Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa di SDN Kramatjati 18 Pagi Kelas VI

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA
DI SDN KRAMATJATI 18 PAGI KELAS VI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh
HURUL AIN
208011000034

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK

Hurul Ain (NIM: 208011000034). Penerapan Model Problem Based Learning

pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Aktifitas
Belajar Siswa di SDN Kramatjati 18 Pagi Kelas VI.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri. Jakarta: 2014.
Kata kunci : Pembelajaran Aktif Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) dan Hasil Belajar siswa.

Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa dalam pembelajaran
PAI selama ini guru masih gemar menggunakan metode ceramah, hal ini
berdampak pada keengganan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
sehingga menimbulkan lemahnya keaktifan dan hasil belajar siswa. Di dalam
pembelajaran guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik
sehingga proses belajar siswa kurang kondusif. Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara
guru dan peneliti, yang terdiri dari dua siklus, dan yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa kelas VI SDN Kramatjati 18 Pagi yang berjumlah 21 siswa. Data
tersebut diambil melalui teknik pengumpulan data berupa data hasil obeservasi
keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pembelajaran aktif model Problem
Based Learning atau biasa dikenal dengan pembelajaran berbasis masalah, guna

meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas
VI di SDN Kramatjati 18 Pagi. Dengan model Problem Based Learning siswa
dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan model ini sebagai salah satu
alternative yang menjadikan pembelajaran lebih aktif, efektif, kreatif, dan
menyenangkan yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran aktif model Problem
Based Learning mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hal ini terbukti dari
nilai rata-rata hasil belajar siswa tiap siklusnya, yaitu pada siklus I sebesar 55,2%
dan siklus II sebesar 82%. Hasil belajar siswa mengalami persentase peningkatan
keaktifan siswa. Pada siklus I skor rata-rata sebesar 46,9 dan pada siklus II skor
rata-rata meningkat menjadi 71,05 Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model pembelajaran
berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VI di SDN Kramatjati 18
Pagi.

i

KATA PENGANTAR


Dengan membaca Bismillahirrahmanirrohim, penulis menyusun skripsi yang
berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa di SDN
Kramatjati 18 Pagi Kelas VI”
Penyusunan skripsi ini diajukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana
S-1 Pendidikan Islam di UIN Jakarta.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan

rahmat

taufiq

dan

hidayah-Nya

sehingga


penulis

dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Teriring ucapan do’a penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat:
1.

Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.

Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.

Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.

Bapak Dr. Sapiudin Shidiq, M. Ag., selaku dosen pembimbing yang telah
mencurahkan pikiran, waktu dan tenaga dengan ikhlas untuk memberikan
motivasi serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5.

Kedua orang tua, mertua serta suami tercinta yang selalu memberikan
dukungan moril maupun materil selama menuntut ilmu dari awal hingga
akhir. Terimakasih atas semua pengorbanan, cinta, kasih sayang dan doa’nya.

ii

6.

Adik-Adikku tersayang yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a


7.

Semua Pihak yang telah banyak memberikan dukungan yang tidak dapat
disebut satu persatu. Semoga Allah swt membalas kebaikan kalian dengan
sebaik-baik balasan. Amin
Mudah-mudahan bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan

pahala dan keridhoan Allah swt, serta tercatat sebagai amal yang sholeh hanya
do’a yang bias peulis panjatkan kepada Allah swt.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca khususnya bagi penulis. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan
semata karena kekurangan yang penulis miliki saran dan kritik yang membangun
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 18 Desember 2014
Penulis

Hurul Ain

iii


DAFTAR ISI

Hal
LEMBAR PENGESAHAN PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ................................................................ 7

BAB II


KAJIAN TEORITIK
A. Hakikat Pembelajaran Based Learning .................................. 8
B. Aktivitas Belajar....................................................................... 12
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam................................... 16
D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Model Pembelajaran Based Learning pada sub Tarikh ......... 22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 23
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ................................ 23
C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ................... 26
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .............................. 26
E. Tahap Intervensi Tindakan ....................................................... 27
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ............................. 30
G. Sumber Data ............................................................................. 30

