HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang saluran pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit
ISPA ini akan berlangsung sampai dengan 14 hari, dimana secara klinis tanda
dan gejala akut akibat infeksi terjadi di setiap bagian saluran pernapasan.
Infeksi saluran pernapasan akut merupakan salah satu penyebab kematian
tersering pada anak di negara berkembang dan menjadi penyebab utama
angka morbiditas dan mortalitas pada balita dengan usia dibawah 5 tahun dan
juga sebagai penyakit menular didunia. Penyebab yang paling umum
terjadinya ISPA, disebabkan oleh lingkungan atau tempat tinggal juga menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA yaitu apabila luas
bangunan tidak sebanding dengan jumlah penghuni akan menyebabkan
kurangnya asupan oksigen dan memudahkan terjadinya penularan infeksi.
Hasil tentang penelitian fungsi paru di negara berkembang menunjukkan
bahwa kasus pneumonia berat yang sering di alami pada anak disebabkan

oleh bakteri, biasanya Streptococcus pneumonia atau Haemophillus influenza.
Bertolak belakang dengan situasi di negara maju, yang penyebab utamanya
adalah virus (Cahaya, 2005; Nenggala, 2007; Maramis, 2013; Matu, 2014 ).
Prevalensi angka kematian tertinggi yang disebabkan oleh ISPA,
terjadi terutama pada bayi dan anak balita yang berusia dibawah 5 tahun
setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada

1

2

bayi. ISPA merupakan penyebab kematian pertama kemudian diare. Menurut
Mathew 2011, salah satu negera yang memiliki angka kejadian terbesar yang
di sebabkan oleh ISPA adalah negara India (Mathew, 2011; Purnomo, 2008;
Pore, 2010).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Indonesia merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit ISPA pada balita
diperkirakan terjadi sebesar 3 sampai 7 kali per tahun. Berdasarkan Hasil
Riset Kesehatan Dasar 2007, menunjukkan Nusa Tenggara Timur yang
memiliki angka kejadian tertinggi dengan prevalensi nasional ISPA adalah

25,5% (16 provinsi diatas angka nasional) dengan angka kesakitan pada bayi
2,2% dan balita 3% dan angka kematian pada bayi 23,8% dan balita 15,5%.
Hasil Laporan Data Kesakitan Tahunan Kota Malang 2013, ISPA merupakan
penyakit yang angka kejadiannya tertinggi di kota Malang. Puskesmas
Kedungkandang merupakan puskesmas dengan angka kejadian tertinggi
kejadian ISPA dengan persentase 13,2% dari 15 puskesmas yang tersebar
diseluruh kota Malang. Hasil data kunjungan puskesmas Kedungkandang
selama sebulan terakhir pada akhir desember 2014 hingga akhir januari 2015,
tercatat ada 35 bayi usia 0-6 bulan yang menderita ISPA datang kepuskesmas
untuk memeriksakan keadaan bayinya dan ada satu bayi yang kembai lagi
untuk memeriksakan sakitnya setelah 3minggu kemudian (Debasis, 2013;
Yamin dkk, 2007; Kementrian Kesehatan RI, 2009; Riskesdas, 2013; Dinas
Kesehatan Malang, 2014; Data Puskesmas Kedungkandang, 2014).
Peningakatan angka kejadian ISPA dipengaruhi oleh berkurangnya
kekebalan tubuh pada bayi. Salah satu penyebab kekebalan tubuh pada bayi
menurun terjadi apabila bayi kurang atau tidak diberikan ASI, karena bayi

