MENURUT PANDANGAN ULAMA EMPAT MAZHAB
KONSEP AL- RADHA’AH DAN HUKUM OPERASIONAL BANK ASI MENURUT PANDANGAN ULAMA EMPAT MAZHAB
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Islam Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum p ada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar
Oleh: DESRIKANTI BK
NIM: 10400110019
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2014
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi Saudari Desrikanti BK, NIM: 10400110019, mahasiswa Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alaudddin Makassar, setelah meneliti dan mengoreksi secara seksama skripsi berjudul , “Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI
menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab” , memandang bahwa skripsi tersebut
telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk disidangkan.Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.
Samata, 15 Agustus 2014 Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdillah Mustari, M. Ag. Achmad Musyahid, S. Ag., M. Ag NIP: 1977730710 200003 1 004 NIP: 19711013200003 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Desrikanti BK NIM : 10400110019 Tempat/Tgl. Lahir : Ujung Pandang, 23 Desember 1992 Jur/Prodi/Konsentrasi : Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas/Program : Syari’ah dan Hukum Alamat : Jl. Mannuruki II No.70 Makassar Judul : Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 15 September 2014 Penyusun,
DESRIKANTI BK NIM: 10400110019
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional
Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab” , yang disusun oleh
Desrikanti BK, NIM: 10400110019, mahasiswa Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 15 September 2014 M, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syar i’ah dan Hukum, Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.
Makassar, 15 September 2014 M
20 Dzulqaiddah 1435 H DEWAN PENGUJI:
Ketua : Prof. Dr. H. Ali Parman, M. A (………………………..) Sekretaris : Dra. Sohrah, M. Ag. (………………………..) Munaqisy I : Prof. Dr. H. Ali Parman, M. A (………………………..) Munaqisy II : Dr. Muh. Sabir Maidin, M. Ag. (………………………..) Pembimbing I : Dr. Abdillah Mustari, M. Ag. (………………………..) Pembimbing II: Achmad Musyahid, S. Ag., M. Ag. (………………………..)
Diketahui oleh : Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar,
Prof. Dr. H. Ali Parman, M. A NIP. 19570414 198603 1 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan Rahmat, Taufiq, Hidayah serta Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi, dengan judul: “ Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional
Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab’’ Shalawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw.Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Ayahanda Tercinta (Basri Kasim) dan Ibunda Tersayang (Ratna Dewi) serta kakakku Agus Prayuda dan Dyan Aryanti, adikku Deri Lestari dan keluarga besar yang selalu mendo’akan serta memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis juga sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Qadir Gassing, HT. MS. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
2. Prof. Dr. Ali Parman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
3. Ayahanda Dr. Abdillah Mustari, M.Ag., dan Ayahanda Achmad Musyahid, S.Ag, selaku dosen pembimbing dan ketua jurusan dan sekertaris jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, yang telah memberi izin dipilihnya judul skripsi dan yang telah memberi bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sampai skripsi ini kelar.
4. Dr. Muh. Sabir Maidin, M. Ag. Selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan-masukan dalam pembuatan skripsi ini.
5. Ibu Maryam, SE, selaku staf Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, yang telah memfasislitasi dalam mengurus berkas-berkas kelengkapan penulisan skripsi.
6. Segenap dosen dan staf Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah membantu dan mendukung kelancaran dan kesuksesan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh teman satu angkatan Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Angkatan 2010.
8. Saudara (i) KKN 49 beserta Ibu dan Bapak dusun Posko Desa Boddia, Galesong, Takalar terima kasih atas support kalian.
9. Yang Spesial Kepada Briptu Achmad, SH. Yang selama ini memberikan doa dan dukungan.
10. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Harapan penulis mudah-mudahan hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin ya rabbal „alamin.
Samata, 15 september 2014 Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................. iii PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v DAFTAR ISI....................................................................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1 B. Rumusan Masalah...................................................................
4 C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian .............
4 D. Kajian Pustaka ........................................................................
6 E. Metodologi Penelitian ............................................................
7 F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................
10 BAB II KONSEP AL- RADHA’AH MENURUT PANDANGAN ULAMA EMPAT MAZHAB ....................................................................
12 A. Konsep Radha’ah menurut Hukum Islam ..............................
12 1. Pengertian Hukum Islam ....................................................
12 2. Pengertian Radha’ah ..........................................................
