap
unsur  perupaan  wayang  termasuk  boneka  dan  macam w
andan y
a
9
Direktorat Pembinaan SMK 2013
tidak  sepe ka  t
e r
hadap  unsur  garap  pakelir a
n  lainnya.  Perlu dik
e mu
ka kan  juga  b
a h
wa  w ayang  dengan  berbagai  wanda  dan
perwatakan  serta  gera k
an  yang  di h
a s
i lka
nnya  adalah  merupak a
n salah satu unsur pakeliran.
S ebag
a l produk ka
rya s eni rupa, wayang
memang  mampu  berdiri  sendiri  seperti  h a
lnya  musik  iringa n
,  da n
bahasa  catur  Akan  tetapi  ketika  unsur  sabet,  catur  dan  iringa n
d i
i ntegrasikan ke dala
rn pakelir
a n maka peranannya salin
g me
n dukung
dan m elen
gkapi, masing -
masing tidak ada yang menonjol, dan ha rus
merupakan sua
tu kesatuan yang utuh dan m a
nungg a
l.
4. Wanda Wayang dan Ci
ri- cir
i n
ya
Mac am-macam  wanda  wayang  sebagai  sarana  atau  perabot
pakeliran, dap at di
ti nj
a u dari empat seg
i, ya
it u:
1. w
a nda wayang  kai
tannya d
e ngan p
a th
e t,
2. wa
n d
a waya n
g ka i
ta nn
ya dengan sabe
t, 3.
wanda wayang kaitannya dengan coreken, dan 4.
wanda wa ya
ng ka i
tannya dengan sanggit lakon .
Keempat unsur i n
i tidak da pa
t d i
pisah-pisahkan .
B. Suwarno, 1999 .
Wanda  wayang  kaitannya  dengan  pathet,  adalah  wanda-wanda way
ang  yang  hanya  dapat  ditam p
i l
ka n
pada  pathet  tertentu :
pathet ne
m ,
pathet  sanga,  ata u
pada p
athet  manyura.  Seberapa figur
wa yang yang sampai saat ini masih berlaku, yaitu Kresna,
Wre kudara
, dan Gatutkaca
. Kresna, Wrekudara, dan Ga
t utkaca yang
disu ngging
dengan  perawakan  hitam,  hanya  dapat  ditampi l
kan  pada pat
h e
t manyura
, sedangkan  yang  disungging  gembleng  atau
pe rawakan
perada, hanya dapat ditampilkan pada pathet nem dan sa
nga. Akan tetapi  dari  ketiga  figur  wayang  tersebu
t, yang  masih
jela s
penqqunaannya berkaitan dengan p a
thet ,
hanya tokoh K r
esna . Pa
da petnet  nem
, figur  Kresna  yang  d
i gunakan  adalah  perawakan
ge mbleng  dengan  wajah  menunduk  Iuruh,  yaitu  Kresna  wanda
Rondhon  atau  Mangu .
Untuk  pathet  sanga,  digunakan  Kresna g
embleng  dengan  wajah  menengadah longok ,
ya i
tu Kresna  wanda Gend
reh. Sumyar
, a
t au  Jagong
. Adapun  unt
u k  pathet
m anyu
ra ,
digunakan  Kres n
a  perawakan  hitam  cemeng  dengan  wajah menengadah  longok,  yaitu  Kre
sn a  wanda  Su
ra k
a t
au Botoh
. Soe
t arno,
1 9
75 .
W a
n da
wayang  kaitannya  d e
ngan  sabet  ada l
ah  penampilan figur  wayang  yang dikaitkan  dengan  cak  sabet, baik  dalam  suasana
10
Direktorat Pembinaan SMK 2013
jejer ,
adegan,  be r
jalan,  mau pu
n  peran g
a n.
M i
sa ln
ya,  Wr e
kudar a
wanda  Mimis  dan  Gurnat,  hanya  tepat  dignakan  untuk  perang .