iv


H. Instrumen-Instrumen Penelitian ............................................... 30
I. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31
J. Teknik Pemeriksaan Keterpecayaan ........................................ 32
K. Analisi Data dan Interprestasi Hasil Analisis .......................... 33
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Intervensi Tindakan ........................................ 35
B. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................. 52
C. Analisis Data ............................................................................ 53
D. Interpretasi Hasil Analisis ........................................................ 57
E. Pembahasan Tema Penelitian................................................... 57
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 59
B. Saran-Saran .............................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN


v

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.1
Berdasarkan undang-undang tersebut pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana. Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang
terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru
dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Proses pendidikan
yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif
serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam pendidikan
antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Suasana belajar
dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi

dirinya, sehingga pendidikan itu harus berorientasi pada siswa (student active
1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Pendidikan Nasional Tahun 2003, Bidang DIKBUD KBRI Tokyo. h.1
1

Sistem

2

learning) dan peserta didik harus dipandang sebagai seorang yang sedang
berkembang dan memiliki potensi.
Sedangkan tugas pendidik adalah mengembangkan potensi yang dimiliki
anak. Dalam pelaksanaan undang-undang ini dijabarkan ke dalam sejumlah
peraturan antara lain Peratutran Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.2 Peraturan pemerintah ini memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan yaitu
standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Berdasarkan peraturan pemerintah di atas maka standar proses pendidikan
berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu
di manapun lembaga pendidikan itu berada termasuk SDN Kramatjati 18 Pagi.
Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran,
yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran dan
standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi
kelulusan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang meliputi berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungannya,
beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, Relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan
berkesinambungan, belajar sepanjang hayat dan seimbang antara kepentingan
nasional dan kepentingan daerah. Melalui standar proses pendidikan setiap guru
dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang
ditentukan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 point (a) guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional Tahun 2003 . . . . . . h. 3.

Sistem

3

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.3
Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan ketrampilan anak
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru merupakan pendorong belajar
siswa yang mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat para murid
untuk belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik maka
siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran dan mengembangkan ilmu
pengetahuannya.4
Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru dituntut untuk menguasai
berbagai pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang beragam. Dalam
menentukan model yang digunakan dalam proses pembelajaran perlu diketahui
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran antara lain:
1. Kondisi karakteristik peserta didik yang dihadapi. Dalam penelitian ini
peneliti meneliti siswa kelas VI di SDN Kramatjati 18 Pagi, karena
karakteristik peserta didik kelas VI merupakan siswa yang sudah mampu
berfikir secara kritis dibanding dengan adik kelasnya. Dengan tujuan
mewujudkan peserta didik yang aktif kreatif dan kritis pada pelajaran PAI.
Karena masih banyak masalah-masalah dalam proses pembelajaran, antara
lain peserta didik kurang mampu untuk memberikan contoh kasus, siswa
kurang bergairah dalam pelajaran, malu bertanya dan mengungkapkan
pendapat serta bersifat individu satu sama lain dan kurangnya minat siswa
dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Apabila diadakan diskusi,
siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh kelompok lain, siswa
cenderung terpaku pada satu bahasan yang ada di kelompoknya sendiri
dan kelompok lain tidak memahami apa yang disampaikan serta ramai
sendiri.

3

Undang-Undang Guru dan Dosen. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2003. http//:www.depdiknas.go.id.
4
Muhammad Abdullah ad- Duweisy. Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh,
terj.,Izzudin Karimi (Surabaya: Pustaka Elba) h.20

4

2. Realitas daya dukung yang ada di sekolah atau madrasah, khususnya di
SDN Kramatjati 18 Pagi dalam mendukung proses pembelajaran sudah
memiliki beberapa macam fasilitas yang dapat digunakan dalam
menunjang proses pembelajaran misalnya sekolah yang sudah dilengkapi
dengan akses internet, ruang kelas yang bersih dan nyaman untuk belajar
dan berbagai media gambar dan peragaan untuk menunjang pembelajaran
PAI.
3. Kondisi lingkungan SDN Kramatjati 18 Pagi tempatnya srtategis dan
nyaman untuk belajar karena jauh dari pusat keramaian. Berdasarkan
faktor karakteristik siswa, daya dukung SDN Kramatjati 18 Pagi dan
kondisi lingkungannya maka pembelajaran yang sesuai dengan faktorfaktor tersebut yaitu pembelajaran berbasis masalah karena Strategi
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan suatu
strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah/kasus riil dalam
kehidupan sehari-hari sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Standar Isi
2006 siswa dituntut agar dapat kreatif dan mampu mengembangakan kemampuan
berfikir kritis dalam menghadapi pelajaran juga dalam menghadapi masalahmasalah yang sedang terjadi saat ini. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan
dalam pembelajaran karena siswa didorong untuk mencari dan menemukan
pengetahuan baru yang melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran (student
oriented) dan guru sebagai fasilitator. Anjuran untuk berpikir juga terdapat dalam
Al Qur an surat Ar Ra’d ayat 4 :

