Hukuman pencuri yang mengembalikan barang curian dan yang mengembalikan menurut persepsi empat mazhab

HUKUMAN PENCURI YANG MENGEMBALIKAN BARANG CURIAN
DAN YANG TIDAK MENGEMBALIKAN MENURUT PERSEPSI
EMPAT MAZHAB

Oleh

Munadih

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
DIN SY.ARIF HIDAYATULI.Jlli
JAKARTA
1428 H/2007 M

HUKUMAN PEN CURI YANG MENGEMBAJLIKAN HARANG CURIAN
DAN YANG TIDAK MENGEMBALIKAN MENURUT PERSEPSI
EMPAT MAZHAB
SK.RIPS!
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gclar Sarjana Hukum Islam

Oleh

Mum1dih

102043124925
Di bawah bimbingan

-

Dr. A. Sudirman A bas MA
NIP : 15029 51

PROGRAM STUD I PERBANDINGAN MADHAB FIQH
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN" HUKUM
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
DIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M


PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "HUKUMAN PENCURI YANG MENGEMBALIKAN

BARANG CURIAN DAN YANG TIDAK MENGEMBALIKAN
MENURUT PERSEPSI EMPAT MAZHAB" telah Diujikan dalam
Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 15 Maret 2007.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Smjana
Hukum Islam pada Jurusan
Perbanclingan Mazhab dan Hukum
Jakarta, 15 Maret 2007
Mengesahkan
Dekan,

PROF. Dr. H. M. AMIN SUMA, SH.MA.MM
NIP: 150 210 422


Ketua

Sekretaris

: Muhammad Taufiki, MAg
NIP: 150 290 159

Pembimbing : Dr. Ahmad Sudiiman Abbas, MA
NIP: 150 294 051
Penguji I

: Drs.H.Afifi Fawzi Abbas,MA
NIP: 150 210 421

Penguji II

: Dra.Hj .Halimah Ismail
NIP: 150 075 192

)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Robbi yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salan1 sejahtera senantiasa
tercurahkan ke haribaan junjungan alan1 baginda nabi Muhammad SAW, yang telah
diutus untuk membentuk kepribadian ummat yang sempuma, serta menjadi teladan
bagi seluruh umat manusia . kepada keluarga, sahabat dan pemgikutnya hingga akhir
zaman.
Selama penyusunan skripsi ini tentunya banyak kenclala yang harus penulis
haclapi, baik dari segi waktu, pengumpulan bahan clan lain sebagainya. Namun
alhamdulillah berkat bimbingan-Nya serta kesungguhan hati clan bantuan clari
berbagai pihak kesulitan tersebut clapat teratasi, sehingga skripsi ini clapat
terselesaikan tepat pacla waktunya. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besamya kepacla semua pihak yang telah membantu dan memberikan
motivasi baik moril maupun materiil. Dan ucapan terimakasih seclalam-clalanmya
penulis sampaikan kepacla :
1.


Prof. Dr. Qomamciin Hiclayat MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
syarifHidayatullah Jakarta serta staf-stafnya.

2.

Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum, yang telah mencurahkan bakti kepacla
kami, selaku mahasiswa Fakultas Syari'ah clan Hnkum

3.

Ketua jumsan, Bpk. DR. H. Mukri Adjie, MA yang telah banyak
mengarahkan dan memberi nasehat kepada penulis.

4.

Bpk. DR. Ahmad Sudirman Abbas, MA selaku Dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan waktu luangnya untuk membimbing dan memotivasi
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5.


Bpk. M.Taufiqi MAg, selaku sekretaris Jumsan dan Bpk. Kamamsdiana
selaku mantan Sekretaris JlllUsan PMH

6.

Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas dan Utama UIN SYAHID dan
juga segenap Pimpinan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama, yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari bahan-bahan referensi

7.

Seluruh Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuannya kepada penulis selama berada di bangku kuliah

8.

Ayahanda Khaiml Anwar dan Ibunda Munih yang telah sabar dan ikhlas
membesarkan penulis serta memberikan sumbangan moril maupun materiil
yang tak terhingga, sehingga tiada kata yang dapat penulis ungkapkan sebagai

tanda terima kasih, semoga Allah SWT membalasnya di akhirat kelak, amiin.

9.

KH. M. Ismail bin KH. Abdul Ghani selaku pimpinan Majlis Ta'lim wal
Mudzakaroh "An Nur" yang telah memberikan do'a dan tausiyahnya.

10.

Ust. H. Muhammad Ismail el Bangkalan, yang telah mencurahkan waktu dan
pikirannya untuk membantu penulis dalam menyelesa:ikan skripsi ini, semoga
Allah SWT memberi manfaat akan ilmunya fid dunya wal akhiroh, a:amin.

