Pendahuluan Kajian Pustaka T1 672009298 Full text

6

1. Pendahuluan

Seiring pesatnya kemajuan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi yaitu jaringan, kebutuhan akan teknologi sebagai sumber informasi dan komunikasi menjadi isu yang sering dibahas. Jaringan yang mampu menyediakan teknologi yang memberikan kecepatan tinggi dalam proses pertukaran informasi dan data merupakan jaringan yang handal dan efisien. Proses rute dari sumber pengiriman hingga menemukan tujuannya dalam jaringan komunikasi disebut routing. Dalam proses routing terdapat algoritma sehingga paket yang dikirim dapat sampai hingga tujuannya, di antaranya yaitu distance vector dan link state. Dalam hal ini menentukan algoritma routing merupakan hal yang penting dalam suatu jaringan komunikasi. Untuk mendapatkan algoritma yang tepat dalam suatu jaringan maka keduanya algoritma tersebut dibandingkan berdasarkan QoS Quality of Service, sehingga hal ini dapat dipergunakan untuk meningkatkan kinerja dan performa dari jaringan. Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling menggunakan protokol untuk komunikasi sehingga dapat berbagi data, informasi, program aplikasi dan perangkat keras seperti printer, scanner, CD-Drive ataupun harddisk, serta memungkinkan untuk saling berkomunikasi secara elektronik [1]. Untuk melakukan perbandingan performa antar algoritma routing yaitu distace vector dan link state khususnya dalam video streaming dan download file. pengukuran yang dihasilkan menggunakan parameter delay, throughput dan packet loss.

2. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang diambil dari jurnal yang berjudul Analisa Perbandingan Metode Routing Distance Vector dan Link State pada Jaringan Packet Vina Rifiani, 2011 mengatakan bahwa pengujian untuk packet data 512 kb dan 1024 kb distance vector lebih baik dibandingkan link state. Pada tabel 1 menyatakan perbedaan hasil distance vektor dan link state dengan parameter delay, throughput dan packet loss. Dilihat dari hasil QoS bahwa metode distance vector lebih cocok digunakan pada jaringan[2]. Tabel 1 Hasil Distance Vector dan Link State Parameter Distance Vector 512 kb Link State 512 kb Distance Vector 1024 kb Link State 1024 kb Delay second 0,004143 0,008583 0,042241 0,041378 Throughput Bps 717,549 721,61 866,99 870,43 Packet loss 0,0314 0,3413 58,0623 54,0714 7 Berdasarkan penelitian yang berjudul Comparative analysis of the routing protocols RIPv2, OSPFv2 and Integrated IS-IS Christina Jurado 2009 memberikan gambaran mengenai perbedaan algoritma distance vector dan link state. Pada tabel 2 menunjukan perbedaan antara link state dan distance vector[3]. Tabel 2 Distance Vector versus Link State Criteria Distance Vector Link State Algorithm Bellman-Ford Dijsktra Network view Topology Knowledge from the neighbour point of view Common and complete knowledge of the network topology Best Path Calculation Besed on the fewest number of hops Besed on the cost hops, BW, delay ... Update Full routing table Link state updates Update Frequency Frequently periodic updates Triggered updates Routing Loops Needs additional pprocedures to avoid them By construction, routing loops cannot happen CPU and Memory Low utilization Intensive Simplicity Hight simplicity Requres a trained network administrator Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa kecepatan transfer dengan parameter delay dalam distance vector dan link state tidak menunjukkan perbedaan. Pada penelitian yang berjudul Final Project OSPF, EIGRP and RIP Performance Analysis Based On Opnet Dong Xu, 2011 menyatakan bahwa OSPF memiliki performa yang baik pada HTTP Page Response Time and Video Conferencing Packet End-to-End Delay. Sedangkan RIP memiliki performa yang baik pada Voice Packet Delay[4]. Perbedaan Antar Penelitian Penelitian pada Analisis Performa Routing Menggunakan