Wrekudara  w a
nda  Lindhu  ponon  hanya  tepat  digunakan  untuk suasan
a jejer
ata u  a
d ega
n.  Bal a
d e
wa  w and
a K
a get
dan  G ege
r hanya  tepat  digunakan  untuk  perang.  Baladewa  wanda  Jagong  dan
Paripeksa  hanya  tepat  digunakan  untuk  suasana  jejer  atau  adegan. Soetrisno, 1975: 4
Wanda  wayang  kaitannya  dengan  corekan,  adalah  penamaan wanda  wayang  yang  didasarkan  pada  pola  sketsa  dan  busana
. Sebagai  contoh
, Pragota  yang  menggunakan  tutup  kepala  kethu
dan busana bagian bawah cothangan, disebut Pragota wanda Pocol. Pragota  yang  menggunakan  model  rambut  gembel  dan  berkain
rapekan ,
disebut  Pragota  wanda  Bundhel .
Pragota  yang  memakai irah-irahan  seperti  irah-irahan  raksasa  Cakil  dan  berkain  repeken,
disebut Pragota wanda Centhung. Wanda wayang kaitannya dengan sanggit lakon, adalah penggunaan
figur  wayang  tertentu  pada  lakon  khusus .
Sebagai  contoh,  untuk melukiskan tokoh Rama yang mengembara di hutan Dandaka selama
14  tahun,  yang  deskripsinya  dalam  Kekawin  Ramayana  disebutkan :
ngulandara kawan-welas warsa, anglugas raga busana sarwa cerma, miwah  anggegimbal
· rikma  ini  berarti  ngembara  selama  14  tahun,
berbusana  lusuh  dari  kulit  binatang ,
serta  mengurai  rambut, diciptakan wayang Rama baru wanda undhung dengan rambut terurai
14  ikalan,  untuk  menunjukkan  angka  tah un
, t
anp a  a
t r
i but  k
esat ria
, b
usana  b ag
i a
n  ba wa
h  co thangan
, dan  bercawat
, mirip  Wrekudar
a ya
ng  d ibuat
o leh  Bambang  Suwarno
. Contoh  lain,  figur  Duryudana
dengan  irah -
irahan ma
hkota,  ditampilkan  dalam  l a
kon Kr
esna  D u
t a
, u
ntuk menunjukkan  sikap  Duryuda
n a  yang  memegang  te
gu h
kek ua
saan  negara  Hastina be
riku t  I
n draprasta  bes
e rta  negara
jajahannya B
. Suwarno, 1999
Ci r
i -
c iri
wa nda  wayang,  menurut  I
K untara  Wirjamartara,
berkaitan erat  denga
n deskr
i psi
, m
itol ogi,  ti
p olog
i, dan  karawitan  pakeliran
. Deskripsi adalah pencan
dra a
n a
t au na
ras i tentang diri tokoh wa
y ang
secara meny eluruh
, me
li puti
: nama, kar
ak t
e r
, kesaktia n
, bent uk
t u
buh ,
ta ta  bu
s ana,  dan  temp
a t  tin
g gal
. Mit
olo g
i a
dalah ilmu  tenta
n g
k e
susa s
traan  yang  mengandung  konsepsi  dan dongen
g  suci mengenai  kehidupan  dewa  dan  makhluk  halus
da lam
sua t
u k
eb u
day a
an .
Ti po
logi ada
lah ilmu watak tentan g
p e
mb ag
ian manusi
a d
a l
a m  g
olo ng
a n
- g
ol ongan,
m enurut  c
o rak  w
a tak  masing-
masin g
. Ad
ap un  k
a ra
wi tan  p
a k
e lir
a n  meliputi:  gendh
i ng,
su l
u k
,  temban g,
11
Direktorat Pembinaan SMK 2013
dh o
d h
o ga
n,  dan kepra
k a
n,  untuk  memp e
rtega s
s ua
sana ba
t i
n t
okoh da
n  a t
a usit
u a
s i
p ak
e liran  dalam  hubung
a nny
a de
n g
a n
gerak -gerik
wayang .
D esk
ripsi s
ua t
u  t oko
h  wayang  menimbulkan  berbagai  t a
fs i
r ga
rap b
e nt
u k wayang pada setiap daerah
. Misa
l nya
, dalam
me mvisualisasi
kan  tokoh  Antareja ,
yang  dalam  deskripsi  dic e
rit a
k a
n se
bagai  putra Dewi  Nagagini,  cucu
S ang  Hyang  Anantaboga  dewa
ul ar
,  masing -
masing  daerah  mempunyai  titik  p a
ndang  t er
s e
ndiri .
