PERILAKU TOKOH YANG ‘HASANAH’ DALAM NOVEL “AYAT-AYA T CINTA” KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN IMPLIKASINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

ABSTRAK

PERILAKU TOKOH YANG ‘HASANAH’ DALAM NOVEL “AYAT-AYAT
CINTA” KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN
IMPLIKASINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA

Oleh
PAINGAN
Permasalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku, struktur kepribadian,
dinamika perkembangan kepribadian, dan perilaku tokoh yang ‘hasanah’ dalam
novel ‘Ayat-Ayat Cinta’ karya Habiburrahman EL Shirazy dan implikasinya
dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perilaku, struktur kepribadian, dinamika perkembangan
kepribadian, dan perilaku tokoh yang hasanah (baik) dalam novel ‘Ayat-Ayat
Cinta’ karya Habiburrahman EL Shirazy dan implikasinya dengan pendidikan
karakter dalam pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi teks,
menafsirkan teks dan studi pustaka. Sumber data penelitian ini adalah Novel AyatAyat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Hasil penelitian menunjukkan tokoh
Fahri berperilaku jujur, istiqamah, amanah, iman dan taqwa, berhati lembut, setia
kawan, tekun, dan ulet, sabar, tawakal, taat (rajin, disiplin, dan konsekuen),

qanaah, dan tawadhu. Tokoh Aisha berperilaku jujur, iman dan takwa, rendah
diri dalam berdoa, tawadhu, amanah, tahajud, serta syukur. Tokoh Maria
berperilaku jujur, ikhlas (berhati malaikat), rela hati, rela berkorban, dan malu.
Tokoh Nurul Azkiya berperilaku jujur, dan amanah (dapat dipercaya). Tokoh
Noura berperilaku iman dan takwa, kejujuran, tanggung jawab atas kesalahannya.
Berdasarkan hasil analisis perilaku tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel
Ayat-Ayat Cinta, perilaku tokoh yang hasanah implikasinya dengan pendidikan
karakter dalam pembelajaran sastra di SMA. Hal tersebut tercermin pada nilai
jujur, religius, displin, toleransi, tanggung jawab, peduli sosial. Perilaku tersebut
dapat dijadikan teladan untuk para siswa dan diamalkan dalam kehidupan seharihari karena berkaitan dengan permasalahan hidup yang dialami oleh setiap
manusia.
Kata kunci : perilaku tokoh, hasanah, pembelajaran sastra SMA

ABSTRACT

BEHAVIOR CHARACTERS ‘HASANAH’ IN THE NOVEL "AYAT-AYAT
CINTA" WRITTEN BY HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY AND ITS
IMPLICATION TO CHARACTER EDUCATION IN LEARNING
LITERATURE IN A SENIOR HIGH SCHOOL


By:
PAINGAN
The problem in this study was how the behavior, personality structure, dynamics
of personality development, and behavior of the main character that hasanah
(trustworthy) in the novel "Ayat-Ayat Cinta" written by Habiburrahman El
Shirazy and its relevance to character education in learning literature in a high
school. This study aimed to describe the behavior, personality structure, dynamics
of personality development, and behavior of the main character that hasanah
(kind) in the novel "Ayat-Ayat Cinta" written by Habiburrahman El Shirazy and
its relevance to character education in learning literature in a high school.
This study used a qualitative descriptive method with study texts technique,
interpreting texts and literature. The data source of this study was Ayat-Ayat Cinta
Novel written by Habiburrahman El Shirazy. The results showed that Fahri figure
behaves honestly, istiqomah, trust, faith and godly, soft-hearted, loyal, diligent,
tenacious, patient, resignation, obedient (diligent, disciplined and consistent),
qanaah, and tawadhu. Aisha character behaves honesty, faith and godly, low selfesteem in prayer, tawadhu, trustworthy, tahajud, and gratitude. Maria character
behaves with honesty, sincerity (to be angels), a willing heart, willing to sacrifice,
and timid. Nurul Azkiya figure behaves honest and trustworthy (reliable). Noura
figure behaves faith and godly, honesty, responsibility for her mistakes. Based on
the analysis results of the behavior of main character in the novel Ayat-Ayat

Cinta, there was a relevance of behavior figures that hasanah to character
education in learning literature in a high school. It was reflected in the value of
honesty, religious, discipline, tolerance, responsibility, and social care. Such of
behavior can be as exemplary for the students and be carried in daily life as it
relates to the problems of life experienced by every human being.

Keywords: behavior of the main character, hasanah, teaching high school
literature

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo Jawa Tengah pada tanggal 12 Desember 1971
dari Ahmad Soekardjo dan Tinem (Almarhum) putra yang keempat. dari lima
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1
Ganggeng Purworejo tahun 1984; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4
Purworejo tahun 1987; Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu tahun
1991; Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah
Pringsewu, Jurusan Bahasa dan Seni tahun 1998. Penulis mulai mengajar sebagai
guru honorer pada SD Muhammadiyah Pringsewu tahun 1996-1997, guru honorer
SMA dan STM PGRI Pringsewu sejak tahun 1997 sampai sekarang. Penulis

diangkat sebagai guru PNS mulai tahun 1999 bertugas di SMP Negeri 4
Kotaagung Kabupaten Tanggamus sampai tahun 2000, dan dipindahkan sebagai
guru SMP Negeri 2 Pagelaran Kabupaten Pringsewu dari tahun 2000 sampai
sekarang. Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Lampung, mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang sedang diselesaikan tahun 2014.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tesis ini kepada kakak, adik, istri, anak-anakku (Roro Ajeng
Kurnia Dinanti, Muhammad Aqil Alwannul Hanif, dan Muhammad Nur
Aulia), semua dosen, teman-teman guru, dan anak-anak didikku.
Terima kasih atas segala bantuannya.