Distance Vector dan Link State pada Video Streaming dan Transfer Data, terdapat beberapa perbedaan dengan ketiga penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang berjudul Analisa Perbandingan Metode Routing Distance Vector dan Link State pada Jaringan Packet Vina Rifiani, 2011 menggunakan metode simulasi pada aplikasi 8 NS-2 Network Simulator-2 tidak menggunakan metode PPDIOO yang melakukan pengujian langsung di lapangan. Pada penelitian yang berjudul Final Project OSPF, EIGRP and RIP Performance Analysis Based On Opnet Dong Xu, 2011 menggunakan metode simulasi pada aplikasi OPNET tidak menggunkan metode PPDIOO yang melakukan pengujian langsung di lapangan. Pada penelitian yang berjudul Comparative analysis of the routing protocols RIPv2, OSPFv2 and Integrated IS-IS Christina Jurado 2009 juga menggunakan metode simulasi pada aplikasi OPNET tidak menggunkan metode PPDIOO yang melakukan pengujian langsung di lapangan. Pada penelitian ini melakukan pengujian pada Video Streaming dan Transfer Data untuk melakukan perbandingan performa dari Distance Vector dan Link State yang dimana hasil performa routing menggunakan Link State lebih baik, hasil penelitian ini juga menunjukkan perbedaan dari hasil yang diperoleh oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Distance Vector Sebuah Distance Vector memberikan informasi tentang banyaknya hop ke jaringan tujuan dan arahnya dimana sebuah paket dapat mencapai jaringan tujuan. Router mampu melewatkan updates route ke tetangga pada setiap interval yang rutin terjadwal [2]. Setiap tetangga kemudian menerima nilai tujuannya dan menyalurkan informasi routing ke tetangga terdekat. Beberapa protokol yang menggunakan algoritma distance vector yaitu RIP dan BGP. RIP adalah routing protokol dengan algoritma distance vector yang melakukan perhitungan melalui jumlah hop sebagai routing metric. BGP merupakan protokol routing yang menggunakan algoritma Distance vector yang bekerja dengan cara yaitu memetakan sebuah IP network yang menunjuk ke jaringan yang dapat dicapai antar Autonomous System AS. Pada Distance Vector terdapat algoritma Bellman-Ford. Bellman-Ford berjalan pada O|V| . |E| waktu, dimana |V| dan |E| merupakan jumlah simpul dari sisi masing-masing. Inisialisasi shortest path dari source ke semua verteks lain kecuali source ke source 0. Relaksasi shortest path dalam n-1 iterasi setiap pasang verteks dan v jika sisi ada. Anggap Г = V,A adalah graf berarah dan adalah fungsi jarak pada sisi Г. Ibaratkan kita mencari jarak terpendek, w.r.t.ℓ, path langsung dari ke semua verteks Г. Kita definisikan menjadi panjang minimal dari seluruh k-sisi dari ke . Tentunya , karena graf tidak boleh memiliki siklus negatif dan untuk semua . Kemudian dengan menggunakan induksi, . Hal ini baik, tapi apakah k dapat tumbuh tiba-tiba? Jika kita mengunjungi verteks lebih dari sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik tersebut mengandung bobot negatif, kita dapat menghilangkannya, dan tidak menambah panjang jalan. Jadi, tanpa kehilangan secara general, sebuah jalan terpendek ke memiliki hampir semua verteks |V|, dan juga adalah jarak dari ke . Maka pada hampir semua O|V| · |E| operasi, kita akan menemukan jarak dari ke setiap verteks dari Г [5]. 9 Link State Cara berkerja Link State yaitu tiap router akan mengumpulkan informasi tentang interface, roundtrip, bandwidth kemudian antar router akan saling menukar informasi, nilai yang paling efisien yang akan diambil sebagai jalur dan dimasukkan ke tabel routing [2]. Protokol yang digunakan oleh algoritma link state adalah OSPF. OSPF merupakan routing protocol yang menggunakan algoritma link state, termasuk dalam Interior Gateway Protocol IGP. OSPF menggunakan cost sebagai metric. Sesudah masing-masing router melakukan pertukaran informasi maka akan terbentuk database link state di setiap