Untuk  gaya Yogyakarta,  Antareja  yang  merupakan  keturunan  dewa  ular  itu
divisualisasikan  dalam  bentuk  sunggingan  bersisik  pada  seluruh tubuhnya.  Untuk  gaya  jawa  Timuran,  deskripsi  tentang  Antareja
sebagai  cucu  dewa  ular  diwujudkan  jika  krodha  berwajah  ular  dan berekor
. Adapun  untuk  gaya  Surakarta,  hal  tersebut  cukup
divisualisasikan  dalam  bentuk  sabet  wayang,  yaitu  Antareja  jika berperang untuk menunjukkan kesaktiannya menyemburkan bisa ular.
Meskipun demikian, Antareja pada ketiga gaya daerah tersebut sama- sama dilukiskan dalam bentuk gagahan dan berbusana kastriyan.
Mitologi  suatu  tokoh  wayang  dapat  dipakai  sebagai  acuan  untuk melukiskan kesamaan bentuk tubuh serta busananya. Misalnya, tokoh
Wrekudara, yang dalam mitologi adalah putra Bathara Bayu, memiliki kesamaan bentuk dengan Bathara Bayu, yaitu bertubuh tinggi besar,
mempunyai  pupuk  mas,  berkuku  pancanaka,  dan  berkain  poleng bang bintulu. Demikian pula antara Wrekudara dan Dewa Ruci, yang
merupakan  guru  sejatinya,  rupa  dan  busananya  digambarkan  sama persis. Perbedaannya, Dewa Ruci dilukiskan dalam ukuran kecil.
Tipologi tokoh wayang satu dengan yang lain kadang-kadang memiliki kemiripan  bentuk  dan  perwatakan
. Oleh  karena  itu  dalam
visualisasinya  juga  ada  kemiripan.  Misalnya,  tokoh  Ramabargawa muda mempunyai tipe sama dengan Jagal Abilawa Wrekudara ketika
menyamar  sebagai  penyembelih  ternak  di  Negara  Wirata.  Karena keduanya  sama-sama  bertipe  kesatria  gagah  perkasa,  berwatak
keras,  jujur,  dan  sakti,  maka  keduanya  digambarkan  dalam  bentuk tubuh  yang  tinggi  besar,  mengurai  rambut,  raut  muka  dan  tubuhnya
sama-sama  berwarna  hitam .
Perbedaannya,  Ramabargawa  tanpa pupuk  mas,  tanpa  kuku  pancanaka,  berdahi  lebar  bathukan,
bersumping  kembang  kluwih,  berjanggut  wok,  dan  berkain  tidak poleng;  sedangkan  Jagal  Abilawa  memakai  pupuk  mas,  berdahi
sinom,  memakai  kuku  pancanaka,  bersumping  pudhak  sinumpet, berjanggut semen kretepen, dan berkain poleng.
Karawitan  pakeliran  sangat  berpengaruh  pada  penampilan  tokoh
12
Direktorat Pembinaan SMK 2013
wayang.  Misalnya,  untuk  jejer  Kahyangan  dan  Amarta  digunakan Ketawang  Gendhing  Kawit,  untuk  jejer  Alengka  Prabu  Dasamuka
dan  Hastina  Prabu  Duryudana  digunakan  Ketawang  Gendhing Kabor,  dan  untuk  raja  yang  lain  digunakan  Ketawang  Gendhing
Karawitan.  Untuk  mendukung  suasana  batin  tokoh,  digunakan gendhing-gendhing yang bersifat khusus
. Misalnya, untuk mendukung
sasana  khusuk  Begawan  Ciptaning  ketika  bertapa  di  Gua  Witaraga, digunakan  gendhing  Ketawang  Gendhing  Jongkang;  untuk  adegan
susah dengan gendhing Tlutur. Menurut Darman Gandadarsana, ciri-ciri wanda wayang dapat dilihat
dari coreken, kapangan, tatahan, bedhahan, sunggingan, dan gapitan. Coreken  gambar  wanda  wayang  sangat  menentukan  keberhasilan
penggambaran  tokoh  yang  dimaksud.  Misalnya  Janaka  wanda Janggleng,  sejak  dari  wajah  sampai  dengan  kaki  harus  mampu
menunjukkan  wanda  yang  dimaksud .