MOTO

“Sesungguhnya aku ( Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia.” (HR. Al Bazzaar)

SANWACANA


Puji syukur kepada Allah SWT. karena karunia-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Perilaku Tokoh yang ‘Hasanah’ dalam
Novel “Ayat-Ayat Cinta” Karya Habiburrahman El Shirazy dan Implikasinya
dengan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”

Tesis ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas
Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu penyelesaian tesis ini, antara lain
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. Sudjarwo, M. S., selaku Direktur Pascasarjana Univeritas Lampung;
3. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
4. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni Universitas Lampung, dan sebagai pembimbing kedua;
5. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M. Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung;
6. Dr. Edi Suyanto, M. Pd., selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung dan
pembimbing utama;


7. Dr. Karomani, M.Si. selaku penguji utama;
8. Dr. Munris, M. Pd. selaku penguji kedua;
9. Dr. Siti Samhati, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik;
10. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Univeritas Lampung;
11. Istri dan anak-anakku tercinta;
12. Bapak Kepala SMP Negeri 2 Pagelaran, dan seluruh dewan guru yang selalu
memberikan motivasi;
13. Bapak Kepala SMA/SMK PGRI Pringsewu dan seluruh dewan guru yang
selalu memberikan motivasi;
14. Sahabatku Subagyo, Joko Santoso, Andika Patria, Rudi Isbowo, Juli
Andreyanto, Ibnu Hajar, Rohmatussolehah, Wira Apri Pratiwi, Shely Nasya
Putri, Atik Kartika, Ari Rohmawati, Maria, Zakiyah R., Ayu Setyo Rini,
Dewi Puji Astuti dan teman-teman MPBSI angkatan 2012.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat
balasan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Bandarlampung, Agustus 2014

Penulis,

Paingan

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ..........................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................
PENGESAHAN ...................................................................................
SURAT PERNYATAAN ....................................................................
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
PERSEMBAHAN ................................................................................
MOTTO ...............................................................................................
SANWACANA ....................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................


i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................
1. 1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................
1. 3 Tujuan Penelitian ...................................................................
1. 4 Manfaat Penelitian .................................................................
1. 5 Definisi Operasional ...............................................................

1

1
7
8
8
9

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................
11
2.1 Pengertian Tokoh Utama .......................................................
11
2.1.1 Jenis Tokoh .............................................................................. 12
2.1.2 Penokohan ............................................................................. 13
2.2 Nilai Sastra Bagi Pembaca Anak-Anak ...................................
14
2.3 Kajian Psikologi Sastra ..........................................................
18
2.4 Pengertian Psikoanalisis ..........................................................
19
2. 4. 1 Teori S. Freud Mengenai Kepribadian ..........................
19

2. 4. 2 Perkembangan Kepribadian ..........................................
26
2. 4. 3 Mekanisme Pertahanan dan Konflik ..............................
27
2. 4. 4 Klasifikasi Emosi ..........................................................
30
2. 4. 5 Teori Empati Titchener ................................................
33
2. 4. 6 Empati Perspektif Psikoanalisis .....................................
34
2. 4. 7 Empati Perspektif Behaviorisme ...................................
35
2. 4. 8 Remaja dan Perkembangannya .....................................
37
2. 4. 9 Perilaku dan Karakter Manusia di Masyarakat ...............
38
2. 4. 10 Teori Seksualitas ........................................................
42
2. 5 Pendidikan Karakter ..............................................................
44

2. 5. 1 Pendidikan Karakter di Indonesia ..................................
44

2. 5. 2 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ......................
2. 5. 3 Nilai-Nilai Pembentukan Karakter ................................
2. 5. 4 Perlunya Pendidikan Karakter .......................................
2. 6 Kajian Sastra ...........................................................................
2. 6. 1 Sastra dan Psikologi ......................................................
2. 6. 2 Sastra sebagai Cerminan Kepribadian ...........................
2. 6. 3 Cermin Perilaku Baik atau Terpuji (Hasanah) .............
2. 6. 4 Hasrat dan Karya Sastra ................................................
2. 6. 5 Metode Telaah Perwatakan ..........................................
2. 7 Pembelajaran Sastra di SMA .................................................
2. 7. 1 Apresiasi Sastra .............................................................
2. 7. 2 Manfaat Membaca Novel ..............................................
2. 7. 3 Tujuan Pembelajaran Sastra di SMA ............................
2. 7. 4 Langkah-Langkah Pembelajaran Sastra di SMA .........
2. 8 Prosedur Pembelajaran Sastra di SMA ..................................
2. 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................

46
47
48
48
49
51
53
55
55
57
58
61
62
63
65
66

BAB III METODE PENELITIAN .........................................................

3. 1 Metode Kualitatif .....................................................................
3. 2 Sumber Data .............................................................................
3. 3 Teknik Pengumpulan Data .....................................................
3. 4 Teknik Analisis Data ...............................................................

72
72
73
73
74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................

76

4. 1 Hasil Analisis Perilaku Tokoh yang ‘Hasanah’
dalam Novel Ayat-Ayat Cinta ...................................................
4. 1. 1 Tokoh Utama (Fahri) ......................................................
4. 1. 2 Tokoh Pembantu dalam Novel Ayat-Ayat Cinta .....
4. 1. 2. 1 TokohAisha .....................................................
4. 1. 2. 2 Tokoh Maria ................................................
4. 1. 2. 3 Tokoh Nurul Azkiya ........................................
4. 1. 2. 4 Tokoh Noura ..................................................
4. 2 Kepribadian Tokoh yang ‘Hasanah’ Berdasarkan Psikoanalisis
4. 2. 1 Struktur Kepribadian .......................................................
4. 2. 2 Dinamika Perkembangan Kepribadian ..........................
4. 2. 3 Perkembangan Kepribadian ...........................................
4. 3 Perilaku Tokoh yang ‘Hasanah’ dalam Novel Ayat-Ayat
Cinta Implikasinya dengan Pendidikan Karakter
pada Pembelajaran Sastra Di SMA ....................................... ...
4. 3. 1 Perilaku Tokoh Utama yang “Hasanah” dalam Novel
Ayat-Ayat Cinta ............................................................
4. 3. 2 Perilaku Tokoh Pembantu yang “Hasanah” dalam Novel
Ayat-Ayat Cinta .............................................................
4. 3. 3 Implikasi Perilaku Tokoh yang ‘Hasanah’ dengan
Pembelajaran Sastra di SMA..........................................
4.4 Hasil Analisis Perilaku Tokoh Kaitannya dengan
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran sastra di SMA ..........
4. 4. 1 Aspek Pengetahuan .......................................................

76
76
105
105
122
130
134
137
137
139
153

198
198
205
212
214
214

4. 4. 2 Aspek Perasaan Moral ....................................................
4. 4. 3 Aspek Tindakan Moral ....................................................
4. 5 Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
5. 1 Kesimpulan ..............................................................................
5. 2 Saran .........................................................................................