3

tidak dapat memperoleh kekebalan tubuh dan tidak mendapatkan makanan

yang bergizi tinggi dan berkualitas ketika bayi kurang atau tidak diberikan
ASI, sehingga bayi mudah mengalami sakit yang dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi
terhambat. Pemberian ASI eksklusif akan sangat berperan penting untuk
menurunkan terjadinya sakit pada bayi terutama ISPA dengan meningkatkan
frekuensi pemberian ASI untuk mendukung besarnya kekebalan tubuh pada
bayi dan dapat terhindar dari sakit (DepKes, 2005).
Pemberian ASI Eksklusif adalah hanya pemberian ASI saja kepada
bayi tanpa diberi makanan tambahan dan minuman lain sejak dari lahir
sampai 6 bulan, kecuali obat dan vitamin yang diresepkan dokter. Pemberian
ASI Eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi di Indonesia. Data
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan bahwa bayi yang
mendapatkan ASI secara esklusif memiliki prevelensi nasional sebesar 15,3% ,
akan tetapi seiring bertambahnya umur bayi frekuensi pemberian ASI selama
24jam terakhir semakin menurun dengan angka presentase terendah 30,2%
pada usia 6 bulan. Laporan dari Kesehatan Provinsi, 2013 mengatakan dari 19
provinsi yang mempunyai angka presentasi menyusui ekslusif tertinggi adalah
Nusa Tenggara Barat dengan presentasi 79,7% dan yang terendah adalh
Maluku dengan 25,2% sedangkan untuk Jawa Timur sendiri memiliki angka
presentasi 70,8% (Prasetyono, 2009; Kemenkes RI, 2013; Riskesdas, 2013).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan
garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan
merupakan makanan terbaik untuk bayi pada kehidupan enam bulan pertama.
Pemberian ASI secara eksklusif juga merupakan bentuk fisiologi normal pada

4

bayi dan merupakan imunisasi pertama yang didapatkan sehingga
meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi. Peningkatan daya tahan tubuh ini
sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI
bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Bayi
yang baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 8-10x/24jam dengan
pengosongan per satu payudara dalam waktu 5-7 menit . Ketika bayi tidak
diberikan ASI, dianjurkan untuk tidak memberikan ASI setidaknya setiap 4
jam sekali dengan menyesuaikan waktu siklus tidur yang paling baik untuk
membangunkan bayi (Afrose, 2012; Bahiyatun, 2009; Danso, 2014; Purwanti,
2004; Roesli, 2009).
Manfaat ASI secara eksklusif dapat membantu bayi untuk memulai
kehidupannya dengan baik. Kolostrum atau susu pertama yang mengandung
antibodi yang kuat dapat mencegah terjadinya infeksi dan membuat bayi

menjadi lebih kuat. ASI juga bermanfaat untuk melindungi bayi dari
kemungkinan terkena infeksi pernapasan, infeksi telinga, diare, atopic
dermatitis, dan penyakit alergi. Peran kolostrum juga dapat sebagai imunisasi
pasif yang dikeluarkan segera setelah bayi lahir (Bahiyatun 2009, Holbrook,
2013; Purwanti 2004).
Hasil wawancara yang dilakukan di Wilayah Kedungkandang kepada
11 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan, didapatkan bahwa dari 11 bayi usia
0-6 bulan 2 bayi tidak menyusui secara eksklusif dengan mempunyai riwayat
pernah menderita ISPA sebagiannya dan untuk 9 bayi lainnya menyusui
secara eksklusif dengan rentang menyusui 6-12x/24jam dengan riwayat
pernah menderita ISPA yang berulang dalam 1 bulan terakhir sebagiannya,
sehingga kesimpulan yang bisa diambil dari data diatas bahwa tingginya angka

5

kejadian ISPA yang diderita bayi yang berusia 0-6 bulan dengan pemberian
ASI yang rentang 6-12x/24jam, peneliti ingin melihat lama sakit dari bayi-bayi
tersebut yang memiliki ragam frekuensi menyusuinya.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi pemberian

ASI dengan percepatan penyembuhan sakit infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) pada bayi usia 0-6 bulan di puskesmas kedungkandang tersebut.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka
dapatlah disusun rumusan masalah sebagai berikut, untuk mengetahui apakah
ada hubungan frekuensi pemberian ASI dengan percepatan penyembuhan
sakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada bayi usia 0-6 bulan.

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan frekuensi pemberian ASI dengan percepatan
penyembuhan sakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada bayi usia 0-6

bulan.

1.3.2

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi frekuensi pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan di
Puskesmas Kedungkandang
2. Mengidentifikasi percepatan penyembuhan infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) pada bayi bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Kedungkandang

6

3. Menganalisis hubungan frekuensi pemberian asi dengan percepatan
penyembuhan sakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Kedungkandang.