5

            

             
( ٤ : ‫ ) سورة الرعد‬   

Artinya :
Dan di bumi Ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebunkebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan
yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. kami melebihkan
sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir.5
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah model
pembelajaran melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Serta berdasarkan wawancara
dengan guru PAI kelas VI, penelitian terhadap model pembelajaran berbasis
masalah sebelumnya belum pernah dilakukan di SDN Kramatjati 18 Pagi.
Berdasarkan karakteristik peserta didik, daya dukung sekolah, lingkungan
sekolah serta dengan adanya penelitian terdahulu dan wawancara dengan guru
PAI kelas VI, maka model pembelajaran berbasis masalah atau yang disebut
(Problem Based Learning) dapat diterapkan di SDN Kramatjati 18 Pagi. Dengan
penerapan model ini diharapkan siswa mampu untuk berpikir kritis dalam
memecahkam berbagai permasalahan yang terkait dengan mata pelajaran PAI
yang membutuhkan pemikiran kritis dalam menganalisis permasalahan yang
sedang terjadi saat ini serta membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Oleh
karena itu penulis mengambil judul :
“Penerapan Model Problem

Based Learning pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa di
SDN Kramatjati 18 Pagi Kelas VI”.

5

Departemen Agama RI, AI-Qur 'an dan Terjemahnya, ( Semarang, PT Tanjung Mas Inti,

2005) h. 368.

6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian
dapat diidentifikasi beberapa masalah, diantaranya :
1. Kurangnya kreatifitas guru dalam menentukan model pembelajaran khusus
dalam bidang study Pendidikan Agama Islam sub Tarikh dan Akhlak
tentang Kisah Kaum Muhajirin dan Anshar serta perilaku apa saja yang
dapat diambil dari kisah tersebut.
2. Guru kurang melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam belajar disebabkan
model yang digunakan masih menggunakan model konvensional.
3. Untuk efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam sub ini
memerlukan model yang tepat.
4. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam.
5. Guru kurang menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
6. Penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan
model problem based learning jarang dipraktekkan oleh guru.

C. Pemtasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan untuk
menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pembahasan, maka pembahasan
dibatasi pada pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) dalam meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran
PAI kelas VI di SDN Kramatjati 18 Pagi. Oleh karena dalam mata pelajaran PAI
kelas VI mencakup banyak Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
harus dikuasai oleh siswa, maka dalam penelitian ini hanya akan dikaji Standar
Kompetensi 8 dan 9.
Menceritakan peruangan kaum Muhajirin 8.1.menceritakan perjuangan
kaum Anshar 8.2. meneladani perilaku kegigihan perjuangan kaum Muhajirin
dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan peserta didik 9.1. Meneladani perilaku
tolong-menolong kaum Anshar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta
didik 9.2.

7

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam
aktivitas pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) yaitu siswa SDN Kramatjati 18 Pagi Kelas VI pada mata
pelajaran PAI.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana aktifitas siswa selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah?
2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masala pada pelajaran PAI?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) terhadap meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata
pelajaran PAI kelas VI di SDN Kramatjati 18 Pagi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan peneliti lakukan di SDN Kramatjati 18 diharapkan dapat
bermanfaat untuk :
a. Manfaat Teoritis : untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan dan
wawasan khususnya mengenai pentingnya tentang penerapan model
problem based learning dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Manfaat Praktis : dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
berkepentingan khususnya guru dalam menggunakan model problem
based learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Hakikat Problem Based Learning (PBL)
1.

Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat

menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk kerja
sama yang baik antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya
dalam menemukan dan memahami konsep tersebut.
Menurut I wayan Dasna ‘‘PBL merupakan pelaksanaan pembelajaran
berangkat dari sebuah kasus tertentu dan kemudian di analisis lebih lanjut guna
untuk ditemukan masalahnya, dan merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa”.1
Menurut Wiantinaisyah “Problem Based Learning adalah metode belajar
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru-baru”.2
Model

pembelajaran

berbasis

masalah

adalah

“suatu

pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah faktual sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah,
1

I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based
learning). Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. h.98.
2
Wiantinaisyah, dkk. Pembelajaran Melalui Metode PBL dalam Upaya Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. http:/wiantimultiply.com/journal/
item/7/. diakses tanggal 10 Maret 2013

8

9

sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari
materi pembelajaran”.3
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) “pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan
untuk membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.
Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang akan mendorong
mereka mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah
konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas – tugas tersebut
secara mandiri”.4
Menurut Muhibbin Syah “Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah
belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis,
rasional, lugas, dan teratur, dan teliti”.5
Menurut Nurhayati Abbas “PBL merupakan suatu pendekatan pengajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran”.6
Menurut Stepien, dkk, yang dikutip I wayan bahwa “PBL adalah suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui

tahap-tahap

metode ilmiah sehingga siswa dapat

mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah”.7
Dalam model Problem Based Learning (PBL), fokus pembelajaran ada pada
masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga metode
ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu siswa tidak saja harus
3

Standar
Penilaian dan
Buku
Pelajaran
Sosial
SD,
SMP,
dari
www.dikdasdki.go.id/download/standarbuku/doc. diakses pada tanggal 10 Maret 2013
4
Latifah, Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 6 SD Negeri
Loktabat I Melalui Pembelajaran Berdasarkan Masalah, wordpress, dari http
://latifah04.wordpress.com, diakses pada tanggal 11 Maret 2013
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Dengan Pendekatan Baru). Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya. h. 123
6
Nurhayati Abbas, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem
Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU, dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Jakarta, November 2004 Tahun ke-10, No.051, h. 834
7
I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah...... Diakses pada tanggal
10 Maret 2013

10

memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian
tetapi juga memperoleh pengalaman belajar
keterampilan menggunakan

yang berhubungan dengan

metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan

menumbuhkan pola berpikir kritis.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) merupakan salah
satu model yang dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan berpikir, pengetahuan, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual (belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka
dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan menjadi pembelajar yang otonom atau
mandiri) serta bertanggung jawab. Model pengajaran ini sangat efektif untuk
mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di
sekelilingnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

2.

Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based Learning(PBL)
Nurhayati mengemukakan “pelaksanaan model pembelajaran PBL

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
c. Penyelidikan auntentik
d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya
e. Kerja sama”.8

8

Achmad Saifudin, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Jakarta; UIN Syarif
Hidayatullah. h.14.

11

Selain itu menurut I wayan Dasna dan Sutrisno, Problem Based learning
(PBL) memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

e.
f.

Belajar dimulai dengan suatu masalah
Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan
dunia nyata siswa.
Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah,
Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar
mereka sendiri
Menggunakan Kelompok kecil.
Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka
pelajari dalam bentuk suatu kinerja.9

Berdasarkan uraian tersebut terdapat tampak jelas bahwa pembelajaran
dengan model PBL dimulai adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau
guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya untuk memecahkan
masalah tersebut sehingga siswa terdorong berperan aktif dalam belajar.

3.

Beberapa Tahapan PBL
Menurut Nurhayati, pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah

meliputi lima tahapan, yaitu:
a. Orientasi siswa terhadap masalah auntentik. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah.
b. Mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini guru membagi
peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap
ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru
membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada
tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
9

I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah...... Diakses pada tanggal
20 Agustus 2013

12

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.10
Menurut Iwayan Sadia, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
merancang program pembelajaran PBL sehingga proses pembelajaran benar-benar
menjadi berpusat pada siswa (student center) adalah sebagai berikut :
a.
b.

c.
d.

4.