11.

Teman-teman seperjuangan dan seangkatan Jurusan PMH Prog. Studi PMF
2002. yang telah memberikan nuansa persahabatan dan memberikan hari-hari
yang penuh kenangan kepada penulis.

12.


Segenap rekan-rekanita, para sahabatku tercinta yang telah sudi memberikan
motivasi dan do'anya kepada penulis
Akhirnya semoga Skripsi ini bermanfaat ...

Jakarta, 21 Shafar 1428 H
11 Maret 2007 M

Penulis

DAFTARISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFT AR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................


1

B. Pembalasan dan Perumusan Masalah............................................

6

C. Tujuan Pcnulisan...........................................................................

7

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan......................................

8

E. Teknik dan 3istematika Pembahasan ............................................

10

TINJAUAN UMUM TENTANG JARIMAH PENCURIAN ........


12

A. Pcngcrtian Jarimah Pencurian .......................................................

12

B. Syaral dan rukun Pcncurian...........................................................

14

C. Macam-Macam Pencurian.............................................................

21

D. Alat Bukti Pencurian .....................................................................

23

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DAN PERMASALAHANNYA.........


27

A. Hukuman Pcncurian clan Pclaksanaannya.....................................

27

B. Pcnghapusan Hukuman ................................................................

32

C. Hikmah Hukuman Pencurian ............................. ...........................

37

BAB II

BAB IV TINJAUAN EMPAT IMAM MAZHAB MENGENAI
HUKUMAN

PENCURI

YANG

BARANG

CURIAN

DAN

MENGEMBALIKAN
YANG

TIDAK

MENGEMBALIKAN .......................................................................

43

B. Mazhab Hanafi ...........................................................................

43

C. Mazhab Maliki ...........................................................................

46

D. Mazhab Syafi'i ................................................... .........................

50

E. Mazhab Hanbali .........................................................................

51

F. Analisis Pcnulis Terhadap Pendapat empat Imam Mazhab .......

53

P E N U T U P .......................................................... "'"""""'""""""""

59

A. Kesimpulan ....................................................................................

59

B. Saran-Saran....................................................................................

62

DAFTAR PUST AKA..........................................................................................

63

BAB V

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang sempurna. Tidak ada makhluk yang diciptakan
Allah di muka bumi ini yang lebih sempurna dari manusia. Bahkan kesempurnaan
manusia ini melebihi kesempurnaan malaikat. Karena kesempurnaan inilah Allah
kemudian menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebagaimana
ditegaskan Allah dalam firmanNya :

Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.." (al Baqarah/2 :30)
Di tengah kehidupan manusia yang begitu plural tentu tidak pernah lepas dari
berbagai permasalahan yang dihadapi, baik permasalahan yang berkaitan dengan
perdata maupun pidana. Adanya berbagai masalah ini kemudian memunculkan
berbagai macam hukum dan penyelesaiannya.
Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa telah menurnnkan hukum
tersendiri bagi ummat Islam, yaitu yang disebut hukum Islam. Hukum Allah ini
adalah hukum yang paling sempurna dan paling baik bagi manusia. Jika manusia
di dunia ini mau memakai hukum Allah yang terbaik ini, niscaya dunia akan
damai dan tentram dalam naungan hukum Tuhan.

2

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Sempurna. Dengan demikian, huktim
yang diturunkan-Nya tentu juga sempurna. Karena jika terjadi sebaliknya, maka
akan ada anggapan bahwa asal-usul ketidak sempurnaan itu adalah Allah, ini
justru tidak mungkin tetjadi. Ia Mahakuasa, Maha Mengetahui segala sesuatu
yang akan terjadi saat ini maupun yang akan datang, sehingga hukum-Nya Maha
meliputi. la adalah yang Perttl1na dan yang Akhir, Yang Zahir dan yang Bathin.
Jadi hukum-Nya adalah universal dan berlaku untuk scgala zamari, terutattla
sekali karenajangkauannya bukan hanya dunia ini tetapijuga akhirat.
Al Qur'an dan As Sunnah nierupakan dua sumber utama dalam hukum Islam,
yang bersumber dari Allah SWT, Ttihan Yang Mahakuasa, sebagai satu-satunya
yang mengetahui apa yang mutlak baik untuk umrnat rnanusia.
Charles Gide dan Charles Rest, sebagaimana dikutip oleh DR. H.
Fathurrahrnan Djarnil, M.A. rnernbicarakan hukum Tuhan menurut istilah-istilah
sebagai berikut : Kita bisa rnengatakan bahwa tatanan alami adalah tatanan yang
jelas-jelas terbaik, bukan untuk sembarang individu, tetapi bagi manusia yang
serba rasional, kultural, dan liberal. Ia merupakan hasil pengamatan fakta-fakta
eksternal; ia rnerupakan pewahyuan atas prinsip yang ada di dalam. Tatanan ini
bersifat supranatural dan amat mendukung kemungkinan-kemungkinan yang ada
dalam kehidupan sehari-hari, dengan sifat gandanya: universal dan abadi. Ia tetap
sama untuk segala zaman dan semua orang. Perintahnya unik dan eternal. Sebagai