227
230
235
241
241
245

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

247

DAFTAR TABEL PADA LAMPIRAN

Tabel 3.1 Pedoman Analisis Penggambaran Perilaku
Tokoh Utama dalam Novel AAC
Tabel 3.2 Pedoman Analisis Perilaku Tokoh Utama
Dalam Novel AAC Relevansinya dengan
Pendidikan Karakter
Tabel 3.3 Pemetaan KI dan KD
Tabel 1.1 Watak Tokoh dalam Novel AAC
Tabel 1.2 Perilaku Tokoh Utama dalam Novel AAC
Tabel 1.3 Data Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel “AAC”
Tabel 1.4 Psikoanalisis Perilaku Tokoh Utama dalam Novel “AAC”
Tabel 1.5 Perilaku ‘Hasanah’ dalam Novel “AAC” Kaitannya
dengan Pendidikan Karakter
Tabel 3.1 Intrumen Analisis Perilaku Tokoh Utama dalam Novel “AAC”
Tabel 3.2 Instrumen Psikoanalisis Perilaku Tokoh dalam Novel “AAC”

DAFTAR SINGKATAN

1. Daftar Singkatan Nama Tokoh dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
A
AAC
Amr
Iq. H.E
F
M
NA
Nr

:
:
:
:
:
:
:
:

Aisha
Ayat-Ayat Cinta
Amru
Iqbal Hakan Erbakan (Paman Aisha)
Fahri
Maria
Nurul Azkiya
Noura

2. Daftar Singkatan Watak Tokoh (Berkarakter)
F. Dspln.

: Fahri berkarakter disiplin

M. Bht.

: Maria berwatak Baik Hati

A. Bht.

: Aisha berwatak Baik Hati

A . Bk S.

: Aisha Berbakti pada Suami

A Ikls Pc. pd. S.

: Aisha berwatak Ikhlas Percaya pada Suami

A. Sbr.& Ikls.

: Aisha wataknya Sabar dan Ikhlas

NA. P & Ikls.

: Nurul Azkiya berwatak Penolong dan Ikhlas

NA. Jjr.

: Nurul Azkiya berwatak Jujur

NA. Pml.

: Nurul Azkiya berwatak Pemalu

Nr. P & P.

: Noura berwatak Pembohong dan Pemfitnah

Nr.Pdm.

: Noura berwatak Pendiam

3. Daftar Singkatan Perilaku Tokoh dalam Novel AAC

F.Pr. Jjr.

: Fahri Perilaku Jujur

F.Pr. Istqmh.

: Fahri Perilaku Istiqamah

F.Pr. Amnh.

: Fahri Perilaku Amanah

F.Prlk. Ht.Lmbt.

: Fahri Perilaku Berhati Lembut

F.Pr. S.Kwn.

: Fahri Perilaku Setia Kawan

F.Pr.Sbr.

: Fahri Perilaku Sabar

F.Pr.Rjn.Ibd.

: Fahri Perilaku Rajin Ibadah

F.Pr.Twkl.

: Fahri Perilaku Tawakal

F.Pr. Rjn. Dspln.

: Fahri Perilaku Rajin dan Disiplin

F. Pr.Tt. Ibd.

: Fahri Perilaku Taat Ibadah

F. Pr. Ibd.Snnh Rsl.

: Fahri Ibadah Sunnah Rasul/Nabi

F. Pr.S. Stn.

: Fahri Perilaku Sopan Santun

F. Pr. Hrmt. OL.

: Fahri Perilaku Hormat pada Orang Lain

F. Pr. Sykr.

: Fahri Perilaku Syukur

F. Pr. Doa.

: Fahri Perilaku selalu Berdoa

A. Pr. Jjr.

: Aisha Perilaku Jujur

A. Pr. I & T.

: Aisha Perilaku Iman dan Takwa

A. Pr. R. D.

: Aisha Perilaku Rendah Diri

A. Pr. Twd’

: Aisha Perilaku Tawadhu’

A.Pr. Amnh.

: Aisha Perilaku Amanah

A.Pr.Thjd.

: Aisha Perilaku Tahajud

A. Pr. Sykr.

: Aisha Perilaku Syukur

M. Pr. Jjr.

: Maria Perilaku Jujur

M. Pr. Rl.H

: Maria Perilaku Rela Hari

M. Pr. Sk.Bnt.

: Maria Perilaku Suka Membantu

M. Pr. Ml.

: Maria Perilaku Malu

NA. Pr. Jjr

Nurul Azkiya Perilaku Jujur

NA.Pr. Jjr. & Amnh.

: Nurul Azkiya Perilaku Jujur dan Amanah

Nr. Pr. I & T.

: Noura Perilaku Iman dan Takwa

Nr.Pr. Jjr.

: Noura Perilaku Jujur

Nr. Pr.Ddm.

: Noura Perilaku Pendendam

Nr. Pr.Mnfk.

: Noura Perilku Munafik

4. Daftar Singkatan Perilaku Berdasarkan Psikoanalisis
F. Cms. dan F. Pr. Ibd.

: Fahri Perilaku cemas disarankan dan Perilaku
Ibadah

F. Pr. Cms & Tkt.

: Fahri Perilaku Cemas dan Takut

F. Pr. T. Jnj.

: Fahri Perilaku Taat dengan Janji

M. Pr. Cms & Tkt.

: Maria Perilaku Cemas dan Takut

M. Pr. Penyel.

: Maria Perilaku Penyesalan

M.Pr. Pdl. Sos.

: Maria Perilaku Peduli Sosial

M.Pr. Hkm. dr.

: Maria Perilaku Hukum Diri

NA. Pr. Pnyl.

: Nurul Azkiya Perilaku Penyesalan

NA. Pr. Cms.

: Nurul Prilaku Cemas

A. Pr. Kmn dg Jnj.

: Aisha Perilaku Komitmen dengan Janji

A. Pr. Cms.

: Aisha Perilaku Cemas

Nr. Pr. Bhng.

: Noura Perilaku Pembohong

Nr. Pr. Tbt.