14 3. Konsep Radha’ah menurut Hukum Islam ..........................
16 B. Pandangan Ulama Empat Mazhab terhadap Kadar Sesusuan yang Mengharamkan Pernikahan ....................................................
24 1. Biografi Ulama Empat Mazhab ..........................................
24
2. Pandangan Ulama Empat Mazhab tentang Kadar Sesusuan yang Mengaharamkan Pernikahan..............................................
36 BAB III OPERASIONAL BANK ASI DAN STATUS KEMAHRAMAN PENERIMA DAN PENDONOR BANK ASI ............................
43 A. Bank ASI ................................................................................
43 1. Sejarah Bank ASI ...............................................................
43 2. Prosedur Pendonor dan Pengambilan Susu di Bank ASI ...
45 B. Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI ........
47 1. Pengertian Kemahraman.....................................................
47 2. Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI ....
61 BAB IV PANDANGAN ULAMA KONTEMPORER TENTANG BANK ASI .....................................................................................................
64 A. Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI ...............
64 1. Pendapat Ulama yang Membenarkan Adanya Bank ASI...
64
2. Pendapat Ulama yang Tidak Membenarkan Adanya Bank ASI ................................................................................................
65 B. Konklusi Hukum Seputar Bank ASI.......................................
66 BAB V PENUTUP ...................................................................................
70 A. Kesimpulan .............................................................................
70 B. Saran-saran .............................................................................
70 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
72 Daftar riwayat hidup ...........................................................................................
76
ABSTRAK NAMA :DESRIKANTI BK NIM :10400110019
JUDUL :Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasionan Bank ASI
menurut Pandangan Ulama Empat MazhabPokok masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab, Pokok masalah tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam beberapa submasalah, yaitu: 1) Apa yang dimaksud Al- Radha’ah menurut pandangan Ulama Empat Mazhab?. 2) Bagaimana Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI?. 3) Bagaimana Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI?.
Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian Yuridis,
pendekatan Syar’i dan pendekatan Komparasi. Dalam mengumpulkan data, penulis
menggunakan studi kepustakaan. Teknik yang penulis gunakan dalam penelitian yaitu penelitian perpustakaan (library research), maka sudah dapat dipastikan bahwa data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang berupa data-data yang diperoleh dari perpustakaan melalui penelusuran terhadap buku-buku literatur, baik yang bersifat primer ataupun yang bersifat sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bayi yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung dengan cara mengisap putting payudara perempuan yang mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya. Sedangkan dalam bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas.
Adapun implikasi dari penelitian ini ialah mengenai Permasalahan Bank ASI jika dikembalikan kepada hukum dasar persusuan maka memiliki konsekuensi- konsekuensi yang perlu mendapat perhatian dari umat Islam. Megingat ajaran serta syariat Islam sangat memperhatikan dan menjaga soal kehormatan dan keturunan.
Dalam praktiknya di dunia barat, Bank ASI dalam prosedurnya menimbulkan ketidakjelasan hubungan antara anak susu dan ibu susu, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadinya penikahan antara anak susu dengan anak kandung ibu susu. Jika terjadi pernikahan tersebut, maka nikahnya tidak sah karena melanggar larangan yang menyangkut akad dalam muamalat, sebagaimana dikatakan dalam kaidah ushul “ Larangan dalam muamalah menunjukkan atas batalnya hal yang
dilarangan jika larangan tersebut menyangkut substansi akad”
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui anak bagi setiap ibu, dengan cara memberikan Air Susu Ibu (ASI)
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan dan kelangsungan hidup manusia di dunia ini. ASI merupakan minuman dan makanan pokok bagi setiap anak yang baru lahir. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar kesehatan menunjukan bahwa anak-anak yang di masa bayinya mengkonsumsi ASI jauh lebih cerdas, lebih sehat, dan lebih kuat daripada anak-anak yang di masa kecilnya tidak
1
menerima ASI. Hal ini dalam Hukum Islam disebut dengan istilah radh a’ (peyusuan).
Pengertian radh a’ (peyusuan) menurut Ulama ialah segala sesuatu yang sampai ke perut bayi melalui kerongkongan atau melalui jalan lainnya, dengan cara
2
mengisap atau lainnya. Sedangkan proses penyusuan dengan cara menuangkan ASI ke dalam mulut tanpa melalui peyusuan di sebut al-wajur, dan menuangkan ASI melalui hidung tanpa melalui penyusuan disebut al- sa’ut . Mengenal al-wajur dan al-
sa’ut ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama Menurut imam Malik,
proses al-wajur dan al- sa’ut dapat menyebabkan hubungan kemahraman atau nasab antara perempuan yang memiliki air susu dan bayi yang menghisap atau meminum susu dengan dua cara tersebut.