3

kriteria untuk membedakan baik dan buruk, hukum Islam harus dijaga dalam
identitasnya, yakni kesempurnaan. 1
Dalam hukum Islam dikenai adanya istilah ''jarimah". Yang dimaksud dengan
kata-kata ''jarimah" ialah, larangan-larangan syara' yang diancamkan oleh Allah
dengan hukuman had atau Ta'zir. Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa
mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan

yang

diperintahkan. Dengan kata-kata Syara' pada pengertian tersebut di alas, yattg
dimaksud ialah bahwa sesuatu j:ierbuatan baru dianggap jarimah apahild dilarattg
oleh syara'. J uga berbuat a!ali tidak berbuat tidak dianggap sebagai jarinidh,
kecuali apabila diancamkan hllkuman terhadapnya. Di kalangan Fuqaha,
hukuman biasa disebut dengan kata-kata "ajziyah" dan mufradnya, ''jaza".
Pengertian jarimab tersebut tidak berbeda dengan pengertian tindak pidana,
(peristiwa pidana, delik) dalam hukum pidana positif.2
Para Fuqaha juga sering memakai kata-kata ''jinayah" untuk ''jarimah".
Semula pengertian ''jinayah" ialah hasil perbuatan sese:orang, dan biasanya
dibatasi kepada perbuatan yang dilarang saja. Menurut para Fuqaha, yang
dimaksud dengan kata-kata ''jinayah" ialab perbuatan yang dilarang oleh Syara',
baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta-benda ataupun lainnya. 3
1

Fathurrahman Djamil, Fi/safat Ilukum Islam, (Jakarta, Logos wacana Ilmu, 1999), cet.ke 3,

2

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1990), cet.ke 4,

h. 63-64

h.l
)

.,_' _J

4

Akan tetapi kebanyakan fuqaha memakai kata-kata '.]inayah" hanya untuk
perbuatan yang mengenai jiwa orang atau anggota badan, seperti membunuh,
melukai, memukul, menggugurkan kandungan, dan sebagainya. Ada pula
golongan fuqaha yang membatasi pemakaian kata-kata jarimah kepada jarimah
hudud dan qishas saja.

4

Dengan mengenyampingkan perbedaan pemakaian kata-kata ''jinayah" di
kalangan fuqaha, clapatlah kita kalakan bahwa kata-kata ']inayah" clalam istilah
fuqaha sama clengan kata-kata ''jarimah ". 5
Hadd clalam Syara' adalah hukuman yang ditetapkan karena (menyangkut)

hak Allah. Al-qur'an dan as-Sunnah telah menetapkan beberapa hukuman had
untuk jarimah tertentu yang disebut dengan "Jaraim al Hudud". Jarimah-jarimah
ini adalah, zina, qadzab (menuduh berbuat zina), pencurian, mabuk, muharabah
(pembegalan), riddah (keluar dari Islam) dan al baghyu (pemberontakan).6
Pada kasus pencurian banyak sekali permasalahwi yang berkembang.
Dikalangan ulama juga terjadi beberapa perbedaan pendapat tentang beberapa hal
mengenai kasus ini. Di antaranya ialah tanggung jawab pencuri terhadap barang
curian dan sanksi hukumnya, apakah sama hukumannya. bagi seorang pencuri
yang mengembalikan barang curian dengan yang tidak mengembalikan.