: Noura Perilaku bertobat meminta maaf pada Fahri

5. Daftar Singkatan Perilaku Tokoh yang “Hasanah” dalam Novel AAC
F. Pr. Dspln.

: Fahri Berperilaku displin

F. Pr. S.K( Pdl.Sos)

: Fahri Berperilaku Setia kawan ( Peduli Sosial)

F. Pr. Jjr.

: Fahri Berperilaku Jujur

F. Pr. Ped. Sos & Tlrns.

: Fahri Berperilaku Peduli sosial dan Toleransi

F. Pr. Tlrn.

: Fahri berperilaku Toleransi

F. Pr. Rlg.

: Fahri berperilaku sangat religius

F. Pr.. Tnggjwb.

: Fahri berperilaku Tanggung Jawab

6. Daftar Singkatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
1. Nl. Kjjr.

: Nilai Kejujuran

2. Nl. Tlrns.

: Nilai Toleransi

3. Nl. Dspln.

: Nilai Kedisplinan

4. Nl. Pdl. Sos.

: Nilai Peduli Sosial

5. Nl. Tnggjwb.

: Nilai Tanggung Jawab

6. Nl. Imtak.

: Nilai Iman dan Takwa (Religius)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya. Manusia
mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan, perasaan yang berbeda
dengan makhluk lainnya. Manusia tidak terlepas dari manusia lain. Pertemuan
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat menimbulkan konflik,
baik konflik antara individu, kelompok maupun anggota kelompok serta antara
anggota kelompok yang satu dan anggota kelompok lain. Karena sangat
kompleksnya, manusia juga sering mengalami konflik dalam dirinya atau konflik
batin sebagai reaksi terhadap situasi sosial dilingkungannya. Manusia dalam
menghadapi persoalan hidupnya tidak terlepas dari jiwa manusia itu sendiri. Jiwa
manusia meliputi pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khalayak dan jiwa itu
sendiri.
Pemuda sebagai generasi yang masih labil dan galau, mereka kadang kebingungan
untuk mengetahui siapa dirinya.. Mereka pun banyak yang bingung ketika
mencari dirinya sendiri. Jalan termudah menurut mereka adalah mencari jati diri
lewat kelompoknya. Kelompok apa saja yang mudah mereka jangkau.

Perilaku para pemuda di sini yang salah dalam memilih kelompok akan muncul
konflik pribadi atau bisa juga konflik antarkelompok mereka. Misalnya, mereka
salah dalam memilih kelompok akan terjadi masuk kelompok yang suka merokok,
pecandu narkoba, kelompok geng motor, mula-mula hanya iseng, lama-kelamaan
akan menjadi ketagihan. Mereka bisa menjadi-jadi tingkah lakunya, sok jagoan,
sok percaya diri dan akhirnya dapat melakukan tindakan yang menjurus ke
kriminalitas.
Fenomena nyata yang terjadi beberapa tindakan kriminal yang dapat penulis
sajikan bersumber dari media cetak Lampung Post, antara lain.
1.Tindakan kriminalitas yang dilakukan para pemuda yaitu tindakan penjambretan
oleh 2 pemuda yang terjadi di jalan Pulau Sebesi. Peristiwa ini dilakukan pada
pukul 20 WIB. Korban bernama Intan Andriani (25) warga jalan Pulau Sebesi,
Sukarame Bandar Lampung (Senin, 6 Mei 2013).
2. Tindakan asusila kasus pemerkosaan dan perdagangan manusia (human
trafficking) yang menimpa 2 siswa SMP di Lampung Utara (Sabtu, 4 Mei 2013).
3. Tindakan pada kasus pencurian kendaraan bermotor terhadap 4 tersangka
berhasil

ditangkap.

Wakapolres

Tanggamus

Kompol

Syaiful

Wahyudi

menjelaskan, “Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus tersebut hampir merata di
seluruh wilayah Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pringsewu.” Tersangka
yang buron yaitu bernama Medi (20), Suhemi (18), Ediyansyah (17) dan Wan
(17). Semua pemuda pelaku kejahatan tersebut adalah warga pekon Sanggi
Kecamatan Bandarnegeri Semoung Kabupaten Tanggamus (Sabtu, 4 Mei 2013).

4. Polresta Bandar Lampung membekuk 42 tersangka dari 32 kasus narkotika
selama operasi antinarkotika (Antik) Krakatau. Mereka yang ditangkap ada yang
menjadi pengedar, kurir, dan pengguna. Para tersangka ada yang masih duduk di
bangku sekolah, mahasiswa, karyawan dan buruh (Jumat, 3 Mei 2013).
Fenomena lain yang lebih ironis adalah perilaku-perilaku yang semestinya dialami
oleh para pelajar yang baru saja merayakan hari raya Idul Fitri. Peristiwa tawuran
antarpelajar SMK yang terjadi di Jakarta juga mendapat perhatian berbagai
kalangan. Oleh karena itu, fenomena-fenomena tersebut di atas, perlu mendapat
perhatian yang serius. Derasnya pengaruh budaya asing yang terus-menerus tanpa
ada hentinya hingga saat ini, kita harus tetap menancapkan fondasi yang kuat pada
para remaja agar tidak terseret arus kuat budaya asing. Kita masih punya budaya
yaitu budaya ketimuran (Indonesia) yang sampai saat ini pun masih ada. Banyak
orang bilang budaya kita telah luntur, berubah dan lebih ekstrim lagi telah
berganti budayanya.
Perilaku-perilaku yang selama ini disinyalir telah melampaui batas-batas nilai
luhur budaya bangsa Indonesia, maka perlu dan sangat penting untuk dicari
alternatif solusi yang dapat mengembalikan lunturnya nilai-nilai luhur tersebut.
Kita semua merasa prihatin melihat, mendengar menyaksikan tayangan di media
massa yang setiap hari disuguhi penyimpangan perilaku yang tidak bermoral dan
berperikemanusiaan. Berbagai pengkajian, penelitian dan penyadaran mengenai
hal tersebut semakin menjadi fokus perhatian oleh banyak pihak. Penelitian di
bidang sastra telah dilakukan seperti “Karya Sastra dan Pembaca” oleh Dr.
Munaris, M.Pd. pada novel “Ayat-Ayat Cinta”. Fofus penelitin beliau adalah

pada sisi pembaca terhadap novel “Ayat-Ayat Cinta” mengenai ketertarikannya.
Namun, dalam penelitian ini penulis mengambil sudut pandang yang berbeda
yaitu meneliti perilaku tokoh utama yang terdapat dalan novel ‘Ayat-ayat Cinta’.
Penulis memandang bahwa novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El
Shirazy sangat menarik dan cocok untuk dijadikan alternatif mengatasi persoalan
krisis multidemensi di negara kita ini. Paling tidak kita membantu para generasi
penerus bangsa ini agar tidak terjerumus ke dalam dunia gelap yang akan
merugikan masa depan siswa kita.
Novel dihasilkan oleh pengarang dari perenungan, penghayatan, dari kenyataan
yang diamati, didengar, bahkan dialami oleh pengarangnya sendiri. Hasil karya
pengarang tak terlepas dari tujuan pengarang dalam bentuk mengkritisi persoalan
yang muncul saat itu dan terjadi dalam kehidupan pribadi, maupun dalam
masyarakat yang berada di sekeliling pengarang.