Perbedaan pendapat di kalangan para ulama dalam mendefenisikan radh a’ menunjukan bahwa persoalan radh a’ tidak hanya dapat di pandang dari aspek air 1 Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, Alih Bahasa Abdul Rakhman (Jakarta: Fikahati Aneska, 1993), h. 30. 2 susu yang dikonsumsi oleh bayi tersebut, tetapi juga harus melihat dan memperhatikan bagaimana proses yang digunakan dalam radh a’ (penyusuan),
3 misalnya menetek secara langsung atau menuangkan air susu ke kerongkongan.
Dalam fikih Islam, persoalan radh a’ mempunyai dampak terhadap timbulnya hubungan kemahraman antara anak dengan ibu yang menyusui. Dengan menyusuinya seorang anak kepada wanita lain maka menimbulkan hubungan mahram antara wanita tersebut dan anak yang disusuinya (anak susuan) beserta segenap keturunan dan kerabat ibu susuan sehingga haram bagi anak menikah.
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-radha' atau susuan. Menurut Hanafiyah bahwa al-radha' adalah seorang bayi yang mengisap puting payudara seorang perempuan pada waktu tertentu. Sedangkan Malikiyah mengatakan bahwa al-radha' adalah masuknya susu manusia ke dalam tubuh yang berfungsi sebagai gizi. As-Syafi'iyah mengatakan al-radha' adalah sampainya susu seorang perempuan ke dalam perut seorang bayi. Al-Hanabilah mengatakan al-radha' adalah seorang bayi di bawah dua tahun yang mengisap puting payudara perempuan yang
4 muncul akibat kehamilan, atau meminum susu tersebut atau sejenisnya.
Para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan umur ketika
5
orang menyusui yang bisa menyebabkan kemahraman. Mayoritas ulama mengatakan bahwa batasannya adalah jika seorang bayi berumur dua tahun ke
6
bawah. Allah swt berfirman dalam (QS. 2 [al - Baqarah] : 233 3 Muhammad Husain Haekal, Hayat Muhammad, Alih Bahasa, Ali Audah (Jakarta: Pustaka Lintera Antarnusa, 2001), h. 50. 4 Cholil, Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern (Cet. II; Surabaya: Ampel Suci, 1994), h. 267. 5 6 Cholil, Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, h. 268-270.
Cholil, Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, h. 267.
Terjemahnya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak -anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
7 Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.’’ 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit.
Bahwa di dalam pembolehan menjual ASI itu ada kemungkaran karena bisa menimbulkan rusaknya pernikahan yang disebabkan kawinnya orang sesusuan dan hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita meminum ASI yang
8
dijual bank ASI tersebut. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa menjual ASI tersebut membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi bayi karena kita melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang cukup baik karena kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang diderita ibu tersebut. Tetapi pendapat tersebut dapat ditolak karena kemudaratan yang ditimbulkan lebih besar dari manfaatnya yaitu terjadinya percampuran nasab. Padahal Islam menganjurkan
9 kepada manusia untuk selalu menjaga nasabnya.
Muncul persoalan baru yang terkait dengan radh a’ yaitu adanya lembaga donor ASI atau di kenal sebagai Bank ASI. Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. Kesulitan para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang sering
10 membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada anaknya.
B. Rumusan Masalah
8 9 Masjfuk Zallum, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam [t.tp.: t.p.,t.t], h. 312. 10 Masjfuk Zallum, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, h. 320.
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah pokok adalah Bagaimana Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab adapun sub masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Al- Radha’ah menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab?
2. Bagaimana Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI?
3. Bagaimana Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI?
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
Adapun judul penelitian ini adalah Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab. Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul yang dimaksud, maka akan di jelaskan definisi operasional dari judul diatas.
Al-Radh a’ (penyusuan) menurut ulama ialah segala sesuatu yang sampai ke
perut bayi melalui kerongkongan atau melalui jalan lainnya, dengan cara mengisap
11 atau lainnya.