4

Ibid h.I-2

5

Ibid. h.2

6

Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, ( Libanon, Dar al Fikr, 1983), cet.k 4, Jilid 2, h.302

5

curian dan sanksi hukumnya, apakah sama hukumannya bagi seorang pencuri
yang mengembalikan barang curian dengan yang tidak mcngembalikan.
Di Indonesia pada khususnya serta di dunia pada umurnnya, banyak yang
mempermasalahkan masalah hukum pidana yang bersumber dari Islam karena
dianggap tidak bermoral bahkan tidak berprikemanusiaan, tanpa menyelidiki
secara mendalam terlebih dahulu tentang pidan.a Islam itu sendiri. Padahal kalau
man mengkaji dan mencermati tentang pidana Islam secara integral dan dapat
menjangkau ma'na filosofis pidana Islam itu, maka akan dapat dilihat begitu
indahnya hukum pidana Islam. Kalan ma.nusia bisa. melihat dengan kejujuran
hatinya, maka mereka akan dapat meliha.t bahwa hukum pidana. Islam, diakui ata.u
tidak

adalah

hukum

pidana yang

paling bem10ral

dan

yang

paling

berprikemanusiaan.
Meski di manapun banyak orang-orang tidak setuju dengan penerapan hukum
pidana Islam, namun masih banyak juga. yang menginginkan agar hukum pidana.
Islam dapat diterapkan. Keinginan seperti ini ada. yang bersumber dari kalangan
santri dan ada juga yang bersumber dari kalanga.n akademisi.
Ketika suatu saa.t hukum pidana Islam da.pa.t ditegakkan, sementara dalam
hukum pidana Islam ba.nya.k terja.di perbedaan-perbedaan, maka. perbedeaanperbedaa.n tersebut harus disikapi denga.n sungguh-sungguh, seperti denga.n
diadaka.nnya suatu forum yang bertugas untuk mengkaji secara cermat penda.patpendapat yang berbeda da.n mengambil pendapat yang paling kuat a.tau dalam
perbandingan hukum sering disebut sebagai "ar-ra'yu al mukhtar" (pendapat yang

6

Di antara perbedaan pendapat dalam hukum pidana Islam sebagaimana telah
disampaikan penulis ialah masalah tanggung jawab pencuri terhadap barang
curiannya dan sanksi hukumnya. Oleh karena itu pengkajian secara lebih khusus
berkenaan dengan masalah ini menjadi sangat penting sekali, manakala hnkum
Islam dapat ditegakkan. Tujuannya adalah untnk memilih pendapat yang paling
unggul berdasarkan dalil-dalil yang paling kuat.
Berangkat dari sini , maka penulis merasa te1iarik untuk mengkaji masalah di
atas dalam sebuah karya ilmiah yang sederhana dengan judul "HUKUMAN
BAGI SEORANG PENCURI YANG MENGEME:ALIKAN BARANG
CURIAN

DAN

YANG

TIDAK

MENGEMBALIKAN

MENURUT

PERSEPSI EMPAT MAZHAB".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagaimana diketalmi bahwa mazhab yang ada sangat banyak sekali. Maka
dalam kajian ini penulis perlu memberikan batasan, yaitu bahwa kajian mengenai
Sanksi hukuman bagi pencuri yang mengembalikan barang curian dan yang tidak
mengembalikan, hanya dilihat menurnt empat mazhab saja, yakni mazhab Hanafi,
mazhab Maliki, mazhab Syafi'i dan mazhab Hanbali, bukan menlllUt mazhab di
luar yang empat tadi.
Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam pembaJiasan ini adalal1
1. Apa hukuman inti Pencurian serta dalilnya ?

2. Bagaimana hukuman pencuri yang mengembalikan barang curian?

7

1. Apa hukuman inti Pencurian serta dalilnya ?
2. Bagaimana hukuman pencuri yang mengembalikan barang curian?
3. Bagaimana hukuman pencuri yang tidak mengembalikan barang curian?
4. Bagaimana tanggungjawab pencuri terhadap barar:g curiannya?

C. Tujuan dan Kcgunaan Pcnulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan umum yang hendak dicapai oleh penulis dalam penulisan
ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai konsep huk.uman dalam
jarimah pencurian oleh empat mazhab. Sedangkan secara. rincinya sesuai dengan
rumusan masalah di atas, maka tujuan khusus penulisan adalah :
1. Mengetahui hukuman pokok pencurian clan dalil-dalilnya
2. Mengetahui sanksi hukwnan bagi seorang pencuri yang mengembalikan
barang curian.
3. Mengetahui sanksi hukuman bagi seorang pencuri yang tidak mengembalikan
barang curian.
4. Serta memberikan gambaran tentang tanggung jawab pencuri terhadap barang
cunan

2. Manfaat Penulisan
Melalui penelitian m1 diharapkan mengandung beberapa manfaat, di
antaranya:

8

1. Bagi penulis, penulisan ini diharapkan akan berguna untuk memperluas dan
menambah wawasan tentang pendapat empat mazhab mngenai hukuman
seorang pencuri yang mengembalikan barang curian dan yang tidak
mengembalikan. Di samping itu berguna sebagai tugas akhir pada program
studi Perbandingan Mazhab fiqih.
2.