Dalam karya sastra juga bisa mengangkat persoalan berupa peristiwa sosial, yakni
perilaku manusia yang dibidik oleh pengarang yang dapat disuguhkan pada
pembaca. Dengan kata lain, bahwa karya sastra tidak bisa dilepaskan dari potret
perilaku manusia tersebut. Gambaran perilaku manusia baik yang keras maupun
yang lembut atau sikap, sifat manusia yang berperilaku jelek dan berperilaku baik.
Penampakkan gambaran perilaku kurang terpuji (jelek)

dan perilaku baik

(hasanah/terpuji/teladan) dapat nampak dalam isi karya sastra.
Penulis sangat tertarik pada novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El
Shirazy, untuk diteliti karena isinya syarat dengan nilai-nilai pendidikan. Oleh

karena itu, penulis mencoba akan mengadakan penelitian tentang persoalan
perilaku tokoh yang “Hasanah” (yang baik), yang dapat diteladani pada novel
“Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy dengan pendekatan psikologi
(tentang perilaku tokoh), sebagai landasan keyakinan berbuat kebaikan yang telah
dianjurkan dalam syari’at agama. Pengkajian psikologi terhadap perilaku manusia
melalui psikoanalisis oleh Sigmund Freud. Kemudian persoalan yang terdapat
dalam karya sastra dapat dikaji secara psikologis. Penelitian ini mengkaji perilaku
yang terpuji pada tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel “Ayat-Ayat
Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy, dengan pendekatan psikologi.
Penelitian ini berupaya menghidupkan kembali pembangunan karakter dan jati
diri bangsa untuk mengatasi masalah di atas. Pemerintah dalam hal ini sangat
berperan dalam hal menyoroti perkembangan fenomena para remaja Indonesia
khusunya para siswa. Perhatian pemerintah melalui bidang pendidikan telah
menetapakan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3.
Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA merupakan sarana untuk
mencapai tujuan tersebut, maka dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan

materi yang telah ditetapkan kurikulum 2013 pembelajaran apresiasi membaca
novel populer atau terjemahan yang optimal, maka siswa secara langsung akan
mendapatkan inspirasi yang mampu memberikan nilai positif terhadap
perkembangan kepribadian dan karakter mereka.
Dengan demikian, hati dan perasaan siswa akan terlibat secara intensif dan
emosional ke dalam teks cerita yang mereka pelajari sehingga kepekaan nurani
siswa menjadi lebih tersentuh dan terarah. Dengan cara demikian, siswa secara
langsung atau tidak langsung akan belajar mengenal, memahami, dan menghayati
berbagai macam nilai kehidupan untuk selanjutnya mereka aplikasikan dalam
ranah kehidupan nyata sehari-hari melalui pembelajaran sastra tentang novel
“Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy guna membangun jiwa pada
kalangan siswa SMA.
Ada beberapa alasan penulis meneliti novel ini.
1. Novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy merupakan novel
‘best seller” yang fenomenal dan mendapat perhatian banyak kalangan.
2. Berbagai persoalan tentang perilaku-perilaku pelecehan seksual, amoral,
kriminalitas, dan tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan karakter budaya
bangsa, perlu kita perhatikan, karena hal ini sangat penting untuk menyiapkan
generasi mendatang memiliki karakter yang kuat.
3. Sigmund Freud mengemukakan dalam teori kepribadian, bahwa kepribadian
manusia tidak hanya terdiri atas alam sadar, tetapi juga alam bawah sadar.
Selanjutnya, Sigmund Freud menjelaskan bahwa pikiran manusia lebih
dipengaruhi oleh alam bawah sadar daripada alam sadar. Oleh sebab itu, alam
bawah sadar merupakan kunci untuk memahami perilaku seseorang. Karya

sastra merupakan pengejawantahan dari hasil kerja alam bawah sadar yang
perlu mendapat perhatian dan diresapi (Suyanto, 2012 : 5). Bertolak dari hal
tersebut maka melalui penelitian perilaku tokoh yang penulis sajikan dapat
mengetahui dan memahami perilaku manusia yang baik yang dapat dijadikan
teladan.
4. Kajian tentang kepribadian dan perilaku manusia yang baik maupun yang
kurang baik digambarkan dalam karya sastra, salah satunya adalah perilaku
tokoh dalam cerpen Indonesia ( Kajian sosio-psikosastra terhadap cerpen Agus
Noor & Ariadinata oleh Edi Suyanto, 2012 : 6). Dalam kajian tersebut
ditekankan pada perilaku destruktif dan agresif. Namun, untuk penelitian
perilaku tokoh dalam novel "Ayat-Ayat Cinta” belum pernah. Oleh karena
itu, penelitian ini sangat penting untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penenlitian ini adalah
“Bagaimanakah perilaku tokoh yang ‘hasanah’ dalam novel “Ayat-Ayat Cinta”
karya Habiburrahman El Shirazy implikasinya dengan pendidikan karakter dalam
pembelajaran sastra di SMA?”

Untuk memfokuskan dalam penelitian ini, maka penulis dapat membagi dalam
identifikasi permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perilaku tokoh utama dan tokoh pembantu yang ‘hasanah’
dalam novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah struktur kepribadian, dinamika perkembangan kepribadian

tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel “Ayat-Ayat Cinta” karya
Habiburrahman El Shirazy?
3. Bagaimanakah perilaku tokoh utama dan pembantu yang ‘hasanah’ dalam
novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy implikasinya
dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran sastra di SMA?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain.
1. Mendeskripsikan perilaku tokoh utama dan tokoh pembantu yang ‘Hasanah’ dalam
novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy.

2. Mendeskripsikan struktur kepribadian, dinamika perkembangan kepribadian
tokoh utama dan pembantu tokoh dalam novel “Ayat-Ayat Cinta” karya
Habiburrahman El Shirazy.
3. Mendeskripsikan perilaku tokoh utama dan tokoh pembantu yang ‘Hasanah’
dalam novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy implikasinya dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran sastra di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang apresiasi sastra
khususnya pada kajian perilaku tokoh.
b. Untuk memberikan informasi sekaligus menjadi acuan bagi penelitianpenelitian sejenis yang lebih mendalam.