Fokuskan permasalahan, sekitar pembelajaran konsep-konsep
sains yang esensial dan strategis.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya
melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali datadata yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Berikan kesempatan siswa untuk mengelola data yang mereka
miliki yang merupakan proses latihan metakognisi.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusisolusi yang mereka kemukaan. Penyajiannya dapat dilakukan
dalam bentuk seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian
poster.11

Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Sudjana “manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey

adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa
merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek
pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya”.12

B. Aktivitas Belajar
1. Hakikat Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Sebelum membahas tentang aktivitas belajar, akan diuraikan terlebih
dahulu maksud dari belajar itu sendiri. Menurut Sadirman belajar memiliki
maksud antara lain untuk :

10

Nurhayati Abbas, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah....., h. 833
Sadia, I Wayan. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA Melalui
Penerapan Model Pembelajaran "Problem Based Learning" dan "Cycle Learning" Dalam
Pembelajaran Fisika”. dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Jakarta, No. 1
Th.XXXX Januari 2007. Diakses pada tanggal 14 Maret 2011. h. 6-7
12
Anwar
Holil,
Model
Pembelajaran
Berdasarkan
Masalah
dari
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/model-pembelajaran -berdasarkan-masalah.html. diakses
pada tanggal 10 Maret 2013
11

13

a. Mengetahui kepandaian, kecakapan atau konsep yang
sebelumnya tidak pernah diketahui.
b. Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat
diperbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan.
c. Mampu mengombinasikan dua pengetahuan (dua lebih) ke
dalam suatu pengertian baru, baik keterampilan, pengetahuan,
konsep maupun sikap/tingkah laku.
d. Dapat memahami dan/ atau menerapkan pengetahuan yang
telah diperoleh.13
Dengan melihat beberapa maksud belajar seperti disebut di atas, faktor
keaktifan siswa sebagai subjek belajar sangat menentukan. Pada prinsipnya
belajar adalah berbuat. Menurut Sadirman “berbuat untuk mengubah tingkah laku
jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.14
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi
yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan
pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan
mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat
memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar.
Aktivitas siswa merupakan salah satu ciri interaksi belajar mengajar
sebagaimana yang dikemukakan oleh Edi Suardi dalam bukunya pedagogik
(1980), yaitu “bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan
syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar”.15
Menurut Sriyono “aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik
secara jasmani atau rohani”.16
Menurut Ahmad Rohani “aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif
dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, ataupun bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis
adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak

13

Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.2008). h. 3
14
Ibid., h. 95
15
Ibid., h. 17
16
Aktivitas dan Prestasi Belajar. Dalam http:ipotes.wordpress.com. diakses pada tanggal
14 Maret 2013

14

berfungsi dalam rangka pengajaran”.17
Dari pengertian beberapa di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa baik kegiatan fisik ataupun mental
selama proses belajar mengajar.

2.

Prinsip Aktivitas
Menurut Pieget “seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan

anak tak berpikir. Agar anak berpikir sendiri, ia harus diberi kesempatan untuk
berbuat sendiri”.18 Menurut Pieget ada 4 prinsip belajar aktif yaitu :
a. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga
bermakna.
b. Cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan
berinteraksi dengan objek yang konkrit.
c. Belajar harus berpusat pada siswa yang bersifat pribadi
d. Interaksi sosial dari kerja sama harus diberi peranan penting
dalam kelas.19
Dengan demikian dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subjek
haruslah aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan
adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan
baik. Jadi, dalam proses belajar mengajar siswalah yang harus membangun
pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi
yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna.
Siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata.

3.

Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Ditinjau dari segi
proses dan hasil, Sriyono mengemukakan “bahwa siswa dikatakan memiliki
keaktifan apabila memiliki ciri-ciri perilaku sebagi berikut :
17

Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: PT. Bhineka Cipta,2004). h. 6-9
S. Nasution. Didaktik Asas-Asas Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,2000). Cet.II. h. 89.
19
http://hemow.wordpress.com. Implementasi Improving Learning dengan Teknik
Inquiry sebagai Usaha untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika.
Diakses pada tanggal 14 Maret 2013.
18

15

a. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain
b. Mampu menjawab pertanyaan
c. Senang dan mau mengerjakan tugas yang diberikan
d. Mengajukan pendapat
e. Dapat bekerjasama dengan siswa lain”.20
Menurut Paul B. Diedrich menyimpulkan kegiatan peserta didik yang
meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, klasifikasinya antara lain sebagai
berikut :
a. Visual activitiest, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
b. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.
c. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato, dan sebagainya.
d. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket,
menyalin, dan sebagainya.
e. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola,
dan sebagainya.
f. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, dan sebagainya.
g. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan
sebagainya.
h. Emitional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup dan sebagainya. 21
Dari beberapa klasifikasi aktivitas di atas siswa diminta untuk memiliki
aktivitas tersebut dalam proses pembelajaran agar proses belajarnya lebih
bermakna dan aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

4.