router. Pada Link State terdapat algoritma Dijkstra. Pada kode program 1 menunjukan algoritma Dijkstra. Misalkan sebuah simpul sumber s di sebuah jaringan, ingin memperoleh jarak yang tersingkat dan termurah ke simpul lainnya yang ada di jaringan tersebut, misalnya ke simpul i. Label jarak : di menunjukkan jarak antara simpul s dan simpul i. Simpul-simpul ini dikelompokkan kedalam dua jenis simpul, yaitu simpul dengan label jarak permanen dan simpul dengan label jarak sementara. Kemudian mencari nilai biaya cost yang paling kecil diantara simpul- simpul yang terhubung dan menjadikannya label permanen. Dan untuk mencari jalur terpendek berikutnya yang masih belum menjadi label permanen dengan membandingkan nilai biaya komulatif langsung menuju node tersebut atau dengan melalui node yang telah memiliki label permanen jalur terpendek. Langkah berhenti bila semua label sudah merupakan label permanen [6]. Kode Program 1 Algoritma Dijkstra Parameter Delay, Throughput dan Packet loss Elemen QoS tergantung dari informasi yang ditransmisikan, Delay, Throughput dan Packet loss merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi QoS pada jaringan[7]. Delay merupakan penundaan waktu suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari titik yang satu ke titik yang lain[8]. Untuk melakukan perhitungan delay dapat dicari dengan persaamaan: Packet loss memiliki definisi sebagi kegagalan transmisi packet dalam mencapai tujuannya[8]. Untuk melakukan perhitungan Packet loss dapat dicari dengan persaamaan: 1 Procedure SPF; 2 begin 3 S:= {1}; 4 for i := 2 to n do 5 D[i]:= C[1,j]; {inisialisasi D] 6 for i := 1 to n-1 do begin 7 Cari vertex w dalam V – S yang mempunyai D[w] minimum 8 Tambahkan w ke S; 9 for tiap vertex v di V – S do 10 D[v] := minD[v], D[w] + C[w,v] 11 end 12 end; 10 Throughtput adalah merupakan jumlah bit yang berhasil dikirimkan pada suatu jaringan[8]. Untuk melakukan perhitungan Throughtput dapat dicari dengan persaamaan: File Transfer Protocol FTP Untuk jaringan komputer, proses transfer file salah satunya ditangani melalui protokol FTP. Untuk melakukan proses transfer file maka user harus masuk pada suatu server melalui proses autentikasi yang biasanya menggunakan nama user dan password tertentu[1]. Ketika masuk pada sistem server, yang dapat dilakukan tidak hanya transfer file namun juga dapat melakukan aktivitas lain yang diijinkan oleh protokol FTP. Protokol FTP menggunkkan dua port yaitu port 21 untuk melakukan proses pemberian perintah dan port 20 untuk proses transfer data file. Video Streaming Video merupakan pereangkat yang memiliki fungsi sebagi penerima gambar dan suara. Streaming yaitu sebuah teknologi untuk menjalankan file video atau audio secara langsung ataupun prerecorder dari sebuah mesin server. Video streaming merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui informasi dari server secara langsung baik berupa audio maupun visual. Teknologi streaming memungkinkan client menonton secara langsung melalui komputer tanpa harus mendownload. Kendala yang terjadi pada video streaming salah satunya yaitu lambatnya kecepatan waktu yang diperlukan untuk video buffer yang lebih banyak membutuhkan waktu dibandingkan menonton file itu sendiri[9]. 3. Metode Penelitian Pada bab ini, penulis menggunakan metode PPDIOO Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize. Pada gambar 1 menunjukkan tahap-tahap merancang suatu jaringan yaitu Prepare, Plan, Design, Implement, Operate dan Optimize[9]. 