1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi guru, dapat membantu dalam proses belajar mengajar dengan
materi pembelajaran sastra dengan menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter yang dapat diteladani. b. Bagi siswa, dapat meneladani perilakuperilaku tokoh utama dan tokoh pembantu yang baik dalam novel “AyatAyat Cinta “ yang dipelajari.
1.5 Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam, konsep-konsep yang
terdapat dalam judul penelitian ini akan penulis jelaskan definisinya sebagai
berikut.
1.5.1 Tokoh Utama dan Tokoh Pembantu
Tokoh utama yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tokoh utama yang
terdapat dalam novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy adalah
Fahri (Aku). Tokoh pembantu yang keterkaitannya dekat adalah Aisha, Maria,
Nurul Azkiya, dan Noura.
1.5.2 Perilaku Tokoh yang Hasanah
Perilaku tokoh yang ‘hasanah’ dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala
tingkah laku (perkataan, perasaan, perbuatan) yang ‘baik/terpuji/teladan’ yang
tergambar dalam novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy.
1.5.3 Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari buku novel Ayat-Ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy. Data-data yang terdapat dalam cerita berkaitan dengan

perilaku tokoh utama yaitu Fahri dan tokoh pembantu yang lain yaitu Aisha,
Maria, Nurul Azkiya, dan Noura.
1.5.4 Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sastra di SMA
Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai-nilai
pendidikan karakter yang dapat diajarkan kepada peserta didik/siswa, yang
terdapat dalam perilaku tokoh yang dapat dijadikan teladan dalam novel “AyatAyat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tokoh Utama
Berbicara tentang tokoh dalam sebuah fiksi, kita harus memahami sampai pada
hubungan antara tokoh fiksi itu dengan elemen-elemen cerita lainnya sebagai sebuah
keseluruhan yang utuh. Kemudian apa yang disebut tokoh? Para ahli memberikan
batasan-batasan pengertian sebagai berikut. Tokoh adalah individu yang berperan
dalam cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, dalam Siswasih,
dkk, 2007: 20). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa tokoh
adalah pemegang peran atau tokoh utama (roman atau drama). Tokoh dalam karya
sastra yang diberikan dari segi-segi wataknya sehingga dapat dibedakan dari tokoh
yang lain. Seorang pengarang dalam menciptakan tokoh-tokoh dengan berbagai
watak penciptaan yang disebut dengan penokohan.
Dari beberapa pengertian tokoh di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tokoh
adalah peran individu dalam sebuah cerita yang selalu dipandang pokok atau utama
dalam membangun cerita secara utuh.
Hal itu menyebabkkan para pembaca merasakan/menghayati para tokoh, aneka
konflik, berbagai unsur dalam suatu latar dan masalah-masalah kesemestaan

manusia; juga dapat membantu pembaca mengalami kesenangan, keindahan,
keajaiban, kelucuan, kesediahn, keharuan, ketidakadilan, dan kekurangajaran.
Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya,
menaruh minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, dan menaruh minat
terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang masa (Semi,
2012 : 1). Sastra yang telah lahir atau dimunculkan oleh para sastrawan diharapkan
dapat memberi kepuasan estetik dan kepuasan intelek bagi khalayak pembaca.
Namun, seringkali karya sastra hanya mampu dinikmati dan dipahami sepenuhnya
oleh sebagian masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian dan penelaahan
karya sastra.
2.1.1 Jenis Tokoh
Tokoh merupakan elemen struktur fiksi yang melahirkan peristiwa. Ditinjau dari segi
keterlibatan dalam keseluruhan cerita, tokoh dalam fiksi dibedakan menjadi dua.
Pertama, tokoh sentral atau tokoh utama. Tokoh sentral merupakan tokoh yang
mengambil bagian terbesar dalam cerita, yang keberadaannya dapat ditentukan
melalui tiga cara, yaitu, (1) tokoh itu yang paling banyak terlibat dengan makna atau
tema cerita; (2) tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, dan
(3) tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan.
Siswasih (2007) menyatakan bahwa tokoh dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1)
tokoh utama (protagonis), (2) tokoh yang berlawanan dengan pemeran utama
(antagonis); (3) tokoh pelerai (tritagonis); dan tokoh bawahan.
Tokoh utama (protagonis) adalah tokoh yang memegang peran utama dalam cerita.
Tokoh utama terlibat dalam semua bagian cerita. Ia bersifat sentral. Tokoh yang

karakteristiknya berbeda atau berlawanan dengan tokoh utama disebut tokoh
antagonis. Tokoh ini berperan untuk mempertajam masalah dan membuat cerita
menjadi hidup dan menarik. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang tidak memegang
peran utama dalam cerita. Tokoh tritagonis biasanya tidak terlibat dalam semua
bagian cerita. Keberadaannya berperan sebagai penghubung antara tokoh protagonis
dan antagonis.
Kedua, tokoh bawahan disebut juga tokoh figuran yang tidak sentral kedudukannya
dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama.
2.1.2 Penokohan (Character)
Tokoh dalam fiksi dapat dibedakan berdasarkan watak atau karakternya. Perwatakan
merupakan penggambaran atau pelukisan tokoh-tokoh cerita, baik keadaan lahir
maupun batinnya, termasuk keyakinannya, pandangan hidupnya, adat-istiadatnya dan
sebagainya. Pengarang dalam mennciptakan hasil karyanya adalah manusia dan
kehidupan disekelilingnya. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang
sangat penting. Melalui penokohan cerita menjadi lebih nyata dalam angan-angan
pembaca.
Ada tiga cara yang digunakan pengarang untuk melukiskan watak tokoh cerita, yaitu
dengan cara langsung, tidak langsung, dan kontekstual. Pelukisan langsung,
pengarang langsung melukiskan keadaan dan sifat tokoh, misalnya berwajah
ganteng, cantik, berkulit hitam, dan sebagainya. Sebaliknya, pada pelukisan watak
tidak langsung pengarang secara tersamar memberitahukan keadaan tokoh cerita.
Watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, dan tingkah laku tokoh,
bahkan dari penampilanyya. Watak tokoh juga dapat disimpulkan melalui tokoh lain

yang menceritakan secara tidak langsung. Sedangkan pada pelukisan kontekstual,
watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan pengarang untuk
mengacu pada tokoh.
Ada tiga macam cara untuk melukiskan atau menggambarkan watak para tokoh
dalam cerita.
a. Cara Analitik
Pengarang menceritakan atau menjelaskan watak tokoh secara langsung.
b. Cara Dramatik
Pengarang tidak secara langsung menceritakan watak tokoh seperti pada cara
analitik, melainkan menggambarkan watak tokoh dengan cara;
1) Melukiskan tempat atau lingkungan sang tokoh.
2) Menampilkan dialog antartokoh dan dari dialog-dialog itu akan tampak
watak para tokoh cerita.
3) Menceritakan tingkah laku, perbuatan, atau reaksi tokoh terhadap
suatu peristiwa.
c. Cara Gabungan analitik dan dramatik
Pengarang menggunakan kedua cara tersebut di atas secara bersamaan dengan
anggapan bahwa keduanya bersifat saling melengkapi (Siswasih, dkk, 2007: 20).
2.2 Nilai Sastra Bagi Pembaca (Anak-Anak)
Bergaul dengan sastra, pembaca akan memperoleh berbagai manfaat. Dengan kata
lain, sastra dapat memberi nilai intrinsik atau (intrinsic values) bagi pembaca.
Adapun nilai sastra dan manfaatnya Tarigan memberi penjelasan sebagai berikut.