Bagi kalangan civitas akademika dan masyarakat umum, penelitian ini
diharapkan akan menembah khazanah pengetahuan seputar hukuman pencuri
yang mcngcmbalikan dan yang tidak mengembalikan barang curian.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah terdiri dari :

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan dalarn menyusun skripsi ini adalah
penelitian yang bersifat kualitatif, dengan mengkaji data-data dan literatureliteratur yang berkaitan dengan judul yang diangkat. Adapun dari segi tujuan
penelitian ini menggw1akan pendekatan deskriptif analistis, yang bertujuan
menggembarakan

keadaan

sementara

dengan

memaparkan hasil-hasil

penelitian yang bersumber dari data-data.
2. Sumber data
Swnber data yang penulis pergunakan adalah sumber data yang bersifat
primer dan sekunder. Sumber data primer adalal1 Kitab-Kitab fiqili yang
berkenaan dengan permaslahan jinayah diantaranya at Tasyri al Jina 'I al

9

Islami Muqaran bi al Qanun al Wadh'I karangan 'Abd al Qadir 'Audah, As
Siyasah al Jinaiyah al Hudud wa al Asyribahfi al Fiqh al Islami, karangan
Dr. Ahmad al Hashari, al Muwalhiho karangan Imarn Malik serta Kitab al

Fiqh al Madzahib al 'Arba 'ah, karangan Abd Al Rahman al Jazairi. Dan
sumber data sekunder yang digunakan adalah literature-literatur dan kitabkitab yang berhubungan dengan disiplin ilmu Fiqh, terutama yang erat
kaitannya dengan mated ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Unluk mendapalkan gambaran yang cermat tentang konsep hukuman
pencuri yang mengembalikan barang eurian dan yang tidak mengembalikan,
maka penulis lakukan riset pustaka (Library

r・ウNセ。イ」ィIL@

yakni dengan

mengumpulkan, membaca, dan menganalisis sejumlah kitab-kitab klasik dan
buku bacaan yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas.
4. Analisis Data
Yang dimaksud dengan teknik analisa data adalah proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan dinterpretasikan. Setelah
terkumpul data-data yang diperlukan maka peneliti mencoba untuk
menganalisa data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah teknik an2lisis kualitatif atau biasa disebut analisis isi (content

analysis), yaitu penguraian data melelui kategorisasi, perbandingan dan
pencaharian sebab akibat, baik menggunakan analisis induktif (usaha
penemuan jawaban dengan mengeanalisa berbagai data untuk diambil

10

E. Teknik dan Sistematika Pcmbahasan
Teknik penyusunan dan penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
"Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Fakultas Syari'ah dan
Hulmm UIN Syarif Hidayatullah Jakarta" terbitan tahun 2005.
Skripsi ini dibagi dalam lima bab, dan masing-masing terdiri dari sub bab,
dengan sistematika penyusunan sebagai berikut :
Bab I

Pendahuluan
Bab ini menerangkan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, metode

penelitian dan teknik penulisan, serta sistematika penyusunan.
Bab II

Tinjauan Umum Tentang Jarimah Pencuria11
Yang terdiri dari pengertiaan pencurian, syarat dan rukun pencurian,
macam-macam pencurian serta alat bukti pencurian.

Bab III

Hnkuman Pencurian dan Permasalahannya
Yang

terdiri

dari

hukuman

pencurian

dan

pelaksanaannya,

penghapusan hukuman dan hikn1ah hukuman pencurian.
Bab IV

TINJAUAN

EMPAT

IMAM

MAZHAB

MENGENAI

HUKUMAN PENCURI YANG MENGEMBALIKAN BARANG
CURIAN DAN YANG TIDAK MENGEMBALIKAN
Dalam bab ini menguraikan tinjauan empat mazhab yakni menurut
mazhab Hanafi, menurut mazhab Maliki, menmut mazhab Syafi'i, dan

11

menurut mazhab Hanbali. Danjuga mengenai analisis penulis terhadap
pendapat keempat mazhab.

BabV

Penutup

yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG JARIMAH PENCURIAN

A.