12 Operasional ialah cara bekerja; gerak jangkau; lingkup. Sedangkan Bank
ialah lembaga keuangan yang usaha pokoknya menerima simpan pinjam; kumpulan;
13 bank mata, kumpulan (gugus) data; bank sirkulasi, bank yang mengedarkan uang.
Sedangkan ASI singkatan kata dari Air Susu Ibu.
11 12 Zakariya Al-Ansari, Fath Al-Wahhab (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 112. 13 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamis Ilmiah Populer, h. 549.
Bank ASI adalah merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. Kesulitan para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada
14 anaknya.
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi Ulama Empat mazhab yang diantaranya: Ulama Hanafiyyah, Malikiyyah , Syafi’iyyah, dan Hanabilah.
D. Kajian Pustaka
Adapun buku-buku atau kumpulan skripsi yang penulis dapatkan dalam kaitannya dengan penulisan ini adalah sebagai berikut: Ulfatmi, Kementrian Agama RI dalam bukunya yang berjudul “ Keluarga
Sakinah Dalam Perspektif Islam ’’. M enjelaskan bahwa perkawinan merupakan
sebuah estafet dalam rangkaian proses kehidupan manusia. Dari kecil, remaja, dewasa dan akhirnya melangsungkan perkawinan adalah mata rantai yang tidak terputus dari siklus yang secara umum diakui oleh manusia. Dalam konteks
14 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini
demikian, pada dasarnya, manusia dibekali dengan insting agar cenderung
15 mewujudkan keluarga dalam hidup mereka setelah dewasa.
Skripsi yang disusun Ali Asyar dengan judul: “Akibat Hukum Menyusui
Orang Dewasa (Studi Analisis Pemikiran Ibn Hazm)”. Menurut Ibn Hazm bahwa
secara garis besar hal-hal yang diharamkan dalam hubungan susuan sama dengan hal-hal yang diharamkan oleh hubungan nasab, yaitu bahwa seseorang perempuan yang menyusui sama kedudukannya dengan seorang ibu. Oleh karena itu, ia diharamkan bagi anak yang disusukannya, dan diharamkan pula baginya semua perempuan yang diharamkan atas anak laki-laki dari segi ibu nasab.
Skripsi yang disusun oleh Nurlaiy Hidayah dengan judul “studi Analisis
Pendapat Ibnu Hazm tentang Batas Minimal Kadar susuan yang Mengharamkan
Nikah”. Menurut Ibnu Hazm bahwa susuan yang menyebabkan keharaman menikah
adalah bila seorang perempuan memberi susuan sebanyak sepuluh kali. Adapun jika kurang dari itu maka pemberian tidak mengakibatkan haramnya menikah.
Di antara peneliti yang membahas tentang radh a’ atau sususan adalah skripsi dari Zainal Abidin “Persengketaan Suami -Istri Mengenai Pemberian Air Susu Ibu
bagi bayi (Pasal 104 ayat 2 KHI studi Analisa)” . Dalam skripsi tersebut dibahas
tentang kebutuhan bayi terhadap ASI sebagai makanan dan minuman yang sangat dibutuhkan dalam perkembangannya. Dalam skripsi tersebut juga dibahas tentang
16 pengaruh ASI terhadap tubuh Bayi.
15 Ulfatmi, Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam (studi terhadap pasanagan yang
berhasil mempertahankan keutuhan perkawinan di kota Padang) , (Jakarta: Kementrian Agama RI,
2011), h. 66. 16 Zainal Abidin, “persengketaan Suami-Istri Mengenai Pemberian Air Susu Ibu bagi Bayi(studi Analisa pasal 104 ayat 2 KHI”) , (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Fakultas Syariáh, 2002), h.
Di antara peneliti yang membahas tentang Bank Asi adalah Khotimatus
Sa’adah dalam skripsi yang berjudul “Bank ASI dan Implikasinya dalam Hukum
Perkawinan Islam (studi Atas pemikiran Yusuf Qardawi)”. Menurut Qardawi, Bank
ASI memiliki tujuan yang mulia yaitu menolong bayi-bayi prematur yang membutuhkan Air Susu Ibu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan untuk menambah daya tahan tubuh, maka anak-anak yang minum dari bank ASI tidak menimbulkan hubungan mahram. Penyusun skripsi ini bertolak belakang dengan pendapat Qardawi, bahwa bayi yang minum dari ASI dianggap sebagai
17 mahram karena bank ASI memiliki fungsi yang sama dengan konsep Radh a’ah.