Nilai Aktivitas dalam Pengajaran
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan

belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan melakukan aktivitas
peseta didik dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku
20

Aktivitas dan Prestasi Belajar dalam http//ipotes.wordpress.com. diakses pada tanggal
14 Maret 2013
21
Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 10

16

lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup
bermasyarakat.
Menurut Oemar Hamalik, penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi
pengajaran para siswa, karena :
a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral
c. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa
d. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
e. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan
antara orang tua dengan guru
f. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga
mengembangkan
pemahaman dan berpikir kritis
serta
menghindarkan verbalitas
g. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.22

C. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1.

Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting
bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap
pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pengertian pendidikan
Islam dikaitkan dengan konsepsi tentang
kejadian manusia yang dari sejak awal kejadiannya sebagai mahluk
Tuhan yang mempunyai ciri dasar dengan dibekali potensi hidayah akal
dan ilmu, disamping pada sisi lain menjalankan misi untuk mengabdi
dalam arti yang luas sebagai khalifah di Bumi memikul amanat-Nya dan
tanggung jawab. Oleh Karena itu pengertian pendidikan agama Islam
adalah merupakan usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan segala potensi yang dianugrahkan oleh
22

175

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2008).Cet. ke-8. h.

17

Allah SWT kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung
jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada
Allah SWT.23
Menerapkan pengertian dan konsep Pendidikan Agama Islam yang
berusaha mengembangkan kepentingan dunia dan akhirat, adalah pendidikan yang
mementingkan aqidah, ahlak, budi pekerti luhur serta amal saleh dengan
menguasai ilmu pengetahuan dan keahlian/ teknologi yang fungsional bagi
pembangunan bangsa dan Negara Republic Indonesia berdasarkan pancasila.

Dalam hubungan itu Pendidikan Agama Islam pada satu sisi diharapkan
agar dalam perkembangannya dikembangkan dalam kerangka pembentukan
kepribadian sebagai muslim yang taat menjalankan agamanya, sehingga program
Pendidikan Agama Islam adalah dalam rangka program kurikuler yang diwajibkan
bagi setiap peserta didik di setiap sekolah. Pada sisi lain diharapkan pilihan untuk
menjadikan Pendidikan Agama Islam sebagai lembaga pendidikan yang akan
menjadikan ahli agama dan spesialisasi di bidang agama, yaitu lembaga
Pendidikan Agama Islam yang memperdalam ilmu-ilmu keIslaman sebagai
program pokoknya.
Adapun latar belakang diterapkannya pembelajaran PAI di SDN
Kramatjati 18 yaitu untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta
peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan
moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual
mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta
pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan
pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

23

Abdul Rachman Sheh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi dan Aksi, (PT.
Gemawindu Pancaperkasa), h. 2.

18

Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membetuk peserta didik agar menajdi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan
potensi spiritual mencakup pengamalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual
ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa
agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini
mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang
persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
a.

Lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain
penguasaan materi.

b.

Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan
yang tersedia.

c.

Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan
untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi
dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak berurutan. Peran orang tua sangat
penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama
Islam.

19

2.

Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Para ahli pendidikan banyak mengemukakan tentang pentingnya tujuan

pembelajaran agama Islam. Di bawah ini salah satu kutipan dari seorang ahli
pendidikan Ahmad Sodik dalam bukunya mengatakan :
Pendidikan sering dipraktekkan sebagai pengajaran yang bersifat
verbalistik. Maka yang terjadi terutama dalam system persekolahan formal
hanyalah dikte, diktat dan hafalan. Pengembangan daya kreasi, inovasi,
pembentukan kepribadian, dan penanaman nilai, cara berfikir hampir nihil dalam
system pendidikan kita. Kalau kenyataan demikian, berarti para murid hanyalah
mampu menjadi penerima informasi, belum menunjukkan bukti bahwa telah
menghayati nilai-nilai Islam yang diajarkan. Pendidikan agama Islam seharusnya
bukanlah hanya menghafal dalil-dalil naqli atau beberapa syarat rukun ibadah
syar’iyah, namun merupakan upaya, proses dan usaha mendidik murid-murid
untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Islam. Bahkan seharusnya lebih
dari itu yaitu kepekaan akan amaliyah ajaran amar ma’ruf nahi munkar.
Islam

menghendaki

agar

manusia

dididik

supaya

ia

mampu

merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah
SWT. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Ini
diketahui dari Firman Allah SWT yang berbunyi:

) ٦٥ : ‫ ( سورة الزاريات‬      
Dan aku menjadikan jin dan manusia itu hanyalah agar mereka
menyembah kepada-Ku. (Q.S. al-Dzariyat; 56).
“Konsep ibadah dalam ayat diatas ditafsirkan kepada artian menyembah
Allah SWT dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan syariat yang
telah ditentukan.”24
Pendidikan

agama

Islam

di

sekolah/madrasah

bertujuan

untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
24

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an,
(TT,TP), h. 134

20

pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimana, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi.25
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa tujuan dalam pendidikan agama
Islam terbagi dalam 4 macam, yaitu tujuan umum, akhir, sementara, dan
oprasional.
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum
pendidikan agama Islam yaitu harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional
Negara tempat Pendidikan Agama Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula
dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu.
Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran,
pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenaran.
Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam dapat dipahami dalam firman
Allah SWT yang berbunyi :


            
) ‫)سورة ال ع݊را݋‬

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imron; 3; 102).
Maksudnya yaitu mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah SWT
sebagai muslim yang merupakan ujung dari taqwa sebagai akhir dari proses hidup
jelas berisi kegiatan pendidikan.
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa
sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa

25

Abdul Majid, S.Ag., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), cet ke-3, h. 135.

21

ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Sedangkan tujuan oprasional
ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan
tertentu. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan
sebagian kemampuan dan keterampilan Insan Kamil dalam ukuran anak, yang
menuju kepada bentuk Insan Kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak
harus sudah terampil melakukan ibadat, meskipun ia belum memahami dan
menghayati ibadah itu.26
Ditetapkannya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Kramatjati
18 bertujuan untuk:
a. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT,
b. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta
menjaga harmoni secara personal dan social serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah,
c. Menetapkan tata cara membaca al-Qur’an menurut tajwid,
d. Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun
iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar serta
Asmaul Husna,
e. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qana’ah dan
tasammuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela,
f. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamak
baik salat wajib maupun sunat,
g. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di
Nusantara.
26

Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
cet., ke-3, h. 29-33.

22

D. PEMBELAJARAN PAI DENGAN MODEL BASED LEARNING PADA
SUB TARIKH
Dalam kegiatan ngajar mengajar para guru harus mempunyai segudang
metode untuk mentransfer pengetahuan dengan secara maksimal kepara para
peserta didik, agar membuahkan pemahan yang optimal. Salah satu ahli
pendidikan mengemukakan dalam bukunya :
Pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktifitas dan PAI sebagai
fenomena. PAI sebagai aktifitas, berarti upaya yang secara sadar dirancang
untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan pandangan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk
praktis) maupun mental dan sosial yang bernafaskan atau dijiwai oleh
ajaran dan nilai-nilai Islam. Sedangkan PAI sebagai fenomena adalah
pristiwa perjuangan antara dua orang atau lebih dan atau perincian suasana
yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang
bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang
diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu
atau beberapa pihak.27
Selama ini telah banyak pemikiran dan kebijakan yang diambil dalam
rangka peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam yang diharapkan mampu
memberikan nuansa baru bagi pengembangan system pendidikan di Indonesia.
Namun

demikian,

dalam

beberapa

hal

adanya

pemikiran

konseptual

pengembangan PAI dan beberapa kebijakan yang diambil kadang-kadang
berkesan menggebu-gebu, idealis, romantic, atau bahkan kurang realistis,
sehingga para pelaksana di lapangan kadang-kadang mengalami hambatan dan
kesulitan untuk merealisasikannya atu bahkan intensitas pelaksanaannya dan
efektifitasnya masih dipertanyakan.
Penulis juga kurang sependapat bila ada orang yang menyatakan bila
timbulnya krisis akhlak dan moral disebabkan karena kegagalan PAI dengan
bertolak dari suatu pandangan bahwa kegiatan pendidikan merupakan suatu proses

27

Muhaimin, M.A., Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah, dan Perguruan
Tingggi, (Jakarta, Rajawali Pers 2010), Cet.4, h. 15-17.

23

penanaman dan pengembangan seperangka