1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumbangan pemikiran terhadap Ilmu Pengetahuan pada
umumnya dan Ilmu Keperawatan pada khususnya Keperawatan Anak
mengenai manfaat ASI yang berperan penting pada percepatan
penyembuhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada bayi usia 0-6
bulan yang masih menyusui secara eksklusif.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat
terutama pada ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dengan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) yang masih menyusui secara eksklusif
dapat mengetahui pentingnya ASI untuk kesehatan bayi dan mengetahui
dampak dari tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
yang akan berpengaruh pada tumbuh kembang bayi, sehingga diharapkan
juga dengan penelitian ini ibu dapat termotivasi dan lebih percaya diri
dalam memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai pengaruh
peningkatan frekuensi ASI terhadap lama sakit infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) pada bayi 0-6 bulan, serta dapat memberikan pengalaman
tersendiri bagi peneliti secara langsung kepada masyarakat dengan


7

memberikan edukasi kepada ibu mengenai frekuensi pemberian ASI yang
benar pada bayi.

1.5

Keaslian Penelitian
Menurut Ayu (2009), dengan judul “Perbedaan Angka Prevalensi
ISPA antara bayi usia 6-12 Bulan yang Diberikan ASI Eksklusif dengan Bayi
yang Diberikan PASI di Wilayah Blimbing Kota Malang”. Berdasarkan hasil
penelitian ini didapatkan bahwa perbedaan angka prevalensi ISPA bagian
atas yang signifiakn pada jumlah serang ISPA saat usia 0-6 bulan dengan usai
6-12 bulan serta lama serangan ISPA pada usia 6-12 bulan yang diberikan ASI
Eksklusif dengan yang diberikan PASI (Susu Formula). Dimana pemberian
ASI Eksklusif sejak lahir akan cenderung dapat mencegah dan menjarangkan
terjadinya serangan ISPA serta mempersingkat lama bayi saat menderita ISPA
bagian atas dari pada yang mendapatkan PASI (Susu Formula).
Menurut Endang (2009), dengan judul “Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 bulan di Provinsi Nusa Tenggara

Barat (NTB) Tahun 2007”. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan dapat mencegah terjadinya
gizi kurang sebesar 28,7%, sehingga dibutuhkannya promosi atau kampanye
tentang pemberian ASI eksklusif ini secara kontinyu untuk mendapatkan bayi
sehat dengan status gizi baik, terutama untuk daerah NTB yang prevalensi
gizi kurangnya tinggi.
Menurut Nurmiati dan Besral (2008) dari penelitian yang berjudul
“Pengaruh Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Hidup Bayi Di
Indonesia”. Maka berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan dan

8

disarankan sebagai berikut: 1) Ketahanan hidup bayi yang pernah mendapat
ASI adalah 984 per 1000. Sedangkan ketahanan hidup yang tidak mendapat
ASI hanyalah 455 per 1000; 2) Durasi pemberian ASI sangat berpengaruh
terhadap ketahanan hidup bayi di Indonesia, pemberian ASI dengan durasi 45 bulan dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi 2,6 kali lebih baik daripada
durasi kurang dari 4 bulan, pemberian ASI dengan durasi 6 bulan atau lebih
dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi 33,3 kali lebih baik daripada durasi
kurang dari 4 bulan; 3) Faktor lain yang mempengaruhi ketahanan hidup bayi
di Indonesia adalah jumlah balita dalam keluarga dan wilayah tempat tinggal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah pada variabel,
sampel, tempat yang diteliti, serta penelitian ini menggunakan dua variabel
dimana kedua variabel tersebut diteliti secara bersama-sama untuk melihat
apakah ada hubungan frekuensi ASI dengan percepatan penyembuhan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas
Kedungkandang Malang.

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN
PERCEPATAN PENYEMBUHAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG

SKRIPSI

Oleh :
IRMA RINDAMAWARNI
NIM. 201110420311194

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

i

LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN PERCEPATAN
PENYEMBUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG
SKRIPSI
Disusun Oleh :
IRMA RINDAMAWARNI
NIM. 201110420311194
Skripsi ini Telah di Ujikan
Pada Tanggal April 2015

Pembimbing I,

Pembimbingi II,

Reni Ilmasih, M.Kep.,Sp.Kep.,An

Ririn Harini,S.Kep., Ns., M.kep

NIP.UMM. 11408040454

NIP.UMM. 11408040454

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperaatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Nurul Aini, Skep.,Ns.,M.Kep
NIP.UMM. 11205010419

ii

LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN PERCEPATAN
PENYEMBUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG
SKRIPSI
Disusun Oleh :
IRMA RINDAMAWARNI
NIM. 201110420311194
Skripsi ini Telah di Ujikan
Pada Tanggal 27 April 2015
Penguji I,