1. Sastra memberi kesenangan, kegembiraan, kenikmatan kepada pembaca (anakanak). Nilai seperti ini akan tercapai apabila sastra dapat memperluas cakrawala
anak-anak dan pembaca dengan cara menyajikan pengalaman dan wawasan baru.
Khusus kepada para guru disarankan agar a) para siswa diberi kesempatan
membaca buku setiap hari; b) mengetahui serta memahami minat anak didk
mereka dan membantu mereka untuk menemukan buku-buku sastra yang sesuai
dengan minatnya; c) memberi informasi kepada anak didik mengenai buku-buku
yang perlu dibaca serta memberi kesempatan untuk membicarakannya dengan
sesama teman atau guru (Roettger, 1978; dalam, Tarigan, 2011 6).
2. Sastra

dapat

mengembangkan

imajinasi

pembaca

dan

membantu

mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman atau gagasan
dengan berbagai cara. Karya sastra yang baik dapat mengungkapkan serta
membangkitkan keanehan dan keingintahuan para pembaca.
3. Sastra dapat memberikan pengalaman-pengalaman aneh yang seolah-olah
dialami sendiri.
4. Sastra dapat mengembangkan wawasan para pembaca menjadi perilaku insani.
Kita mengetahui bahwa sastra merefleksi kehidupan. Sastra dapat memperlihatkan
kepada anak-anak betapa insan lainnya hidup dan “terjadi” kapan saja dan di
mana saja, sebaiknya pembaca khususnya anak-anak akan memperoleh
kesadaaran yang luas mengenai kehidupan orang/bangsa lain, sebagaimana
mereka secara pribadi mengujicobakan kaidah-kaidah lain, maka mereka telah
mengembangkan suatu pemahaman yang lebih baik mengenai dirinya sendiri dan
juga orang-orang di sekitar mereka.
5. Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan pengalaman kepada

pembaca. Sastra membantu pembaca ke arah pemahaman yang lebih luas
mengenai ikatan-ikatan, hubungan umat manusia, atau humanitas yang umum dan
wajar. Sastra memungkinkan kita untuk menghadapi berbagi kehidupan dan mulai
melihat kesemestaan pengalaman insani. Sastra menyediakan rekaman mengenai
segala sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dan terpikirkan oleh manusia
sebelumnya. Sastra mengilusinasikan segala kehidupan; sastra memancarkan
cahayanya mengenai segala yang baik dan bermakna dalam kehidupan umat
manusia dan juga menyoroti hal-hal yang hitam serta kemerosotan nilai dalam
pengalaman insani (Huck, Hipler & Hickman, 1987: 6-10; dalam Tarigan, 2011:
7-8).
6. Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Sastra memainkan peranan penting dalam pemahaman dan penilaian warisan
budaya manusia. Pengembngan sikap positif anak didik kita ke arah budaya kita sendiri
dan budaya bangsa lain dipilih secara cermat. Suatu konsep diri yang positif tidak akan
mungkin terbentuk jika kita tidak menghargai milik orang lain seperti kkita menghargai
milik kita sendiri. Sastra dapat memberikan sumbangan berharga terhadap pemahaman ini
pada pembaca baik anak-anak atau orang dewasa (Norton, 1988: 5; dalam Tarigan, 2011:
8).

Adapun nilai ekstrinsik sastra dapat kita ketahui bahwa anak-anak hidup dalam masa
perkembangan yang pesat, terutama perkembangan fisik maupun mentalnya. Sastra
dapat memberikan nilai-nilai yang tinggi bagi proses perkembangan pendidikan
anak-anak. Tarigan menjelaskan ada empat perkembangan, yaitu
1.

Perkembangan Bahasa. Dengan sastra baik lisan maupun tulisan, jelas akan
memunyai dampak positif terhadap perkembangan bahasa mereka. Dengan

menyimak atau membaca karya sastra, maka secara sadar atau tidak
pemerolehan bahasa mereka semakin meningkat.
2.

Perkembangan Kognitif. Pengalaman-pengalaman sastra merupakan salah satu
sarana untuk menunjang perkembangan kognitif atau penalaran pembaca.
Bahasa berhubungan erat dengan penalaran dan pikiran, semakin terampil
berbahasa, maka semakin sistematis pula dalam berpikir. Kognitif atau penalaran
mengacu pada berbagi proses, antara lain (1) persepsi, (2) ingatan, (3) refleksi,
(4) pertimbangan, dan (5) wawasan (mussen,Conger & Kagan, 1979: 234; dalam
Tarigan, 2011: 10).

3.

Perkembangan Kepribadin. Kepribadian seseorang akan jelas terlihat saat dia
mencoba

memperoleh

kemampuan

untuk

mengekspresikan

emosinya,

mengekspresikan empatinya terhadap orang lain. Sastra memmunyai peranan
penting bagi perkembangan kepribadian khusunya bagi anak didik kita. Tokohtokoh dalam karya sastra, secara tidak sadar telah mempengaruhi emosi, seperti
benci, cinta, cemas, khawatir, takut, bangga, dan sebagainya.
4.

Perkembangan Sosial. Manusia adalah makhluk sosial, hidup bermasyarakat.
untuk menjadi anggota masyarakat, maka kita pun mengalami proses sosialisasi.
Istilah sosialisasi mengacu pada suatu proses yang digunakan oleh anak utnuk
memperoleh perilaku, norma-norma, motivasi-motivasi yang selalu dipantau dan
dinilai oleh keluarga khususnya dan kelompok masyarakat pada umunya.
Dengan demikian, sosialisasi merupakan bagian penting dari perkembangan
anak-anak remaja yang sedang mencari jati dirinya (Tarigan, 2011: 10).