11 Gambar 1 Tahapan PPDIOO Prepare Prepare merupakan tahap awal untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Tahap yang pertama adalah tahap untuk menentukan tujuan dari pembangunan sistem yaitu membandingkan perpedaan algoritma distance vector dan algoritma link state di laboratorium komputer milik FTI-UKSW. Plan Plan merupakan tahap perancangan jaringan yang dibuat serta menentukan hardware dan software yang akan digunakan pada penelitian. Pada tahap ini sistem direncanakan sesuai izin yang telah diberikan oleh FTI-UKSW, lama waktu membangun sistem dan penelitian menggunakan perangkat jaringan adalah tiga minggu 6 Desember 2013 - 24 Desember 2013. Jaringan yang digunakan adalah jaringan Lab RX dan Lab E, Perangkat jaringan yang digunakan antara lain dua router microtic milik FTI-UKSW, satu PC milik FTI-UKSW, kabel UTP penghubung jaringan, satu laptop. Software yang digunakan adalah OS Ubuntu 12.10, OS Windows 7, WinBox, Wireshark 1.7 dan VLC media Player 2.2. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini, peneliti akan melakukan pembahasan tentang konfigurasi dan hasil yang telah diperoleh. Pembahasan meliputi Design, Implementation, Operate, Optimize. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan perbandingan algoritma routing yaitu distance vector dan link state, tentunya masing-masing algoritma routing akan mempengaruhi kinerja jaringan. Design Design adalah tahap dibuat suatu topologi untuk proses penelitian. Pada bagian ini, topologi jaringan FTI-UKSW yang digunakan dalam penelitian adalah jaringan pada laboratorium gedung RX lantai dua laboratorium gedung E. Gambar 2 menunjukkan topologi jaringan yang digunakan untuk penelitian. Gambar 2 Topologi Jaringan Lab. RX dan Lab. E 12 Jumlah jaringan yang menghubungkan jaringan Lab. RX dan Lab. E adalah tiga jaringan. Jaringan yang pertama adalah jaringan pada Lab. RX. Jaringan yang kedua adalah jaringan yang menghubungkan antar router yaitu router milik Lab. RX dan router milik Lab. E. Sedangkan yang terakhir adalah jaringan pada Lab. E. Router yang digunakan adalah router mikrotik yang dimana algoritma routing terdapat di dalamnya. Pada router inilah yang akan diimplementasikan algoritma routing distance vector dan algoritma routing link state. Implementation Implementation merupakan lanjutan dari tahap design yang telah dibuat kemudian diimplementasikan dengan menggunakan hardware dan software yang sudah dipersiapkan. Untuk melakukan penerapan algoritma routing pada router maka digunakan aplikasi Winbox pada Mikrotik. Mikrotik adalah sistem operasi yang dirancang khusus untuk network router [10]. Protokol yang digunakan untuk algoritma distance vector adalah RIP sedangkan pada algoritma link state adalah OSPF. Pada pembahasan ini, media yang akan digunakan adalah VLC Media Player versi 2.1.2. Selanjutnya untuk mengsharekan file agar bisa didownload maka dibangun FTP. Peneliti membangun server menggunakan OS Ubuntu 12.10 kemudian disimpan data pada server tersebut dan pada server tersebut terdapat FTP. Operate Operate merupakan proses pengoperasian yang dilakukan terhadap konfigurasi yang telah dirancang dalam tahap design sebelumnya. Pada bagian ini untuk melakukan perbandingan antara algoritma routing pada distance vector dan link state diperlukan aplikasi Wireshark. Wireshark digunakan untuk memonitoring proses pengoperasian algoritma routing. Pada gambar 3 menunjukkan bahwa Wireshark sedang melakukan proses monitoring. Gambar 3 Topologi Jaringan Lab. RX dan Lab. E Parameter yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kualitas performa algoritma routing adalah delay, throughput dan packet loss. Untuk menentukan nilai pada parameter terhadap masing-masing percobaan maka 13 diperlukan data yang kemudian akan diolah sehingga muncul hasil percobaan. Gambar 4 menunjukkan hasil yang didapat pada percobaan menggunakan Wireshark. Gambar 4 Wireshark Summary Optimize Optimize adalah tahap menganalisis kinerja jaringan yang telah dibuat apakah sudah berjalan dengan baik. Peneliti melakukan percobaan dan perbadingan antara distance vector dan link state. Pada tabel 3, tabel 4, tabel 5 menunjukkan percoabaan yang dilakukan sebanyak lima belas kali untuk