Setelah dilakukan penelusuran tidak ditemukan hasil penelitian yang sama atau serupa dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, artinya masalah ini sama sekali belum pernah diteliti sebelumnya.
E. Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan kajian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka dalam menelaah data, menjelaskan dan menyimpulkan objek pembahasan dalam skripsi nanti maka peneliti akan menempuh metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sumber data dari buku-buku perpustakaan (lybrary research). Secara definitif, lybrary
reseacrh adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan dan peneliti
berhadapan dengan berbagai macam literatur sesuai tujuan dan masalah yang
17 Khotimatus Sa’adah , “Bank ASI dan Implikasinya dalam hukum Perkawinan Islam (Studi
sedang dipertanyakan. Sedangkan deskriptif adalah menggambarkan apa adanya suatu tema yang akan dipaparkan.
Penelitian ini berupa telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan krisis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan mengumpulkan data informasi dari beberapa sumber data yang kemudian disajikan dengan cara baru dan untuk keperluan baru.
Jenis penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang Konsep Al- Radha’ah Dan Hukum Operasional Bank Asi Menurut Pandangan Empat Mazhab dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan, kisah- kisah sejarah dan lainnya.
2. Metode Pendekataan Dalam rangka menemukan jawaban terhadap penelitian tentang Konsep Al-
Radha’ah dan Hukum Operasional Bank Asi Menurut Pandangan Empat
Mazhab. Maka peneliti menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan Syar’i Pendekatan ini adalah pendekatan hukum (syar’i), yakni menjelaskan hukum- hukum yang berhubungan dengan pendapat dari para Ulama Empat Mazhab Tentang
Konsep Al- Radha’ah dan Hukum Operasional Bank Asi.
b. Pendekatan Yuridis
Pendekatan Yuridis yaitu metode yang digunakan untuk menafsirkan
18 beberapa data-data yang memuat tinjauan hukum, terutama hukum islam.
3. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini sesuai dengan jenis penggolangannya ke dalam penelitian perpustakaan (lybrary research), maka sudah dapat dipastikan bahwa data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang berupa data-data yang diperoleh dari perpustakaan melalui penelusuran terhadap buku-buku literatur,
19 baik yang bersifat primer ataupun yang bersifat sekunder.
a. Sumber primer Adapun yang dimaksud dengan sumber primer adalah sumber data yang
20 langsung memberikan data kepada pengumpul data.
b. Sumber sekunder Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
21
kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain ataupun dokumen. yang berlangsung
4. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data nanti teknik yang akan digunakan yaitu:
a. Kutipan langsung, yaitu peneliti mengutip pedapat atau tulisan orang secara langsung sesuai dengan aslinya, tanpa berubah.
b. Kutipan tidak langsung, yaitu mengutip pendapat orang lain dengan cara memformulasikan dalam susunan redaksi yang baru. 18 Abd. Kadir Ahmad, “Teknik Pengumpulan dan Analisis Data”, Makalah yang disajikan pada Pelatihan Penelitian di UIN Alauddin (Makassar: t.p., 2012), h. 8. 19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 129. 20 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), h.253.
5. Metode Pengolahan data Dalam pengolahan data nanti teknik yang akan digunakan yaitu:
a. Metode Komparatif yaitu, digunakan untuk membandingkan antara beberapa data.
b. Metode Deduktif yaitu, digunakan untuk mengolah data dan fakta yang bersifat
22 umum lalu menarik kesimpulan.
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitan
Adapun tujuan pengertian dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud Al- Radha’ah menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab.
2. Untuk mengetahui Hukum Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI.
3. Untuk mengetahui Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI Dari penelitian ini, diharapkan pula dapat memberi kegunaan sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang Konsep Al- Radha’ah menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana Pandangan Hukum Operasional Bank ASI dan Status Kemahraman Penerima dan Pendonor Bank ASI.