Penguji II,

Reni Ilmasih, M.Kep.,Sp.Kep.,An

Ririn Harini,S.Kep., Ns., M.kep

NIP.UMM. 11408040454

NIP.UMM. 11408040454

Penguji III,

Penguji III,

Nurul Aini, Skep.,Ns.,M.Kep
NIP.UMM. 11205010419

Ns.Henny Dwi Susanti, M.Kep,Sp.Kep.Mat
NIP.UMM. 11207040451

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

Yoyok Bekti Prasetyo,M.Kep.,Sp.Kom
NIP.UMM. 112.0309.0405

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama

: Irma Rindamawarni

NIM

: 201110420311194

Program Studi

: S1 Keperawatan

Judul Skripsi

: Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Percepatan
Penyembuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Kedungkandang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini adalah benar
benar hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan Tugas Akhir ini adalah hasil jiblakan, maka
saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut

Malang,

April 2015

Yang membuat pernyataan,

Irma Rindamawarni
201110420311194

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Frekuensi
Pemberian ASI Dengan Percepatan Penyembuhan Sakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Kedungkandang”. Skripsi ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk penyusunan skripsi guna memperoleh gelar sarjana keperawatan
(S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Bersamaan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Nurul Aini, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Reni Ilmiasih, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku dosen pembimbing 1 saya, yang
dengan sabar dan memberikan motivasi dalam membimbing saya untuk
mewujudkan proposal skripsi ini.
4. Ibu Ririn Harini S. Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing 2 saya, yang
dengan sabar dan memberikan motivasi dalam membimbing saya untuk
mewujudkan proposal skripsi ini.
5. Dewi Baririt Baroroh, S.kep, Ns selaku Wali Dosen PSIK kelas E angkatan 2011,
yang memberikan dukungan untuk mengerjakan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmuilmu yang sangat bermanfaat.
v

7. Orang tua yang tiada henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan dukungan
moril dan materil bagi terselesainya proposal skripsi ini.
8. Teman-teman PSIK E 2011 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu-persatu, yang turut membantu dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang bersifat
membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bisa disetujui dan segera
direalisasikan sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kesehatan khususnya
bidang keperawatan anak.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Malang, April 2015

Penulis

vi

ABSTRAK
Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Percepatan Penyembuhan
Infeksi Saluran Permapasan Akut (ISPA) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Di Puskesmas Kedungkandang
Irma Rindamawarni1, Reni Ilmiasih, M.Kep.Sp.Kep.Anak2,
Ririn Harini, S.Kep, Ns, M.Kep3
Latar Belakang : Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut
yang menyerang saluran pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Peningakatan
kejadian ISPA terjadi dipengaruhi oleh berkurangnya kekebalan tubuh pada bayi yang
salah satu penyebab adalah bayi kurang atau tidak diberikannya ASI berkualitas
sehingga bayi mudah mengalami sakit.
Metode penelitian : Jenis penelitian adalah penelitian obervasional analitik dengan
design penelitian Kohort. Sampel penelitian ini adalah 20 ibu yang memiliki bayi usia 06 bulan yang menderita ISPA dan masih menyusui ASI ekskusif. Pengambilan sampel
didalam penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dengan teknik sampling
Acctidental Sampling. Analisa data menggunakan uji Korelasi Product Moment.
Hasil : Hasil uji Korelasi Product Moment didapatkan nilai signifikan sebesar p = 0,001

Dokumen yang terkait

Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan

5 83 76

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian ISPA pada Bayi Usia 0-12 Bulan

0 62 71

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI POSYANDU KELURAHAN KADIPIRO SURAKARTA.

0 0 4

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) DENGAN FREKUENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) DENGAN FREKUENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA 2 TAHUN.

0 1 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) DENGAN FREKUENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA 2 TAHUN.

0 1 4

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT) PADA BALITA USIA 2-5 Hubungan Lama Pemberian Asi Dengan Kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Pada Balita Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Kecamatan Kartasura.

0 2 15

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN - 5 TAHUN.

0 0 5

Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 0 20

Hubungan ASI Eksklusif terhadapKejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 1 15

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI UMUR 7-12 BULAN DI PUSKESMAS BANGUNTAPAN II BANTUL YOGYAKARTA

0 0 5