membandingkan kinerja algoritma routing yaitu distance vector dan link state. Peneliti menyimpan file pada jaringan Lab. RX dan kemudian diakses dan didownload di jaringan Lab. E. Tabel 3 Perbandingan Delay pada download file Download File 39075 KB Delay sec Distance Vector Link state percobaan 1 0.003613156 0.001274469 percobaan 2 0.011586919 0.001079057 percobaan 3 0.010156079 0.001232091 percobaan 4 0.001070637 0.001543279 percobaan 5 0.000676533 0.001782127 percobaan 6 0.00067558 0.002360369 percobaan 7 0.001095377 0.001677445 percobaan 8 0.001079372 0.002626084 percobaan 9 0.001148488 0.001433875 percobaan 10 0.025858557 0.001299858 percobaan 11 0.02790452 0.001520833 percobaan 12 0.028028659 0.002183974 percobaan 13 0.027735816 0.012558759 percobaan 14 0.028069131 0.013131226 percobaan 15 0.026684499 0.016817475 rata-rata 0.013025555 0.004168061 Millisecond ms 13.02555487 4.1680614 14 Tabel 4 Perbandingan Packet Loss pada download file Tabel 5 Perbandingan Throughput pada download file Download File 39075 KB Packet Loss Distance Vector Link state percobaan 1 0.010925494 0.000929157 percobaan 2 0.031923357 0.000907885 percobaan 3 0.007209206 0.001567659 percobaan 4 0.000991785 0.000783021 percobaan 5 0.000485378 0.000952981 percobaan 6 0.0003479 0.001313692 percobaan 7 0.000447693 0.000835696 percobaan 8 0.000417815 0.00187746 percobaan 9 0.000715247 0.000771924 percobaan 10 0.019731376 0.000703944 percobaan 11 0.017618793 0.000744303 percobaan 12 0.021454016 0.001017991 percobaan 13 0.029790795 0.00609031 percobaan 14 0.020116548 0.012499531 percobaan 15 0.030492512 0.010782457 rata-rata 0.012844528 0.002785201 Download File 39075 KB Throughput kbps Distance Vector Link State percobaan 1 426.234987 2605.056153 percobaan 2 221.408659 2965.425229 percobaan 3 250.260651 2494.11161 percobaan 4 2934.42381 1849.391839 percobaan 5 4587.331266 1682.258281 percobaan 6 4516.256363 1256.372299 percobaan 7 3185.440785 1758.246883 percobaan 8 2742.818033 1116.407006 percobaan 9 2610.708645 2079.29285 percobaan 10 92.4288101 2247.597694 percobaan 11 104.9530535 2142.827942 percobaan 12 94.76058462 1346.114628 percobaan 13 99.09238994 223.5860577 percobaan 14 93.42019839 209.4957193 percobaan 15 95.72091671 167.7664871 rata-rata 1470.35061 1609.596712 15 Terjadi perbedaan yang signifikan antara algoritma routing distance vector dan algoritma routing link state. Pada tabel 6 menunjukkan hasil yang didapat dari masing-masing algoritma dalam mendownload file. Tabel 6 Hasil perbandingan pada download file Selanjutnya peneliti melakukan ujicoba yaitu membuat perbandingan distance vector dan link state pada video streaming. Video di streaming dari Lab. RX dan kemudian diakses di Lab. E. Pada tabel 7 menunjukkan percobaan yang dilakukan sebanyak lima belas kali untuk membandingkan delay dari kinerja algoritma routing yaitu distance vector dan link state pada video streaming. Tabel 7 Hasil perbandingan pada download file Pada tabel 8 menunjukkan percobaan yang dilakukan sebanyak lima belas kali untuk membandingkan packet loss dari kinerja algoritma routing yaitu distance vector dan link state pada video streaming. Download File Distance Vector Link State Delay msec 13.02555487 4.1680614 Packet Loss 0.012844528 0.002785201 Throughput kbps 1470.35061 1609.596712 Video Streaming 39075 KB Delay sec Distance Vector Link state percobaan 1 0.02756252 0.008574481 percobaan 2 0.026744466 0.009514529 percobaan 3 0.027392412 0.008151777 percobaan 4 0.028809708 0.007924169 percobaan 5 0.028201269 0.008887779 percobaan 6 0.027591745 0.00884134 percobaan 7 0.027320769 0.009663335 percobaan 8 0.02826507 0.008634956 percobaan 9 0.028148777 0.012418113 percobaan 10 0.028185635 0.010959214 percobaan 11 0.028116195 0.007848947 percobaan 12 0.027448327 0.008639416 percobaan 13 0.027929909 0.010278112 percobaan 