Pengertian Pencurian
Definisi pencurian dapat kita temukan dalam karya-karya ilmiah yang telah
ditulis oleh para pakar, baik karya-karya klasik maupun kontemporer. Pencurian
secara etimologi ialah :

Artinya:
"Mengambil sesuatu dari orang lain secara samar dan sembunyi-sembunyi".
Dalam kitab Fath al- Qarib, pencurian secara etimologi adalah :
2 , ,',>
セ@

Jll.'1 ..)._,,:.
'.' セi@

A1tinya:
"Mengambil harta secara sembunyi-sembunyi".
Adapun pencurian secara terminologi adalah :

Artinya:
"Mengambil harta denganjalan sembunyi-sembunyi dari pemiliknya atau orang
yang menggantikan (posisi) pemiliknya ".
Menurut Wahbah az Zuhaili, pencurian adalah:
1

Abd al Ghani, Al Lubab fl Syarh al Kitab, (Beirut, al Maktabah al 'Ilmiyah, 1993), juz 3,

2

Muhammad bin Qasim, Fath al Qarib, (Semarang, Pustaka al ''Alawiyah, t.th.), h. 57

h.200

3

Manshur bin Yunus, Ar Raudh al Murabbi', (Beirut, Dar al Kutub al 'llmiyah, 1998), cet. ke
4,juz 2, h. 388

13

Artinya:
"mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi dan rahasia".

Berbeda dengan pendapat di atas, Imam Al Jazairi memberikan definisi
yang cukup luas, menurut beliau pencurian adalah :
,..

セ@

- ,...

,,

,,.

, .,

,..

,..

.:J 2.JLll

oLS'j ...セ@

,. .

0

':I\

f.!"'"'
,..
,...

セl[@

,,.

r:'

0

\5J.. G(a.;
.
2

,..

,,
セ[Z@

,..

,,,.

0

PQ^NMZセ@

,...

...

,,.

J.

,..

C:,

,.,.

,,.

,,.

J.

,,.

,,,.

'I (" , l;(a.; セ@ ll.J\ lit_;_)\ .b:-1
J J ..f>"-4 . ... c,,. . If,,.
.. セ@ ....セiN[⦅ZL@ ,,. ,,.
81..,,. a"G'.\llj
J.

0

|Gセ@ J

,,.

セN@
'-')
,

"'

U1

Artinya:
"Mengambilnya seorang yang berakal dan baligh terhadap satu nishab (barang
curian) yang tersimpan, milik orang lain, tidak ada hak milik bagi dia dan tidak
ada
syubhat kepemilikan
secara sembunyi-sembunyi dan
rahasia,
mengangsurlkontan, dan sang pencuri dalam keadaan normal, tidak dipaksa, baik
ia muslim, zimmi, laki-laki, perempuan, merdeka maupun budak".
Dari definisi-definisi yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa, inti dari
pada pencurian adalah mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi
dari tempat penyimpanannya.

4

Wahbah az Zuhaili, al Fiqh al Islami wa Adillatuh, (Smiah, Dar al Fikr, 1989), cet.ke 3, juz

6, h. 92
5

Abd ar Rahman al Jazri, Kitab al Fiqh 'ala al Madzahib al Arba'ah, (Beirut, Dar al Fikr,
2002),juz4, h. 116

14

B.

Syarat dan Rukun Pcncurian
Untuk mengetahui syarat-syarat yang menyebabkan sebuah tindakan disebut
sebagai pencurian yang bisa dikenai had, terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan tentang rukun-rukun pencurian.
Rukun-rukun pencurian yang hams dipenuhi ada tiga, yaitu :
I.

Sariq (pelaku pencurian)

2.

Masruq (barang yang dicuri)

3.

Saraqah (pencurian ). 6
Ketiga rukun tcrsebut memiliki syarat sendiri-sendiri, yang nantinya akan

dijelaskan salu per salu.
I. Sariq (pelaku pencurian)
Bagi

pelaku

pencurian

disyaratkan

adanya

kelayakan

untuk

mendapatkan hukuman potong tangan. seorang pencuri yang layak dihukum
potong tangan adalah manakala ia berakal dan baligh. Oleh karena itu, anak
kecil dan orang gila yang mencuri tidak bisa dikenai hukuman potong
tangan karena adanya sabda Nabi SAW :

F

セZL@ ,.,

,.,

セ@

,.,

,,,

セQ@

セ@

,..,

....

cf)
,...

,...

1;0::'
.. ;
,..
7

es;- セPQ@
HLNDセ|@

,,.,.

,,

,.,

:.;.
セエ[N@
,,,.

.... ,..,..

セ@

olJ.i)

セ@

6

Ibid

7

Al Baihaqi, as Sunan al Kubra, (Beirut, Dar al Fikr, t.th.),juz 8, h. 264

,..,..0

;.w1 cZGセ@

...

