dengan pasien pada situasi apapun akan meningkatkan kapasitas perawat dalam menopang pasiennya. Tomey dan Alligood, 2006
2.2. Tinjauan Penelitian
Beberapa penelitian meneliti tentang sikap “Caring” perawat untuk pasien terminal, salah satunya pasien kanker akan tetapi penelitian tersebut mengutamakan dalam titik point home
care, hospice, dan rumah sakit. Kesenjangan yang terjadi dalam literatur ini adalah bagaimana seorang perawat memberikan konsep “Caring” pada pasien – pasien kanker dalam
Comprehensive Cancer Center. Lange dan Thom 2008.
2.2.1. Caring pada pasien terminal yang dirawat di rumah.
Dalam suatu penelitian di Denmark ditunjukkan bahwa pasien terminal dengan kasus kanker memilih untuk meninggal di rumah, dengan angka sebesar 80,7.
Neergaard, Jense, Sondergaard, Sokolowski, olesen, Vedsted 2011. Sementara di Jepang, 70 pasien dengan kanker memilih untuk dirawat di rumah. Home care
merupakan perawat menyediakan perawatan bagi pasien di rumah pasien sendiri. Isii, Miyashita, Sato dan Ozawa 2012. Dalam hal ini, pasien tetap berharap untuk tetap
dirawat di rumah, mereka tidak ingin dibawa ke rumah sakit meskipun gejala mereka semakin parah di rumah. Keadaan ini membuat keluarga menjadi cemas sedangkan
untuk membayar perawatan di rumah sebagai home care sudah menjadi beban tersendiri bagi keluarga. Keluarga sebagai salah satu caregiver memiliki peran yang
sangat penting dan menemui beberapa kesulitan untuk merawat pasien di rumah. Higginson dan Sen-Gupta 2000.
2.2.2. Caring pada pasien terminal yang dirawat di Rumah Sakit.
Salah satu penelitian yang memaparkan pemberian konsep Caring di rumah sakit yaitu penelitian Berg dan Danielson 2007 di Swedia. Penelitian ini menunjukkan
pengalaman antara perawat dan pasien dalam menjalin hubungan Caring di Rumah Sakit. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan pengalaman dari sudut pandang
pasien yang di identifikasi menjadi beberapa tema yaitu menghargai martabat pasien dengan sub tema pasien masih dapat menggunakan kemampuan mereka untuk
melakukan sesuatu dan di perhatikan oleh semua anggota tim yang merawatnya. Hal ini sama dengan tema “Perasaan yang sedih” dengan sub tema diperhatikan pada saat
situasi yang sulit dan terbuka, menanyakan tentang hubungan caring secara personal antara perawat dan pasien.
Sedangkan dari sudut pandang perawat di identifikasikan dengan tema “Berusaha dengan maksimal” dengan sub tema menggunakan kompetensi yang dimiliki
dan menyadari akan adanya keterbatasan, hal ini sama dengan tema “belas kasihan yang terus menerus” dengan sub tema memberikan perhatian dalam situasi yang sulit
dan menyadari apa yang menjadi kebutuhan pasien. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien dan perawat menyadari perjuangan mereka masing
– masing untuk saling percaya untuk membangun hubungan caring. Perjuangan mereka tidak hanya cukup
sampai batas kepercayaan. Hasil penelitian ini memberikan pengertian bahwa pasien membutuhkan sebuah hubungan antara perawat
– pasien sebagai hubungan personal
caring yang didapatkan dari menjalin sebuah kepercayaan.
Hubungan caring yang diwujudkan oleh perawat – pasien di Rumah Sakit
dikarakteristikkan misalnya pada saat perawat berjanji pada waktu dan konteks untuk merawat pasien dan saat itulah peran seorang perawat yang menghargai masing pasien
sebagai salah satu pribadi yang unik dan utuh secara roh, tubuh, dan jiwa. Kansen 2002.
2.2.3. Caring pada pasien terminal yang dirawat di hospice.