3. Memberikan Pemahaman kepada Pembaca tentang bagaimana Pandangan Ulama Kontemporer tentang Bank ASI.
22 Abd. Kadir Ahmad,“Teknik Pengumpulan dan Analisis Data”. Makalah yang disajikan
BAB II KONSEP AL- RADHA’AH MENURUT PANDANGAN ULAMA EMPAT MAZHAB A. Konsep Al- Radha’ah Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Hukum Islam
Dalam Al-Quran kata hukum Islam tidak akan pernah didapatkan. Tapi beberapa istilah yang menyamakannya adalah, syari’ at , tasyri’ atau syara’ , dan fiqh. Istilah-istilah tersebut memiliki penjelasan penjelasan sebagai berikut.
a. Syari’at
Kata syari’at dalam bahasa Arab berarti tempat air minum yang selalu menjadi tempat, baik tujuan manusia maupun binatang. Syari’at dalam pengertian ini kemudian berubah menjadi sumber air dalam arti sumber kehidupan yang dapat menjamin kebutuhan manusia, baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu syari’at dalam arti hukum Islam berarti hukum-hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya. Syaria’at berarti sumber hukum Islam yang
23 tidak berubah sepanjang masa.
b. Tasyri’
Dalam bahasa Arab dijumpai kata syara’a yang berarti membuat jalan raya, suatu jalan besar yang menjadi jalan utama. Dengan demikian kata tasyri’ berarti pembuatan jalan raya itu. Oleh karena itu kata tasyri’ berarti pembentukan hukum Islam secara sistematis, pembentukan hukum-hukum teoritis dan hukum-hukum praktis. Tasyri’ terbagi dua yaitu tasyri’ samawy (buatan Allah) dan tasyri’ wad’id
24 (buatan manusia). 23 24 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam (Bandung: Unisba, 1995), h. 10.
c. Fiqh Fiqh dalam bahasa Arab berarti pengertian atau pengetahuan. Fiqh pada
awalnya mencakup hukum-hukum agama secara keseluruhan, namun bersamaan dengan perkembangan Islam, kata inipun berkembang hingga digunakan untuk nama-nama sekelompok hukum-hukum yang bersifat praktis. Dalam peraturan perundang-undangan Islam dan sistem hukum Islam, fiqh didefinisikan sebagai berikut: Hukum-hukum yang dibentuk berdasarkan syari’at yaitu hukum-hukum yang penggalinya memerlukan renungan yang mendalam, pemahaman atau pengetahuan dan ijtihad. Dengan demikian makna fiqh telah menjadi suatu nama ilmu yang mempunyai makna tertentu atau istilah khusus dikalangan ahli-ahli hukum
25 Islam.
Secara terminology, Prof. Dr. Ismail Muhammad Syah mengemukakan bahwa hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini
26 berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam. Sementara Prof. Dr.
Hasbi As-Shiddieqy memberikan definisi hukum Islam yakni koleksi daya upaya
27 pola ahli hukum untuk menetapkan syariat atas kebutuhan masyarakat.
Dari dua ta’rif diatas hukum Islam lebih mencakup pada hukum syara’ dan hukum fiqh, bukan pada syariat. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah hukum yang berasal dari wahyu Allah Swt.
25 26 Fazlur Rahman, Islam, ed.II (Chicago-London : Chicago University Press,1979), h.100.
Samuel Koening, Mand and Society, the Basic Teaching of Sociology (Cet. I; Net York: Borners Van Noble Inc, 1957), h. 279. 27 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.
2. Pengertian Radha’ah
Radha’ah berasal dari kata (ra, dha dan ain) yang secara leksikal berarti
28
meminum, atau mengisap susu dari buah dada. Jadi, secara bahasa radha’ah dapat diartikan menyedot putting, baik hewan maupun manusia.
Dari segi istilah, radha’ah adalah perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan susu seseorang perempuan atau susu yang masuk kedalam perut dan merangsang otak seorang anak. Dalam pengertian secara bahasa, tidak dipersyaratkan bahwa yang disusui itu (ar- radhi’ ) berupa anak kecil (bayi) atau bukan. Adapun dalam pengertian secara istilah, sebagian ulama fiqh mendefinisikan
al- radha’ah sebagai “sampainya (masuknya) air susu manusia (perempuan) ke dalam
29 perut seorang anak (bayi) yang belum berusia dua tahun atau 24 bulan.”
Ulama Fiqh mendefinisikan arti anak yang belum mencapai umur dua tahun dimana perkembangan biologis anak tersebut sangat ditentukan oleh kadar susu yang diterima. Dengan demikian, susuan anak kecil pada masa ini sangat berpengaruh
30 terhadap perkembangan fisik mereka.