2.3 Kajian Psikologi Sastra
Karya sastra merupakan hasil karya tidak hanya estetika saja. Karya sastra
merupakan representasi dari segala yang ada dalam kehidupan manusia termasuk di
dalamnya tentang seluk-beluk perilakunya. Dengan demikian, dalam memahami
karya sastra ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan salah satunya adalah
pendekatan struktual, yang memandang teks sastra sebagai suatu yang otonom lepas
dari latar belakang sejarah, sosial, budaya dan sebagainya. Keterbatasan pendekatan
struktur akan memunculkan berbagai kritik, salah satu diantaranya adalah analisis
yang menekankan otonomi karya sastra menghilangkan konteks dan fungsinya,
sehinggga karya sastra dihilangkan relevansi sosialnya (Teeuw, 1984: 140).
Pendekatan lain yang muncul dengan adanya perkembangan kajian tentang sastra adalah
sosiologi sastra dan psikologi sastra. Sosiologi sastra adalah pendekatan yang
mempertimbagkan aspek-aspek kemasyarakatan dalam menelaah sastra (Damono, 1987: 2;
dalam Edi Suyanto, 2012 : 12). Adapun pendekatan psikologi sastra merupakan penelaahan
sastra yang menerapkan hukum-hukum psikologi dalam kajian sastra (Wellek dan Werren,
1995: 90; dalam Edi Suyanto, 2012: 12). Ternyata dalam kajian karya sastra tidak bisa
terlepas dari displin ilmu yang lain.
Kajian sosio-psikologi adalah kajian yang digunakan seorang ahli psikoanalisis dan filsuf
sosial, Erich Fromm, dalam menelaah perilaku manusia berkaitan dengan perilaku agresif
dan destruktif, sedangkan Sigmund Freud, psikologi benatang, neorofisiologi, paleontologi
dan antropologi (Fromm, 2000: IV; dalam Edi Suyanto, 2012 : 12). Oleh karena itu, peneliti
mencoba akan menggunakan pendekatan psikologi dalam penelitian ini terhadap perilaku
tokoh utama yang ‘hasanah’ novel “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy.

2.4 Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisis dapat didefinisikan dalam dua pengertian, yaitu sebagai teori
kepribadian dan sebagai suatu cara terapi. Sebagai teori kepribadian, psikoanalisis
seperti dikemukan Brunner (1969: 11) diartikan sebagai disiplin ilmu yang di mulai
tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori ini berhubungan dengan fungsi dan
perkembangan mental manusia. Sigmund Freud menjelaskan bahwa perkembangan
mental manusia berdasarkan psikoanalisis terdiri atas struktur pikiran yang terdiri
atas alam kesadaran dan alam ketidaksadaran.
Sigmund Freud menyatakan bahwa pikiran manusia lebih dipengaruhi oleh alam
bawah sadar ketimbang alam sadar. Ia melukiskan bahwa pikiran manusia seperti
gunung es yang sebagian besar berada di dalam, maksudnya di alam bawah sadar. Ia
mengatakan kehidupan seseorang dipenuhi oleh berbagai tekanan dan konflik; untuk
meredakan tekanan dan konflik tersebut manusia dengan rapat menyimpannya di
alam bawah sadar. Oleh karena itu, menurut S. Freud alam bawah sadar merupakan
kunci memahami perilaku seseorang (Engleton dalam Minderop, 2013: 13).
Selanjutnya S. Freud menghubungkan karya sastra dengan teori mimpi. Sastra dan
mimpi dianggap memberikan keuasan secara tak langsung. Mimpi dalam sastra
adalah angan-angan halus. Intinya bahwa sastra lahir dari mimpi dan fantasi.
2.4.1 Teori Sigmund Freund Mengenai Kepribadian
Sigmund Freud

menjelaskan teori kepribadian dalam konsep psikoanalisis

mengambarkan kepribadian manusia melalui tiga hal, yaitu struktur kepribadian,
dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Adapun tiga hal tersebut
antara lain :

1. Struktur Kepribadian
Kepribadian terdiri dari tiga aspek, yakni Das Es (the id), yaitu aspek biologis, Das
Ich (the ego), yaitu aspek psikologis, dan Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek
sosiologis.
a. Das Es (The Id)
Das Es adalah aspek biologis, berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir atau bawaan
sejak lahir, termasuk di dalamnya adalah instink-instink. Das Es merupakan
“reservior” energi psikis yang menggerakkan Das Ich dan Das Ueber Ich. Energi
psikis di dalam das Es dapat meningkat karena ada rangsangan dari luar maupun dari
dalam. Bila energi ini meningkat, maka akan menimbulkan tegangan dan
menimbulkan pengalaman tidak enak atau tidak menyenangkan. Hal ini tidak bisa
dibiarkan, maka das Es mereduksi energi ini untuk menghilangkan rasa tidak enak.
Jadi, yang menjadi pedoman dalam berfungsinya das Es ialah menghindarkan diri
dari ketidakenakan menjadi keenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan menjadi
keenakan itu das Es melalui dua proses, yaitu: (1) refleks dan reaksi-reaksi otomatis,
seperti bersin, kedip mata, dan sebagainya. (2) proses primer. seperti orang lapar
yang membayangkan makanan enak-enak, dan sebagainya (Suryabrata, 2012: 126).
b. Das Ich (The Ego)
Das Ich adalah aspek psikologis kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme
untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan atau realita. Orang yang
lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang tidak ada di dalam
dirinya. Hal ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antar khayalan tentang
makanan dan kenyataan tentang makanan. Di sinilah letak perbedaan yang pokok antara das

Es dengan das Ich, kalau das Es hanya mengenal dalam dunia batin( dunia subyektif)
sedangkan das Ich berpegang pada prinsip realitas yang behubungan dengan dunia luar
(Suryabrata, 2012: 126).

Ego adalah perasaan tentang “aku” atau “identias diri” yang

merupakan pusat dari kepribadian. Erikson mendefinisikan ego adalah suatu kekuatan
positif, yaitu kekuatan yang membentuk identitas diri dan juga beradaptasi dengan berbagai
konflik dan krisis kehidupan. Ego juga sebagai kapasitas seseorang untuk mempersatukan
pengalaman-pengalamannya dan tindakan-tindakan dalam cara yang adaptif. Selanjutnya ego
sebagai agen pengatur yang sebagiannya tak sadar yang meyatukan pengalaman-pengalaman
sekarang dengan diri-diri masa lampau dan juga dengan diri-diri yang diharapkan (Semiun,
2012: 39).
Das Ich ( the ego) bagian jiwa yang berhubungan dengan