14 0.028483541 0.008782148 percobaan 15 0.028108975 0.009372651 rata-rata 0.027887288 0.009232731 Millisecond ms 27.88728787 9.232731133 16 Tabel 8 Hasil perbandingan pada download file Pada tabel 9 menunjukkan percobaan yang dilakukan sebanyak lima belas kali untuk membandingkan throughput dari kinerja algoritma routing yaitu distance vector dan link state pada video streaming. Tabel 9 Perbandingan Throughput pada Video Streaming Video Streaming 39075 KB Packet Loss Distance Vector Link state percobaan 1 0.030060761 0.00791147 percobaan 2 0.049730781 0.008003584 percobaan 3 0.027843647 0.007056477 percobaan 4 0.014862543 0.020818564 percobaan 5 0.021181901 0.014102 percobaan 6 0.040801887 0.01118068 percobaan 7 0.049741253 0.021513249 percobaan 8 0.016304854 0.012526149 percobaan 9 0.01972372 0.024147883 percobaan 10 0.017956392 0.007384132 percobaan 11 0.021818182 0.008420034 percobaan 12 0.044840068 0.005339378 percobaan 13 0.026951348 0.009215088 percobaan 14 0.015394694 0.022384836 percobaan 15 0.0218118 0.015265679 rata-rata 0.027934922 0.013017947 Video Streaming 39075 KB Throughput kbps Distance Vector Link State percobaan 1 94.61689272 331.9281462 percobaan 2 92.00954067 324.0875597 percobaan 3 91.95019841 371.0011226 percobaan 4 96.29389137 367.4605335 percobaan 5 95.85343956 321.8804143 percobaan 6 93.40678468 332.273113 percobaan 7 92.8679217 292.8468415 percobaan 8 108.1961835 338.4930881 percobaan 9 86.24903556 229.7038106 percobaan 10 99.69589329 256.5500019 percobaan 11 98.76394545 389.7833611 percobaan 12 88.4166559 335.4250732 percobaan 13 102.9866284 275.2245529 percobaan 14 93.89820061 319.9086359 percobaan 15 97.65674948 311.2077654 rata-rata 95.52413075 319.8516013 17 Terjadi perbedaan yang signifikan antara algoritma routing distance vector dan algoritma routing link state. Pada tabel 10 menunjukkan hasil yang didapat dari masing-masing algoritma dalam ujicoba video streaming. Tabel 10 Hasil perbandingan pada Video Streaming Pada tabel 11 menunjukkan kategori delay yang merupakan klasifikasi menurut versi TIPHON[11]. Tabel 11 Kategori Delay Pada tabel 12 menunjukkan kategori packet loss yang merupakan klasifikasi menurut versi TIPHON [11]. Tabel 12 Kategori Packet Loss Analisa Pada OSI layer OSPF dan RIP berada pada layer ke tiga yang memiliki fungsi yaitu menentukan rute yang dilalui oleh oleh data. Pada layer ini menyediakan logical addressing pengalaman logika dan path determination penentu rute tujuan [12]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distance vector dan link state memiliki hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil yang diperoleh algoritma routing yaitu link state lebih baik dibandingkan distance vector karena pada algoritma link state menggunakan cost sebagai metric dalam perhitungan jarak untuk menentukan jalur di dalam jaringan. Link state juga menggunakan triggered untuk memastikan bahwa jaringan terhubung. Pada link state terdapat Link State Advertisement LSA, LSA adalah paket yang berisi informasi mengenai routing yang dikirim antar router. LSA yang terkumpul akan membentuk topologi database sehingga semua informasi mengenai interface yang terhubung dapat diketahui. Link state juga terdapat Video Streaming Distance Vector Link State Delay msec 27.88728787 9.232731133 Packet Loss 0.027934922 0.013017947 Throughput kbps 95.52413075 319.8516013 Kategori Besar Delay ms Sangat Bagus 150 Bagus 150 sd 300 Sedang 300 sd 400 Jelek 400 Katagori Packet Loss Sangat bagus Bagus 3 Sedang 15 Jelek 25 18 algoritma SPF Shortest Path First yaitu untuk menentukan jalur terpendek menggunakan Dijkstra. Pada distance vector terjadi update table routing setiap 30 detik sehingga hal ini membuat lalu lintas dalam jaringan menjadi berat. Berbeda dengan link state, pada algoritma ini hanya melakukan update bila ada router yang mati