J;- 0µ1

15

Artinya:
"Pena diangkat karena tiga perkara; orang tidur sampai bangun, anak
kecil sampai mimpi (baligh), dan orang gila sampai sadar".
Juga karena potong tangan adalah hukuman yang disebabkan adanya
tindak pidana Oinayah), sementara perbuatan anak kecil dan orang gila tidak
bisa disebut sebagai tindak pidana. 8
Apabila anak kecil dan orang gila ikut serta dalam pencurian beserta
sekclompok orang, maim seluruhnya tidak dapat dikenai potong tangan
menurut Abu Hanifah clan Zufar Rahima Huma Allah Ta'ala. 9
Alasan Abu Hanifah dan Zufar adalah, karena pencurian itu adalah satu,
sementara pelakunya adalah orang yang bi.sa dikenai potong tangan dan
orang yang tidak bisa dikenai potong tangan. Oleh karena itu semuanya
tidak bisa dikenai hukuman potong tru1gan, sepe1ti halnya orang yru1g
sengaja dan orang yang lupa, yang bekerja sama dalrun sebuah jarimah.
Ulruna Syafi'iyah se1ia Hanabilah mensyaratkan adanya pelaku pencurian
hams Mukhtar (normal/melakukan pencurian secara sadar, tidak karena
paksaan) dan juga harus tetap berada dalrun huku:m-hukum Islam.Oleh
sebab itu Had tidak wajib bagi orang yang di paksa danjuga tidak wajibbagi
kafir harbi karena mereka tidak tetap berada dalan1 hukum-hukum Islrun. 10

8

Wahbah az Zuhaili, Op.. Cit., h. 100-101

9

Ibid., h. 101

'

0

Ibid.

16

Pelaku pencurian disyaratkan tidak adanya paksaan dan hams tetap
berada dalam hukum-hukum Islam, ini juga disampaikan oleh Imam
Nawawi dalan1 kitabnya, Raudhah at Thalibin, yaitu bahwa, potong tangan
tidak dapat dijatuhkan mana kala yang mencuri adalah orang yang dipaksa
atau seorang kafir harbi. 11
2. Masruq (barang yang dicuri)
Syarat-syarat masruq adalah sebagai berikut :
a. Barang yang dicuri berupa harta yang dimulyakan
Seorang pencuri yang mencuri alat-alat permainan atau barang-barang
yang diharanlkan, maka tidak dapat dipotong tangannya, karena barangbarang tersebut adalah barang-barang yang tidak dimulyakan, 12 seperti
halnya khamr, babi atau kulit bangkai. 13
b. Bukan milik pelaku pencurian. 14
Disyaratkan dalam pidana pencurian bahwa sesuatu yang dicuri itu
milik orang lain. Yang dimaksud dengan "milik orang lain" adalah
bahwa harta itu ketika waktu terjadinya penc:urian merupakan milik
orang lain, dan yang dimaksud dengan "waktu terjadinya pencurian"
adalah waktu pencuri memindahkan harta dari tempat penyimpanannya.

11

An Nawawi, Raudhah at Thalibin, (Beirut, Dar al Kutub al 'Ilmiyah, t.th .. ),juz 7, h. 353

12

Manshur bin Yunus al Bahuti, Op.Cit., h. 3e9

13

Wahbah az Zuhaili, Op.Cit., h.102

14

An Nawawi, Op.Cit., him. 330

17

Atas dasar ini, maka tidak ada hukuman had dalam pencurian terhadap
harta yang status kepemilikannya bersifat syubhat. Dalam kasus ini,
pencuri diancam dengan hukuman ta'zir. Misalnya orang tua mencuri
harta anaknya atau seseorang mencuri harta milik sekelompok yang
mana ia termasuk anggotanya sebagai mana menurut Imam Abu
Hanifah, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. 15
Menurut Imam Abu Hanifah, barang yang dicuri itu tidak sengaja
ditinggalkan oleh pemiliknya untuk kemudian hancur. Sedangkan Imam
Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad tidak sependapat dengan teori
ini. Menurut mereka, setiap harta yang dapat diperjual belikan adalah
harta yang berharga dan pencurinya dapat dijatuhi hukuman had.
Contolmya, kain kafan. Menurut Abu Hanifah, pencuri kain kafan tidak
dapat dijatuhi hukuman hadd. 16
Barang-barang yang pada asalnya tidak ada pemiliknya boleh
diambil. Akan tetapi, jika sudah ada dalam penguasaan seseorang atau
Ulul Amri, maka dianggap telah ada pemiliknya.. Sedangkan harta yang
sengaja ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya adalal1 sama dengan
harta yang tiC:ak ada pemiliknya. 17

15

Ibid

16

Prof.Dr.Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqiey, Hukum-Hukum Fiqh Islam (Finjauan
Antar Madzhab), (Semarang, PT. Pustaka Rizki Pulera, 2001),cet. Ke 2, h. 495
17

A. Djazuli, Fikih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta; PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), cet.ke 3, h. 78-79

18

c. Barang yang dicuri harus tersimpan, 18 artinya memiliki tempat
penyimpanan yang layak. 19
Dalan1 Fiqh, "tempat penyimpanan harta" diistilahkan dengan hirz.