Jika  Arjuna  wanda Jonggleng  yorekan  postur  tubuhnya  tegap,  kesannya  mirip  dengan
Arjuna  wanda  Kinanthi  dan  jika  poster  tubuhnya  membungkuk  akan mendekati  Arjuna  wanda  Gendreh
. Pergeseran  coreken  postur
tubuh  seperti  ini  akan  merusak  wanda  yang  dimaksud.  Karena  itu ketepatan  coreken  sangat  diperlukan  uhtuk  melukiskan  kesan-
kesan w
a n
da tertentu tokoh wayang kul
i t
. Kap
a n
g an  adalah  bentuk  luar  at
a u  b
od i  wayang,  yang  dapat
menentukan  sifat  v i
sualisasi  bentuk  wayang  yang  digambarkan me
n uru
t propors
in ya
: gagah
, h a
l us, gecul,
k enes, tangkas, licik
, bayi
, ramaja
, tua
, dan  sebagainya
. Misalnya,  k
a pangan  raksasa  Cakil
w a
nd a
Kik i
k m e
mpunyai kesan yang lebih trin c
in g
c e
katan dibanding dengan Cakil wanda Panji. Kapangan Wrekudara wanda Li
ntang y ang
digunakan untuk s i
tu a
si p e
per a
ngan ak an
l e
bih terkesan pada t
be r
is i
da r
ipada  kapangan Wrekudara  wanda  Lindhupanon  yang digunakan untuk  s
i tuasi  formal  dalam  suatu  a
de ga
n .
D e
ngan  d e
m i
kia n
Wr e
kudar a
w a
n da
Lint a
n g  akan  t
am pak
l e
bih  t an
gk a
s  daripad a
Wrek u
d a
ra wa
n da
Lindhup anon.
T a
t ahan
w ay
ang sanga t di
t en
tukan o leh uk
uran bes
ar-ke c
i l,
k a
ra kt
er wayang  bersa
n gkut
an ,  da
n kelem
b utan  p
ola t
a t
ahan. Misalnya,
tatahan rambut raksasa Kumbakarna atau tokoh raksasa muda buta nom,  tidak  tepat  jika  tatahan  rambutnya  diserit  seperti  A
r juna  atau
Sumbadra .
Demikian  juga  rambut  A r
juna atau  Sumbadra  tidak  t e
pat ji
ka  d i
tatah  dha w
ung an
atau  gimb ala
n s
eperti  raksasa .
Pola-pola tat
aha n wayang pada umumnya memiliki kesamaan, misalnya
: mas-
mas a
n un t
uk perhias a
n, s
eritan untuk rambut, trat asa
n dan bub uk
an
13
Direktorat Pembinaan SMK 2013
untuk me
mbentuk  garis ,
limaran  untuk  ka i
n  Arjuna  dan  tok o
h-t o
koh halus lainnya.
B e
dhah a
n  wayang  sangat  men e
ntukan  karakter t
okoh  karena b
e rf
o kus pa
d a ekspresi wajah tok
o h wayang yang dilukisk
a n
. Kar
en a
b e
raneka  ragamnya  tokoh  wayang  dengan  berbaga i
karakter wandanya
, mas
i ng-masing  penatah
m empunyai  spesialisasi  dalam
hal  mb e
dh a
hi  wayang .
Misalnya ,
Mlaya  Manggisan ,
Prambanan ter
k e
nal  mb e
d hahi  A
r j
u na  atau
s ejen
i s
li y
e pan,  Gandasuwirya
Jo mbor
, Klaten terkenal m
b e
dhahi thel e
ngan Wrekudara, Anta rej
a ,
Pringgosutoto  Nagasari ,
Boyolali  terkena l
mbedhahi  wayang plelengan  Dasa
m uka
,  K angsa,
Part o
r e
dj o
K le
co ,urakart
a terkenal
mbedhahi  wa ya
n g
p ut
ren  Banuwa ti,  S
u m
bad r
a .
Berkaitan  dengan bedhahan wayang, Mujaka
J akaraharja berpendapa
t , bahw
a wa
y ang
d i
ka t
a k
an  ba i
k  jika  unsur  be dha
hannya  mampu  mengekspresikan kara
kt er tokoh tertentu.