Dikatakan juga bahwa radha’ah secara syara’ adalah cara pengisapan yang
31 dilakukan ketika proses menyusu pada putting manusia dalam waktu tertentu. 28 Ibrāhim Anis, Kamus al-Washīt (Mesir: Dār al -Qalam, t.th), 41. Lihat juga Ahmad Warson
al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, Edisi II (Cet XXV; Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 241. 29 Abdurahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Arba’ah, Juz IV (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyyah, th), h. 250-251. 30 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 5 (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2003), h. 1475. 31 Abi at-Tayyib, ‘Aun al-Ma’bud, Jilid III (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990), h.38.
Radha’ah merupakan perbuatan yang dilakukan satu kali dalam penyusuan,
sebagaimana lafadz darbatan (satu kali pukul) jalsatan (satu kali duduk) dan aklatan (satu kali makan), yaitu ketika seorang anak kecil mengisap putting susu kemudian meninggalkan dengan kemauannya sendiri tanpa paksaan maka hal tersebut disebut
32 dengan radha’ah .
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka ada tiga unsur batasan untuk
- - dapat dikatakan al- radha’ah asy syar’iyyah atau persusuan yang berlandaskan etika
Islam, yakni
a. Labanu adamiyyatin (adanya air susu manusia)
b. Wushuluhu ila jawfi thiflin (air susu itu masuk ke dalam perut bayi)
c. Duna al-hawlayni (bayi tersebut belum berusia dua tahun)
- - Maka dengan itu, rukun al-radha ’ah asy syar’iyyah ada tiga unsur:
a. Pertama , anak yang menyusui (ar- radhi’ ),
b. Kedua , perempuan yang menyusui (al- murdhi’ah ), dan c. Ketiga , kadar air susu (miqdar al-laban) yang memenuhi batas minimal.
- - Suatu kasus (qadhiyyah) bias disebut al-radha ’ah asy syar’iyyah , dan
karenannya mengandung konsekuensi-konsekuensi hukum yang harus berlaku, apabila tiga unsur ini bias ditemukan padanya. Apabila salah satu unsur saja tidak ditemukan, maka al- radha’ah
- - dalam kasus itu tidak bisa disebut al-radha ’ah asy
syar’iyyah , yang karenanya konsekuensi-konsekuensi hukum syara’ tidak berlaku
padanya. Adapun perempuan yang sudah menyusui itu disepakati oleh para ulama ( mujma’ ‘alayh ) bisa perempuan yang sudah baligh atau juga belum, sudah monopause atau juga belum, gadis atau sudah nikah, hamil atau tidak hamil. Semua 32 Muhammad Ibn Muhammad as-Syaukani, Nail al-Authar, Juz VII (Beirut : Dar al-Jil,
- - air susu mereka bisa menyebabkan al-radha ’ah asy syar’iyyah , yang berimplikasi
33
pada kemahraman anak yang disusuinya.3. Konsep Radha ’ah Menurut Hukum Islam
a. Dasar Hukum
Dasar hukum radha ’ah banyak terdapat dalam ayat-ayat Al- Qur’an dan Hadis Nabi. Setidaknya ada enam buah ayat dalam Al- Qur’an yang membicarakan perihal penyusuan anak (al-radha ’ah ). Enam ayat ini terpisah ke dalam lima surat, dengan topik pembicaraan yang berbeda-beda. Namun, enam ayat ini mempunyai keterkaitan (munasabah) hukum yang saling melengkapi dalam pembentukan hukum. Selain enam ayat ini, al-radha ’ah juga mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad saw dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut. Baik Al- Qur’an maupun Al -Hadis, kedua-
34
duanya sangat berarti bagi kekokohan landasan hukum dan etika “menyusui”.
Enam ayat Al- Qur’an yang dimaksud adalah sebagai berikut : QS. Al-Baqarah, ayat 233:
33 Ibn Ar-Rusyd Al-Qurthubiy Al-Andulusiy, Bidayat Al-Mujtahid wa Nihayat Al-Muqtashid, Juz I [t.tp.: t.p.,t.t], h. 30. 34
Terjemahnya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena ayahnya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
35 apa yang kamu kerjakan.”
Secara umum, ayat ini berisi tentang empat hal:
Pertama, petunjuk Allah SWT kepada para ibu (walidat) agar senantiasa