Hirz itu ada Cua macam, "hirz bi al makan" dan "hirz bi an naft". Yang
dimaksud dengan hirz bi al ma/am adalah tempat yang disedikan khusus
untuk menyimpan barang dan tidak setiap orang diperbolehkan masuk
tanpa pemiliknya. Menurut Imam Syafi'I dan Imam Ahmad, tempat itu
hams terkunci dan khusus disediakan untuk menyimpan barang. Yang
dimaksud dengan hirz bi an nafs atau hirz bi al hift adalah barang yang
berada dalam penjagaan. Kadang-kadang suatu barang memiliki kedua
jenis hirz ini. 20
d. Mencapai Nishab. 21 Fuqaha Hanafiah menentukan nishab barang curian
yang apabila seorang pencuri rnencuri dengan kadar tersebut maka akan
di potong tangannya sebagai hukuman hadd, karena perbuatan
mencurinya dengan sepuluh dirham. Oleh karena itu tidak ada potong
tangan bagi pencurian barang yang kadarnya lebih sedikit dari sepuluh

18

An Nawawi, Op. Cit., h. 336

19

A. Djazuli, Op.Cit., h. 75

20

Ibid., h. 76

21

Manshur bin Yunus, Op.Cit., h. 389

19

dirham 22 . Sepuluh dirham nilainya adalah smna seperti satu dinar,
'

sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Wahbah Zuhaili. Beliau
mengatakan, bahwa satu dinm· menurut ulama1 Hm1afiah adalah sama
dengan sepuluh dirham23 .
Sedangkan para ulama Malikiah berpendapat bahwa nishab atau
kadar barng curian adalah tiga dirham yang di c:etak dan murni24 . Imam
syafi'I dan Imam Ahamad bin Hanbal berpendapat bahwa nishab barang
curian yang menyebabkan seorang pencuri dikenai hadd adalah
seperempat dinar

keatas, jika kurang dari it11 maka tidak dipotong

tangannya.2 5
e. Kepemilikan harta haruslah benar-benar sempurna.
Dalam ha! ini ada beberapa permasalahan, di antaranya adalah
sebagai berikut :
I)

Apabila ada dua orang bekerja sama atau melakukan syirkah,
kemudian salah seorang di antm-a mereka mencuri harta mereka
sendiri, apakah harus dipotong tangmrnya? Dalam ha! ini ada dua
pendapat. Pendapat yang pertmna menyatakan tidak, karena ia
memiliki bagian walaupun sedikit sehingga menimbulkm1 syubhat.

22

Alunad al Hashari, As Siyasah al Jinaiyah al Hudud wa al Asyribah,(Beirut, Dar al Jail,
1993),cet.ke 3, jilid 2, h.440
23

Wahbah Zuhaili, Op.Cit.,h.103

24

Abd ar Ralunan al Jaziri, Op.Cit., h.117

25

Ahmad al Hashari, Op. Cit., h.441

20

Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan tetap harus dipotong
,
tangannya, karena dia tidak memiliki hak di dalam bagian harta
yang lain.
2)

Apabila ada yang mencuri harta dari bait al-mal (Kas Negara),
maka ada beberapa ketentuan. Apabila seorang peneuri mencuri
harta yang dipisahkan untuk kelompok

エセイ・ョオ@

dan dia bukan

termasuk bagian dari kelompok tersebut, maka harus dipotong
tangannya. Dan apabila dia mencuri harta yang tidak dipisahkan
untuk kelompok tertentu, maka di sini juga ada beberapa pendapat.
Salah satunya adalah pendapat yang disampaikan oleh Ulamaulama Iraq, yaitu tidak dapat dipotong tangannya, baik ia orang
kaya atau orang fakir, maupun ia mencuri harta shadaqoh atau
harta untuk kemaslahatan-kemaslahatan masyarakat. sedangkan
pendapat yang lain menyatakan bahwa ia harus tetap di potong
tangannya. 26
f. Tidak ada unsur syubhat bagi pencuri. 27
Kalau barang yang dicuri terdapat unsur syubhat bagi pencur1,
maka ia tidak dapat dikenai had. Oleh karena itu, seseorang yang
mencuri harta orang tuanya atau anaknya tidak dapat di potong
tangannya, karena harta mereka menyatu. Begitu juga jika ia mencuri
26

An Nawawi, Op.Cit., h. 333

27

Muhammad Syata, Hasyiah J'anah al Talibin, (Beirut, Dar al Fil