S ekal
i p
u n
uns u
r y a
ng l
a i
n seperti k
a p
an g
an ,
t a
t aha
n, da
n s unggingan baik
, tetapi
j ik
a bedhahan ti
d a
k at au kurang
sem pu
r n
a, maka
t i
dak dapat dikatakan wayang berkualitas baik. Sun
g gingan  atau  pewarnaan  wayang  pada  masing
- masing
dae rah
mempunya i
ciri  khas  tersendir i
. Wayang-wayang  gaya
Cir ebon  dan
Kedu,  pewarnaan  wayangnya  dominan  warna  merah .  P
ewarnaan wayang-wayang  gaya  Jawa  Timuran  komposisinya
do m
i nan
menggunakan  warna  hijau  dan  biru .
Menurut  keterangan Sul
eman, komposisi  warna  wayang  Jawa  Timuran  itu  disebut
per eenom.
Adapun  untuk  wayang-wayang  gaya  Yogyakarta  dan S
urakarta, kompos
i si sunggingannya lebih bervariasi mancawarna
. Gapitan wayang kulit pada dasarnya berfungsi memberikan k
e kuatan
pada  wayang  yang  bersangkuta n
serta  sebagai  tangkai  pegangan .
Tangkai  penggapit  w a
yang  d i
sebut  cempurit,  yang  terdiri  dar i
dua baqian:  bagian  bawah  sebagai  pegangan  dan  bagian  atas  sebagai
penggap i
t .
Gapitan  sangat  era t
ka i
ta n
nya  dengan  bentuk  dan  ge r
ak wayang
. L ekukan-Iekukan Iuk-Iuka
n cempuri
t pada
p i
ng g
an g
, l
e h
er ,
t e
l i
nga, dan b a
g i
an atas wayang, sanga t
b esa
r pengar
u hnya
t erhadap
c oreke
n  wayang  yang  dig a
pi t
. Ji
ka  lek u
kan pinggang
t erlal
u  k e
b a
w a
h, maka wayang yang b
ers a
ngk u
tan aka n
kelihatan kerdil kak- kong;
s eba
lik nya  j
i ka
t erlalu
k e  atas,  kak
i waya
n g  bag
i an
b ela
k ang
aka n
ke l
ihat a
n t
era n
gka t
j inj
i t
. Di samping
itu j i
ka luk-Iukan c e
mp u
rit tid
a k  t
ep at
, m
a ka  keseimbangan  wayang  tidak  akan  tercapai  dan
u n
t uk kep
e r
l uan
s a
be t
t e
r asa tergan
g gu.
Dalam  ha l  p
enggapitan wayan
g kulit ,
d i
kenal i
stilah  mecu t, m
embat, da
n  n gg
ebu g.  Mec
ut ya
itu suatu be n
tu k
ger ak
an y
ang lentu
r sepe
r t
i
14
Direktorat Pembinaan SMK 2013
mencambuk,  membat  ya i
tu  suatu  gerakan  yang kenyal
, sedangkan
nggebug  ada l
ah  suatu  gerakan  yang  kaku .
Berk a
it a
n  d e
ng a
n  itu, a
r man  Gan
d a
d arsa
n a  berpendapat  bahwa
untuk  wayang-wayang yang  bermahkota  seper
t i  Kresna,  Baladewa,  dan  figur  kayon,
apitannya mecu t
, sehingga kalau digetarkan ujungnya dapat bergerak dengan  ringan
. Untu
k  t okoh-tokoh  satria  bergelung
s eperti
Wrekudara ,
Gat u
tkaca, dan Arjuna ,
gapitannya membat, seh inq
qa j
ika digerakkan  akan
m emu
n cu
l kan  kesan  mantap
. Untuk
t okoh-tokoh
wayang  yang  gerakannya  cekatan  dan  lincah,  seperti  Cakil  dan prajurifkera,  gapitannya  nggebug,  sehingga  tidak  lentur  jika
digerakkan  dalam  ritme  cepat .
Untuk  wayang -
wayang  yang berbentuk  lebar,  seperti  ampyak,  kereta,  dan  wayang-  wayang
binatang,  g a
pitannya  dibuat  seimbang  antara  bagian  depan  dan belakang,  sehingga  dapat  dengan  mudah  menghidupkan  gerak
sesuai dengan sifatnya. Di samping itu, semua bentuk gapitan harus ny
a ngg
a .
Artinya, cempurit yang dipakai harus sesuai dengan ukuran wayang,  misalnya:  putren,  bambang
a n,  k
a tong
a n,  gagahan
, dan
a wa
raton, dan sebagainya.
E.  Rangkuman