untuk membentuk topologi yang baru sehingga lalu lintas didalam jaringan tidak berat. Pada kode program 2 menunjukan pseudocode dari algoritma pada distance vector[13]. Kode Program 2 Pseudocode Distance Vector R merupakan struktur data tabel routing dan d merupakan alamat tujuan. R[d].link merupakan link yang keluar dari router untuk meneruskan paket ke tujuan d, R[d].cost merupakan biaya jumlah metrik yang membentuk jalur terpendek untuk mencapai tujuan d dan R[d].time adalah timestap dari distance vector yang mengandung tujuan d. Pada kode program 3 menunjukan pseudocode dari algoritma pada link state[13]. Kode Program 3 Pseudocode Link State 1 Every N seconds; 2 v=Vector 3 for d in R[]: 4 add destination d to vector 5 v.addPaird,R[d].cost 6 for i in interfaces 7 send vector v on this interface 8 sendv,interface 9 V : received Vector 10 l : link over which vector is received 11 def receivedV,l: 12 received vector from link l 13 for d in V[] 14 if not d in R[] : 15 new route 16 R[d].cost=V[d].cost+l.cost 17 R[d].link=l 18 R[d].time=now 19 else : 20 existing route, is the new better ? 21 if V[d].cost+l.const R[d].cost or R[d].link == l : 22 Better route or change to current route 23 R[d].cost=V[d].cost+l.cost 24 R[d].link=l 25 R[d].time=now 1 links is the set of all links on the router 2 Router R’s LSP arrival on link l 3 if newerLSP, LSDBLSP.Router : 4 LSDB.addLSP 5 for i in links : 6 if i=l : 7 sendLSP,i 8 else: 9 LSP has already been flooded 10 def newer lsp1, lsp2 : 11 return lsp1.seq lsp2.seq and lsp1.seq-lsp2.seq=32 12 or 13 lsp1.seq lsp2.seq and lsp2.seq-lsp1.seq 32 19 Masing-masing router akan membangun Link State Packet LSP dan akan membentuk Link State Database LSDB . LSP.Router merupakan pengidentifikasi alamat dari pengirim LSP dan lsp.seq merupakan urutan angka dari LSP. Pada algoritma distance vector, saat paket yang dikirim melewati setiap router maka paket tersebut akan dibekali informasi arah yang harus diambil untuk sampai ke alamat tujuan, router tersebut akan memberikan penjelasan apakah alamat yang dituju ada pada router tersebut atau router akan memberikan perintah kepada paket untuk dikirim ke router berikutnya bila alamat yang dituju tidak ada pada router tersebut. Dua kendala yang dihadapi bila router yang dituju mati atau jaringan terputus yaitu efek bounching atau counting to infiniti. Oleh karena itu jaringan harus tetap terhubung. Pada algoritma link state, saat ada paket yang dikirim melewati router maka router akan memberikan informasi peta topologi jaringan sehingga saat ada router yang mati atau jaringan yang terputus maka paket akan dikirim melalui jalur alternatif yang lain. Bila ada perubahan topologi maka link state akan melakukan update sedangkan pada distance vector secara default melakukan update setiap 30 detik sehingga mempengaruhi lalu lintas pengiriman paket. Pada gambar 5 menunjukkan skema pada Distance vector pada jaringan. Saat paket dikirim dari router Lab. RX menuju router Lab. E maka router Lab. RX mengirim distance vector [ RX = 0, E = 1] ke router Lab. E, kemudian router Lab. E akan mengirim distance vektor [ E = 0, RX = 1] ke router Lab. RX, sehingga membentung routing table. Gambar 5 Skema Distance Vector Pada gambar 6 menunjukkan skema pada Link State pada jaringan. Saat paket dikirim dari router Lab. RX menuju router Lab. E maka router Lab. RX mengirim link state packet [ E = 1] ke router Lab. E, kemudian router Lab. E akan mengirim link state packet [RX = 1] ke router Lab. RX, sehingga kemudian database link state akan menyimpan seluruh topologi jaringan. Gambar 6 Skema Link Stat 20 Penjelasan algoritma distance vector dan link state menerangkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa link state lebih baik dibandingkan distance vector berdasarkan parameter yaitu delay, packet loss dan throughput.

5. Simpulan